Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASITOLOGI II
ANALISA PARASIT PADA KUKU MANUSIA

DISUSUN OLEH :

INTAN MARTADELA
RODHOTUL JANNAH
LIA MILASARI
TRI RETNO W.
AKBAR HAMZAH A.
ADI SUBAGIO
SCENNY NOVITA R.

( 2240014012 )
( 2240014014 )
( 2240014017 )
( 2240014019 )
( 2240014020 )
( 2240014025 )
( 2240014029 )

DOSEN :
RAZAFIMAHARO SERGE MICHEL, DEA, M.Si

PROGRAM STUDI D4 - ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NADHLATUL ULAMA SURABAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit cacingan dapat ditularkan melalui tangan. Kebanyakan telur cacing
parasit bertebaran di permukaan tanah, debu dan menempel di karpet perumahan. Telur
cacing yang mencemari tangan seseorang akan dapat tertelan, jika orang tersebut
memegang makanan dan tidak mencuci tangan terlebih dulu sebelum makan. Telur
cacing yang tertelan dapat tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus manusia dan
berkembang biak dengan mengeluarkan banyak telur; seekor cacing betina bertelur
sampai puluhan ribu per hari (Miller, 1998).
Telur ini selanjutnya dapat dikeluarkan bersama-sama tinja penderita. Tinja yang
mengandung telur ini menjadi sumber penularan penyakit cacingan. Infeksi pada anakanak usia sekolah dapat mengganggu kemampuan belajar, dan pada orang dewasa
mengganggu produktivitasnya (Nadesul, 2000).
Prevalensi cacingan di Indonesia, menurut Perkumpulan Pemberantasan Penyakit
Parasit Indonesia (P4I), tahun 1992 untuk cacing gelang 7090%, cacing cambuk 80
95%, dan cacing tambang 3059%. Sedangkan data dari Departemen Kesehatan (1997)
menyebutkan, prevalensi pada anak usia SD 6080% dan dewasa 4060% (Kompas,
2002).
1.2 Tujuan

Untuk mengetahui jenis parasit yang terdapat di kuku manusia

BAB II
METODE PRAKTIKUM

1.1 Alat Dan Bahan


Alat
1. Pipet Tetes
2. Pemotong Kuku
3. Botol Sampel
4. Sentrifuse
5. Eppendof
6. Mikroskop

Bahan
1. KOH 10%
2. Alkohol 70%

1.2 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Ambil sampel kuku, dengan memotong kuku dan kemudian letakkan pada botol
sampel ber-ulir
3. Tambahkan NaOH 10% sebanyak 5 ml, kemudian kocok dan diamkan selama 30
menit
4. Setelah didiamkan ambil bagian atas cairan ambil dengan piprt tetes dan masukkan
dalam tabung eppendof
5. Sentrifuse cairan sampel 200 rpm selama 15 menit
6. Ambil cairan sampel, letakkan dalam objek glass dan tutup dengan cover glass
7. Amati pada mikroskop

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Data Hasil Pengamatan


Gambar

Keterangan

Gambar di samping adalah telur parasit


ditemukan pada sampel kuku tukang
kebun RSI Jemursari. Berbentuk seperti
tempayang terlihat terdapat operculum,
namun tidak begitu jelas.

1.2 Pembahasan
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari hewan yang hidup parasitis pada
manusia. Dikenal pula istilah endoparasit dan ectoparasit. Endoparasit adalah parasit
yang hidup di dalam tubuh manusia, misalnya di dalam darah, otot, dan usus,
contohnya Plasmodium sp.
Ectoparasit adalah parasit yang hidup menempel pada bagian luar kulit dan
kadang-kadang masuk ke dalam jaringan di bawah kulit, misalnya, Sarcoptes scaibei.
Obligate parasit adalah parasit yang tidak bisa hidup bila tidak menumpang pada host.
Fakultatif parasit adalah parasit yang pada keadaan tertentu dapat hidup sendiri di
alam, tidak menumpang pada host, misalnya Strongyloides stercoralis (cacing).
Hubungan parasit dengan host dan menimbulkan gejala penyakit disebut infestasi
yang ada pada mikrobiologi disebut infeksi.Penyakit yang disebabkan oleh parasit
disebut parasitosis.
SUMBER PENULARAN PENYAKIT PARASITOSIS
Sebagai sumber penularan parasitosis dapat berupa :
1. Tanah dan air yang terkontaminasi
2. Makanan yang mengandung parasit
3. Antropoda pengisap darah
4. Binatang peliharaan atau binatang liar yang mengandung parasit
5. Penderita parasitosis beserta barang-barang atau lingkungannya yang telah
terkontaminasi penderita
6. Penderitanya dapat menjadi sumber infestasi bagi dirinya sendiri (autoinfeksi)

Tanah yang dikotori feaces manusia merupakan sumber penularan penyakit


yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, Necator americanus,
Ancylostoma duodenale dan Stongyloides stercoralis.
Air dapat mengandung kista amoeba dan telur Taenia solium. Ikan air tawar dapat
mengandung Diphyllobothrium latum; daging babi dapat mengandung Taenia solium
dan Trichinella spiralis, daging sapi dapat mengandung Taenia saginata dan daging
kambing dapat mengandung Fasciola hepatica.
Arthropoda penghisap darah dapat memindahkan parasit penyebab penyakit
malaria, leismania, cacing filarial, dan trypanosome. Anjing merupakan sumber
infestasi dari Echinococcus granulosus dan Toxocara canis sedangkan binatang
herbivore sebagai sumber parasit Trichostrongylus sp. Penderita merupakan sumber
penularan dari beberapa jenis parasit.
PINTU MASUKNYA PARASIT KE DALAM TUBUH
Pintu masuknya endoparasit umumnya adalah melalui mulut. Misalnya protozoa usus,
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius vermicularis, Hymenolepsis
nana, Trichostrongylus sp., Trichinella spiralis, Taenia solium, Taenia saginata,
Diphyllobothrium latum, dan Fasciola hepatica, masuk ke dalam tubuh manusia
bersama makanan yang terkontaminasi parasit, berupa kista, telur, larva ataupun
parasit dewasanya. Beberapa cacing seperti Necator americanus, Ankylostoma
duodenale, strongyloides sp. Dan Schistosoma sp., larvanya dari tanah masuk
kedalam tubuh, menembus kulit yang utuh. Parasit-parasit yang siklus hidupnya
memerlukan arthropoda pengisap darah sebagai hostnya, dimasukkan ke tubuh
manusia melalui tusukan di kulit waktu arthropoda menghisap darah. Parasitnya
antara lain Plasmodiumsp., Wucheria bancrofti, Trypanosoma gambiense, dan
Leishmania donovani.
Parasit juga bisa masuk kedalam tubuh manusia melalui :
1. Inhalasi, misalnya telur cacing Enterobius vermicularis
2. Hubungan sex, misalnya Trichomonas vaginalis.
3. Placenta, misalnya Toxoplasma gondi

BAB IV
PENUTUPAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah kejadian kecacingan pada Office Boy adalah
positif. Adanya cacing. dikarenakan faktor hygiene pada Office Boy yakni yang
berkecimpung dalam pengolahan tanah dimana tanah banyak mengandung parasit dan
tidak terbiasa memotong kuku dan mencuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Brown HW, 1979. Dasar Parasitologi Klinis (Edisi Ketiga).Jakarta: PT.

Gramedia.
Http//: www.laporanparasito.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai