Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa selalu ingin hidup lebih baik dan

lebih baik lagi setiap harinya, manusia juga berinteraksi dengan lingkungan hidupnya.
Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga ia dapat dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Makhluk hidup yang sesuai dan cocok dengan lingkunganya akan
tetap bisa hidup dan berkembang biak, lain hal-nya dengan makhluk hidup yang tidak
bisa menyesuaikan diri dengan lingkunganya ia akan mati dan tidak akan bisa
berkembang biak (musnah), dan ini dinamakan seleksi alam. Manusia modern
terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan juga membentuk lingkungan hidupnya,
manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa atau di luar lingkungan hidupnya.
Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa
lingkungan hidupnya hanyalah abstraksi semata. (Otto Soemarwoto:18).
Dari uraian singkat diatas jelaslah bahwa manusia itu sangat tergantung dengan
lingkungan hidupnya, kelangsungan hidupnya tergantung dari sebagaimana bisa ia
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan hidupnya, dan saat terjadi perubahan yang
dahsyat dari lingkungan hidupnya itu akan mengancam kelangsungan hidupnya juga.
Seiring berjalanya waktu banyak pembangunan pembangunan yang manusia
buat sendiri dan itu secara tidak langsung membuat perubahan juga terhadap lingkungan
hidupnya, manusia sebisa mungkin memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
kelangsungan hidupnya yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pola pemanfaatan
sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta
memikirkan dampak dampak yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam
tersebut. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis
mengenai dampak tehadap lingkungan.
Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan
untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak daerah antara lain pencemaran
industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,
penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian,
penangkapan ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


1.

Apa yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL?

2.

Bagaimana sejarah analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL?

3.

Bagaimana proses atau penyusunan dari analisis mengenai dampak lingkungan atau
AMDAL?

4.

Bagaimana metode-metode yang digunakan dalam penyusunan analisis mengenai


dampak lingkungan atau AMDAL ?

5.

Bagaimana kebijakan pembangunan di Indonesia ?

1.3. Tujuan
1.

Mengatahui tentang apa itu analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.

2.

Mengetahi sejarah analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.

3.

Mengetahui tentang bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau


AMDAL.

4.

Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam penyusunan analisis mengenai


dampak lingkungan atau AMDAL.

5.

Mengetahui undang-undang dan kebijakan pembangunan di Indonesia.

1.4. Manfaat
1.

Bagi penulis dan pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang apa
dan bagaimana AMDAL.

2.

Bagi penulis dan pembaca diharapkan lebih mempertimbangkan setiap


pembangunan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian AMDAL
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan

keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan (Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif
dari kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu
kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif
tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosialekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.Suatu rencana kegiatan dapat
dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak
negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia.
Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif Iebih
besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana
kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang
diputuskan tidak Iayak Iingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.
2.2.

Sejarah
AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan

memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud


lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik, dan Kultural.
Bermula dari Amerika Serikat, tahun 1969. The National Enviromental Policy Act of
1969 (NEPA 1969) diperkenalkan sebagai sebuah instrumen untuk mengendalikan
dampak segala macam kegiatan yang bisa merusak kelestarian lingkungan. Instrumen
tersebut dalam bentuk peraturan. Dalam perkembangan selanjutnya, peraturan ini
diadopsi oleh banyak negara.
Tahun 1982, Indonesia mengeluarkan undang-undang (UU) lingkungan hidup.
UU ini diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1986, yang
kemudian diganti PP Nomor 51 Tahun 1993, dan terakhir diganti lagi dalam PP Nomor
27 Tahun 1999.Pemerintah membentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Hidup (Bapedal) melalui Keputusan Presiden Nomor 77 Tahun 1994 untuk melengkapi
pelaksanaan peraturan tersebut. Ada tingkat pusat dan daerah, meskipun keduanya tidak
memiliki hubungan hierarki struktural. Bapedal pusat kini berada di bawah Kementerian
Lingkungan Hidup. Badan-badan lingkungan tersebut menjadi lokomotif pelindung
kepentingan ekologi. Pada kenyataannya kepentingan lingkungan sering kalah oleh
kepentingan praktis materialis yang disebut kepentingan ekonomi. Studi amdal menjadi
formalitas saja.
2.3.

Undang-undang yang mengatur AMDAL


1.

