Teknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
5
Bangunan air yang bernama spillway ini mempunyai kegunaan untuk
mengendalikan tinggi air pada waktu saat terjadinya banjir, dimana pengendalian
spillway ini yakni dengan mengatur kedudukan pintunya. Pada saat terjadi hujan
dengan curah yang tinggi, maka kemungkinan permukaan air untuk itu guna
menghindari meluapnya air yang tinggi tersebut maka dapat diatasi dengan
membuka pintu spillway agar kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil.
Selain itu spillway juga berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke
dalam waduk dengan cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air
spillway. Konstruksi bangunan pelimpah terbuat dari beton, urugan batu, urugan
tanah atau gabungan dari ketiganya.
4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)
Suatu konstruksi khusus tempat keluarnya air dari spillway atau air
buangan rumah pembangkit. Konstruksinya dari beton.
5. Pembangkit listrik (Power House)
Power house hanya terdapat pada bendungan pembangkit listrik, atau
dapat disebut sebagai rumah pembangkit merupakan konstruksi tehnik khusus
yang berfungsi sebagai tempat merubah energi air menjadi energi listrik yang
melalui turbin. Konstruksi umumnya dari beton.
2.2.
waduk/bendungan
merupakan
salah
satu
upaya
dalam
3. Pengendalian banjir.
6
Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian
banjir di hilir bendungan.
4. Pengembangan pariwisata.
Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata
yang berujung pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan
masyarakat sekitar.
5. Suplay air untuk kegiatan industri.
Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat
merangsang investor untuk mendirikan industri.
2.3.
No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang terdiri dari 3 komponen yaitu
konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Namun pada kenyataannya
konservasi sumber daya air masih jauh dari harapan malah semakin rusak baik kualitas
maupun kuantitasnya. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya
air waduk/bendungan antara lain :
a.
Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan DAS waduk yaitu
setiap
instansi
lebih
mementingkan
ego
sektoralnya
daripada
upaya
konservasinya.
b.
c.
d.
e.
2.4.
7
mewujudkan konservasi sumber daya air. Adapun permasalahan-permasalahan yang
dapat ditimbulkan oleh keberadaan bendungan/waduk adalah sebagai berikut :
a. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan komunitas setempat.
Kondisi seperti ini berlaku pada area rencana waduk yang terdapat penduduk di
dalamnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah masyarakat setempat harus
direlokasi dan terancam kehilangan tempat tinggal, tanah dan keberlangsungan
hidup termasuk mata pencaharian.
b.
c.
Keberadaan
waduk/bendungan
dapat
menciptakan
permasalahan
kesehatan.
Berbagai penyakit seperti malaria akan meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah nyamuk.
d.
e.
f.
Waduk sebagai salah satu faktor penyebab cuaca buruk bagi daerah
sekitarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2009) terdapat korelasi
antara keberadaan bendungan/waduk dengan tingkat curah hujan. Waduk dapat
meningkatkan
proses
penguapan
yang
kemudian
meningkatkan
kadar
kelembapan pada atmosfer. Hal inilah yang menyebabkan curah hujan di sekitar
waduk meningkat.
2.5.
lain adalah berasal dari presipitasi langsung, debit air tanah, dan termasuk juga limpasan
permukaan dan limpasan bawah permukaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan adalah:
1. Faktor-faktor iklim
8
a.
Banyaknya presipitasi.
b.
Banyaknya evapotranspirasi.
2. Faktor-faktor DAS
a.
b.
Presipitasi.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Topografi.
b.
Geologi.
c.
Tipe tanah.
d.
Vegetasi.
e.
Jaringan drainasi.
3. Faktor-faktor manusiawi
a.
Struktur hidrolik.
b.
Teknik-teknik pertanian.
c.
Urbanisasi.
Kapasitas tampungan mati dihitung berdasarkan pada berapa waktu yang
dibutuhkan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui
besarnya kapasitas tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang
mengendap, maka akan diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada
daerah tampungan mati. Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas
tampungan matinya, yang kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional waduk.
Sehingga hal ini merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan
mati tersebut akan penuh.
2.6.
