JURNAL RISBT AKUNTANSI INDONESIA
Vol. 12, No. 2. Mei 2009
Hal. 87-102
Pengaruh Rasio Camel terhadap Praktik Manajemen Laba
di Bank Syariah
ZAHARA*
Politeknik Universitas Andalas
SYLVIA VERONICA SIREGAR**
Universitas Indonesia
The purpose of this study is to investigate earnings management in
shariah banks and the effect of CAMEL ratios on earnings manage-
‘ment. Our samples consist of 21 shariah banks, consist of Shariah Bank
(Bank Umum Syariah/BUS) dan 18 Shariah Business Unit (Unit Usaha
Syariah/UUS) at years 2004-2006.
Our results show that on average, there is no significant earnings
management practice (measured using discretionary accruals) in shariah
banks and CAMEL ratios do not have significant effect on earnings
management, except NPM which has positive and significant effect. This
indicates that although in average there is no earnings management in
shariah banks, bank's profitability encourage management to involve
in earnings management activity. This study finds evidence that earn-
ings management in BUS is significantly higher than that UUS.
shariah banks, discretionary accruals, earnings manage-
Keywords:
‘ment, CAMEL ratios.
+ Alamat korespondensi: Potiteknik Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang. Email:
‘zahara_ak@ yahoo.com.
~ Email: sylvia.veroniea@ui.edu88 JRAL, Mei 2009
1, Pendahuluan
Informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan merupakan salah satu informasi
tutama yang digunakan oleh investor, kreditor maupun pemegang saham untuk menilai
kinerja manajer dalam mengelola dana perusahaan, Manajer dapat saja melakukan praktik
‘manajemen laba (earnings management) untuk tujuan tertentu. Healy (1985), McNicholas
dan Wilson (1988), Schipper (1989), Dechow et al. (1995), Bernard dan Skinner (1996)
menemukan buktj adanya tindakan manager dalam melakukan manajemen laba terutama
‘yang terkait dengan transaksi akrual.
Praktik manajemen taba ini juga ditermukan di sektor perbankan seperti Robb (1998)
yang mendapatkan bukti adanya indikasi pengelolaan laba pada sektor perbankan. Penelitian
Bertrand (2000) menemukan bukti secara empiris bahwa bank di Swiss yang kurang
‘mendekati ketentuan batasan kecukupan modal cenderung untuk meningkatkan rasio
kecukupan modal (CAR) mereka agar memenuhi persyaratan. Penelitian Beatty et al.
(2002) menemukan bahwa public banks cenderung memiliki insentif lebih besar untuk
melaporkan adanya kenaikan laba dibandingkan private banks secara lebih Konsisten.
Penelitian Naciri (2002) menemukan bukti empiris adanya indikasi pengelotaan laba pada
sektor perbankan,
Beberapa penelitian pada bank konvensional di Indonesia, juga menunjukkan adanya
indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Setiawati dan Na’im (2001) yang menemukan bahwa bank-bank
yang mengalami penurunan skor tingkat keschatannya cenderung melakukan earnings
‘management. Susanto (2003) menemukan adanya indikasi praktik pengelolaan laba (earn-
ings management) yang dilakukan oleh kelompok bank tidak seliat dan salah satu faktor
dominan yang mendorong bank melakukan pengelolaan laba tersebut adalah motif
‘meningkatkan kinerja bank. Endriani (2004) menemukan adanya indikasi earnings manage-
‘ment pada bank dalam usahanya memenuhi ketentuan kecukupan CAR (Capital Adequancy
Ratio) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Amawa (2006) juga menemmukan adanya
indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba pada perbankan nasional
pascaprogram rekapitalisasi, dan motif meningkatkan kinerja bank juga merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi bank melakukan manajemen taba.
Bank syariah yang merupakan salah satu bentuk operasional bank yang ada di Indone-
sia, seperti bank konvensional, juga terikat dengan peraturan baik yang ditetapkan oleh
pemerintah maupun Bank Indonesia (BD), serta ditambah dengan aturan syariah. Penilaian
kkinerja bank syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Oleh karena itu,
penelitian pada bank syariah untuk melihat indikasi praktik manajemen laba yang dipengaruhi
oleh kinerjanya menjadi hal yang menarik untuk dibahas.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
indikasi praktik manajemen laba pada bank syariah dan apakah kinerja bank syariah dengan
rasio CAMEL mempunyai pengaruh tethadap praktik manajemen laba. Kontribusi penelitian
ini adalah menginvestigasi praktik manajemen laba di bank syariah, sedangkan penelitian
sebelumnya mengenai praktik manajemen laba di sektor perbankan di Indonesia umumnya
‘mengambil sampel bank konvensional. Manfaat dari penelitian ini antara lain memberikanZabata dan S. V. Sieegnt 89
informasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai apakah terdapat indikasi
manajemen laba di bank syariah, sehingga pengguna dapat lebih teliti dalam membaca
laporan Keuangan. Adanya indikasi manajemen laba diperbankan juga perlu mendapat
perhatian dari BI sebagai penyusun regulasi yang terkait dengan perbankan di Indonesia.
