Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGANTAR
Penulis,
Sutarmo
PENDAHULUAN
Bobot : 2 SKS
konsep keluarga, nilai perkawinan, usia perkawinan, peranan keluarga kecil dan
perencanaan keluarga.
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep program KB
nasional dengan pokok bahasan utama dan sub pokok bahasan sebagai berikut :
2.1. Latar belakang Program KB Nasional dengan sub pokok bahasan tentang
jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur umur, dan persebaran
penduduk.
2.2. Tujuan Program KB Nasional dengan sub pokok bahasan tentang tujuan
program KB nasiona dan sasaran langsung dan tidak langsung program KB
nasional.
2.3. Kebijakan dan strategi Program KB Nasional, dengan sub pokok bahasan
utama tentang perluasan jangkauan, pembinaan, pelembagaan dan pembudayaan
serta keterpaduan. Sub pokok bahasan strategi program KB nasional meliputi
strategi dasar dan strategi operasional.
2.4. Pelaksanaan Kegiatan dalam Program KB Nasional, dengan sub pokok
bahasan utama tentang kegiatan KIE, Pelayanan Kontrasepsi dan pengayoman
peserta KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera, Peran serta Masyarakat dan
pemerintah serta pendidikan Keluarga Berencana.
2.5. Tujuan dan Kebijaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera dengan sub
pokok bahasan utama tentang Pendewasaan Usia Kawin, Pengaturan Kelahiran,
Pembinaan Ketahanan Keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga serta
pokok-pokok kegiatan pembangunan keluarga sejahtera.
BAB I
DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan dibahas pengertian tentang demografi, masalahmasalah kependudukan secara umum seperti sumber data penduduk, jumlah dan
pertumbuhan penduduk, fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pemahaman mahasiswa
dalam Bab I ini sangat diperlukan sebab menjadi dasar utama pembahasan
masalah keendudukan lebih lanjut. Oleh sebab itu, beberapa teori kependudukan
juga dibahas dalam Bab I ini.
E. Pertumbuhan Penduduk
3.
Pola persebaran penduduk dan kepadatannya, antara satu pulau dengan pulau
lainnya sangat timpang. Misalnya pada tahun 1980, jumlah penduduk di Pulau
Jawa 91,3 juta
( 61,9 % ), Sumatra 18 Juta ( 19 % ), Kalimantan 6,7 juta
(
4,5 % ), Sulawesi 10,4 juta ( 7,1 % ),dan pulau-pulau lain 11,1 juta ( 7,5 % ).
Tentang kepadatan penduduk juga mengalami ketimpangan, dimana tertinggi
DKI Jakarta dengan kepadatan 11.023 dan Irian Jaya terendah 3.
4. Struktur Umur Penduduk
Penduduk Indonesia yang tergolong usia muda( balita ) jumlahnya relatif
besar. Pada tahun 1980 misalnya, segmen usia balita mencapai 21 juta jiwa.
Makin besar jumlah penduduk muda akan menyebabkan angka beban
ketergantungan yang tinggi.
5. Kualitas Penduduk
Jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang tinggi, persebaran dan
kepadatan penduduk tidak seimbang dan struktur umur yang kurang
menguntungkan berdampak langsung pada tingkat kualitas penduduk. Potensi
sumber daya manusia usia muda yang menjadi sasaran pembangunan sungguh
sangat besar. Dana investasi yang seyogyannya dialokasikan untuk kegiatan
peningkatan sumber daya manusia terpaksa dialokasikan untuk penyediaan
sarana-sarana pelayanan umum.
2.
1. Teori Fisiologis
Tokoh teori ini antara lain Michael Thomas Sadler, Doubleday, Spencer
Carrey, Pearl dan Gini. Menurut Sadler, daya reproduksi manusia dibatasi oleh
jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika kepadatan
penduduk tinggi, maka daya reproduksi manusia akan menurun. Sebaliknya jika
kepadatn penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Teori Doubleday hampir sama dengan Sadler, hanya titik tolaknya yang
berbeda. Doubleday menyatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding
terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Kenaikan kemakmuran akan
mengakibatkan turunnya daya reproduksi manusia. Sebaliknya, kekurangan bahan
makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia.
Menurut Spencer, makin maju manusia mengembangkan dirinya makin
banyak energi yang diperlukan untuk kemajuan dan makin berkurang energi yang
tersedia bagi daya reproduksi, dan sebaliknya. Sedangkan Raymond Pearl dan
Corrado Gini berpendapat bahwa ober population atau kelebihan penduduk tidak
akan mungkin timbul sebab perkembangan jumlah manusia akan mengikuti suatu
pola tertentu yang mirip dengan kurva logistik, yang pada permulaan melengkung
naik hingga mencapai titik tingkat puncak untuk kemudian melengkung turun
lagi. Terjadinya pola ini karena terbatasnya ruang yang tersedia.
merupakan beban yang berat dan perintang. Alasan ini yang menyebabkan
seseorang dengan sadar membuat perencanaan akan besarnya keluarga.
Selain ke dua golongan teori di atas, kita juga mengenal adanya teori
transisi demografi. Teori ini menggambarkan proses perubahan penduduk dengan
angka kelahiran dan kematian yang tinggi kearah kelahiran dan kematian yang
rendah sejalan dengan proses kemajuang tahapan pembangunan. Secara ringkas
teori ini, menjelaskan adanya empat proses transisi sebagai berikut :
1.
Kelahiran dan kematian keduannya pada tingkat yang tinggi sekitar 40-50.
Reproduksi/kelahiran tidak terkendali, kematian bervariasi setiap tahunnya. Panen
yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan kelaparan dan daya tahan tubuh
terhadap penyakit sangat lemah. Ditambah lagi dengan meluasnya penyakit
menular, menyebabkan angka kematian tinggi. Tahap ini merupakan keadaan
sosial ekonomi masyarakat pada tahapan tradisional atau primitif.
2.
Angka kematian menurun akibat diperbesarnya anggaran kesehatan dan
juga mulai adanya penemuan obat-obatan yang makin maju. Sementara itu angka
kelahiran tetap pada tingkat yang tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan
penduduk meningkat dengan pesatnya.
3.
Angka kematian terus menurun tetapi tidak secepat pada kategori II, angka
kelahiran mulai menurun akibat dari urbanisasi, pendidikan dan peralatan
kontrasepsi yang makin maju.
4.
Pada tingkat ini kelahiran dan kematian mencapai tingkat yang rendah dan
pertumbuhan penduduk kembali lagi seperti pada kategori I yaitu mendekati nol.
BAB II
KOMPONEN PERTUMBUHAN PENDUDUK
A.
Pendahuluan
Seperti telah disebutkan dalam Bab I, bahwa Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi
adalah merupakan komponen utama daripada pertumbuhan penduduk
( dinamika penduduk ). Ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh tertentu
terhadap jumlah, komposisi, dan persebaran penduduk di suatu daerah pada waktu
tertentu.
Dalam Bab II ini, akan dibahas lebih mendalam tentang komponen utama
dinamika penduduk, termasuk pengukuran-pengukuran yang digunakan.
Fertilitas
1.
Pengertian Fertilitas
Fertilitas adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita yang dicerminkan oleh banyaknya kelahiran atau anak yang
dilahirkan. Sedangkan fekunditas adalah potensi fisik untuk melahirkan anak.
Jadi, fekunditas merupakan lawan arti kata sterilisasi atau kemandulan. Pada
umumnya kemampuan untuk melahirkan pada usia 15-49 tahun, dan masa ini
disebut dengan masa reproduksi ( child bearing )
xK
P
x k
Pi
Di mana : bi = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur I selama 1 tahun.
Pi = banyaknya wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun.
K = bilangan konstan, biasanya 1000
i=1
Dimana I = kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19
Kebaikannya : merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang
dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur.
C. Mortalitas
1. Pengertian Mortalitas
Ada beberapa pengertian yang
hubungannya dengan mortalitas yaitu (1) lahir mati ( still birth ) yaitu kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan.
(2) Mati ( death ) yaitu keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setia saat setelah kelahiran hidup
( PBB/WHO ), (3)Abortus yaitu kematian bayi dalam kandungan dengan umur
kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus yaitu disengaja
( induced ) dan tidak disengaja
( spontaneous ). Induced abortion dapat
berdasarkan alasan medis, misalnya karena mempunyai penyakit jantung yang
berat sehingga membahayakan jiwa si ibu dan bisa juga tidak berdasarkan alasan
medis.
Dari mana memperoleh data kematian ? Registasi vital, Sensus, dan
Survei. Selain itu, dapat pula diperoleh dari Rumah Sakit, Kantor Polisi Lalu
Lintas dan Dinas Pemakaman serta sumber-sumber lain.
2. Ukuran Mortalitas
Beberapa ukuran mortalitas yang perlu diketahui yaitu Angka Kematian
Kasar ( Crude Death Rate/CDR ), Angka Kematian Menurut Umur ( Age Specific
Death Rate/ASDR ) dan Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate /IMR ).
a). Angka Kematian Kasar
Yaitu angka yang merupakan banyaknya kematian pada tahun tertentu untuk
setiap 1000 orang. Rumusnya :
D
CDR =
xk
P
Di mana : D = banyaknya kematian pada tahun x; P = banyaknya penduduk pada
pertengahan tahun dan k = bilangan konstan, biasanya 1000.
xk
Pi
Di mana Di = banyaknya kematian orang-orang I pada thun ttt.
Pi= banyaknya pend. berumur I pada pertengahan th.
xk
B
Di mana Do = banyaknya kematian bayi berumur di bawah 1 tahun selama tahun
tertentu; B = banyaknya kelahiran selama tahun tertentu.
Selain beberapa ukuran di atas, dalam mortalitas perlu diketahui pula
tentang tabel kematian ( life Table ) dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir ( Life
Expectancy at Birth = eo ). Tabel Kematian yaitu, suatu tabel hipotetis dari
sekumpulan orang yang dilahirkan pada waktu yang sama ( kohor ). Karena
adanya kematian maka jumlah orang tsb makin berkurang sampai akhirnya habis
semua. Tabel ini tidak hanya digunakan untuk keperluan demografi, tetapi dapat
dipakai oleh bidang asuransi untuk menentukan besarnya premi yang harus
dibayar pemegang polis asuransi.
Sedangkan Angka Harapan Hidup yaitu angka yang merupakan perkiraan
rata-rata umur harapan hidup seseorang sejak lahir. Angka ini bukanlah suatu
angka yang mutlak tetapi hanya suatu ukuran hipotetis. Namun demikian angka
ini dapat dijadikan indikator keadaan kesehatan di suatu daerah.
