Anda di halaman 1dari 43

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga

: Tn. S

Alamat lengkap

: Karang petir RT 06 / RW 02 Kec.Tambak, Kab


Banyumas, JATENG

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


N

Nama

o
1

Tn. S

2
3
4`

Keduduka
n

Ny. K
An. FS
An. SR

L/

Umu

Pendidikan

Pekerjaa

Keterangan

P
Kepala L

r (th)
44

SD

n
Buruh

SD
SLTP
SD

Tani
IRT
Pelajar
Pelajar

Penderita

Pelajar

Diare
-

keluarga
Istri
Anak
Anak

P
P
P

31
14
10

5
An. E
Anak`
P
6
Sumber : Data Primer, Agustus 2010

SD kelas 1

Kesimpulan :
Keluarga Tn. S berbentuk nuclear family. Pasien adalah An. SR, perempuan
berusia 10 tahun.

BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah
buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Laporan ini disusun berdasarkan
kasus yang diambil dari seorang Anak berusia 10 tahun yang menjalani
pengobatan di Puskesmas Tambak 1. Anak tersebut menderita diare akut dan
hingga saat ini masih rutin menjaani pengobatan dan kontrol ke Puskesmas
Tambak 1.
Kasus ini menarik untuk diangkat karena angka kejadian penyakit
gastroenteritis, terutama diare, masih menjadi penyakit yang sering dijumpai
di Puskesmas Tambak I, dan pada bulan Juni-Juli jumlah kasusnya meningkat.
Masyarakat di daerah Tambak masih menggunakan air sungai sebagai tempat
buang air besar/kecil, mandi dan keperluan rumah tangga lainnya. Hal inilah
yang mungkin menjadi faktor utama sulitnya untuk menekan jumlah kasus di
daerah Tambak.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Status
Agama
Suku Bangsa
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Penghasilan/bulan
Alamat

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

An. SR
10 tahun
Perempuan
Belum Menikah
Islam
Jawa
Indonesia
Pelajar
SD
Karang petir RT 06/ RW 02, Kec. Tambak
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah

C. ANAMNESIS

Pasien baru datang dengan keluhan buang air besar sejak empat hari
yang lalu. Sepanjang hari terus merasa ingin buang air besar, hingga mencapai
lebih dari sepuluh kali dalam sehari. Pasien merasa sakit kepala, mual tetapi
tidak sampai muntah, serta merasa perutnya sakit. Pasien juga merasa sering
haus, lemas dan kadang demam. Pasien juga mengeluhkan buang air yang
disertai darah, berwarna putih seperti air cucian beras dan encer.
Riwayat penyakit dahulu, pasien pernah mengalami demam tinggi enam
bulan yang lalu. Riwayat pernah mondo, kecelakaan, pengobatan dan alergi
disangkal. Riwayat keluarga, ayah pasien tidak pernah mengalami sakit lama,
paling sering hanya batuk pilek. Akan tetapi ibu pasien pernah menderita
batuk lama, tumor payudara dan dispepsia kronis. Kakak dan adik pasien
sedang mengalami batuk kronis yang lama dan sedang mengalami pengobatan
selama enam bulan.
Riwayat Sosial dan Exposure
Community

: pasien tinggal di daerah Karang petir yang


merupakan

Daerah

pemukiman

tidak

padat

penduduk. Higienisitas daerah ini masih kurang


dari sisi perairan.
Home

: Pasien tinggal di rumah kedua orang tuanya.


Rumah yang ditinggali pasien belum memenuhi
kriteria rumah sehat. Rumah merupakan bangunan
permanen tidak bertingkat, dinding terbuat dari
tembok yang tidak dicat, lantai rumah semen, atap
rumah dari seng dengan plafn terbuat dari
bambu,

ventilasi

buruk

dengan

tingkat

kelembapan tinggi, pencahayaan kurang, halaman


rumah luas dengan sekitar kebun pisang dan
bambu, kebersihan dalam rumah buruk, sumber
air minum dari sumur yang ada dimushola, luas
rumah 54 m2 dengan jumlah anggota keluarga 5
orang. Rumah pasien juga dekat dengan kandang

binatang maupun dengan tempat pembuangan


sampah.
Hobby

: bermain ke sungai dan berendam di ember


didepan rumahnya.

Occupational

: pasien adalah murid Sekolah Dasar yang setiap


harinya tidak bekerja.

Personal habit

: bermain dengan rekan sebayanya disungai, sering


jajan sembarangan di sekolah dan tidak biasa cuci
tangan sebelum makan.

Diet

: sayur-sayuran, tempe, tahu, daging kadangkadang, minum kopi dan teh.

Drug

: pasien tidak memakan obat sebelum dirawat di


puskesmas.

Riwayat Psikologis:
Dilihat dari segi psikologi, pasien merupakan anak yang cukup dikenal
oleh lingkungan sekitarnya. Hubungan pasien dengan keluarganya harmonis.
Pasien merasa senang diperhatikan oleh orang tuanya, dan terkadang sedikit
manja apabila ada kedua orangtuanya. Akan tetapi juga selalu dimarahi kalau
jajan sembarangan di sekolah. Pasien merasa tidak nyaman jika terus-terusan
sakit dan cemas kalau harus terus dirawat dipuskesmas, tidak bisa sekolah dan
ketinggalan pelajaran disekolah.
Riwayat Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik.
Pasien sering bermain di sekitar rumah bersama rekan sebayanya dan pasien
juga cukup dikenal oleh tetangganya sebagai anak yang baik.
Riwayat Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, keluarga Tn. S merupakan golongan ekonomi
menengah kebawah, Tn. S bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan
yang tidak menentu setiap bulan dan istrinya sudah tidak bekerja dan

kebutuhan sehari-harinya dipenuhi oleh Tn.S. Setiap bulan Tn. S hanya bisa
mencapai penghasilan Rp. 100.000,- untuk kebutuhan sehari-hari Tn. S, istri,
dan anaknya. Kebutuhan primer dan sekunder keluarga pasien tidak dapat
terpenuhi dengan baik.
Riwayat Gizi
Pasien lahir ditolong oleh bidan dengan persalinan normal tetapi
kurang bulan dan berat lahir 2,4 kg. Namun dalam kesehariannya penderita
kurang bisa menjaga pola makannya, dikarenakan sering jajan disekolah.
Pasien biasa mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang
mengkonsumsi

daging.

Penderita

juga

mempunyai

kebiasaan

jajan

sembarangan disekolah maupun disekitar rumah.


Review System
Keluhan Utama

: Sering buang air besar (lebih dari 10 tiap hari)

Kulit

: Gatal (-), terasa kering

Kepala

: Sakit kepala (+)

Hidung

: hidung tersumbat (-)

Telinga

: pendengaran kurang jelas, keluar cairan (-)

Mulut

: sariawan (-)

Leher

: kaku kuduk (-), benjolan (-)

Tenggorokan

: sakit menelan (-)

Pernafasan

: sesak nafas (-), mengi (-)

Sistem Kardiovaskuler

: nyeri dada (-)

Sistem Gastrointestinal

: mual (+), muntah (-), nyeri perut (+)

Sistem Muskuloskeletal : lemas (+)


Sistem Genitourinaria
Ekstremitas

: kencing normal

: Atas : ujung jari terasa dingin (-).


Bawah : ujung jari terasa dingin (-).

Sistem sosial-ekonomi

: pasien adalah golongan ekonomi menengah

kebawah, pasien anak kedua dari tiga bersaudara, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya baik.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Tanda Vital
Tekanan darah

: 120/75 mmHg

Nadi

: 84 x /menit, regular

RR

: 24 kali/menit

Suhu

: 38,8O C

Status gizi
BB

: 24 kg

TB

: 120 cm

IMT

: BB/TB2 = 24/(1,2)2 =16.6

Kesan status gizi kurang.


Kulit

: sianosis (-), ikterus (-), turgor kurang.

Kepala

: bentuk dan ukuran normal, rambut tidak mudah dicabut.

Mata

: konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).

Telinga

: bentuk dan ukuran normal, sekret (-/-).

Hidung

: bentuk hidung simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-)

Mulut

: bibir sianosis (-)

Tnggkn

: tanda radang (-)

Leher

: deviasi trakea (-), JVP normal, pembesaran kelenjar limfe (-)

Thoraks : Simetris, benjolan(-), jejas(-), retraksi(-), spider nevi (-)


Jantung

Inspeksi

: ictus cordis tampak di SIC VI 2cm lateral LMCS

Palpasi

: iktus cordis normal,

Perkusi

: batas kiri atas di SIC II LPSS 2 cm lateral


batas kanan atas di SIC II LPSD 1 jari lateral

batas kiri bawah di SIC VI 2 cm lateral LMCS


batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas jantung kesan normal
Auskultasi : suara normal jantung S1>S2, regular, bising (-), gallop (-)
Pulmo

Inspeksi

: pergerakan paru simetris.

Palpasi

: ketinggalan gerak (-), fremitus taktil paru kanan = kiri

Perkusi

: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiri

Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-),
ronkhi (-)
Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)
Abdomen :
Inspeksi

: datar, strie (-), lesi (-)

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat


Palpasi

: nyeri tekan (+) hampir diseluruh lapang pandang, hepar dan lien
tidak teraba

Perkusi

: timpani (+) normal

Genitalia : tidak dilakukan


Anorektal : tidak dilakukan
Ekstremitas:
Superior

: edema (-/-), clubbing finger (-/-), luka (-/-), akral dingin (-/-),

tremor (-/-)
Inferior

: edema (-/-), clubbing finger (-/-), luka (-/-), akral dingin (-/-),

tremor (-/-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
F. RESUME
An. SC berusia 10 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis diare akut. Penderita memiliki tidak memiliki
stress psikologis. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Status ekonomi
keluarga tergolong menengah kebawah. Penderita tinggal di lingkungan

pemukiman yang tidak padat penduduk, dengan kondisi rumah yang kurang
sehat dengan ventilasi cukup tetapi pencahayaan yang kurang, serta
kebersihannya buruk. Hubungan An.SC dengan masyarakat dan rekan sebaya
sekitar juga baik.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis

: Diare Akut

Diagnosis Psikologis

: Tidak ada stres

Diagnosis Ekonomi

: Status ekonomi menengah kebawah

Diagnosis Sosial

: Hubungan dengan masyarakat harmonis

Diagnosis Demografi

: Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga


baik.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK
a) Aspek Personal
1. Pasien mengeluh sering buang air besar sampai lebih dari 10 kali sehari.
2. Harapan berobat adalah untuk sembuh ( Idea)
3. Perhatian dari orang tua sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit
An. SR, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar
anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)
4. Yang diharapkan An.SR sebagai pasien dan keluarganya adalah
kesembuhan dan bisa bersekolah lagi. Untuk kasus An. SC harapannya
yaitu untuk mencegah komplikasi dan mengontrol terulangnya
penyakit (Expectacy)
5. An. SR merasa tidak nyaman jika terus-terusan sakit dan cemas kalau
harus terus dirawat dipuskesmas, tidak bisa sekolah dan ketinggalan
pelajaran disekolah (Anxiety).
b) Aspek Klinis
Diare Akut
c) Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Usia

: Dari faktor usia, An. SR berumur 10 tahun yang


merupakan kelompok usia risiko tinggi munculnya
penyakit diare.

Perilaku individu: Kebiasaan An. SR mengkonsumsi makanan yang dijual


di sekolah dan tidak biasa cuci tangan sebelum makan.
Psikologis

: Pasien merasa selalu dimarahi oleh ibunya karena sering


jajan sembarangan.

Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu


Dilihat dari faktor kedekatan dengan keluarga, kebiasaan keluarga untuk hidup
bersih dan sehat masih kurang, dilihat dari lingkungan rumah dan sekitarnya
yang sangat kotor dan kurang bersih. Hal ini yang bisa menjadi faktor risiko
terulangnya penyakit pasien, dan nenek pasien yang tinggalnya bersebelahan
juga sedang dirawat di puskesmas sumpiuh karena diare.
Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Dalam aspek ini An. SR dalam kehidupannya sehari-hari masih
mampu melakukan pekerjaan sehari-harinya seperti sebelum sakit (tidak ada
kesulitan) sehingga An. SR masih mampu melakukan aktivitas secara
mandiri di dalam maupun di luar rumah.

I. PENATALAKSANAAN
1.

Patient Centered
a.

Medika mentosa
1. IVFD RL 20 tpm
2. Loperamide
3. Antibiotik adekuat

b.