2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis
‘Beberapa penelitian pada bank konvensionat di Indonesia, menunjukkan adanya indikasi
praktik manajemen laba (earnings management) seperti penelitian yang dilakukan oleh
Setiawati dan Na’im (2001), Susanto (2003), Endriani (2004), dan Armawa (2006). Amawa
(2006) menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan
Jaba pada perbankan nasional pascaprogram rekapitalisasi dan motif meningkatkan kinerja
bank juga merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi bank melakukan
manajemen laba.
Bank syariah yang dalam operasionalnya memiliki fungsi yang lebih luas dari bank
konvensional seperti yang diuraikan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indo-
nesia (PASI) 2003, yaitu sebagai Manajer Investasi, Investor, Penyedia Jasa Keuangan
dan Lalu Lintas Pembayaran, serta Pengembangan Fungsi Sosial. Khan (1992) dalam
Sofie (2005), mengidentifikasikan tujuan laporan keuangan akuntansi syariah, antara lain
adalah penentuan laba rugi yang tepat dan melaporkan dengan benar dan adaptable
terhadap perubahan, Syahatah (2001) membagi tujuan akuntansi keuangan (laporan
kevangan) diantaranya membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dan menentukan
besarnya penghasilan yang wajib dizakati.
Karena penilaian kinerja bank syariah umumnya tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional, maka diduga penilaian kinerja bank syariah dengan rasio CAMEL juga
mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba. Rasio CAMEL dan proksinya
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Nasser (2003) yang
sebelumnya juga sudah digunakan oleh Payamta dan Machfoedz (1999), serta Nasser
dan Aryati (2000).
RasioC (Capital) pada rasio CAMEL dalam penelitian ini, diproksi dengan nilai rasio
CAR (Capital Adequacy Ratio). Penelitian Endriani (2004) menemukan bahwa bank
melakukan earnings management dalam upaya memenuhi ketentuan rasio Kecukupan
‘modal minimum (CAR) yang telah ditetapkan BI. Earnings management dilakukan oleh
bank semakin intensif dengan arah yang terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang
memiliki nilai CAR lebih rendah dari ketentuan minimum BI cenderung lebih intensif (tinggi)
melakukan praktik earnings management dan sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
Karena nilai minimum CAR juga merupakan salah satu peraturan BI yang harus dipenuhi
oleh bank syariah, maka diduga praktik manajemen laba yang dipengaruhi oleh rasio CAR
ini juga terjadi pada bank syariah. Hipotesis yang diuji adalah:
Hia, Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.90 JRAL, Mei 2009
Rasio A (Assets Quality) pada rasio CAMEL, dapat dilihat dari kemampuan aktiva
produktif dalam menghasilkan laba. Rasio ini diproksi dengan nilai rasioRORA (Return
(On Risked Assets) yang diperoleh dari perbandingan laba sebelum pajak dengan aktiva
produktif. Rasio RORA ini merupakan salah satu rasio yang menunjukkan profitabilitas
bank. Secara teori diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah lebih
termotivasi untuk melakukan earnings management. Penelitian Robb (1998) juga
membuktikan secara empiris bahwa bank cenderung melakukan praktik pengelolaan laba
dengan cara meningkatkan laba jika diperoleh laba yang lebih rendah dari yang diinginkan,
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa profitablitas bank berpengaruh negatif terhadap
praktik manajemen laba. Berdasarkan dugai isusun hipotesis:
Hib. Rasio RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
‘Sedangkan rasio M (Management) pada rasio CAMEL, diproksi dengan nilai rasio
ROA (Return On Assets). Penelitian Armawa (2006) menggunakan rasio Return On
‘Assets (ROA) sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Nilai rasio ROA yang
rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan
‘cara meningkatkan laba. Maka berdasarkan uraian di atas, dirumuskan hipotesis untuk
melihat pengaruh rasio ROA terhadap prkatik manajemen laba di bank syariah sebagai
berikut:
Hie. Rasio ROA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba,
Rasio E (Earning) pada rasio CAMEL diproksi dengan nilai-rasio NPM (Net Profit
‘Margin) yang diperoleh dari perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Sama halnya
dengan rasio RORA dan ROA scbelumnya, rasio NPM juga menunjukkan kemampuan
bank menghasilkan laba dari aktivitas operasionalnya. Laba operasi yang digunakan dalam
rasio NPM ini jika ditambah dengan laba (rugi) bersih nonoperasional, maka akan diperoleh
nilai laba sebelum pajak yang digunakan dalam rasio RORA dan jika laba sebelum pajak
ini dikurangi dengan perkiraan beban pajak penghasilan akan diperoleh nilai laba bersih
yang digunakan dalam rasio ROA. Oleh karena itu, rasio NPM ini diasumsikan juga akan
bersifat sama dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya, dalam hal ini rasio-rasio tersebut
dirujuk kepada rasio ROA dalam penelitian Amnawa (2006). Berdasarkan asumsi