D. Migrasi
1. Pengertian
Yaitu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat
ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas
bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
Terdapat dimensi penting yang perlu diketahui dalam menelaah masalah
migrasi yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimendi waktu, sampai
sekarang belum ada kesepakatan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
seseorang yang pindah dianggap sebagai migran. Ada yang berpendapat 6 bulan
berturut-turut, tetapi ada yang jangka waktunya lebih pendek lagi misalnya dalam
satu hari yaitu pagi berangkat dan sore kembali. Untuk yang disebut terakhir oleh
I.B. Mantra disebut migrasi pulang pergi ( commuting ) atau nglaju.
Selain nglaju, dikenal pula perpindahan tempat / mobilitas penduduk sebagai
berikut :
a). Perpindahan pulang balik kerja ( recurrent movement )
b). Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tinggal
bagi para pekerja musiman
c). Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ketempat
semula ( non-recurrent movement ).
2. Jenis-Jenis Migrasi
a)
Migrasi Masuk ( In Migration ) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah
tempat tujuan ( area of destination ).
b)
Migrasi Keluar ( Out Migration ) yaitu perpindahan penduduk keluar dari
suatu daerah asal/area of origin
c)
Migrasi Total ( total migration ) yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup
migrasi semasa hidup dan migrasi pulang ( return migration ).
d)
Migrasi Semasa Hidup ( life time migration ) yaitu migrasi berdasarkan
tempat kelahiran. Mereka yang pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal
di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.
e)
Migrasi Parsial ( partial migration ) yaitu jumlah migran ke suatu daerah
tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan. Migrasi
inimerupakan ukuran dari arus migrasi dua daerah asal dan tujuan.
f)
Urbanisasi ( Urbanization ) yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang
berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke
kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota.
BAB III
KOMPOSISI DAN PERSEBARAN PENDUDUK
A. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang masalah kependudukan
yang dihadapi Indonesia yaitu masalah komposisi penduduk ( Population
Composition ) dan distribusi penduduk
( Population Distribution ).
Kita mengetahui bahwa penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri tertentu
baik sosial ekonomi mapun geografis. Pengelompokan penduduk sangat berguna
untuk berbagai keperluan dan tujuan antara lain :
1.
Untuk bahan pengambilan kebijaksanaan di bidang kependudukan,
misalnya kebijaksanaan transmigrasi dengan mempertimbangkan umur dan status
perkawinan transmigran yang dikirim.
2.
Untuk mengetahui SDM ( Human Resources ) yang ada untuk
pembangunan. Misalnya tingkat pendidikan yang diperlukan untuk tenaga kerja
proyek tertentu atau industri.
3.
Untuk membandingkan keadaan penduduk suatu daerah/negara satu
dengan lainnya.
4.
Melalui penggarmbaran piramida penduduk dapat diketahui proses
demografi yang telah terjadi pada penduduk tersebut.
B. Komposisi Penduduk
Mengklasifikasikan penduduk dapat didasarkan pada :
Biologis meliputi umur dan jenis kelamin
Sosial meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan
Ekonomi meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis
pekerjaan dan sebagainya
Geografis seperti tempat tinggal, daerh perkotaan dan pedesaan, propinsi,
kabupaten dan sebagainya.
Klasifikasi berdasarkan umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap
tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Klasifikasi ini juga dapat
menentukan, apakah suatu negara tergolong penduduk tua
( Old Population )
atau penduduk muda (Young Population ).
Biasanya negara maju tergolong penduduk tua, dan penduduk di negaranegara berkembang, seperti Indonesia termasuk penduduk muda. Salah satu cara
untuk menentukan apakah suatu negara tergolong penduduk muda atau tua yaitu
dengan melihat umur penduduknya untuk kelompok usia di bawah 15 tahun dan
di atas 65 tahun.
Umur
Penduduk Tua
Penduduk Muda
0- 14 th
30 %
40 %
15-64 th
60 %
55 %
65 +
10 %
5%
C. Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk dapat digolongkan menurut
(1 )geografis
dan ( 2 ) menurut administratif dan politis. Indonesia secara geografis terdiri dari
922 pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Penduduknya tersebar
secara tidak merata. Di pulau Jawa yang hanya memiliki luas 6,6 % dari total luas
Indonesia, dihuni lebih dari separuh penduduk ( 64 % ). Sedangkan Kalimantan,
misalnya, yang luasnya 27,2 % hanya dihuni penduduk sekitar 4,4 %.
Secara
administratif
dan
politis, Indonesia
terdiri
dari
32
Propinsi, kemudian setiap propinsi dibagi dalam kabupaten/kota, Kecamatan dan
Kelurahan/Desa. Ada tiga daerah khusus atau Istimewa yang setingkat Propinsi
yaitu Daerah Istimewa Aceh, DIY dan DKI. Di DKI ternyata merupakan Propinsi
terpadat penduduknya.
D. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk dan jenis kelamin suatu penduduk dapat digambarkan
dalam piramida penduduk. Jika bagian bawah daripada piramida penduduk lebih
besar berarti banyak penduduk usia anak-anak. Berarti pula angka kelahiran
tinggi. Pada piramida penduduk usia tua maka alas dasarnya tidak lebar berarti
angka kelahiran rendah.
Dalam demografi dikenal 5 ( lima ) bentuk piramida yaitu ( 1 ) piramida
dengan model dasar lebar dan slope tidak terlalu curam atau datar. Model ini
terdapat pada penduduk dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi,
sebelum mereka mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian,
misalnya penduduk India ( 1951 ) dan Indonesia
( 1971 ).
(2) Dasar Piramida lebih lebar dan Slope lebih curam. Ini terdapat dalam
negara dengan permulaan pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat adanya
penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak tetapi belum ada penurunan
fertilitas, misalnya di Srilangka dan Brazilia. (3 ) Piramida berbentuk sarang
tawon kuno ( old fashioned beehive), terdapat pada negara dengan tingkat
kelahiran yang rendah begitu pula tingkat kematiannya rendah. Ini terjadi di
negara-negara Eropa.
(4). Piramida dengan bentuk lonceng/Genta ( The bellshaped pyramid ).
Bentuk ini terdapat di negara-negara yang telah mengalami penurunan fertilitas
paling sedikit 100 tahun. Contohnya Amerika Serikat. ( 5 ) Bentuk piramida
seperti lonceng tetapi slope lebih curam. Ini terdapat pada negara yang tingkar
kelahiran dan kematiannyas mengalami penurunan sangat rendah. Contohnya
Jepang.
Selain piramida penduduk, terdapat tiga ciri penduduk ( the three general
population ) yaitu ( 1 ) Expansive : bagian terbesar penduduk muda seperti
jumlah anaknya sedikit dan terencana. Dalam Bab IV ini, akan dibicarakan
tentang pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap keluarga dan perkawinan yang
meliputi konsep keluarga, nilai perkawinan, usia perkawinan, peranan keluarga
kecil dan perencanaan keluarga.
d)
Keluarga batih ( keluarga biologis/nuclear family ) yaitu keluarga yang
terdiri dari suami isteri dan anak-anak yang belum kawin.
e)
Keluarga luas atau keluarga gabung ( extended atau composite family )
yaitu suatu keluarga yang biasanya terdiri dari dua generasi yang berasal dari
suatu keluarga biologis dan terdapat di negara-negara di mana anak-anak tidak
lazim meninggalkan rumah keluarga segera setelah menikah ( United Nations,
1958 ).
f)
Keluarga ialah satu kesatuan atau unit terkecil dimasyarakat yang dibentuk
oleh ikatan perkawinan
( pernikahan ) berdasarkan hukum yang berlaku.
3. Fungsi-Fungsi Keluarga
Kebanyakan ahli kependudukan menggolongkan fungsi keluarga dalam
lima kategori pokok : biologis, ekonomis, kebudayaan, pendidikan dan psikologis.
Bagi bangsa Indonesia, fungsi keluarga telah dirumuskan dengan jelas dalam PP
RI N0. 21/1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal
4 ( ayat 2 ) yang menyebutkan 8
( delapan ) fungsi keluarga yaitu :
a.
fungsi keagamaan
b.
c.
d.
fungsi melindungi
e.
fungsi reproduksi
f.
g.
fungsi ekonomi
h.
penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi sosial budaya
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan.
Sedangkan fungsi cinta kasih dalam keluarga akan memberikan landasan
yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, cuami dengan istri, orang tua
dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan
batin. Fungsi melindungi dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan
kehangatan.
Fungsi reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan
keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia
di dunia yang penuh iman dan taqwa. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa
melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan.
Sementara itu, dalam fungsi ekonomi akan menjadi unsur pendukung
kemandirian dan ketahanan keluarga. Fungsi pembinanaan lingkungan
memberikan pada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi,
selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang berubah
secara dinamis.
4. Pentahapan Keluarga
Profil keluarga di Indonesia, dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat
kesejahteraanya, dapat dikelompokan menjadi 5 ( lima ) tahapan, yaitu :
Keluarga Pra Sejahtera : yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan pengajaran agama, pangan,
sandang, paan dan kesehatan.
Keluarga Sejahtera I : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dfengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Keluarga masuk dalam tahap Keluarga Sejahtera I jika telah dipenuhi indikatorindikaktor sebagai berikut
serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan
- yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olaraga, pendidikan dan sebagainya.
Seluruh indikator KS I dan KS II terpenuhi ditambah dengan Indikator-Indikator.
v Keluarga berupaya meningkatkan pengethuan agama
v Sebagian dari penghasilan keluarga ditabung
v Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi
v Keluarga sering ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkangan tempat
tinggalnya
v Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam 6 bulan
v Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/Majalah
v Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat
Keluarga Sejahtera III Plus : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun bersifat
pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Seluruh indikator pada setiap tahap ( Tahap I, II, III ) terpenuhi dan ditambah
dengan indikator :
v Keluarga atau anggota keluarga secara teratur dan sukarela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
v Kepala keluarga atau anggota keluarga
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat
aktif
sebagai
pengurus
Tabel : 1
Perkembangan Jumlah Keluarga menurut Tahapan
Indonesia, tahun 1997 - 2000
Tahun
Jumlah
Pra
keluarga
Sejahter
a
(
KS
I
KS
II
(%)
(%)
KSII
I
KS
III +
(%)
(%)
1997
43.004.65
3
19,4
22,
6
29,
6
22,7
5,7
1998
44.657.05
0
16,4
21,
7
30,
1
25,7
6,1
1999
45.732.91
3
23,3
25,
6
26,
4
20,0
4,7
2000
47.370.33
1
23,2
28,
4
25,
5
18,7
4,2
C. Nilai Perkawinan
1.