Non Medika mentosa


1. Bed Rest Tidak total
2. Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
dengan latihan fisik secara teratur
a) Hindari makanan yang tercemar debu dan udara bebas.
b) Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
c) Selalu membersihkan lingkungan rumah terutama dalam
pengambilan air untuk minum dan mandi.

d) Istirahat cukup
e) Apabila sudah bisa membuat jamban agar tidak buang air besar
dan kecil disungai.
f) Memasak air untuk minum sampai mendidih.
g) Jangan sering bermain air bekas air minum unggas peliharaan.
h) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan rajin
menggosok gigi.
Pengobatan Fokus Keluarga
a. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan An. SR, makanan yang
bergizi agar gizi An.SR bisa tercukupi, serta memantau pola makan An.
SR sehingga tidak sering jajan sembarangan.
b. Keluarga sebaiknya sering melakukan kerja bakti membersihkan rumah
agar rumah tidak kotor dan bebas dari unggas masuk kedalam rumah.
c. Ventilasi udara sering dibuka agar udara dan cahaya bisa masuk kerumah.
d. Menjauhkan kadang unggas peliharaan dari rumah.
e. Keluarga Tn.S juga sebaiknya memperhatikan kesehatan setiap anggota
keluarga karena hampir sebagian besar pernah menderita TB, Ca
Mammae.
Pengobatan Fokus Masyarakat
Untuk lingkungan sekitar Tn.S sebaiknya sering memperhatikan
kondisi perairan disekitar tempat tinggalnya, mungkin dengan membuat
jamban umum, dan penyelenggaraan air bersih untuk lingkungan Karangpetir,
sehingga kondisi masyarakat sekitar terhindar dari infeksi yang bisa
menyebabkan diare, karena diare merupakan penyakit yang penyebarannya
melalui oral-fekal. Serta membersihkan lingkungan sekitar karena daerah
Karangpetir masih terdapat genangan-genangan air yang bisa menjadi tempat
perindukan nyamuk.

10

J. FOLLOW UP
Nama

: An.SR

Diagnosis : Diare Akut


Tabel 2. Flow Sheet
No Tgl
1
02/08
/2010

03/08
/2010

04/08
/2010

Problem
Pusing,
mual.
Perut
terasa
sakit,
sering
BAB
lendir dan
kadang
darah
Pusing,
mual,
diare,
perut
sakit,
malam
panas.

TD
N BB TB Planning
120/70 84 24 120 Rehidrasi,
pemberian
anti diare,
antibiotic
adekuat.

Target
Perbaikan
balance
cairan.

120/80 80 24

Terpenuhinya
balance
cairan dan
penghentian
infeksi

Pusing,
120/78 80 24
mual,
perut
terasa
sedikit
sakit,
diare
berkurang,
panas
berkurang

120 Lanjutkan
obat,
ditambah
antipiretik.
Kontrol
cairan dan
tekanan
darah
120 Lanjutkan
pengobatan.

Terpenuhinya
balance
cairan dan
infeksi
teratasi.

Diagnosis Psikologis

: Stress pikiran tidak ada.

Diagnosis Ekonomi

: Status ekonomi menengah ke bawah.

Diagnosis Sosial

: Hubungan dengan masyarakat harmonis.

Diagnosis Demografi

: Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga


baik.

Kesimpulan :

11

Berdasarkan follow up, pasien mengalami perbaikan cairan dan keadaan


umum. Akan tetapi pasien perlu melakukan modifikasi gaya hidup untuk
mencegah terulangnya penyakit diare. Pasien juga diberikan pengertian
tentang pentingnya menerapkan perilaku bersih dan sehat.
MASTER PROBLEM LIST
Problem Approx
Number Date of
Onset

Date
Problem
Recorded

Active
Problems

Inactive/Resolved
Problems

1.

05.02
/2010

02.08
/2010

Diare Akut,
pusing,
mual, perut
terasa sakit,
demam.
DD:
Thyphoid
Fever

TB, batuk lama


lebih dari satu
bulan
-

2.

3.

2009
2010

04.08
/2010

Date
Resolved
A
Agustus
2009
04.08
/2010

04.08
/2010

BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

12

A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
An. SR adalah anak dari Tn. S dan Ny. K, merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara, saudara yang pertama berusia 14 tahun,
sedangkan yang ketiga berusia 6 tahun.
An. SR tinggal bersama ayah, ibu dan kedua saudaranya dalam
satu rumah. Dalam satu rumah, ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit diare. Riwayat penyakit menular dalam satu rumah
ada, yakni penyakit batuk lama (TB) yang sedang diderita kakak dan
adik pasien. Ibu pasien juga pernah menderita tumor payudara dan
batuk lama, sehingga menyebabkan tidak dapat bekerja lagi.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga
dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Apabila An. SR sedang merasa tidak
enak badan, maka ayah dan ibunya mengantarkan ke mantri ataupun
bidan namun setelah dari mantri tidak ada perubahan maka pasien
berobat ke puskesmas.
Usia An. SR yang masih anak-anak dan anak kedua dari tiga
bersaudara, membuat An. SR memiliki perasaan iri. An. SR sering
merasa dibedakan dengan adiknya terutama apabila pasien tidak
dituruti ingin jajan di sekolah. Walaupun ketika dirawat pasien terlihat
dimanja dan diperhatikan.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang
cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap
untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Keluarga ini
memiliki waktu yang cukup banyak untuk berkumpul, sehingga
hubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik.
3. Fungsi Sosial

13

Hubungan pasien dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan


baik. An. SR sering bermain disekitar rumahnya dan dengan teman
sebayanya, tetangga pun cukup tahu dengan An. SR, sehingga
hubungan dengan masyarakat sekitar masih baik.
4. Fungsi Ekonomi
An. SR lahir dikeluarga dengan ekonomi keluarga menengah
kebawah, dengan penghasilan orang tua tidak menentu, membuatnya
jarang diberi uang jajan lebih.
5.

Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam
berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk
saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain
akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R.
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = buruk, 5-7 = sedang, dan
8-10 = baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka
untuk bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga
sering berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga
lainnya akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. K dirawat di
rumah sakit maka suami dan anak-anaknya bersedia menemaninya.
PARTNERSHIP
Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian
suatu masalah, dapat dikatakan baik. Keluarga ini memiliki banyak waktu
untuk berkumpul dan berdiskusi, sehingga komunikasi antar anggota
keluarga tetap terjaga dengan baik. Dalam hal pembiayaan dan

14

pengambilan keputusan An. SR dirawat Ny. K dan Tn. S selalu berdiskusi


dulu.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan
petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan An. SR.
Namun kesadaran akan kebersihan lingkungan dan perubahan perilaku
masih kurang. Orang tua An. SR juga bercita-cita menyelesaikan
pendidikannya sampai jenjang tertinggi, walau ekonomi masih sulit.
AFFECTION
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan
di hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain
sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
Rasa sayang antar anggota keluarga juga dapat dilihat dari sikap orang tua
An. SR yang selalu merawat dengan sukarela.
RESOLVE
Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga selalu
disempatkan disore atau malam hari. Keluarga mempunyai kebiasaan
makan malam bersama dan solat bersama, karena keluarga An. SR adalah
keluarga yang islami.
Tabel 3. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn. S
A.P.G.A.R. Tn. S Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Jarang

selalu

/tidak

kadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

15

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon


emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10
Tn. S mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya
walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan istri dan
cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang
sedang dia rasakan kepada istrinya. Tn. S sebagai buruh tani tidak tetap,
membuat ekonomi keluarga masih kurang. Walaupun demikian, anak dan
istri mendukungnya.
A.P.G.A.R. Ny. K Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Jarang

selalu

/tidak

kadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9
Ny. K sebagai istri dari Tn. S tamatan SD saat ini hanya sebagai
ibu rumah tangga dan tidak bekerja, karena kondisi fisiknya. Dia masih
mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anaknya. Ny. K merupakan
tipe orang yang disiplin dan kadang ada anaknya yang membandel
membuat dia kesal.
A.P.G.A.R. An. SR Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Jarang

selalu

/tidak

16

kadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon


emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7
An. SR sebagai anak dari Tn. S masih bersekolah kelas 5 SD. Dia
sering membandel jika diberitahu ibunya supanya jangan jajan disekolah
dan membawa bekal saja dari rumah.
A.P.G.A.R. An. FS Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Jarang

selalu

/tidak

kadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total Score : 9
An. FS adalah anak pertama dikeluarga ini, dan sekarang sedang
ditahun akhir pendidikannya. Dia sering mendiskusikan bagaimana
kelanjutan pendidikannya kepada kedua orangtuanya dan mereka sangat

17

mendukungnya walaupun dengan biaya yang tidak bisa dijanjikan, tetapi


dengan begitu dia sangat terbantu.
A.P.G.A.R. An. E Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Jarang

selalu

/tidak

kadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total Score : 10
An. E adalah anak terakhir dikeluarga ini, walaupun masih kecil, dia
sangat mengerti keadaan keluarga dan ibunya yang sering sakit. Ketika An.
SR kakaknya sakit dia tidak mau pulang tapi mau menemani kakaknya.
A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+7+9+10) / 5 = 9
Kesimpulan : keluarganya dinilai sehat.
Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun
waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan
tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap
membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)


Fungsi

patologis

dari

keluarga

dinilai

dengan

menggunakan

S.C.R.E.E.M.
Tabel 4. S.C.R.E.E.M Keluarga Tn. S

18

Sumber

P
atologis

Membina hubungan yang baik dengan


Soci
al

tetangga sekitarnya. Keluarga Tn. S jarang aktif


dalam kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian,

kerja bakti, siskamling, dll.


Keluarga ini masih menggunakan bahasa
Cult
ure

jawa dalam percakapan sehari-hari. Adat dan


kesopanan Jawa masih dipertahankan. Selain itu

keluarga ini juga masih mengadakan acara adat


seperti hajatan.

Reli
gious
Eco
nomic
Edu
cational

Dalam keluarga ini masih menjunjung


tinggi agama. Keluarga ini melakukan shalat 5

waktu dan pengajian.


Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
bawah. Keluarga ini hanya mampu memenuhi

kebutuhan primer.
Latar belakang pendidikan tergolong
menengah kebawah. Keluarga biasanya melihat

berita dari acara tv ataupun radio.


Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera
dibawa ke puskesmas. Keluarga menggunakan

Med
ical

ASKIN untuk pembiayaan kesehatan, namun tidak


taat terhadap perintah yang dianjurkan dokter untuk

mengubah perilakunya dan menjaga pola makannya


agar tidak terulangnya penyakit.
D. GENOGRAM

19

T
n

Keterangan :
n.

: Penderita Diare

A
n.

: Meninggal dunia
: Penderita TB Paru
: Penderita Tumor Payudara
Tn. S menikah dengan Ny. K dan mempunyai 3 orang anak. Istri
Tn. S menderita tumor payudara. Orang tua Ny. K keduanya sudah
meninggal dunia, keduanya sempat bercerai saat Ny. K berusia empat
tahun. Sedangkan orangtua Tn. S, ayahnya sudah meninggal dunia
sedangkan ibunya masih hidup dan tinggal bersebelahan dengan rumah
Tn. S.
Kesimpulan: Terdapat pola penyakit yang sama dalam satu
lingkungan keluarga yaitu diare dan TB Paru.

E. INTERAKSI KELUARGA
An.FS

An.SR

20

An.E

Tn.S

Ny. K

Sumber : Data primer, 2010


Keterangan:
= hubungan baik
= hubungan kurang baik

BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI

FAKTOR

PERILAKU

DAN

NON

PERILAKU

KELUARGA
1.

Faktor Perilaku Keluarga

21

Perilaku masing-masing anggota keluarga sangat mendukung untuk


kesehatan An. SR. Pengetahuan anggota keluarga mengenai diare dapat
dikatakan kurang. Hal ini dapat dilihat dari pola keberadaan barang-barang
yang ada di rumah yang terlihat sangat tidak terawat dan dapat dikatakan
kurang bersih dan rapi. Kegiatan MCK keluarga ini dilakukan di sungai yang
jaraknya tidak jauh dari rumah. Akan tetapi, Ny. K mengaku bahwa air yang
mereka minum diambil dari mushola yang ada didekat rumah, yang saluran
airnya dari PDAM.
Perilaku jarang mencuci tangan sebelum makan juga kerap menjadi
faktor risiko bagi An. SR untuk tertular kuman penyakit. Kebiasaan bermain
di genangan air di dekat rumah yang juga tempat peternakan hewan ternak
juga menjadi faktor yang mampu meningkatkan kerentanan An. SR
terinfeksi bakteri penyebab diare, selain itu pasien juga sering ajajn
sembarangan, sehingga kadang sulit untuk disuruh makan.
Keluarga Tn. S juga memiliki kebiasaan tidak membuka ruang
ventilasi rumah yang ada disekitar rumah, dimana hal ini dapat
menyebabkan tumbuh suburnya kuman penyakit, seperti M. Tuberkulosis,
dimana dikeluarga ini (An. FS dan An.E) terkena penyakit TB Paru.
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
kurang baik, hal ini terlihat kurang aktifnya keluarga terhadap kegiatan
yang diselenggarakan di lingkungan sekitar, seperti kerja bakti atau ronda
malam. Dalam hal keagamaan, penderita dan anggota keluarga lainnya
termasuk taat dalam menjalankan ibadah. Walaupun tidak selalu shalat
dalam masjid, tetapi penderita dan anggota keluarga lainnya selalu
menjalankan shalat 5 waktu.

2.

Faktor Non Perilaku


Usia An. SR masih usia anak-anak dan tingkat pengetahuan tentang
Pola Hidup Bersih dan Sehat masih kurang, sehingga masih sangat diperlukan
perhatian untuk terus memberikan pendidikan tentang pola hidup bersih dan
sehat, serta usia anak-anak juga rentan terhadap infeksi kuman penyakit.