1)
9
Menurut Utomo (1987) erosi adalah proses perataan kulit bumi yang meliputi
proses penghancuran, pengangkutan dan pengendapan butir-butir tanah. Dalam hal ini
Ellison (1947) dan Morgan (1986), mengemukakan bahwa erosi tanah merupakan
proses pelepasan butir-butir tanah dan poses pemindahan atau pengangkutan tanah yang
disebabkan oleh angin dan air. Untuk Indonesia yang beriklim tropis basah maka proses
erosi tanah lebih banyak disebabkan oleh air, akibat air hujan yang turun di permukaan
tanah. Menurut Arsyad (1976), yang dimaksud dengan proses erosi yang disebabkan
oleh air merupakan kombinasi dua sub proses, yaitu:
a.
b.
penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering
maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah yang disebabkan oleh
air meliputi 3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :
a.
b.
c.
erosi tanah merupakan proses pelepasan butir-butir tanah akibat pukulan jatuhnya
butiran air hujan dan pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan atau
limpasan permukaan atau pelepasan butir-butir tanah
pengangkutan butir-butir tanah oleh air dalam alur. Berdasarkan bentuknya erosi
dibedakan menjadi 7 tipe, diantaranya yaitu :
a.
b.
tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung.
Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) akan terjadi hanya dan jika
intensitas dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas
c.
10
d.
Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan
e.
f.
g.
bawah permukaan.
Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau
gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.
erodibilitas tanah.
Sedimentasi
Proses sedimentasi yaitu proses terkumpulnya butir-butir tanah. Keadaanini
terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai
kecepatan pengendapan. Proses sedimentasi dapat terjadi baik pada lahan-lahan
pertanian maupun
di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya. Sedimentasi pada
sungai dan waduk menyebabkan daya tampung sungai dan waduk akan menurun.
Khusus untuk waduk dapat berakibat memperpendek umur waduk. Pada muara sungai,
proses pengendapan sedimen dapat membentuk suatu delta.
Dengan tersumbatnya muara sungai dengan sedimentasi dapat menghambat
kemampuan sungai membuang air banjir ke laut sehingga secara bersama-sama dapat
11
mendatangkan bahaya banjir dan kerusakan-kerusakan lain yang diakibatkan. Dari
proses terjadinya erosi tanah dan proses sedimentasi maka proses sedimentasi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) bagian :
1. Proses sedimentasi secara geologi. Proses sedimentasi secara geologi yaitu proses
erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal atau berlangsung secara
geologi, artinya proses pengendapan yang berlangsung masih dalam batas-batas
diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses degradasi dan agradasi
pada perataan kulit bumi akibat pelapukan.
2. Proses Sedimentasi dipercepat. Proses Sedimentasi dipercepat yaitu proses terjadinya
sedimentasi yang menyimpang dari proses secara geologi dan berlangsung dalam
waktu yang cepat biasanya bersifat merusak atau merugikan dan dapat mengganggu
keseimbangan alam atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian ini biasanya
disebabkan karena kegiatan manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah tanah
yang salah dapat mengakibatkan erosi tanah yang sangat tinggi, sehingga sedimentasi
juga meningkat.
Disamping kegiatan manusia bencana alam seperti gunung meletus juga
merupakan penyimpangan besar-besaran yang dapat mendatangkan kesulitankesulitan
akibat timbulnya bahan sedimen yang tinggi baik yang menutup lahan-lahan pertanian,
daerah pemukiman, jalan-jalan maupun pendangkalan sungai-sungai, waduk-waduk dan
lain sebagainya.
12
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Proses terjadinya sedimentasi merupakan bagian dari proses erosi tanah.
Timbulnya bahan sedimen adalah sebagai akibat terjadinya erosi tanah. Kegiatan ini
berlangsung baik oleh air maupun angin. Proses erosi dan sedimentasi di Indonesia yang
lebih berperan adalah faktor air, sedangkan faktor angin relatif kecil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi erosi tanah juga merupakan sebagian besar dari faktor-faktor yang
menpengaruhi sedimentasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu :
2.6.