Peraturan Menteri nomor 17 tahun 2012


PERMEN Nomor 17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Peraturan tersebut

adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Keterlibatan Masyarakat Dalam AMDAL dan Izin Lingkungan.
Peraturan ini mengatur tentang tata cara pelibatan masyarakat dalam proses
AMDAL, dimulai dari pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan yang saat ini
hanya dilakukan 10 (sepuluh) hari, masyarakat mana saja yang dilibatkan dalam proses
AMDAL, penunjukkan wakil masyarakat yang terlibat dalam keanggotan Komisi
Penilai AMDAL, dan pelaksanaan konsultasi publik.
Selain itu peraturan ini juga mengatur peran masyarakat dalam proses penerbitan
izin lingkungan, dimana dalam penerbitan izin lingkungan diatur adanya pengumumam
pada saat permohonan dan pesertujuan izin lingkungan. Dengan terbitnya PermenLH
Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL dan Izin
Lingkungan, maka Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL
dinayatakan dicabut dan tidak berlaku.
2.

Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2012

PERMEN LH Nomor 16 Tahun 2012 ada perubahan mendasar terhadap tata cara
penyusunan dokumen Amdal. Sebelumnya dalam PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL, disebutkan bahwa dokumen AMDAL adalah dokumen yang terdiri dari 5
dokumen yaitu Dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif.
Tetapi dalam PP Nomor 27 Tahun 2012, dokumen Amdal hanya terdiri dari 3 dokumen
saja, yaitu Dokumen KA-ANDAL, ANDAL dan RKL-RPL.

Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Lingkungan Hidup telah


menerbitkan PermenLH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan. Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan AMDAL, UKL-UPL
dan SPPL. Ada beberapa perubahan tata cara penyusunan Amdal dalam peraturan ini.
Ada penguatan kajian dan penyederhanaan penyusunan Amdal dan UKL-UPL.
Selanjutnya dengan terbitnya PermenLH Nomor 16 Tahun 2012, maka sekaligus
mencabut:
a.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL

b.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang


UKL-UPL dan SPPL.
3.

Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2012

Sejak terbitnya PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Kementerian


Lingkungan Hidup telah menerbitkan peraturan-peraturan teknisnya. Salah satunya
adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL. Peraturan ini
mencabut Peraturan Menteri sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang mengatur tentang hal yang sama. Peraturan Menteri
ini terdiri dari:
a.

Batang Tubuh yang terdiri dari 7 Pasal:


Pasal 1 : Ketentuan Umum
Pasal 2 : Penapisan
Pasal 3 : Kawasan Lindung
Pasal 4 : Penambahan Wajib Amdal
Pasal 5 : "Delisting wajib Amdal"
Pasal 6 : Pencabutan PermenLH No. 11 Tahun 2006
Pasal 7 : Masa Berlaku Permen ini

b. Lampiran I : Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Amdal
c. Lampiran II : Bagan Alir Tata Cara Penapisan untuk Menentukan Wajib Tidaknya
Suatu Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Dilengkapi dengan Amdal
d. Lampiran III : Daftar Kawasan Lindung

e. Lampiran IV : Kriteria Penapisan


f. Lampiran V : Ringkasan informasi awal Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
akan dilakukan Penapisan.
4.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (PP No.
27 Tahun 2012) adalah Peraturan Pemerintah yang menggantikan PP No. 27 Tahun 1999
tentang Amdal. Peraturan ini adalah peraturan turunan dari UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini mengatur
tentang Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan.
Dalam PP 27 Tahun 2012 ini dikatakan bahwa dokumen amdal yang kita kenal
selama ini terdiri dari 5 (lima) dokumen, sekarang menjadi 3 (tiga) dokumen yaitu
dokumen KA-ANDAL, dokumen ANDAL dan dokumen RKl-RPL. Kewenangan
komisi penilai amdal dan keanggotaan dalam komisi penilai amdal juga diatur secara
rinci dalam PP ini.
2.4. Proses Prosedur penyusunan AMDAL
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
Keterkaitan antara Amdal dengan izin lingkungan dapat diketahui dalam Pasal 2 yang
menyatakan :
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan
kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
Penyusunan Amdal dilakukan pada tahap perencanaan dan lokasinya wajib
sesuai dengan tata ruang. Hal ini tercantum dalam Pasal 4 (2) Lokasi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana
tata ruang.
Jika tidak sesuai dengan tata ruang maka dokumen amdal tidak dapat dinilai dan
wajib dikembalikan. Pasal 4 ayat (3) dengan tegas menyatakan : (3) Dalam hal lokasi

rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen
Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.
Sedangkan

bentuk

dokumen

amdal

tercantum

dalam

Pasal

yang

menyatakan : (1) Penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:
a. Kerangka Acuan;
b. Andal; dan
c. RKL-RPL.
(2) Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menjadi dasar
penyusunan Andal dan RKL-RPL.
Dalam proses penyusunan Amdal disusun oleh pemrakrasa dan dinilai oleh
komisi Penilai Amdal. Penyusunan dokumen amdal dilakukan berdasarkan beberapa
pendekatan sepeti tercantum dalam Pasal 8 yang menyatakan : (1) Dalam menyusun
dokumen Amdal, Pemrakarsa wajib menggunakan pendekatan studi:
a. tunggal;
b. terpadu; atau
c. kawasan.
Dalam rangka kewajiban penyusunan amdal, terdapat beberapa pengecualian
baik dari aspek lokasi maupun jenis kegiatannya. Pasal 13 menyatakan : (1) Usaha
dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan
dari kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. apabila:
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada di kawasan yang telah memiliki
Amdal kawasan;
b. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota; atau
c. Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana.
Mengenai rekomendasi hasil penilaian amdal Pasal 29 menyatakan : 2.) Komisi
Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya. 3.) Rekomendasi hasil
penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau

b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.