22

Dari segi genetik, tidak ada yang memiliki penyakit turunan dalam
keluarga ini, penyakit yang timbul kemungkinan besar disebabkan oleh faktor
lingkungan dan perilaku.
Dari segi pelayanan kesehatan, keluarga ini segera mencari
pertolongan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Jenis
pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah puskesmas yang terletak
tidak jauh dari rumah dan kadang ke mantri atau bidan terdekat.
Dari segi rumah, keadaan rumah An. SR masih belum memenuhi
kriteria rumah sehat, selain itu juga keadaan ekonomi An.SR merupakan
golongan keluarga menengah ke bawah.

23

Sikap : tidak memperhatikan nasehat orang tua..

Usia: Merupakan
menderita hiperte

Keturunan : tidak ada


keluarga.
An. SR

Tindakan :Sering MCK di sungai dan tidak cuci tangan sebelum makan

Pelayanan Kesehatan :S

Pola makan: sering jajan sembarangan, dan tidak mau makan.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku


Keterangan

:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku

B.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


1.

Gambaran Lingkungan Rumah


Ukuran rumah keluarga Ny. S adalah 36 m2. Lingkungan tempat
tinggal merupakan suatu pemukiman tidak padat dengan jalan depan
rumah aspal. Atap rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat dari
tembok, lantai dikeramik. Ventilasi rumah berukuran kurang dari 25% dari
luas ruangan, pencahayaan yang masuk ke dalam rumah kurang. Begitu
juga tingkat kelembapan dalam rumah dapat dikatakan tinggi.
Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang tempat
menyimpan beras dan baju habis pakai dan setelah dicuci, 1 dapur, dan

24

tidak ada kamar mandi serta tidak ada tempat saluran air. Sedangkan
pencahayaan matahari dan ventilasi udara kurang, sehingga udara tidak
dapat mengalir cukup dan cahaya matahari masuk kurang banyak. Sumber
air bersih adalah sungai dan PDAM di Mushola.
Berdasarkan penjelasan diatas maka bisa disimpulkan rumah An.
SR belum memenuhi kriteria rumah sehat karena :
a) Ventilasi rumah tidak memenuhi 25% dari luas rumah
b) Pencahayaan rumah juga masih kurang, pada siang hari rumah terlihat
sangat gelap
c) Belum tersedianya tempat penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
air limbah rumah tangga.
2. Denah Rumah
Rumah penderita seluas 36 m2. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1
ruang tamu, 1 ruang tempat menyimpan beras dan baju habis pakai dan
setelah dicuci, 1 dapur, dan tidak ada kamar mandi serta tidak ada tempat
saluran air. Ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah kurang
baik. Terdapat kebun pisang disekitar rumah dan pohon bamboo yang
rindang disekitar rumah, serta terdapat kandang ayam/bebek tepat
dibelakang rumah.

Kandang Ayam / Bebek

Dapur

Gudang

Tempat penyimpanan beras dan baju

Kamar tidur

Utara

6m

R. Tamu
Kamar tidur

6m

25

BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
1. Diare Akut
2. Riwayat keluarga TB Paru.
B.

MASALAH NON MEDIS


a. Pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur.
b. Lingkungan rumah yang tidak memenuhi standar rumah sehat.
c. Kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan.
d. Keadaan ekonomi menengah ke bawah.
e. Usia anak-anak

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diagram 4. Diagram Permasalahan Keluarga Pasien
Sikap : tidak memperhatikan nasehat orang tua.

Usia: Merupakan
menderita hiperte

Lingkungan : Rumah pasie


An. SR

Tindakan :Sering MCK di sungai dan tidak cuci tangan sebelum makan

Pelayanan Kesehatan :S

Pola makan: sering jajan sembarangan, dan tidak mau makan.

26

E.

MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks :
Tabel 5. Matriks Prioritas Masalah
No.

Daftar masalah
P

I
S

T
SB

R
M

Jumlah

o
4

a
4

25.600

IxTxR

Kebiasaan MCK di 4
sungai dan tidak cuci
tangan sebelum makan.
Pola makan tidak sehat 4
dan makan tidak
teratur.

n
4

6.912

3.

Rumah masih belum


memenuhi kriteria
rumah sehat.

24.000

Keadaan ekonomi
menengah ke bawah

12.000

5.

Usia anak-anak

124

1.
2.

Keterangan :
I

: Importancy (pentingnya masalah)

: Prevalence (besarnya masalah)

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)


T

: Technology (teknologi yang tersedia)

: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)


Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1

: tidak penting

: agak penting

: cukup penting

: penting

: sangat penting (Azwar, 1996)

27

F.

METODE HANLON
Kriteria A
Masalah
Kesehatan

Besarnya masalah

020
(1)

Kebiasaan MCK
di sungai dan
tidak cuci tangan
sebelum makan.
Pola makan tidak
sehat dan makan
tidak teratur.
Rumah masih
belum memenuhi
kriteria rumah
sehat.
Keadaan ekonomi
menengah ke
bawah
Usia anak-anak

2140
(2)

Nilai

4160
(3)

6180
(4)

81100
(5)

Kriteria B
Masalah

Kegawat

Urgensi

Biaya

Nilai

an

Kebiasaan MCK di
sungai dan tidak cuci
tangan sebelum makan.
Pola makan tidak sehat
dan makan tidak teratur.
Rumah masih belum
memenuhi kriteria
rumah sehat.
Keadaan ekonomi
menengah ke bawah
Usia anak-anak

28

Kriteria C
Masalah
Kebiasaan MCK
di sungai dan
tidak cuci tangan
sebelum makan.
Pola makan tidak
sehat dan makan
tidak teratur.
Rumah masih
belum memenuhi
kriteria rumah
sehat.
Keadaan ekonomi
menengah ke
bawah
Usia anak-anak

Nilai
4

3
4

3
2

Kriteria D
Masalah

A B

D
P E

NP

A R L

NP Urutan
T

Priorit
as

Kebiasaan
MCK di sungai
dan tidak cuci
tangan sebelum
makan.
Pola makan
tidak sehat dan
makan tidak
teratur.
Rumah masih
belum
memenuhi
kriteria rumah
sehat.
Keadaan
ekonomi
menengah ke
bawah
Usia anak-anak

32

32

21

21

32

32

21

21

12

12

G. PRIORITAS MASALAH

29

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga


An. S adalah sebagai berikut :
1. Kebiasaan MCK di sungai dan tidak cuci tangan sebelum makan.
2. Rumah masih belum memenuhi kriteria rumah sehat.
3. Pola makan tidak sehat dan pola makan tidak teratur.
Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah kebiasaan MCK di
sungai dan tidak cuci tangan sebelum makan.

BAB VI

30

RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA

A. Rencana Kegiatan
Tgl
4/
08/
2010

5/
08/
2010

a.

Kegiatan yang dilakukan

Mengajarkan
bagaimana cuci tangan
yang benar.

Memberikan
pengetahuan mengenai
pentingnya membuat WC
di rumah.

Perjanjian untuk
pertemuan selanjutnya

Edukasi dalam pola


hidup bersih dan sehat.

Memberikan
pengetahuan tentang
rumah sehat

Target kegiatan
Pasien tahu tentang pentingnya
cuci tangan sebelum makan.

1.

Mengurangi risiko
tertularnya penyakit yang
sudah ada.
2.
Pasien dan keluarganya
tahu bagaimana mensiasati
rumah agar lebih sehat.

Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan
pentingnya perilaku cuci tangan sebelum makan dan melakukannya
dengan benar, serta memberikan pengetahuan tentang bagaimana
mensiasati rumah agar menjadi lebih sehat, sehingga penyebaran
penyakit menular yang ada di keluarga ini bisa lebih ditekan, serta
memberikan gambaran akan pentingnya membuat WC atau jamban di
rumah dan melihat risikonya yang terjadi pada lingkungan apabila terus
dilakukan.

b.

Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perilaku mencuci
tangan, misalnya:
1. Memberitahu pasien cara cuci tangan yang benar dengan
menggunakan sabun, terutama sabun antiseptik.

31

2. Membantu cara mencuci tangan yang benar kepada pasien mulai


dari penggunaan air bersih, menggunakan sabun, dimulai dari jarijari tangan, telapak tangan, sela-sela jari, dan pada pergelangan
tangan.
3. Memberitahu makanan yang sehat tetapi masih terjangkau, seperti
sayuran, susu kedelai, dan lain-lain.
4. Orangtua sebaiknya selalu mengawasi anak-anaknya agar tetap
memelihara perilaku sehat ini.
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya
membuat WC/jamban di rumah, misalnya:
1)

Memberi pengetahuan fungsi jamban.

2)

Bagaimana memilih jamban yang sehat, seperti model leher


angsa bukan jamban langsung.

3)

Memberi edukasi untuk tidak membuang kotoran di sungai


karena dampaknya luas bagi masyarakat.

4)

WC juga agar memudahkan pasien membuat penampungan


air bersih dan tidak harus ke mushola untuk mengangkut air.

c.

Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan
keluarga, serta memberikan sedikit contoh langsung.

d.

Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan
keluarganya.

e.

Evaluasi
Pengevaluasian hasil pembinaan dilakukan secara langsung
yakni dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan secara langsung, serta
praktek langsung dalam apa yang telah diajarkan. Hasil yang
diharapkan keluarga sudah mampu memenuhi tujuan dari pembinaan
tersebut.

32

B. HASIL
Tgl
4/
08/
2010

Kegiatan yang
dilakukan

5/
08/
2010

Mengaj

Target
kegiatan
Pasien tahu
tentang
pentingnya cuci
tangan sebelum
makan.

arkan
bagaimana
cuci tangan
yang benar.
Membe
rikan
pengetahuan
mengenai
pentingnya
membuat
WC di
rumah.
Perjanji
an untuk
pertemuan
selanjutnya
Edukasi 1.
Mengur
angi
risiko
dalam pola
tertularnya
hidup bersih
penyakit
dan sehat.
yang sudah
Member
ada.
ikan
Pasien
pengetahuan 2.
dan
tentang
keluarganya
rumah sehat
tahu
bagaimana
mensiasati
rumah agar
lebih sehat.

Anggota
Hasil kegiatan
keluarga yang
terlibat
Pasien dan
1.
Pasien
seluruh
mau
keluarga
melakukan
pasien
cara cuci
tangan yang
benar.
2.
Orang
tua pasien
mau
membuat
WC, tetapi
jika sudah
memiliki
uang yang
cukup.

Pasien, dan
keluarganya

Pengetahuan
kaluarga
bertambah

33

BAB VII
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN JAMBAN
SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE

A. DIARE
1. Definisi
Diare adalah defekasi dengan feces berbentuk cairan atau setengah
padat, dengan kandungan air pada feces lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml). America Academy of Pediatrics (AAP),
mendefinisikan diare akut dengan karakteristik peningkatan frekuensi
dan atau perubahan konsistensi, dapat disertai dengan atau tanpa
gejala dan tanda seperti mual, munah, deman atau sakit perut yang
berlangsung selama 3-7 hari. Definisi diare kronik menurut WHO
adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
2. Etiologi
a. Mikroorganisme
Berdasarkan

penelitian

mikroorganisme

yang

(Triatmojo,1993),

infeksi

paling

terjadi

sering

menimbulkan diare adalah infeksi yang disebabkan


oleh

Rotavirus

yaitu

sebesar

18,2%,

kemudian

disusul oleh infeksi ETEC sebesar 6,1%, Entamuba


histolytica 2,4%, Shigella 2,4%, Salmonella 1,2%, dan
Champylobacter 1,2%.
b. Defisiensi zat imunologis
c. Defisiensi enzim laktase
d. Penggunaan obat-obatan antimotilitas
3. Faktor resiko
a. Faktor host

34

1. Gizi buruk dimana terjadi atrofi mukosa usus,


regenerasi epitel usus berkurang, pembentukan
enzim serta penyerapannya terganggu
2. Alergi makanan
b. Faktor-faktor lain
1. Kurangnya higienitas perorang
2. Penghentian ASI dan makanan
4. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare,
mekanisme patofisiologis, dan etiologinya.
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare dibagi menjadi:
a. Akut
b. Prolonged
c. Kronik
Klasifikasi diare berdasarkan patofisiologi terbagi menjadi 2
mekanisme,yaitu:
a. Diare osmotik adalah diare yang disebabkan meningkatnya tekanan
osmotik intralumen dari usus halus.
b. Diare sekretorik adalah diare yang disebabkan oleh meningkatnya
sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi.
Klasifikasi diare berdasarkan etiologi,yaitu:
a. Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi.
b. Diare noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab
pada kasus tersebut. Penyebab diare non infektif meliputi gizi
buruk, defisiensi zat imunologis, defisiensi enzim laktase, alergi
makanan, penghentian ASI dan makanan, dan penggunaan obatobatan antimotilitas.
5. Gejala Klinis
Gejala klinis diare akut anak dapat dengan atau tanpa disertai
mual, muntah, demam, dan nyeri abdominal. Pasien dengan diare akut
akibat infeksi sering mengalami mual, muntah, nyeri perut sampai
kejang perut, demam dan diare. Kekurangan cairan akibat diare akan
menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
Gejala spesifik infeksi virus
a. Dimulai panas dan muntah, diikuti diare
b. Diare cair, ampas sedikit seperti biji lombok, L/D (-), feses asam