Jenis-Jenis Perkawinan
1.1.Zaman jahiliyah
Hubungan antara pria dan wanita dalam bentuk berpasangan sudah
dikenal sejak dahulu kala. Menurut sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Abu Daud, yang dituturkan oleh isteri Nabi SAW Aisyah r.a.
bahwa ada 4 ( empat ) macam bentuk perkawinan yaitu :
Nikah, seperti yang berlaku sekarang ini dimana si pria melamar kepada
keluarga si wanita yang diinginkannya dengan memberikan mahar lalu
menikahinya.
Hukum agama
b.
Hukum sipil
c.
Hukum adat
b.
c.
d.
Dalam Islam ( tidak sekedar a.b. dan c ) tujuannya lebih luas yaitu sebagai
salah satu sarana untuk mengabdikan diri kepada Alloh SWT. Oleh karena itu
perkawinan merupakan sesuatu yang suci dan luhur.
D. Umur Perkawinan
Dalam demografi masalah keluarga dan perkawinan mendapatkan
perhatian khusus karena pengaruhnya baik langsung maupun tidak langsung
terhadap pertumbuhan penduduk. Usia kawin yang lebih dewasa, pengaruh
langsungnya adalah makin singkatnya seorang wanita mengalami risiko
melahirkan anak; pengaruh tidak langsungnya adalah munculnya sikap-sikap baru
terhadap perkawinan dan keluarga yang dapat menurunkan fertilitas, misalnya
sikap untuk tidak kawin cepat yang penting menyelesaikan study dan sebagainya.
Kecuali itu, sebagaimana diungkap di atas, tujuan perkawinan
sesungguhnya merupakan sesuatu yang suci dan luhur sehingga haruslah
dipersiapkan, termasuk umur perkawinan. Usia seseorang akan menjadi ukuran
apakah ia sudah cukup dewasa dalam bersikap dan berbuat atau belum.
Menurut UU Perkawinan, wanita ditetapkan 16 tahun dan pria 19 tahun
untuk dapat melangsungkan pernikahan. Namun haruslah disadari bahwa UU
tersebut menganut prinsip hendaklah melangsungkan perkawinan setelah matang
jiwa dan raganya. Dalam hukum Islam tidak disebutkan secara jelas kapan umur
perkawinan harus dilangsungkan. Islam hanya menyebutkannya dengan
perkataan balaghun nikah aritinya seseorang yang sudah akil baligh. Yaitu bagi
pria ditandai dengan telah datangnya mimpi melakukan sengama, dan bagi wanita
ditandai dengan datangnya haid / menstruasi. Oleh sebab itu, berdasarkan
pengalaman dan hasil penelitian dianjurkan untuk melangsungkan perkawinan
minimal pada usia 25 tahun bagi remaja pria dan 20 tahun untuk wanita.
E. Keluarga Kecil Sejahtera
Secara normatif ( kualitatif ) untuk mewujudkan keluarga sakinah
sebagaimana disebutkan di atas, tentunya akan lebih mudah diwujudkan oleh
keluarga yang memiliki jumlah anak kecil dan terencana dari pada keluarga
dengan jumlah anak banyak. Keluarga dengan jumlah anak kecil, tentunya
akan lebih mudah melaksanakan 8 ( delapan ) fungsi keluarga sebagai pra syarat
terwujudnya keluarga yang sakinah. Sebaliknya, keluarga dengan jumlah anak
banyak tentunya akan menimbulkan banyak masalah ketimbang manfaat yang
diperoleh.
Biaya Keuangan
Biaya pendidikan
Biaya lain-lain
Tuntutan Pemeliharaan anak
Tambahan pekerjaan
Tekanan emosional
Kesehatan, kehamilan
Disiplin
Kalau anak-anak sakit
Kekhawatiran masa depan anak-anak
Problema-problema lain dalam mengasuh anak
Membatasi Kebebasan Orang Tua
Kesibukan
Tidak bisa kerja
Biaya terhadap hubungan sosial
Ketegangan perkawinan
Ledakan Kependudukan
e. Lain-lain
E. Perencanaan Keluarga
Untuk merealisasikan tujuan perkawinan yaitu terwujudnya keluarga
bahagia dan sejahtera ( keluarga sakinah ) diperlukan perencanaan
keluarga. Perencanaan keluarga yang dibahas di sini meliputi cara mengatur jarak
kehamilan, jumlah keluarga yang diinginkan dan usia terbaik bagi seorang ibu
untuk melahirkan.
1.
Ditilik dari aspek kesehatan, maka kehamilan harus di atur. Bila seorang
ibu melahirkan diperlukan waktu yang cukup sehabis persalinan, agar kesehatan
ibu pulih kembali dan rahimnya kuat kembali seperti semula dan untuk ini
diperlukan waktu paling tidak 3 tahun untuk seorang ibu hamil lagi.
Selain itu sudah tentu setelah persalinan ibu perlu menyusui bayinya,
sebab dibanding dengan susu kaleng, ASI jauh lebih sempurna bagi sang bayi.
Adalah tidak baik bila selagi menyusui si ibu sudah hamil kembali, sebab zat
makanan dari ibu terpaksa dibagi dua yaitu untuk bayi dan untuk janin yang
dikandungnya.
Dengan alasan seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini BKKBN
menganjurkan agar jarak kehamilan / kelahiran anak satu dengan lainnya
minimal 5 tahun.