Sedangkan muatan rekomendasi diatur dalam Pasal 29 ayat (4) :(4)
Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan
pertimbangan paling sedikit meliputi:
a. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, koperasi, dan pascaoperasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
b. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting hipotetik
sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling memengaruhi, sehingga
diketahui perimbangan Dampak Penting yang bersifat positif dengan yang bersifat
negatif; dan
c. kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulangi Dampak Penting yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan, dengan pendekatan teknologi,
sosial, dan kelembagaan.
Mengenai ketetapan keputusan kelayakan atau tidak layak lingkungan Pasal 32
menyatakan :
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi penilaian atau
penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 atau
Pasal 30, menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
(2) Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari
Komisi Penilai Amdal.
Berdasarkan prinsip yang terdapat pada PP nomor 27 tahun 2012, prosedur
penyusunan dokumen amdal sebagai berikut:
1.

Tahapan AMDAL
Pelaksanaan AMDAL mencakup beberapa tahap :

a.

Persiapan

Persiapan bertujuan untuk efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan


selanjutnya.
b.

Pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses untuk mengidentifikasi dampak penting yang
terkait dengan adannya usaha dan/ kegiatan.

c.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.


Sebelum dilaksanakan penyusunan KA-ANDAL, maka pemrakarsa wajib
mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan,
menanggapi masukan dari masyarakat, dan memberikan konsultasi kepada
masyarakat. Proses ini sesuai dengan keputusan Kepala BAPEDAL 08/2000.

d.

Penyusunan kerangka acuan ANDAL ( KA-ANDAL )


Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup masalah
yang akan dikaji pada ANDAL setelah sebelumnya lingkup msalah diidentifikasi
pada proses pelingkupan. Lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyususn untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kembali dokumennya.

e.

Penyusunan ANDAL, RKL, Dan RPL


Berdasarkan acuan pada KA-ANDAL, maka RKL dan RPL juga kemudian
disusun sebagai dokumen pelengkap keseluruhan dokumen AMDAL. RKL
menghasilkan matriks tentang pengelolaan lingkungan hidup, sedangkan RPL
memuat cara pemantauan lingkungan berdasarkan prediksi yang telah disusun.
Pemrakarsa kemudian akan mengajukan dokumen ANDAL, RKL, dan RPL pada
komisi penilai.

f.

Diskusi dan Asistensi.


Pada saat penyusunan KA-ANDAL,ANDAL,RKL, dan RPL dilakukan
diskusidan asistensi. Hasil dari proses diskusi dan asistensi antara lain
pembahasanatau presentasi mengenai AMDAL.

g.

Legalisasi Dokumen
Setelah dokumen AMDAL tersusun maka dilakukan legalisasi atau pengesahan
secara hukum oleh instansi yang berwenang.

2.

Penyusunan Doumen AMDAL


Dokumen AMDAL terdir dari empat dokumen berbeda yang merupakan
satukesatuan. Tiga dokumen yaitu ANDAL, RKL, dan RPL diajukan bersama sama
untuk dinilaioleh komisi penilai:
a.

Penyusunan dokumen kerangkaacuan ANDAL ( KA-ANDAL )


Kerangka acuan ANDAL ( KA-ANDAL ) disusun paling awal sebelum dokumen

dokumen AMDAL lainnya. KA-ANDAL bertujuan untukmerumuskan ruang lingkup


dan kedalaman studi ANDAL. Hasil Pembuatan KA-ANDAL akan digunakan sebagai
rujukan penting bagi pemrakarsa dan penyusun AMDAL akan lingkup dan kedalaman
studi ANDAL yangdilakukan.Dokumen KA-ANDAL harus mencerminkan secra jelas
dan tegas wawasan lingkungan hidup yang harus diprtimbangkan dalam pembangunan
suatu rencana usaha dan/ kegiatan.
b.

Penyusunan analisis dampak lingkungan ( ANDAL)


Dokumen ANDAL memuat beberapa hal, yaitu :

1.)

Masukan penting yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, perencanan,


dan pengelola rencana usaha dan/ kegiatan.

2.)

Rencana usaha, proyek atau kegiatan denan kemungkinan dampak besar dan
pentingnya. Baik dampak yang mungkin muncul pada tahap konstruksi,tahap
berjalannya kegiatan, maupun tahap sesudah kegiatan.

3.)

Keterangan mengenai kemungkinan adannya kesenjangan informasi serta


berbagai kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi selama penyusunan
ANDAL.

c.

Penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup ( RKL )


Upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompokaktifitas, yaitu :

1.)

Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk mencegah dampak negative


lingkungan hidup melalui langkah alternative,tata letak lokasi dan rancangan
pembangunan usaha dan/ kegiatan.

2.)

Pengelolaan

lingkungan

hidup

yang

bertujuan

untuk

menanggulangi,

meminimalisasi atau mengendalikan dampak negative, bai yang timbul disaat


usaha dan/ kegiatan berjalan sampai saat usaha dan/ kegiatan berakhir.

10

3.)

Pengelolan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif sehingga


dampak tersebut dapat menimbulkan manfaat yang lebih besar baik kepada
pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat.

4.)

Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan secara


ekonom lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
berkurangnya, rusak atau hilangnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.

d.

Penyusunan dokumen pemantauan lingkungan hidup ( RPL )


Factor- factor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dokumen RPL yaitu :

1.)

Komponen lingkungan hidup yang dipantau hanyalah yang mengalami


perubahan mendasar atau yang terkena dampak besar dan penting.

2.)

Keterkaitan antara dokumen ANDAL, RKL dan RPL

3.)

Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan/ terhadap


komponen atau parameter lingkungan ang terkena dampak.

4.)

Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi.

5.)

Aspek aspek yang perlu dipantau mencakup jenis data yang dikumpulkan,
lokasi pemantauan, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

6.)

Dokumen RPL

perlu memuat tentang kelembagaan independent yang

melakukan pemantauan lingkungan hidup.


2.5
1.

Dokumen dokumen dalam AMDAL


KA-ANDAL
Kerangka acuan ialah uraian tugas yang harus dilakukan dalam studi ANDAL.

Kerangka acuan dijabarkan dari pelingkupan sehingga KA memuat tugas-tugas yang


releven dengan dampak penting. Dengan KA yang demikian itu studi ANDAL menjadi
terfokus pada dampak penting.
Karena KA didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan mengharuskan adanya
identifikasi dampak penting maka pemrakarsa haruslah mempunyai kemampuan untuk
melakukan identifikasi dampak penting itu, baik sendiri ataupun dengan bantuan
konsultan.
Di dalam studi ANDAL dilakukan pula identifikasi dampak. Jika pelaksana
ANDAL adalah konsultan yang membantu pemrakarsa dalam penyusunan KA, tidaklah
akan terjadi perbedaan antara dampak penting yang diidentifikasikanya dengan yang
tertera dalam KA. Tetapi jika konsultanya lain, dapatlah terjadi bahwa dalam proses
11

identifikasi dampak itu dapat terjadi teridentifikasinya dampak penting yang tidak
termuat dalam KA.
Dalam hal ini konsultan ANDAL seyogyanya merundingkan dengan pihak
pemrakarsa agar dilakukan pekerjaan-tambah. Sebaliknya juga dapat terjadi adanya
dampak yang semula dianggap sebagai penting dan karena itu dimuat dalam KA. Tetapi
kemudian ternyata tidak penting. Dalam hal ini seyogyamya diusulkan untuk dilakukan
pekerjaan-kurang. Karena menurut Kepmen KA harus disetujui oleh instansi yang
berwenang, maka baik dalam hal pekerjaan-kurang maupun pekerjaan-tambah
persetujuan haruslah bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa, melainkan
juga oleh instansi yang berwenang.
2.

ANDAL
Di dalam studi ANDAL hanya diprakirakan dan dievaluasi dampak penting yang

teridentifikasi dalam pelingkupan dan tertera dalam KA sehingga penelitian ANDAL


terfokus pada dampak penting saja. Dampak yang tidak penting diabaikan. Dengan
penelitian yang terfokus perhitungan untuk memprakirakan besarnya dan pentingnya
dampak juga menjadi terbatas. Besarnya dampak haruslah diprakirakan dengan
menggunakan metode yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan. Metode itu
mungkin telah ada, tetapi mungkin juga harus dikembangkan atau dimodifikasi dari
metode yang ada.
Dalam hal ini diperlukan pakar yang menguasai bidang yang diliput dalam
AMDAL tertentu. Pakar itu tidaklah perlu untuk bekerja sepanjang pelaksanaa
AMDAL, melainkan cukup untuk periode tertentu saja pada waktu tenaga dan
keahlianya diperlukan. Pakar tidak perlu mempunyai sertifikat A dan B kursus AMDAL,
jadi pakar tersebut merupakan masukan untuk digunakan oleh ketua gugus kerja dalam
penyusunan AMDAL. Ketua ini dan seyogyanya juga wakil ketualah yang harus
mempunyai pengalaman dalam pelaksanaan dan penyusunan AMDAL. Pengalaman ini
harus dibuktikan dengan riwayat hidup mereka. Sebaiknya pengalaman lebih
dipentingkan dari pada sertifikat kursus AMDAL, karena seseorang yang mempunyai
sertifikat tapi tidak berpengalaman kementakanya adalah kecil dapat membuat AMDAL
yang baik.

12

3.

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan


Dalam pengelolaan lingkungan pemantauan merupakan komponen yang esensial.

diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa apakah persyaratan lingkungan dipatuhi


dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang didapatkan dari pemantauan juga berguna
sebagai peringatan dini, baik dalam arti positif maupun negatif, tentang perubahan
lingkungan yang mendekati atau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang
perlu diambil. Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat dalam ANDAL,
sesuai dengan dampak yang terjadi.
Karena itu pemantauan sering juga disebut post-audit dan berguna sebagai
masukan untuk memperbaiki ANDAL di kemudian hari dan untuk perbaikan
kebijaksanaan lingkungan.Seperti halnya metode prakiraan dampak, metode untuk
pengelolaan dan pemantauan dampak juga harus kita pinjam dari bidang yang
bersangkutan atau harus kita kembangkan sesuai dengan kaidah bidang yang
bersangkutan.
2.6. Manfaat AMDAL
Secara Umum AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan, ini menurut Peraturan Pemerintah PP No. 27
tahun 2013 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mengikuti Porsedur AMDAL
yang benat. Berikut ini beberapa secara umum manfaat yang bisa diperoleh dari adanya
AMDAL:
1.

Sebagai materi/bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.

2.

Membantu proses pengambilan keputusan yang benar tentang kelayakan


lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan/program.

3.

Memberi masukan guna penyusunan disain secara rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.

4.

Memberi masukan bagi penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup.

13

5. Memberi informasi bagi masyarakat umum atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
6. Amdal memberikan alternatif solusi minimalisasi dampaktidak baik (negatif).
7. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi
ijin usaha dan/atau kegiatan.
Selain itu ada 3 manfaat AMDAL :
1.

Manfaat AMDAL khususnya bagi pemerintah, di antaranya sebagai berikut:


a.

Mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

b.

Menghindari konflik dengan masyarakat.

c.

Menjaga

agar

pembangunan

sesuai

dengan

prinsip

pembangunan

berkelanjutan.
d.
2.

Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.


Manfaat AMDAL bagi pemrakarsa, di antaranya sebagai berikut:

a.

Menjamin keberlangsungan usaha.

b.

Menjadi referensi dalam peminjaman kredit.

c.

Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar sebagai bukti


ketaatan hukum.

3.

Manfaat AMDAL bagi masyarakat, antara lain sebagai berikut:


a.

Mengetahui sejak dini dampak dari suatu kegiatan.

b.

Melaksanakan kontrol.

c.

Terlibat dalam proses pengambilan keputusan.


Selain manfaat mafaat di atas AMDAL juga sering di gunakan sebagai :

AMDAL sebagai ENVIRONMENTAL SAFEGUARDS.


AMDAL digunakan sebagai Enironmental safeguards atau upaya perlindungan
lingkungan dari berbagai jenis kegiatan eksploitasi sumber daya alam baik yang di
lakukan masyarakat lokal maupun pemerintah sehingga tecapai suatu tujuan yaitu :
1. Output SDS yang efesien
2. SDA yang berkelanjutan.
3. Konservasi kawasan lindung
2.7.

Kebijakan pembangunan di Indonesia

14

Setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem perencanaan


pembangunan yang disusun secara sistematis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan nasional yang dilakukan di Indonesia disusun atas dasar pembangunan
jangka pedek dan jangka panjang. Keduanya dilakukan secara berkesinambungan untuk
menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik.
Dalam menjaga keselarasan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan,
kebijakan pemerintah merupakan hal yang penting untuk dijadikan acuan dalam
penerapan dan pelaksanaan pembangunan. Kebijakan tersebut berfungsi untuk
mencegah atau meminimalkan dampak negatif pembangunan bagi lingkungan.
Beberapa kebijakan lingkungan yang digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.

UU Nomor 23 Tahun 1997


Dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 pasal 18, disebutkan bahwa :

a.

Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan.

b.

Izin melakukan usaha dan atau kegiatan yang dimaksud dalam ayat (1) diberikan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

c.

Dalam izin sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan persyaratan
dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.

2.

PP Nomor 27 Tahun 1999


Pasal 3 dalam PP tersebut pada ayat (1) disebutkan bahwa usaha dan atau kegiatan

yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup meliputi :
a.

Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam

b.

Eksploitasi sumber daya alam proses kegiatan yang secara potensi dapat
menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

c.

Proses atau kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi kelestarian alam Jenis
usaha dan atau kegiatan sebagaimana yang dimaksud dlam ayat (1) wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

3.

KEPMENLH Nomor 17 Tahun 2001

15

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001, merupakan regulasi


ke-3 yang digunakan untuk menentukan bentuk kajian lingkungan yang akan dilakukan.
Terdapat 4 hal penting dalam KEPMEN tersebut, yaitu :
a.

Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisi
mengenai dampak lingkungan hidup adalah sebagaimana dimaksud dalam
lampiran keputusan tersebut

b.

Apabila skala atau besaran suatu jenis rencana usaha dan atau kegiatan lebih kecil
daripada skala/besaran yang tercantum pada Lampiran Keputusan ini akan tetapi
atas dasar pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung dan daya tamping
lingkungan serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan berdampak penting
terhadap lingkungan hidup, maka bagi jenis usaha dan atau kegiatan tersebut
dapat ditetapkan oleh Bupati / Walikota atau Gubernur untuk wilayah daerah
khusus ibukota Jakarta sebagai jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup

c.

Jenis rencana usaha dan atau kegiatan yyang tidak termasuk dalam lampiran
keputusan ini tetapi lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindungan
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup

d.

Apabila bupati/walikota atau gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dan atau
masyarakat menganggap perlu untuk mengusulkan jenis rencana usaha dan atau
kegiatan yang tidak tercantum dalam lampiran keputusan ini tetapi jenis rencana
usaha dan atau kegiatan tersebut dianggap mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan, maka bupati/walikota atau gubernur untuk DKI Jakarta dan atau
masyarakat wajib memberikan usulan secara tertulis kepada menteri negara
lingkungan hidup.

4.

Peraturan Menteri nomor 17 tahun 2012


PERMEN Nomor 17 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Peraturan tersebut

adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Keterlibatan Masyarakat Dalam AMDAL dan Izin Lingkungan.
Peraturan ini mengatur tentang tata cara pelibatan masyarakat dalam proses
AMDAL, dimulai dari pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan yang saat ini
hanya dilakukan 10 (sepuluh) hari, masyarakat mana saja yang dilibatkan dalam proses

16

AMDAL, penunjukkan wakil masyarakat yang terlibat dalam keanggotan Komisi


Penilai AMDAL, dan pelaksanaan konsultasi publik.
Selain itu peraturan ini juga mengatur peran masyarakat dalam proses penerbitan
izin lingkungan, dimana dalam penerbitan izin lingkungan diatur adanya pengumumam
pada saat permohonan dan pesertujuan izin lingkungan. Dengan terbitnya PermenLH
Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL dan Izin
Lingkungan, maka Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL
dinayatakan dicabut dan tidak berlaku.
5.

Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2012


PERMEN LH Nomor 16 Tahun 2012 ada perubahan mendasar terhadap tata cara

penyusunan dokumen Amdal. Sebelumnya dalam PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang


AMDAL, disebutkan bahwa dokumen AMDAL adalah dokumen yang terdiri dari 5
dokumen yaitu Dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL dan Ringkasan Eksekutif.
Tetapi dalam PP Nomor 27 Tahun 2012, dokumen Amdal hanya terdiri dari 3 dokumen
saja, yaitu Dokumen KA-ANDAL, ANDAL dan RKL-RPL.
Berdasarkan hal tersebut, maka Kementerian Lingkungan Hidup telah menerbitkan
PermenLH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan. Peraturan ini mengatur tentang pedoman penyusunan AMDAL, UKL-UPL
dan SPPL. Ada beberapa perubahan tata cara penyusunan Amdal dalam peraturan ini.
Ada penguatan kajian dan penyederhanaan penyusunan Amdal dan UKL-UPL.
Selanjutnya dengan terbitnya PermenLH Nomor 16 Tahun 2012, maka sekaligus
mencabut:
a.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL

b.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang


UKL-UPL dan SPPL.

6.

Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2012


Sejak terbitnya PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Kementerian

Lingkungan Hidup telah menerbitkan peraturan-peraturan teknisnya. Salah satunya


adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL. Peraturan ini

17

mencabut Peraturan Menteri sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Negara Lingkungan


Hidup Nomor 11 Tahun 2006 yang mengatur tentang hal yang sama. Peraturan Menteri
ini terdiri dari:
a.

Batang Tubuh yang terdiri dari 7 Pasal:

Pasal 1 : Ketentuan Umum


Pasal 2 : Penapisan
Pasal 3 : Kawasan Lindung
Pasal 4 : Penambahan Wajib Amdal
Pasal 5 : "Delisting wajib Amdal"
Pasal 6 : Pencabutan PermenLH No. 11 Tahun 2006
Pasal 7 : Masa Berlaku Permen ini
b.

Lampiran I : Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Amdal

c.

Lampiran II : Bagan Alir Tata Cara Penapisan untuk Menentukan Wajib Tidaknya
Suatu Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Dilengkapi dengan Amdal

d.

Lampiran III : Daftar Kawasan Lindung

e.

Lampiran IV : Kriteria Penapisan

f.

Lampiran V : Ringkasan informasi awal Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang


akan dilakukan Penapisan.

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan


Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (PP No. 27

Tahun 2012) adalah Peraturan Pemerintah yang menggantikan PP No. 27 Tahun 1999
tentang Amdal. Peraturan ini adalah peraturan turunan dari UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan ini mengatur
tentang Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan.
Dalam PP 27 Tahun 2012 ini dikatakan bahwa dokumen amdal yang kita kenal
selama ini terdiri dari 5 (lima) dokumen, sekarang menjadi 3 (tiga) dokumen yaitu
dokumen KA-ANDAL, dokumen ANDAL dan dokumen RKl-RPL. Kewenangan
komisi penilai amdal dan keanggotaan dalam komisi penilai amdal juga diatur secara
rinci dalam PP ini.
I.

Contoh - contoh usaha dan atau kegiatan yang sudah memiliki AMDAL

18

Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan


AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17
tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
AMDAL. Jenis Usaha dan Atau Kegiatan Wajib AMDAL:

1.

Bidang Pertambangan Dan Energi .

Luas wilayah pertambangan umum tahap exploitasi Produksi.

Batubara

Bijih Primer

Bijih Sekunder

Bahan galian bukan logam atau bahan galian golongan C Bahan galian

radioakif, termasuk pengolahan, penam- bangan dan pemurnian

Transmisi

PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU

PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM den jenis aliran langsung

PLTP

Pusat Listrik dari jenis lain

Eksploitasi Minyak/Gas Bumi

Pengolahan (Kilang)Transmisi Minyak/Gas Bumi >= 200 ha dan atau


>= 200.000 ton/tahun
>= 60.000 ton/tahun
>= 100.000 ton/tahun
>= 300.000 m3/tahun
> 150 KV
>= 100 MW
>= 55 MW
>= 5 MW
>= 25 km

2.

Bidang Kesehatan

Rumah sakit kelas A

Rumah sakit yang setara dengan kelas A atau kelas 1 Rumah sakit

19

Rumah sakit dengan peiayanan spesialisasi lengkap/menyeluruh

lndustri Farmasi yang membuat bahan baku obat dengan proses penuh

>= 400 kamar

3.

Bidang Pekerjaan Umum

Pembangunan Bendung atau Waduk

Pengembangan Daerah lrigasi

Pengembangan Daerah Rawa Pasang Surut/Lebak Pengamanan pantai, dikota


besar

Perbaikan sungai dikota besar

Kanalisasi/Kanal Banjir dikota besar

Kanalisasi (pantai, rawa, atau lainnya)

Pernbangunaan jalan tol dan jalan layang

Pembangunan jalan raya dan peningkatan jalan dengan pelebaran di luar daerah
milik jalan kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor

Pengolahan sampah dengan incinerator

Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill

Pembuangan sampah dengan sistem open dumping Pembuangan sistem drainase


dengan saluran di saluran primer kota metropolitan dan besar

Pembangunan IPAL untuk pemukimanPembangunan sistem sewerage

Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya

Pembangunan perumahan den pemukiman umum Peremajaan kotaGedung


bertingkat/apartemen tinggi >= 15 m atau luas genangan >= 100 ha

luas yang diairi :


a.

>= 2.000 ha

b.

luas >= 5.000 ha

c.

>= 500.000 penduduk

d.

>= 500.000 penduduk

e.

panjang >= 5 km atau lebar >= 20 M

f.

panjang >= 25 km atau lebar >= 50 M

g.

panjang > 25 km

h.

panjang > 5 km atau luas >= 5 ha

i.

>= 800 ton/ha

20

j.

>= 800 ton/ha

k.

>= 80 ton/ha

l.

panjang >= 5 km

m.

luas >= 50 ha

n.

pelayanan >= 2.500 ha

o.

debit >= 60 m

p.

luas >= 200 ha

q.

luas >= 5 ha

r.

tinggi >= 60 m

4.

Bidang Pertanian

Usaha tambak udang/ikan

Pencetakan sawah, pada kawasan hutan

Usaha perkebunan tanaman tahunan

Usaha pertanian tanaman semusim luas >= 50 ha

luas >= 1.000 ha

luas >= 1 0.000 ha

luas >= 5.000 ha

5.