35

c. Frekuensi 10 15 x/hr (saat puncak)


d. Lama diare rata2 : 3 5 hr / lebih
e. Kadang disertai kembung
f. Tenesmus jarang
g. Dapat menyebabkan dehidrasi
Gejala spesifik infeksi bakteri
a. Diare cair dengan ampas cukup banyak lembek
b. Volume rata-rata banyak
c. Frekuensi jarang (rata2 < 6 x/hr)
d. Bau busuk
e. Sering berlendir, jarang berdarah
f. Tenesmus (+) / ringan sedang
g. Jarang disertai muntah
h. Kadang panas tinggi sampai kejang
6. Penatalaksanaan
Panduan tatalaksana pengobatan diare yang baru dan kemudian
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, Departemen Kesehatan
mulai melakukan sosialisasi tatalaksana baru pengobatan diare pada
balita, dengan merujuk pada panduan WHO. Tatalaksana ini sudah
mulai diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satusatunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi
usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati
pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menerapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita
yang dirawat di rumah maupun yang sedang dirawat di rumah sakit.
Pilar pertama adalah penggunaan oralit baru, yaitu oralit
dengan osmolaritas rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit
yang selama ini digunakan, namun efektifitasnya lebih baik daripada
oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga
menurunkan

kebutuhan

suplementasi

intravena

dan

mampu

mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian


muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah

36

direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non


kolera pada anak.
Adapun oralit formula lama untuk tiap kantong 200 ml terdiri
dari narium klorida 0,7 gram, natriun sitrat 0,58 gram, kalium klorida
0,3 gram dan glukosa 4 gram. Sedangkan oralit formula baru terdiri
dari narium klorida 0,52 gram, kalium klorida 0,3 gram, natrium sitrat
dihidrat 0,58 gram dan glukosa anhidrat 2,7 gram.
Pilar kedua adalah pengobatan zink selama 10 hari berturutturut. Penggunaan zink ini memang populer beberapa tahun terakhir
karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah
membuktikannya. Penelitian Baqui dan kawan-kawan menemukan
bahwa pemberian zink yang dilakukan pada awal diare selama 10 hari
ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien. Penelitian yang dilakukan secara besar-besaran di Bangladesh
itu melibatkan sekitar 8070 pasien diare berusia 3-59 bulan. Lebih
lanjut, penelitian lain oleh Rahman dan kawan-kawan menemukan
adanya sinergitas yang baik pada penggunaan zink bersama dengan
vitamin A untuk mencegah diare akut menjadi diare persisten.
Penelitian lain dilakukan oleh Roy S.K dan kawan-kawan yang
menemukan bahwa pemberian zink pada pasien anak penderita kolera
dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja yang dikeluarkan. Lebih
lanjut, Roy menyarankan pengobatan zink secara rutin pada seluruh
pasien anak penderita kolera. Hal ini bertujuan mengurangi durasi dan
keparahan penyakit.
Pengobatan zink pada anak mendapat rekomenasi dari WHO
dan UNICEF mulai buln Mei 2004. Zink merupakan mikronutrien
essensial untuk proses tumbuh kembang dan pemeliharaan sistem
imun. Obat zink ini bisa diberiakan dalam bentuk tablet dispersibel,
sirup, atau dry sirup. Sesuai rekomendasi, zink 20 mg per hari
dianjurkan untuk anak dibawah enam bulan, sementara zink 10 mg
dianjurkan untuk anak di bawah usia enam bulan. Masing-masing
diberikan selama 10 hari.

37

Manfaat pengobatan zink adalah menurunkan durasi diare akut


sebesar 25%, menurunkan angka kegagalan terapi sebesar 40% pada
diare persisten, serta menurunkan tingkat keparahan episode diare.
Selain itu, zink juga memiliki efek profilaksis selama 2-3 bulan setelah
pengobatan selama 10 hari. Efek samping dapat terjadi akibat
konsumsi zink adalah muntah, dan rasa kecap logam, namun jarang
terjadi.
Pilar ketiga adalah tetap memberikan ASI dan makanan seperti
biasa sesuai usia anak. Nutrisi yang seimbang tetap diperlukan untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengantian zat gizi yang hilang
akibat diare. Penyebab gagal tumbuh pada kelainan gastrointestinal
adalah kurangnya masukan kalori, kehilanagan kalori terlalu banyak
akibat muntah gangguan pencernaan dan penyerapan, dan diare kronik.
Manfaat ASI pada kelainan gastrointestinal terutama disebabkan
adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus (interstisial cell
growth promoting factor), faktor-faktor perlindungan berupa zat-zat
imunologi atau anti infeksi sehingga villi dinding usus cepat
mengalami penyembuhan (setelah rusak karena diare) diare cepat
berhenti akibatnya pertumbuhan dan perkembangan anak kembali
normal.
Pilah keempat adalah tidak dianjurkan penggunaan antibiotik
untuk diare non-spesifik, kecuali untuk diare berdarah dan berlendir
(dapat mengindikasikan disentri) atau kolera.
Pilar kelima adalah menasihati ini atau pengasuh untuk kontrol
kembali bila anak mengalami deman, tinja berdarah, muntah berulang
kali tanpa henti, makan dan minum hanya sedikit, merasa sangat haus,
diare semakin sering, atau belum membaik selam tiga hari. Peran
tenaga kesehatan dalam mengedukasi harus dijalankan sesuai porsinya.
Dengan menjalankan kelima langkah penatalaksanaan dengan tepat
angka morbiditas dan mortalitas diharapkan dapat ditekan.