Iklim
Tanah
Topografi
Tanaman
Macam Penggunaan Lahan
Kegiatan Manusia
Karakteristik Hidrolika Sungai
Karakteristik Penampungan Sedimen, Cekdam-cekdam dan waduk-waduk
Kegiatan Gunung Berapi
yang
paling
sulit
adalah
dampak
sosial
dari
pembangunan
13
Mengurangi kebutuhan energi, meningkatkan kualitas bendungan/waduk dan
tranmisi yang ada, membangun sumber energi lain seperti hydropower kecil, energi
biomassa, energi matahari, tenaga angin dan energi geothermal.
c. Alternatif pencegahan banjir
Pada dasarnya banjir terjadi karena air permukaan yang melebihi ambang batas
yang tidak terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu upaya perlindungan dan
pengembalian area penangkapan air, serta perlunya sistem peringatan dini terhadap
banjir.
2.7.
Hidrolika
Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air secara
mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang
difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida, hidrolika digunakan
untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang
dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspek sains dan
disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen seperti aliran tertutup (pipa),
perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida,
pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka seperti sungai dan selokan.
2.8.
14
2.
Aliran berviskositas
Fluida berviskositas akan terdeformasi secara kontinu di bawah gaya geser, di mana
fluida ideal tidak terdeformasi.
3.
4.
Persamaan Bernoulli
Untuk fluida ideal, berlaku persamaan Bernoulli:
p/g + u/2g = p1/g + u1/2g = p2/g + u2/2g
5.
Lapisan batas
Asumsikan aliran dibatasi hanya pada satu sisi saja, dan aliran mendatar melewati
bidang datar yang sejajar dengan aliran. Aliran yang berada tepat di atas bidang
datar akan memiliki kecepatan yang seragam. Dan ketika aliran mengalami kontak
dengan bidang, lapisan fluida akan bergesekan dengan permukaan bidang padat.
Sehingga akan ada gaya geser antara lapisan fluida di atas permukaan bidang datar
15
dan lapisan kedua dari fluida. Lapisan kedua akan memperlambat lapisan ketiga,
meski tidak sampai membuatnya berhenti, dan menciptakan gaya geser terhadap
lapisan ketiga. Dan seterusnya. Gaya kohesi intermolekuler pada fluida tidak
cukup untuk menahan molekul fluida. Sehingga fluida akan terus mengalir selama
masih ada jalan untuk mengalir. Aliran di dalam lapisan bisa berupa aliran laminar
atau aliran turbulen, tergantung pada bilangan Reynolds.
2.9.
dan dampak yang akan terjadi setelah pembangunan.Metode ini telah merubah
penampakan alami dan alur alamiah sungaim enjadi buatan yang berbentuk trapesium
dengan alur relatif lurus. Beberapa pembangunan sungai yang dilakukan dengan konsep
hidraulika murni antara lain koreksi sungai (river correction) atau normalisasi sungai
berupa pelurusan, sudetan, penyempitan alur,penyederhanaan tampang sungai.
a.
Pelurusan Sungai
Dengan beda tinggi yang sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan
menghasilkan slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran tinggi. Indikasi dampak
negatif dari pelurusan sungai ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan
sedimentasi didaerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak
menurunkan tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah)yang
mengakibatkan banjir di hilir dan kekeringan (saat musimkemarau), sehingga
konservasi air di hulu rendah.
b. Penyempitan alur
Penyempitan alur merupakan usaha/pembangunan sungai yangmerubah tampang
melintang sungai alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit.
Penyederhanaan profil tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat.
Profil
ini
dibuat
dengan
tujuan
mempermudah
pemeliharaan,
mendrain
16
Pembuatan tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidrolik dengan
tujuan untuk membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat
dihindari. Namun kelemahannya adalah apabilaterjadi kegagalan tanggul akan
mengarah kepada jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan
kedap air dan over tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan
genanganyang relatif lama (lebih dari 2 hari).
2.10.
17
c. Pembukaan lagi sungai-sungai lama yang telah ditutup
Hal ini dilakukan untuk menambah kemampuan retensi air pada waktu banjir,
sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai lama yang telah
mati,meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air, mengurangiresiko banjir
hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem danmenghidupkan kembali sungai lama.
d. Konsep drainase ramah lingkungan
Menstabilkan muka air tanah dengan cara memperbanyak ruang retensi alamiah di
bagian hulu dan meningkatkan resapan air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak
daerah tangkapan air hujan yangdilindungi. Konsep drainase ramah lingkungan dengan
cara mengalirkankelebihan air (air hujan) dengan cara meresapkan air ke dalam tanah