Bidang Parpostel .

Hotel

Padang Golf

Taman Rekreasi

Kawasan Pariwisata >= 200 kamar atau luas >= 5 ha, >= 100 ha

6.

Bidang Transmigrasi & Pemukiman Perambah Hutan

Rencana kegiatan pembangunan pemukiman transmigrasi

Keterangan : Jenis Transmigrasi Umum

Usaha pokok Tanarnan pangan dan atau perkebunan

Lingkup studi : SKP

7.

Bidang Perindustrian

Idustri Semen (yang dibuat melalui produksi klinker)

Industri Pulp dan Kertas

lndustri Pupuk Kimia (Sintetis)

lndustri Petrokimia

21

lndustri peleburan baja

lndustri peleburan timah hitam (Pb)

Industri peleburan tembaga (Cu)

lndustri pembuatan alumina

lndustri peleburan baja paduan

Industri alumunium ingot

Industri peleburan pellet & sponge

Industri pig iron

industri fero alloy

Kawasan lndustri

Industri galangan kapal produksi

Industri Pesawat Terbang

Industri kayu lapis terintegrasi lengkap dgn fasilitas penunjangnya, antara lain
industri perekat

Industri senjata, munisi dan bahan peledak

Industri penghasil pestisida primer

Industri Baterei

>= 3.000 DWT, luas >= 3.000 ha

8.

Bidang Perhubungan

Pembangunan Jaringan Jalan Kereta Api dan fasilitasnya

Pembangunan Sub Way

Pelabuhan Kelas 1, 11, 111 beserta fasilitasnya

Pelabuhan khusus

Reklamasi Pantai luas

Pengerukan Laut

Daerah Kerja (Kawasan) Pelabuhan

Bandar Udara beserta fasilitasnya panjang >= 25 km,

Luas >= 25 ha

volume >= 1 00.000 m3

9.

Bidang Perdagangan

Pusat Perdagangan/Perbelaniaan relatif terkonsentrasi luas >= 5 ha atau luas bangunan


>= 10.000 m2

22

10. Sidang Pertahanan Dan Keamanan

Pembangunan Gudang Munisi

Gudang Pusat Munisi dan Gudang Munisi Daerah

Pembangunan Pangkalan Angkatan Laut

Pembangunan Pangkalan Angkatan Udara

Pusat Latihan Tempur/Lapangan tembak senjata

luas >= 10.000 ha

11. Sidang Pengembangan Tenaga Nuklir

Pembangunan dan pengoperasian Reaktor Nuklir Reaktor Daya

Reaktor Penelitian Pembangunan dan Pengoperasian instalasi Nuklir Non Reaktor

Fabrikasi bahan bakar Nuklir

Pengelolaan Limbah Radioaktif

Radiator aktivitas sumber

Produksi Radioisotop untuk semua instalasi >= 1 00 KWt

produksi >= 50 elemen bakar/tahun

>= 1.850 TBq (5.000 Ci)

12. Bidang Kehutanan

Pembangunan taman safari

Pembangunan kebun binatang

Hak pengusaha hutan (HPH)

Hak pengusahaan hutan sagu

Hak pengusahaan hutan tanaman industri (HTI Pengusahaan pariwisata alam

didalam : taman wisata alam, taman buru, taman laut, taman nasional, dan taman hutan
raya >= 250 ha, >= 100 ha
13. Bidang Pengendalian Bahan Berbahaya & Beracun
Pembangunan Fasilitas Pengolah Limbah B-3
14. Bidang Kegiatan Terpadu/Multisektor
Usaha atau Kegiatan yang terdiri dari lebih dari satu kegiatan wajib AMDAL yang
saling terkait dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung
jawab serta berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem.

23

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan (Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif
dari kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu
kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif
tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosialekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.
Prosedur AMDAL yaitu, Penapisan, Pelingkupan, Kerangka acuan, ANDAL,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan, dan
Pelaporan

24

DAFTAR PUSTAKA

BPLHD, (online), (www.bplhdjabar.go.id>currentusersiakses 14 September 2012).


Djamin, Djanius.2007.Pengawasan & Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan
Hidup. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Horas, Nommy.2004.Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan.Jakarta:Erlangga.
Kuncoro, (online), (http//:ml.scribd.com/doc/49530355/Tujuan-AMDAL, diakses
20 November 2015
Rasminah,
(online),
(http//:pinterdw.blogspot.com/2012/03/amda-komponen-danmanfaat, diakses 23 November 2015
Soemarno, Otto.2007. Analisis Mengenai Daaampak Lingkungan.Yogyakarta:Gadjah
MadaUniversity Press.
Tikamala, (online), (http//:scribd.com/doc/30059-37/Apakah-Amdal-itu, diakses 23
November 2015

25

Anda mungkin juga menyukai