38

B. Jamban Keluarga
1. Kepemilikan jamban
Dalam hal pemanfaatan sanitasi, masyarakat umumnya memiliki
beberapa pilihan akses yang digunakan secara bergantian, sebelum
dialirkan ke sungai. Khusus bagi masyarakat rural dan peri-urban,
meski memiliki toilet di rumah, mereka juga masih memanfaatkan
toilet terbuka seperti sungai atau empang. Masyarakat peri-urban
menjadikan

kepraktisan

dan

norma

umum

(semua

orang

melakukannya) sebagai alasan utama untuk menyalurkan kotorannya


ke sungai. Tidak heran, sungai-sungai di Indonesia bisa disebut
sebagai jamban raksasa karena masyarakat Indonesia umumnya
menggunakan sungai untuk buang air. Masyarakat urban di perkotaan
yang tinggal di gang-gang sempit atau rumah-rumah petak di Jakarta
umumnya tidak mempunyai lahan besar untuk membangun septic
tank. Karena itu, mereka biasanya tak memiliki jamban. Jika
kemudian mereka memiliki sumur, umumnya tidak diberi pembatas
semen. Kala hujan tiba, kotoran yang ada di tanah terbawa air hujan
masuk ke dalam sumur. Air yang sudah terkontaminasi inilah yang
memudahkan terjadinya diare. (Hiswani, 2003)
2. Buang air besar di jamban
Tinja dan limbah yang lain adalah limbah yang pasti dihasilkan
oleh setiap rumah. Oleh karena itu adalah kewajiban setiap rumah
tangga untuk mengelola tinja ini sebaik-baiknya. Prinsip dasarnya
menganggap bahwa tinja adalah sumber penyakit terutama penyakit
saluran alat cerna. Karenanya harus di lokalisasi untuk diolah
sehingga setelah dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi.
Pengolahan yang umum dan baik adalah dengan memanfaatkan
fungsi septic tank. (Sarudji. D, 2006).

39

3. Keadaan jamban
Dalam membangun tempat pembuangan tinja diperlukan
beberapa persyaratan sebagai berikut (Sarudji. D, 2006) :
a. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah yang masuk ke
dalam sumber atau mata air dan sumur.
b. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.
c. Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan.
Persyaratan ini untuk mencegah penularan penyakit cacing.
d. Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang-binatang
lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta
memenuhi syarat-syarat estetika yang lain.
Pemilihan lokasi bangunan septic tank sesungguhnya tidak menjadi
masalah, karena bangunan ini kedap air, yang umumnya terbuat dari
beton (concrete) asalkan dijamin tidak bocor. Tapi yang menjadi
masalah adalah letak resapan air setelah melalui outlet. Lokasinya
harus menjamin tidak mempunyai kontribusi terhadap kontaminasi
sumber air yang digunakan sebagai sumber air minum. Dianjurkan
setidak-tidaknya berjarak 5 feet antara resapan dengan sumber air.
(Sarudji. D, 2006)
C. Perilaku Cuci Tangan dan Jamban Sehat dengan Diare
a. Pemberian hanya ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan (Pada Balita)
b. Mencuci tangan dengan sabun setelah berak atau sebelum memberi
makan anak. Menurut penelitian, umumnya anak yang berusia 5 tahun
pernah terinfeksi oleh rotavirus walaupun tidak semuanya mengalami
diare. Biasanya anak-anak ini tertular karena kurangnya kebiasaan
hidup sehat seperti kurang atau tidak mencuci tangan.
c. Menggunakan jamban dan menjaga kebersihannya, kamar mandi atau
jamban yang bersih juga dapat membantu mencegah penyebaran
kuman.
d. Menggunakan air matang untuk makanan minuman kuman penyebab
diare umumnya spesifik pada suatu daerah tertentu, yang bergantung
pada tingkat kebersihan lingkungan dan kebiasaan kesehatan
warganya. Di daerah dimana tingkat kebersihan lingkungannya buruk

40

dan warganya tidak memiliki kebiasaan hidup sehat sering ditemui


kejadian diare terutama karena adanya kontaminasi air atau makanan
oleh kuman.
e. Pada penelitian Silva, dkk (2008) juga disebutkan dari hasil analisis
dengan membandingkan proporsi proporsi setiap sub variable
ternyata kelompok yang tidak memiliki jamban kejadian diarenya lebih
besar dibandingkan yang memiliki jamban sedangkan pada responden
yang memanfaatkan jamban angka kejadian diarenya lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan, sementara
bagi kelompok yang tidak memiliki jamban, kebiasaan untuk buang air
besar di sungai angka kejadian diare lebih besar dan bagi kelompok
yang memiliki jamban dengan keadaan bersih memiliki angka kejadian
diare lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa semua persyaratan
sanitasi dan kesadaran masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam tinjauan pustaka apabila dipenuhi akan dapat menekan kejadian
diare.

Penyuluhan perlu dilakukan secara persuasif, tidak terlalu

formal dilakukan dalam setiap ada kesempatan dengan materi terutama


persyaratan persyaratan sanitasi yang berkaitan dengan penyakit
diare dan juga bisa dianjurkan untuk membuat arisan jamban.

BAB VIII
PENUTUP

41

A. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosis Biologis
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Ekonomi
Diagnosis Sosial
Diagnosis Demografi

baik.
6. Diagnosis Holistik

: Diare Akut
: Tidak ada stres
: Status ekonomi menengah kebawah
: Hubungan dengan masyarakat harmonis
: Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
: An. SR sering mengeluh sering buang air besar

sampai lebih dari 10 kali sehari. Harapan berobat adalah untuk sembuh.
Perhatian dari orang tua sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit An.
SR, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar
anggota keluarga demi kesembuhan pasien. Yang diharapkan An.SR
sebagai pasien dan keluarganya adalah kesembuhan dan bisa bersekolah
lagi. Untuk kasus An. SC harapannya yaitu untuk mencegah komplikasi
dan mengontrol terulangnya penyakit. An. SR merasa tidak nyaman jika
terus-terusan sakit dan cemas kalau harus terus dirawat dipuskesmas, tidak
bisa sekolah dan ketinggalan pelajaran disekolah.

B. SARAN
1. Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, serta penerapan pembuatan rumah sehat.
2. Fokus pada masyarakat untuk membuat jamban di rumah masing-masing
atau kegiatan pengadaan jamban sehat, misalkan dengan arisan jamban.
3. Fokus pada dinas kesehatan, terus melakukan edukasi pada masyarakat
tentang PHBS terutama pada anak sekolah dan ibu-ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman,M.H, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. edisi 4. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; hal
283-295.

42

Hendarwanto, dkk. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. edisi 3. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1996 ; hal
451-457
Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat
Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf.

USU

Digital

Library, Universitas Sumatera Utara. 2003


Neal, MJ. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi keelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197205
Sarudji, Didik. Kesehatan Lingkungan. Cetakan ketiga. Media Ilmu. Sidoarjo.
2006.
Silva, dkk. 2008. Faktor Faktor Sanitasi Yang Berpengaruh Terhadap Timbulnya
Penyakit Diare Di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKUWK
Soebijanto, Ranuh, RG., Attiyah, AF. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi 3. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU
dr.Soetomo.; hal 65-74.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta.
Hal: 1654-5
Williams, GH. 1998. Harrison's Principles of Internal Medicine 14th ed vol 1:
Approach to the Patient with Hypertension. Hal: 202-5.

43

Anda mungkin juga menyukai