Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Memahami
dan
Menjelaskan
Batasan-Batasan
&
Terminologi
Dokter Keluarga adalah dokter praktek umum, hanya dalam prakteknya menggunakan
pendekatan kedokteran keluarga. Pendekatan kedokteran keluarga itu prinsip ada 4,
pelayanan yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga, pelayanan yang bersifat
primer artinya hanya melayani sebatas dokter pelayanan primer, lalu komprehensif
artinya DK sebagai Dokter praktek umum melayani 4 ranah pelayanan yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Lalu yang ke empat adalah kontinyu, ini yang sering
dilupakan para dokter prakter umum padahal hal tersebut sangat penting, the continuity of
care atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai seseorang itu dilayani oleh banyak
dokter, sehingga mengulang pelayanan lagi, pemeriksaan lagi, obatnya jadi doubledouble dan seterusnya. ( dr. Sugito Wonodirekso )
keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kedokteran yakni, masalah sehat-sakit
yang dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga.
Sejarah Kedokteran Keluarga
PDKI pada awalnya merupakan sebuah kelompok studi yang bernama Kelompok Studi
Dokter Keluarga (KSDK, 1983), sebuah organisasi dokter seminat di bawah IDI.
Anggotanya beragam, terdiri atas dokter praktik umum dan dokter spesialis.
Pada tahun 1986, menjadi anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA).
Pada tahun 1990, setelah Kongres Nasional di Bogor, yang bersamaan dengan Kongres
Dokter Keluarga Asia-Pasifik di Bali, namanya diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga
Indonesia (KDKI), namun tetap sebagai organisasi dokter seminat.
Pada tahun 2003, dalam Kogres Nasional di Surabaya, ditasbihkan sebagai perhimpunan
profesi, yang anggotanya terdiri atas dokter praktik umum, dengan nama Perhimpunan
Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), namun saat itu belum mempunyai kolegium yang
berfungsi.
Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran
Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke IDI dan MKKI.
waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni
dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga
karena kebijakan ini baru dikembangkan.
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang
saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter
keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan
bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan
upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui
melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan
kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi
empat paket keterampilan dan keilmuan, yaitu :
Paket A:
1.
2.
3.
4.
5.
Paket B:
1.
2.
3.
4.
Manajemen SDM
Manajemen fasilitas dan utilitas
Manajemen Informasi
Manajemen Keuangan meliputi asuransi/managed care
Fatique
Weightloss
Fever
Dyspepsia
Breathlessness
Cough
Sorethroat
8. Chest pain
9. Diarrhoea
10. Constipation
11. Vomiting
12. Abdominal Pain
13. Skin Rash
14. Backache
15. Joint pain
16. Dizziness
17. Headache
18. Insomnia
19. Persistently Crying Baby
20. Red Eye
C.Kelainan Spesifik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
LO.1.4 Tugas
Pelayanan pada praktek dokter keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter
keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah
atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan
diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik, akan banyak
manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge Research
Institute, 1976) :
Prinsip Pelayanan
1. Dokter kontak pertama (first contact) : DK adalah pemberi layanan kesehatan
(provider) yang pertama kali ditemui pasien/klien dalam masalah kesehatannya
2. Layanan bersifat pribadi (personal care) : DK memberikan layanan yang bersifat
pribadi dengan mempertimbangkan pasiensebagai bagian dari keluarga
3. Pelayanan paripurna (comprehensive) : DK memberikan pelayanan menyeluruh yang
memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi
dengan aspek fisik, psikologis, dans ocial budaya.
4. Pelayanan bersinambungan (continuous care) : Pelayanan DK berpusat pada
orangnya (pasient-centered) bukan pada penyakitnya(diseases-centered)
5. Mengutamakan pencegahan (prevention first) : Karena berangkat dari paradigma
sehat, maka upaya pencegahan oleh DK dilaksanakan sedini mungkin
6. Koordinasi : Dalam upaya mengatasi masalah pasien DK perlu berkonsultasi dengan
disiplin ilmulainnya
7. Kolaborasi : Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya,
DK bekerjasamadan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang
berkompeten
8. Family oriented : Dalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks
keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan
memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran
keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh
dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan kesehatan
dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam
menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam
melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
5) Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan dan
pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan
medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan
kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan
rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau
kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien
dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik
kedokteran.
b.
6) Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat
pasien.
9) Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan
demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.
c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa
pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1) Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia
yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian dari
keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
3) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien bagi
pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
4) Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga
menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.
2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards of behaviour in practice)
a. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan
kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien
untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan
penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk
memperoleh pelayanan yang diinginkan.
2) Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya adalah cukup
bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan
apa yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk
menumbuhkan partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya,
sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.
3) Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh tujuan,
kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi,
rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat
memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi.
4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter Dokter keluarga memperhatikan hak dan
kewajiban pasien, hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.
b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners relationship in
practice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional.
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara teratur
dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti pelatihan, seminar,
lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan / atau
bersama - sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter keluarga, dan
berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran atau pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha untuk
menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian kedokteran, demi
kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif dan / atau
pasif pada jurnal ilmiah kedokteran.
e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan (standard as
community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada
setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
1) Menjadi anggota perkumpulan sosial
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan dokter
keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan.
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya, pelayanan
dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya dalam bidang
kesehatan.
berkerjasana
c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
4. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.
a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi
yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan masalahnya.
b) Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
5. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.
6. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan
termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).
Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga
yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir
dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat
g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktek
Pada dasarnya kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter keluarga selain harus memiliki
kompetensi dokter menurut Konsil Kedokteran Indonesia, juga harus memiliki tambahan
kompetensi untuk dokter keluarga, diantaranya :
A. Area komunikasi efektif
1) Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
Menempatkan diri sebagai mitra keluarga dalam penatalaksaan masalah kesehatan
pasien dan keluarga
dan terinformasi
Mampu menggali, menganalisa dan menganjurkan sumber daya yang ada pada
keluarga dan lingkungan untuk kepentingan pentalaksanaan kesehatan pasien dan
keluarganya
Mampu melakukan konseling perorangan dan konseling kelompok (keluarga maupun
kelompok lain)
2) Berkomunikasi dengan masyarakat
Mampu merencanakan dan menerapkan pendidikan kesehatan yang sesuai bagi pasien,
keluarga dan komunitas yang ada dihadapannya dengan media yang tepat guna
B. Area keteampilan klinis
1) Mampu menganalisa informasi dalam rekam medik dan rekam keluarga utuk
menegakkan diagnostik holistik dan perencanaan komprehensif bagi pasien dan
keluarganya
2) Mampu elaksanakan pendampingan pasien secara profesional demi kepentingan pasien
pada saat dibutuhkan dalam layanan konsultasi dan/atau rujukan
3) Mampu secara trampil melakukan prosedur tunjangan hidup dasar (basic life support) dan
ACLS dimanapun berada
C. Area pengelolaan masalah kesehatan
1) Mampu menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien bagi pasien, menjaga
kualitas, sadar mutu, dan sadar biaya
2) Mampu menyelenggarakan pelyanan yang peduli dan perhatian pada kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebgai masyarakat
3) Mampu mengidentifikasi, mmberi alas an, menerapkan dan merencanakan strategi
pencegahan primer, sekunder dan tersier bagi seluruh anggota keluarga pasien seta
komunikasi sekitar pasien
4) Mampu menempatkan diri untuk berpartisipasi dalam program pendidikan kesehatan bagi
komunitas sesuai dengan kebutuhan
5) Mampu menempatkan diri untuk berpartisipasi dalam pergerakkan masyarakat dalam
penanggulangan bencana dan rehabilitasi komunitas pasca bencana
6) Mampu menyusun system untuk memandang pasien sebagai bagian keluarga pasien dan
memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhhi oleh
situasi dan kondisi kesehatan pasien
7) Mampu mendayagunakan sumber di sekitar kehidupan pasien untuk mengingkatkan
keadaan kesehatan pasien dan keluarganya
8) Mampu memperhatikan latar belakang social, budaya, ekonomi pasien dalam
berkomunikasi dan menawarkan pilihan tindakan
D. Area pengelolaan informasi
1) Mampu mengaplikasikan EBM dan appraisal kritis suatu informasi baru dalam praktik
keseharian
2) Mampu merencakan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi guna
memberi pelayanan yang memuaskan bagi pasein dan keluarganya
E. Area mawas diri dan pengembangan diri
Mampu menginisiasi dan melaksanakan Program Pendidikan Keprofesian Kedokteran
Berkelanjutan (P2KB) untuk diri dan perkumpulan profesinya
F. Area etika, moral, medikolegal, dan profesionalisme serta keselamatan pasien
1) Mampu menempatkan diri sebagai mitra penyedia pelyanan kesehatan dengan berbagai
sektor pelyanan kesehatan formal di sekitarnya
2) Mampu melakukan program jaga mutu (quality assurance) secara mandiri dan atau
bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya
3) Mampu menjadi pimpinan professional pada suau pusat pelayanan kedokteran
kesehatan primer
4) Mampu menganalisa persamaan dan perbedaaan karate individu, keluarga, hingga factor
social budaya yang berpengaruh pada kesehatan pasien dan keluarga
Yang membedakan pelayanan Dokter Keluarga dengan pelayanan spesialistik adalah,
Dokter keluarga berupaya menyembuhkan dan menyehatkan pasien dengan mempertimbangkan
dan atau memanfaatkan potensi dan kendala habitatnya, sementara spesialistik di RS berusaha
menyembuhkan pasien dalam lingkungan artifisial yang dibuat ideal untuk membantu
penyembuhan itu. Tersirat pengertian bahwa mungkin saja sebuah keluarga ditangani oleh lebih
dari satu Dokter Keluarga atau KDK, atau seorang anggota keluarga memiliki DK/KDK yang
berbeda dengan anggota keluarga lainnya. Di Indonesia sebagian DPU telah melaksanakan
prinsip prinsip itu, namun masih dalam bentuk yang perlu disempurnakan (Wonodirekso,
2003).
Dokter Layanan Primer adalah sebutan bagi mahasiswa lulusan Fakultas Kedokteran,
karena kewenangannya hanya sebatas pelayanan primer. Para lulusan tersebut disebut juga
Dokter Praktik Umum karena cakupan layanan yang diberikan tidak dibatasi oleh jenis
penyakit, jenis kelamin, sistem organ, dan golongan manusia. Jadi sebenarnya DLP dan DPU
adalah sosok yang sama. DLP/DPU sebenarnya adalah basic medical doctor atau basic primary
care doctor atau dokter layanan primer dasar. Diperlukan kelanjutan karir untuk menjadi advance
primary care doctor atau dokter layanan kesehatan paripurna, namun waktu pendidikan dokter
sangat pendek untuk dapat menjadi dokter layanan primer yang paripurna. Di inggris luluasn FK
belum boleh langsung praktik mandiri akan tetapi harus internship yang sebenarnya magang
kepada GP (general practicioner) senior yang bersertifikat selama 3 tahun. Pascamagang, setelah
memenuhi syarat tertentu, barulah dokter tersebut boleh praktik mandiri dan memperoleh
sebutan GP. Magang itulah proses yang membuat DPU dasar menjadi DPU paripurna.
Kematangan pribadi dan ilmu serta ketrampilan untuk praktik mandiri seorang DPU paripurna
berbeda keluasan dan kedalaman ilmu serta keterampilannya dengan DPU dasar. Di Inggris para
DPU paripurna ini disebut GP dimana dinegara lain disebut Dokter Keluarga. Pendidikan dokter
dengan KBK menghendaki lulusannya yang masih DLP dasar mampu menerapkan pendekatan
kedokteran keluarga dalam praktiknya (Wonodirekso & Pattiradjawane, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta.
Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer on Family Practice.
Singapore International Foundation: Singapore.
Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta.
Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK Yarsi : Jakarta.