Untuk jumlah anak pun perlu direncanakan oleh setiap keluarga dengan
sebaik-baiknya. Secara empiris memang suatu keluarga dengan jumlah anak
sedikit lebih ringan biaya hidup yang diperlukan dibanding dengan
keluarga jumlah anak yang lebih besar. Oleh sebab itu, pola hidup keluarga kecil
perlu dikembangkan.
Dari sudut demografi jumlah anak yang paling ideal yaitu 2/3. Bila tiap
keluarga rata-rata mempunyai dua anak maka dalam kurun waktu tertentu
penduduk kita akan mencapai keadaan seimbang karena tingkat kematian akan
sama dengan tingkat kelahiran; sedangkan anak yang dilahirkan cukup untuk
menggantikan ayah dan ibunya.
BAB V
PROGRAM KB
SEJAHTERA
NASIONAL
DAN
PEMBANGUNAN
KELUARGA
A. Program KB Nasional
1. Latar Belakang
Paling sedikit, terdapat lima persoalan kependudukan Indonesia yang
menjadi latar belakang ( background ) pelaksanaan Program KB Nasional.
Yaitu, jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang cepat, pola
persebaran yang tidak merata, struktur penduduk muda, dan rendahnya kualitas
penduduk.
Lahirnya persoalan kependudukan tersebut, salah satu sebabnya adalah suatu
kelalaian yang dilakukan sebelum tahun 1949 yaitu pada zaman pemerintah
kolonial Belanda dan adanya gerakan atau kebijaksanaan yang menyetujui
kelahiran ( pro natalis ) pada zaman Sukarno.
Sejak lahirnya rezim Orde Baru, pemerintah menetapkan kebijaksanan yang
berbeda dari Pro Natalis menjadi Anti Natalis. Kebijaksanaan Anti
Natalis yaitu suatu kebijaksanaan yang berusaha untuk menekan kelahiran
serendah mungkin. Sebagai realisasi kebijakan yang dianut, pemerintah melalui
Presiden Suharto bersama Pemimpin Dunia lainnya turut menandatangani
Deklarasi PBB tentang Kependudukan / United Nations Declaration of
Population pada tahun 1967.
Satu tahun kemudian, pemerintah menyetujui dibentuknya lembagi semi
pemerintah yaitu Lembaga Keluarga Berencana Nasional ( LKBN ) dengan Surat
Keputusan Menkesra N0. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Selanjutnya, LKBN
ditingkatkan menjadi lembaga resmi ( penuh ) yang dikelola pemerintah tahun
1970 dengan nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional( BKKBN ).
Suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen ( LPND ) yang langsung di bawah
Presiden dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan KB di
Indonesia.
Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu
cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa keamilannya ( baik kehamilah
yang berakhir dengan keguguran, lahir mati ataupun yang menghasilkan lahir
hidup )
Akseptor Baru, dalam hal ini tidak termasuk pasangan usia subur
yang menggunakan alat kontrasepsi, kemudian pindah/ganti ke cara/alat yang lain
atau mereka yang pindah klinik baik dengan menggunakan cara/alat yang sama
maupun cara/alat yang berbeda.
c. Akseptor Drop Out ( DO )
Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari tiga bulan.
d. Abortus : Keluarnya hasil konsepsi atau seluruhnya, yang dapat terjadi secara
spontan atau disengaja sebelum kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
e. Akseptor Lestari
Akseptor yang mempergunakan alat kontrasepsi secara terus menerus aktif
dalam waktu sekurang-kurangnya 5 tahun.
f. Akseptor aktif ( Current User/CU ) dan Askabi
Akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Sedangkan Askabi yaitu Ayoman
Sosial Keluarga Berencana Indonesia. Akda yaitu Asuransi Kecelakaan Diri
Askabi
g.Pasangan Usia Subur ( PUS )
Pasangan yang istrinya berumur antara 15 s/d 49 tahun, dalam hal ini
termasuk pasangan suami istrinya berumur dibawah 15 tahun atau lebih dari 49
tahun dan tetap mendapatkan menstuasi.
h. Indikasi
Suatu keadaan atau petunjuk yang menjadi alasan untuk merencanakan
pengobatan selanjutnya.
i. Insersi AKDR
Proses memasukkan AKDR ke dalam rongga rahim
j. Institusi Masyarakat
Wadah yang menampung aspirasi masyarakat yang khususnya mempunyai
ruang lingkup terbatas dan tidak komersial seperti PPKBD, Sub PPKBD, PKS dan
sebagainya.
k.KB Lingkaran Biru
Salah satu aspek kegiatan KB mandiri dengan melalui strategi pemasaran
sosial. Dalam program ini BKKBN bersama mitra kerja dari instansi pemerintah
yang lain, instansi swasta, organisasi profesi, lembaga masyarakat dan institusi
masyarakat membantu memasarkan tempat-tempat pelayanan KB dan alat-alat
kontrasepsi tertentu.
Untuk tempat-tempat pelayanan KB mandiri ini digunakan logo lingkaran biru
seperti dokter dan bidan praktek swasta dan apotik.
l. KB Mandiri
Pelaksanaan KB dari seseorang atau kelompok yang tidak tergantung dari
orang atau pihak lain.
m. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
n. Kualitas Keluarga
Kualitas Keluarga yaitu merupakan kondisi keluarga yang mencakup aspek
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental
spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga
sejahtera.
n. Mortalitas
Mortalitas atau kematian meruakan salah satu komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Kematian seseorang dalam suatu
penduduk dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tinggi rendahnya angka
kematian akan dipengaruhi oleh struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
status sosial ekonomi serta keadaan lingkungan di mana mereka berada, misalnya
yang mengangkat taraf kehidupan dan perawatan kesehatan.
0. Morbiditas ( morbidity )
Dalam demografi, di samping mortalitas, dikenal pula morbiditas.
Morbiditas secara umum dapat diartikan sebagai keadaan sakit yaitu adanya
penyimpangan dari keadaan kesehatan normal. Sedangkan definisi sehat ( yang
normal ) menurut WHO adalah keadaan sejahtera fisik mental dan sisial dan
bukan hanya semata-mata bebas penyakit.
p. Angka Beban Tanggungan ( dependency Ratio )
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak
produktif ( umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas ) dengan banyaknya
orang yang termasuk produktif ( umur 15-64 tahun ). Secara kasar angka ini dapat
digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu negara apakah tergolong maju
atau bukan. Negara-negara yang sedang berkembang dengan angka fertilitas yang
tinggi akan mempunyai angka beban tanggungan yang tinggi pula, dikarenakan
besarnya proporsi anak-anak .
4). Kebutuhan perasaan hati ( emotional needs ) yaitu keinginan manusia untuk
bergembira, bercinta, berkasih sayang , terharu dan sebagainya.
5). Kebutuhan rohaniah ( spiritual needs ) yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi
dengan meyakini adanya
Tuhan YME, mennjalankan ibdah, agama, amal
soleh dan sebagainya.
Ke tiga, gagasan KB ditermia agama. Sikap dan perilaku manusia akan
menjadi mantap, tidak ragu-ragu dan penuh kesadaran, apabila tidak bertentangan
dengan keyakinan dan agama yang dianutnya. Pada prinsipnya, semua agama
menerima gagasan KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang metode
pelaksanaan ataupun mengenai alat yang boleh dan tidak boleh dalam program
KB.
Ke empat, KB ikut serta mewujudkan pembangunan yang menyeluruh baik
bidang material maupun spiritual yang keduanya harus berjalan secara selaras,
seimbang dan berkelanjutan.
Ke lima, KB ikut serta mewujudkan emansipasi wanita
yang dipelopori oleh Ibu Kartini yang menuntut persamaan hak antara pria dan
wanita. Karena emansipasi wanita menghendaki pengangkatan harkat dan
martabat kaum wanita.
Ke enam,. KB merupakan cara yang paling tepat untuk menurunkan laju
pertambahan penduduk dan memperbaiki komposisi umur penduduk sekaligus
merupakan usaha pencegahan bagi timbulnya masalah kependudukan di masa
yang akan datang.
d). Spotting, pendarahan, haid yang banyak, bekuan-bekuan darah Ke tiga, kerja
sama suami istri. Metode-metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tanpa
kerja sama pihak suami, misalnya coitus interruptus dan kondom. Metode fertility
awareness atau metode kesadaran akan fertilitas, membutuhkan kerjasama dan
saling pengertian serta saling percaya mempercayai antara pasangan suamiistri. Sehubungan dengan hal ini, maka keadaan yang paling ideal adalah istri
dan suami harus bersama-sama :
a).Memilih metode kontrasepsi yang paling baik
b). Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
c). Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
d).Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.
Macam-Macam Metode Kontrasepsi
1). Metode sederhana meliputi :
a). Tanpa alat melalui KB alamiah, sederhana atau natural family planning dengan
metode kalender, rhytm method ( ogino-knaus), metode suhu badan
basal ( termal ), metode lendir serviks ( billing ), metode simpto termal
dan melalui coitus interruptus(Azal ), memperpanjang masa menyusui.
b). Dengan alat mekanis ( barrier ) seperti kondom pria, barrier intra vaginal
meliputi diafragma, kap serviks ( servical cap ), spons (sponge ) dan kondom
wanita dengan alat kimiawi dengan spermisid yang berupa vaginal tream, vaginal
foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet ( busa ) dan vaginal
soluble film.
2). Metode Modern
a). Kontrasepsi hormonal dengan pil oral, injeksi/suntikan, sub-utis berupa
implant dan imlanon ( alat kontrasepsi bawah kulit /AKBK atau susuk KB ).
b). Intra Uterine Device ( IUD ) atau alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR )
c). Kontrasepsi mantap pada wanita/MOW=medis operatif wanita ( tubektomi )
melalui penyinaran yaitu radiasi sinar x, radium, kobalt dll dan sinar laser serta
melalui operatif, medis operatif yang meliputi ligasi tuba falopii, elektrokoabolasi tuba falopii, fembriektomi, salpingektomi, ovarektomi bilateral,
histerektomi, fimbriotexy ( fembrial cap dan ovariotexy ) dan melalui
penyumbatan tuba falopii secara mekanis berupa penyempitan tuba falopii dan
solid plugs ) intra tubal devices ) serta penyumbatan tuba falopii secara kimiawi.
Kontrasepsi mantap pada pria melalui medis operatif pria ( MOP ) dengan
jalan vasektomi/vasektomi tanpa pisau (VTP ), penyumbatan vas deferents secara
mekanis intra vas devices, vas valves, dan meliputi penyumbatan vas deferents
secara kimia.
Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa sampai sekarang terus dilakukan
penelitian-penelitian kontrasepsi seperti cincin vagina ( vagina ring ) dengan
hormon, IUD berdaya kerja panjang dengan hormon progrestin, pil/suntikan KB
untuk pria dan sebagainya.
6. Tahap-Tahap Program KB Nasional
Dalam implementasi program KB nasional, apabila dicermati terdapat ciri-ciri
pada setiap periode sebagai berikut :
1). Tahun 1970-1980 : ciri manajement for the people meliputi :
a. Pemerintah lebih banyak berinisiatif
b. Partisipasi masyarakat masih rendah
c. Terkesan kurang demokratis
d. Berorientasi pada target
2). Tahun 1980-1990 : Ciri manajement with the people meliputi :
a. Tahun 1980-1988 : Munculnya program safari senyum dan lingkaran biru
KB. Safari senyum, pertama kalinya dilakukan oleh Presiden Soeharto di Bogor,
Jawa Barat. Pada 28 Januari 1987, bertempat di Taman Mini Indonesia Indah,
Presiden mencanangkan Program KB Mandiri dimana masyarakat diberikan
kebebasan memilih kontrasepsi yang dikehendakinya
. Kemudian secara nasional, program KB Mandiri dikampanyekan melalui
Lingkaran Biru tgl 30 November 1988 di Senayan oleh Presiden Soeharto.
b. Tahun 1988-1990 : Muncul program KB Mandiri Lingkaran Emas dengan
memasarkan 16 jenis kontrasepsi dimana masyarakat sudah mulai membayar
kontrasepsi.
3). Tahun 1990-1999 : Ciri peningkatan keluarga sejahtera dengan
peningkatan pendapatan keluarga ( Income Genarating ) . Tahun 1992, lahir UU
( Information,
2. Sasaran PKS
1) Kwantitatif :
a). Terwujudnya komitmen dan rencana operasional di seluruh kabupaten dan
kota untuk menurunkan jumlah dan proporsi keluarga sejahtera.
b). Tercapainya perkiraan pemenuhan kebutuhan keluarga untuk ikut dalam
kegiatan pembangunan keluarga sejahtera.
c). Memberikan dukungan bagi tercapainya penurunan fertilitas, kematian ibu dan
angka kematian bayi.
2) Kualitatif :
a). Pelembagaan pembangunan Keluarga Sejahtera sampai tingkat keluarga.
Untuk tingkat keluarga fkeberhasilan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam mengusahakan kesejahteraanya
sesuai dengan indikator keluarga sejahtera.
b). Berkembangnya mekanisme pengembangan dan pembinaan fungsi keluarga
oleh masyarakat secara gotong royong.
c). Kemantapan koordinasi antara berbagai instansi sektoral, institusi masyarakat
dan swasta dalamds rangka mendukung pembangunan keluarga sejahtera.
d). Semakin berkembang dan mantapnya program-program pembangunan sektoral
yang memberikan dukungan terhadap upaya mewujudkan keluarga kecil, mandiri,
bahagia dan sejahtera.
4. Pendataan Keluarga
Agar diperoleh gambaran tentang kondisi keluarga yang menjadi sasaran
PKS, maka sejak 1995, BKKBN melakukan pendataan keluarga yang meliputi
aspek demografi, KB dan Pentahapan Keluarga Sejahtera ( Gakin ) serta Data
Individu .
Untuk konsep tahapan keluarga yang dipakai dalam pengertian PKS
diatas seperti Keluarga pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III dan KS III plus, para
sosiolog, misalnyai Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof. Tapi Omas Ihromi, Sulaeman
Soemardi dan lain-lain ( 1994 ) telah merumuskan berbagai pengertian keluarga
serta tahapannya sebagaimana telah dibicarakan dalam BAB IV di atas.
3. Menuju Paradigma Baru Program KB Nasional
3.1. Latar Belakang
a). Diberlakukannya UU N0/1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Juga PP N0.21/1994 Tentang Penyelenggaraan
Pembangunan KS
b). Kesepakatan dalam International Conference on Population and Development
( ICPD ) di Cairo tahun 1994 dan Beijing Platform for Action tahun 1995.
c). Munculnya masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik
tumbangnya rezim Orba yang digantikan dengan orde Reformasi.
termasuk
d). Amanat GBHN 1999 yang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas
penduduk dilakukan melalui pengendalian kelahiran, mempercecil angka
kematian, peningkatan kualitas keluarga berencana.
e). Diberlakukannya UU. N0. 22/1999 Tentang Otonomi Daerah yang mulai
dilaksanakjan awal tahun 2001.
d). Kepres RI. N0. 166 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, dimana BKKBN termasuk dalam LNDP.
3.2. Tantangan Program KB Nasional
a). Penyelenggaraan program dengan tetap memperhatikan ajaran agama dan
nilai-nilai sosial budaya yang dianut masyarakat serta kesetaraan gender.
BAB VI
PENUTUP
Buku pegangan untuk mahasiswa ini telah diupayakan dapat memenuhi
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus materi Kependudukan
dan program KB nasional yang telah dibakukan untuk Akademi Kebidanan.
Bagi mahasiswa yang ingin memperdalam materi Kependudukan dan
Program KB Nasional, dapat mempelajari sendiri dalam referensi yang
dipergunakan untuk penyusunan buku pegangan ini.