Anda di halaman 1dari 8

Materi Tambang

Search th GO

Berawal Dari Tambang


wordpress.com
Hey there! Thanks for dropping by Berawal Dari Tambang! Take a look around
and grab the RSS feed to stay updated. See you around!

Uncategorized

Genesa Endapan Nikel Laterit


Filed under: Uncategorized Meninggalkan komentar
Maret 16, 2013

Genesa Endapan Nikel Laterit


Proses Terbentuknya Endapan
Endapan nikel yang ada di daerah penelitian adalah jenis nikel laterit, yang
merupakan hasil pelapukan dari batuan ultrabasa. Menurut Vinogradov, batuan
ultrabasa pada awalnya mempunyai kandungan nikel rata-rata sebesar 0.2%.
Tabel 3.1 adalah unsur-unsur yang terkandung dalam batuan beku (Boldt, 1967).
Unsur yang terkandung dalam batuan beku

Batuan

Persentase Kadar (%)


Ni

FeO + Mg

Al + Si

Peridotit

0,2000

43,5

45,9

Gabro

0,0160

16,6

66,1

Diorit

0,0040

11,7

73,4

Granit

0,0020

4,4

78,7

Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari peridotit sebagai batuan induk.
Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh larutan
hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan magma
(proses serpentinisasi) dan akan merubah batuan peridotit menjadi batuan
Serpentinit atau batuan Serpentinit Peridotit
Selanjutnya terjadi proses pelapukan dan laterit yang menghasilkan serpentin
dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta
pergantian panas dan dingin yang kontinu, akan menyebabkan disintegrasi dan

dekomposisi pada batuan induk. Batuan asal yang mengandung unsur-unsur Ca,
Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi.
Air tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zone limonit dan zone saprolit, kemudian
mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh
transportasi larutan secara horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang
larut disusul dengan Si yang cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel
silika yang sangat halus sehingga memungkinkan terbentuknya mineral baru
melalui pengendapan kembali unsur-unsur tersebut. Semua hasil pelarutan ini
terbawa turun ke bagian bawah mengisi celah-celah dan pori-pori batuan.
Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa ke bawah sampai
batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit dan Magnesit yang mengisi
celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Di lapangan, urat-urat ini
dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan
segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinu akan melarutkan
unsur-unsur Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zone
saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam. Dalam
hal ini, zone saprolit akan bertambah ke dalam, demikian juga dengan ikatan
yang mengandung oksida MgO sekitar 30 50%-berat dan SiO 2 antara 35 40%berat. Oksida yang masih terkandung pada bongkah-bongkah di zone saprolit ini
akan terlindi dan ikut bersama-sama dengan aliran air tanah, sehingga sedikit
demi sedikit zone saprolit atas akan berubah porositasnya dan akhirnya menjadi
zone limonit. Sedangkan bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan
tinggal pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai
larutan koloid. Bahan-bahan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi
residu dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit,
berwarna coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zone ini
selanjutnya diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang mengandung Ni, sehingga
kadar Ni dapat naik hingga 7%-berat. Dalam hal ini, Ni dapat mensubstitusi Mg
dalam Serpentin atau juga mengendap pada rekahan bersama dengan larutan
yang mengandung Mg dan Si sebagai Garnierit dan Krisopras.
Sementara Fe di dalam larutan akan teroksidasi dan mengendap sebagai FerriHidroksida, membentuk mineral-mineral seperti Goethit, Limonit, dan Hematit
yang dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur Co
dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah, menuju bed rock maka Fe dan Co akan

mengalami penurunan kadar. Pada zona saprolit Ni akan terakumulasi di dalam


mineral Garnierit. Akumulasi Ni ini terjadi akibat sifat Ni yang berupa larutan
pada kondisi oksidasi dan berupa padatan pada kondisi silika.
Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan kimia yang
intensif, yaitu di daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian batuan
lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit,
dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan
menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Endapan
Proses dan kondisi yang mengendalikan proses lateritisasi batuan ultramafik
sangat beragam dengan ukuran yang berbeda sehingga membentuk sifat profil
yang beragam antara satu tempat ke tempat lain, dalam komposisi kimia dan
mineral, dan dalam perkembangan relatif tiap zona profil. Faktor yang
mempengaruhi efisiensi dan tingkat pelapukan kimia yang pada akhirnya
mempengaruhi pembentukan endapan adalah:
1. Iklim
Iklim yang sesuai untuk pembentukan endapan laterit adalah iklim tropis dan sub
tropis, di mana curah hujan dan sinar matahari memegang peranan penting
dalam proses pelapukan dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada batuan
asal. Sinar matahari yang intensif dan curah hujan yang tinggi menimbulkan
perubahan besar yang menyebabkan batuan akan terpecah-pecah, disebut
pelapukan mekanis, terutama dialami oleh batuan yang dekat permukaan bumi.
Secara spesifik, curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang melewati
tanah, yang mempengaruhi intensitas pelarutan dan perpindahan komponen
yang dapat dilarutkan. Sebagai tambahan, keefektifan curah hujan juga penting.
Suhu tanah (suhu permukaan udara) yang lebih tinggi menambah energi kinetik
proses pelapukan.
2. Topografi
Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan sirkulasi
air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk pengendapan
bijih nikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan kemiringan
antara 10 30. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke permukaan
lebih banyak yang mengalir (run-of) dari pada yang meresap kedalam tanah,
sehingga yang terjadi adalah pelapukan yang kurang intensif. Pada daerah ini
sedikit terjadi pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis.
Sedangkan pada daerah yang landai, air hujan bergerak perlahan-lahan sehingga
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui
rekahan-rekahan atau pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan

kimiawi secara intensif. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerahdaerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa
ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi.
3. Tipe batuan asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel
laterit. Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni 0.2-0.3%,
merupakan batuan dengan elemen Ni yang paling banyak di antara batuan
lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil
(seperti Olivin dan Piroksen), mempunyai komponen-komponen yang mudah
larut, serta akan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
Mineralogi batuan asal akan menentukan tingkat kerapuhan batuan terhadap
pelapukan dan elemen yang tersedia untuk penyusunan ulang mineral baru.
4. Struktur
Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit adalah
rekahan (joint) dan patahan (fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan
mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses
pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat
pula berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung
Ni sebagai vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai
porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit,
maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya
air dan proses pelapukan yang terjadi akan lebih intensif.
5. Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi
Reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO 2 memegang
peranan paling penting di dalam proses pelapukan secara kimia. Asam-asam
humus (asam organik) yang berasal dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan akan
menyebabkan dekomposisi batuan, merubah pH larutan, serta membantu proses
pelarutan beberapa unsur dari batuan induk. Asam-asam humus ini erat
kaitannya dengan kondisi vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan
mengakibatkan penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti
jalur akar pohon-pohonan, meningkatkan akumulasi air hujan, serta menebalkan
lapisan humus. Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana kondisi hutan
yang lebat pada lingkungan yang baik akan membentuk endapan nikel yang
lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi juga dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi.
6. Waktu

Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelapukan,


transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya
endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau
jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang
tipis. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut
yang saling berhubungan dan karakteristik profil di satu tempat dapat
digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi
melewati waktu, ketimbang didominasi oleh satu faktor saja.
Ketebalan profil laterit ditentukan oleh keseimbangan kadar pelapukan kimia di
dasar profil dan pemindahan fisik ujung profil karena erosi. Tingkat pelapukan
kimia bervariasi antara 10 50 m per juta tahun, biasanya sesuai dengan jumlah
air yang melalui profil, dan 2 3 kali lebih cepat dalam batuan ultrabasa
daripada batuan asam. Disamping jenis batuan asal, intensitas pelapukan, dan
struktur batuan yang sangat mempengaruhi potensi endapan nikel lateritik,
maka informasi perilaku mobilitas unsur selama pelapukan akan sangat
membantu dalam menentukan zonasi bijih di lapangan (Totok Darijanto, 1986).
Profil Endapan Nikel Laterit
Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan ultrabasa
secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup atau top
soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
1. Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan berukuran
lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga sisa-sisa
tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena terdiri dari konkresi FeOksida (mineral Hematite dan Goethite), dan Chromiferous dengan kandungan
nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0 2 m. Tekstur batuan asal
sudah tidak dapat dikenali lagi.
2. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai pasir,
tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit, dengan
tebal lapisan berkisar antara 1 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,
dan sempat hilang karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang
mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan
kadar SiO2 berkisar 2 5% berat. Sebaliknya kadar Fe 2O3 menjadi sekitar 60
80% berat dan kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Zone ini didominasi oleh
mineral Goethit, disamping juga terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa
sekunder. Pada Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan Aluminium.

1.

Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkahbongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan
tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang
terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H 2O dan Nikel bertambah, dengan
kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon
hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite,
Mangan, Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon, dan di
beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang mengandung Fe-hidroksida.

1.

Bedrock (Batuan Dasar)


Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam kehijauan,
terdiri dari bongkah bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan secara
umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral mendekati
atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe 5% serta Ni dan Co
antara 0.01 0.30%.
Share
this:iklan-iklan ini
Tentang

Twitter

Facebook

Terkait

BAB III LANDASAN TEORI Genesa Endapan Nikel Laterit


BAB III lANDASAN TEORI ENDAPAN NIKEL LATERITdalam "By Adhi Miner's 08"
Nikel laterit

Tags: Artikel
Comments RSS feed

Berikan Balasan

Nikel Laterit dareh penilitian


Tambang Terbuka

Recent entries
Pasir Besi Tinjauan Geologi

Teknik Explorasi

Perencanaan produksi

Nikel laterit

Gologi tektonik Pergerakan lempeng

BAB III LANDASAN TEORI Genesa Endapan Nikel Laterit

BAB III lANDASAN TEORI ENDAPAN NIKEL LATERIT

Genesa Bahan Galian

Tambang Terbuka

Genesa Endapan Nikel Laterit

Browse popular tags


Artikel Buat referensi Balajar para pedownload By: Mine 08
referensi...

Meta

Mendaftar

Masuk log

Entries RSS

Comments RSS

Friends & links

Discuss

Get Inspired

Get Polling

Get Support

Learn WordPress.com

Sofware

Theme Showcase

WordPress Planet

WordPress.com News

By Adhi Miner's 08 geologi

Halaman
Arsip Bulanan

Juli 2014

Juni 2013

Mei 2013

April 2013

Maret 2013
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | The Motion Theme.
[ Back to top ]

Ikuti

Ikuti Berawal Dari Tambang


Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Daftarkan saya

Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai