Anda di halaman 1dari 55

Ilmu Kependudukan

PENGANTAR

Sampai sekarang, terdapat 5 masalah pokok kependudukan yang dihadapi


Indonesia, yaitu jumlah penduduk number of Population ) yang besar, laju
pertumbuhan penduduk
( population growth rate ) yang tinggi, pola
persebaran dan kepadatan penduduk ( population distribution and density ) tidak
merata, struktur umur penduduk ( population age structure ) muda dan kualitas
penduduk ( quality of people ) yang belum tinggi.
Berbagai program pembangunan telah dilancarkan untuk menanggulangi
masalah-masalah kependudukan tersebut. Salah satu program yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam mengatasi masalah
kependudukan yaitu program KB nasional yang telah dilaksanakan sejak tahun
1970.
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat ( FKM ) di Universitas Bangun
Nusantara Sukoharjo dituntut tidak sekedar memahami berbagai persoalan
kependudukan dan bagaimana cara menanggulanginya. Tetapi juga
diharapkan mampu sebagai provider yang profesional khususnya dalam
pelaksanaan program Kependudukan termasuk program KB nasional guna
mewujudkan keluarga berkualitas dan keluarga sejahtera.
Didorong
keinginan untuk
mempermudah
mahasiswa
dalam mengikuti Mata Kuliah Kependudukan , maka dengan segala
keterbatasan, penulis mencoba menyusun Buku Pegangan ini. Materi yang di
ketengahkan dalam buku ini telah disesuaikan dengan tujuan sintruksional yang
telah dibakukan di FKM Universitas Bangun Nusantara Sukoharjo.
Terbitnya buku pegangan kuliah ini, tentu tidak terlepas dari dorongan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada berbagai pihak yang telah membantu baik langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyusunan buku ini.
Semoga bermanfaat. Amien.
Sukoharjo, Januari 2007

Penulis,

Sutarmo

PENDAHULUAN

Kerangka Pengajaran Mata Kuliah :


Kependudukan
Di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Kode :

Bobot : 2 SKS

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari dan mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami dan menjelaskan program kependudukan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

B. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang demografi dan kependudukan di
Indonesia. Untuk memenuhi tujuan instrusional khusus ini, maka pokok bahasan
dan sub pokok bahasannya meliputi :
1.1. Aspek demografi dengan sub pokok bahasan tentang sumber data
penduduk, jumlah dan pertumbuhan penduduk terutama masalah fertilitas,
mortalitas dan migrasi serta statistik data kependudukan.
1.2. Kepadatan, persebaran dan struktur penduduk dengan sub pokok bahasan
tentang kepadatan dan persebaran penduduk, struktur atau komposisi penduduk.
1.3. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap kehidupan sosial dengan sub
pokok bahasan tentang nilai-nilai sosial, keluarga dan perkawinan yang meliputi

konsep keluarga, nilai perkawinan, usia perkawinan, peranan keluarga kecil dan
perencanaan keluarga.
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep program KB
nasional dengan pokok bahasan utama dan sub pokok bahasan sebagai berikut :
2.1. Latar belakang Program KB Nasional dengan sub pokok bahasan tentang
jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur umur, dan persebaran
penduduk.
2.2. Tujuan Program KB Nasional dengan sub pokok bahasan tentang tujuan
program KB nasiona dan sasaran langsung dan tidak langsung program KB
nasional.
2.3. Kebijakan dan strategi Program KB Nasional, dengan sub pokok bahasan
utama tentang perluasan jangkauan, pembinaan, pelembagaan dan pembudayaan
serta keterpaduan. Sub pokok bahasan strategi program KB nasional meliputi
strategi dasar dan strategi operasional.
2.4. Pelaksanaan Kegiatan dalam Program KB Nasional, dengan sub pokok
bahasan utama tentang kegiatan KIE, Pelayanan Kontrasepsi dan pengayoman
peserta KB, Pembangunan Keluarga Sejahtera, Peran serta Masyarakat dan
pemerintah serta pendidikan Keluarga Berencana.
2.5. Tujuan dan Kebijaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera dengan sub
pokok bahasan utama tentang Pendewasaan Usia Kawin, Pengaturan Kelahiran,
Pembinaan Ketahanan Keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga serta
pokok-pokok kegiatan pembangunan keluarga sejahtera.

BAB I
DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

A. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan dibahas pengertian tentang demografi, masalahmasalah kependudukan secara umum seperti sumber data penduduk, jumlah dan
pertumbuhan penduduk, fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pemahaman mahasiswa
dalam Bab I ini sangat diperlukan sebab menjadi dasar utama pembahasan
masalah keendudukan lebih lanjut. Oleh sebab itu, beberapa teori kependudukan
juga dibahas dalam Bab I ini.

B. Pengertian Demografi dan Kependudukan


Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata
yaitu Demos artinya rakyat atau penduduk, dan Grafein yang berarti tulisan atau
karangan. Jadi Demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau karangan tentang
rakyat atau penduduk. Kata demografi ini, dipakai pertama kali oleh seorang ahli
bernama Achille Guillard dalam buku karannya yang diberi judul Elements de
Statistique Humaine on Demographic Compares pada tahun 1885.
Seperti dalam ilmu-ilmu lain, para ahli demografi juga banyak
memberikan definisi yang berbeda-beda tergantung dari segi memandangnya. Di
bawah ini diketengahkan tiga definisi tentng demografi.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang
jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya seanjang
masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu fertilitas ( kelahiran ),
Mortalitas ( kematian ), Perkawinan, Migrasi dan Mobilitas Sosial ( Donald J.
Bogue, 1969, Principles of Demography ).
Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah,
struktur dan perkembangannya ( United Nations, 1958 ).
Demografi adalah ilmu yang mempelajari keadaan dan sikap manusia yang dapt
diukur secara kuantitatif
( Achille Guillard dalam buku Elements de
Statistique Humaine on Demographic, 1985 ).
Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari
tentang persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk.
Lalu, apakah ilmu kependudukan itu ? Adakah perbedaanya dengan ilmu
Demografi ? Sebagai ilmu, demografi telah berkembang pesat sejak 3 abad yang

lalu. Namun dalam perkembangannya, ilmu demografi tidak mampu


menjelaskan mengapa terjadi perubahan variabel demografis, sehingga
diperlukan ilmu
lain
yang
biasa
disebut
dengan Sociological
Demography, Population Studies, . Social Demography, Demographic Sociology
atau Kependudukan.
Jadi, ilmu kependudukan dibandingkan dengan demografi mempunyai
kedudukan yang lebih luas. Dalam ilmu Kependudukan tidak sekedar
menghitung variable demografis kuantitatif melainkan juga menyangkut segi-segi
kualitatif. Dengan demikian, sebenarnya ilmu kependudukan merupakan ilmu
yang menjadi penghubung antara penduduk dan sistem sosial.
Akan tetapi, dalam ilmu demografi sekarang ini juga telah mempelajari
segi-segi lain nondemografis seperti sosiologi, psikologi, politik, ekonomi,
ideologi, pertahanan keamanan dan sebagainya. Karena inilah, dalam prakteknya
kita menjadi sulit membedakan batasan ilmu demogarfi dan ilmu kependudukan.

C. Tujuan Mempelajari ilmu Demografi


Berapa jumlah penduduk kota Solo saat ini. Jika pertumbuhannya
konstan seperti sekarang, berapa jumlah penduduk Solo tahun 2005. Seandainya
rata-rata tiap jiwa mengkonsumsi beras 10 kg sebulan, berapa kebutuhan beras
yang harus disediakan satu rumah, berapa tambahan fasilitas Puskesmas, Bidan,
PLKB, Paramedis dan fasilitas lainnya untuk menampung pertambahan penduduk.
Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mempelajari ilmu demografi,
bukan saja bagi pemerintah melainkan juga sektor swasta dan perdagangan.
Perencanaan-perencanaan tentang ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan,
perpajakan, asuransi, pertahanan keamanan, kesejahteraan sosial, perusahaan
yang memproduksi baran dan jasa akan menjadi lebih tepat apabila kesemuannya
didasarkan pada data kependudukan yang akurat.
Pada umumnya, para ahli menggolongkan menjadi empat tujuan pokok
mempelajari ilmu demografi yaitu :
Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan dta yang tersedia.
Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial.

Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan


kemungkinan konsekuensinya.
D. Sumber Data Kependudukan
Untuk memperoleh data kependudukan, dapat bersumber dari pencatatan
statistik vital, Sensus dan Survei.
Pencatatan Statistik Vital atau Sistem Registrasi
Registrasi merupakan kumpulan keterangan tentang terjadinya perubahan atau
peristiwa kelahiran, kematian dan kejadian-kejadian penting lainnya secara terus
menerus. Seperti perubahan status seseorang dari lahir sampai mati ( pindah,
kawin, punya anak dansebagainya ). Di Indonesia pencatatan ini biasanya
penduduk yang harus mendaptar ke Kantor kantor yang berwenang yaitu oleh
Kelurahan di bawah jalur Depdagri dan Otda. Namun Badan lain seperti Depag,
Depkes, BKKBN juga melakukan pencatatan sesuai dengan fungsinya masingmasing.
Sensus
Kata sensus berasal dari kata Latin censere yang berarti menaksir. Sensus
adalah keseluruhan proses mengumpulkan, menghimpun dan menerbitkan data
domograsi, sosial, ekonomi yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di
suatu negara atau wilayah tertentu. Sensus bertujuan untuk menghitung jumlah
penduduk secara keseluruhan. Di Indonesia, sensus ini dilakukan oleh Pemerintah
( BPS ) setiap 10 tahun sekali. Pada jaman penjajahan, Pemerintah Belanda
mengadakan sensus lengkap tahun 1930. Setelah Indonesia merdeka, sampai
sekarang telah dilakukan lima kali sensus yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan
tahun 2000.
Survei
Sama dengan sensus, hanya saja yang berbeda adalah dalam hal cakupan
( coverage ).
Kalau
sensus
cakupan
pencacah
adalah
seluruh penduduk, sedangkan survei hanya sebagian saja yang dianggap dapat
mewakili keseluruhan penduduk. Jenis survei ini misalnya Supas
( Survei
Penduduk Antar Sensus ), SDKI ( Survei Demografi Kesehatan Indonesia ),
Survei Fertilitas dan Mortalitas Indonesia, Survei Sosial Ekonomi Nasional
( Susenas ) dan sebagainya.

E. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan Penduduk ( Dinamika Penduduk ) adalah merupakan


keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan
kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Kelahiran ( fertilitas )
dan imigran ( pendatang ) merupakan kekuatan yang menambah jumlah
penduduk. Sedangkan kematian ( mortalitas ) dan emigran akan mengurangi
jumlah penduduk.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat empat
faktor/komponen yang menyebabkan adanya pertumbuhan penduduk yaitu :
fertilitas, mortalitas, in-migration ( migrasi masuk ) dan out-migration ( migrasi
keluar ). Selisih antara fertilitas dan mortalitas disebut reproductive change
( perubahan reproduktif ). Selisih antara in-migration dan out-migration
disebut net-migration ( migrasi neto ). Jadi pertumbuhan penduduk hanya
dipengaruhi oleh dua cara yaitu melalui perubahan reproduksi dan migrasi neto.

F. Masalah Kependudukan Di Indonesia


Terdapat 5 masalah pokok kependudukan yang dihadapi Indonesia, yaitu
jumlah penduduk ( number of Population ), laju pertumbuhan penduduk
( population growth rate ), pola persebaran dan kepadatan penduduk ( population
distribution and density ), struktur umur penduduk ( population age structure ) dan
kualitas penduduk ( quality of people ).
1. Jumlah Penduduk
Dengan jumlah penduduk sekitar 203 juta, Indonesia saat ini menduduki
peringkat keempat penduduk terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika
Serikat. Besarnya jumlah penduduk sebenarnya merupakan modal dasar
pembangunan, akan tetapi pembangunan itu sendiri membutuhkan kualitas
manusia yang tinggi. Besarnya penduduk yang tidak diimbangi dengan kualitas
justru dapat menjadi beban pembangunan. Menurut SP 1930 jumlah penduduk
Indonesia mencapai 61 juta jiwa; SP 1961= 97 juta jiwa; SP 1971 = 119,2 juta
jiwa; SP 1980 = 147,5 juta jiwa; SP 1990 = 179,2 juta jiwa; dan SP 2000 = 203
juta jiwa.
2.

Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk tersebut di atas maka laju


pertumbuhan penduduk negara kita tergolong tinggi yaitu 1,50 % ( 1930-1967 ),
2,10 % ( 1961-1971 ), 2,30 % ( 1971-1980 ), 1, 97 % ( 1980-1990 ) dan 1,6 %
( 1990-2000 ).

3.

Pola Persebaran dan Kepadatan Penduduk.

Pola persebaran penduduk dan kepadatannya, antara satu pulau dengan pulau
lainnya sangat timpang. Misalnya pada tahun 1980, jumlah penduduk di Pulau
Jawa 91,3 juta
( 61,9 % ), Sumatra 18 Juta ( 19 % ), Kalimantan 6,7 juta
(
4,5 % ), Sulawesi 10,4 juta ( 7,1 % ),dan pulau-pulau lain 11,1 juta ( 7,5 % ).
Tentang kepadatan penduduk juga mengalami ketimpangan, dimana tertinggi
DKI Jakarta dengan kepadatan 11.023 dan Irian Jaya terendah 3.
4. Struktur Umur Penduduk
Penduduk Indonesia yang tergolong usia muda( balita ) jumlahnya relatif
besar. Pada tahun 1980 misalnya, segmen usia balita mencapai 21 juta jiwa.
Makin besar jumlah penduduk muda akan menyebabkan angka beban
ketergantungan yang tinggi.
5. Kualitas Penduduk
Jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang tinggi, persebaran dan
kepadatan penduduk tidak seimbang dan struktur umur yang kurang
menguntungkan berdampak langsung pada tingkat kualitas penduduk. Potensi
sumber daya manusia usia muda yang menjadi sasaran pembangunan sungguh
sangat besar. Dana investasi yang seyogyannya dialokasikan untuk kegiatan
peningkatan sumber daya manusia terpaksa dialokasikan untuk penyediaan
sarana-sarana pelayanan umum.

G. Teori- Teori Kependudukan.


Kapan manusia mulai mendiami bumi ini, diperkirakan sejak 2 juta tahun
lalu. Para ahli kependudukan memperkirakan penduduk dunia telah mencapai
sekitar 2 juta saat lahirnya Nabi Isa. Semula pertumbuhan penduduk berkembang
sangat lambat. Untuk mencapai penduduk dua kali lipat diperlukan waktu lebih
dari 200 tahun. Namun sejak tahun 1750 dan kemudian ditemukannya obat
pinicillin tahun 1930 pertumbuhan penduduk berkembang makin cepat dan untuk
melipatduakan jumlah penduduk hanya diperlukan waktu 45 tahun seja.
Pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut, mengundang banyak masalah
dan kemudian memunculkan berbagai teori kependudukan. Beberapa ahli
kependudukan yang memunculkan teori kependudukan seperti Thomas Robert
Malthus, William Godwin, Arsene Dumont, Carr Saunders, Sadler, dan
Doubleday. Thomas R. Malthus merupakan ahli pertama demografi, karena
dialah yang meletakkan tonggak bersejarah dalam penelitian tentang

kependudukan. Selain itu, dia membahas masalah kependudukan didasarkan atas


data statistik yang ada saat itu.
Menurut Malthus, apabila tidak dilakukan pembatasan, penduduk
cenderung berkembang menurut Deret Ukur (, 2,4,8, 16, ), diperkirakan
penduduk akan berlipat dua jumlahnya setiap 25 tahun, dan bahan makanan
bertambah menurut Deret Hitung ( 2,3,4,5,.. ). Agar terjadi keseimbangan
antara persediaan bahan pangan dan jumlah penduduk, maka pertumbuhan
penduduk harus dicegah. Ada tiga macam hal yang dapat mengurangi jumlah
penduduk yaitu :
1.
Kemelaratan ( misery ), ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian,
seperti berbagai jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan
pangan, dan peperangan.
2.
Kejahatan ( vice ), ialah segala jenis pencabutan jiwa sesama manusia
seperti kebiasaan membunuh anak-anak tertentu ( infanticide ), atau pembunuhan
orang-orang cacat dan orang tua.
3.
Pengekangan diri ( moral restraints ), ialah segala usaha untuk mengekang
nafsu seksuil, dan penundaan perkawinan.
Bagaimana pendapat para ahli lain tentang teori Malthus tersebut ? Pada
umumnya mereka menentang dan kemudian muncul berbagai teori kependudukan.
Kritikan terhadap teroi Malthus dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu (1)
Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang
menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain sehingga pengiriman bahan
makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan, (2) Dia
tidak memperhitungkan kemajuan tekonologi pertanian yang dapat memproduksi
secara massal, (3) Malthus juga tidak memperhatikan usaha pembatasan kelahiran
pasangan yang sudah menikah dan (4) fertilitas akan menurun apabila tingkat
ekonomi dan standar hidup enduduk dinaikkan.
Secara garis besar, berbagai teori kependudukan yang ada sekarang ini
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.

Teori fisiologis atau alami

2.

Teori keadaan sosial - ekonomi

1. Teori Fisiologis

Tokoh teori ini antara lain Michael Thomas Sadler, Doubleday, Spencer
Carrey, Pearl dan Gini. Menurut Sadler, daya reproduksi manusia dibatasi oleh
jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika kepadatan
penduduk tinggi, maka daya reproduksi manusia akan menurun. Sebaliknya jika
kepadatn penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat.
Teori Doubleday hampir sama dengan Sadler, hanya titik tolaknya yang
berbeda. Doubleday menyatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding
terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Kenaikan kemakmuran akan
mengakibatkan turunnya daya reproduksi manusia. Sebaliknya, kekurangan bahan
makanan akan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia.
Menurut Spencer, makin maju manusia mengembangkan dirinya makin
banyak energi yang diperlukan untuk kemajuan dan makin berkurang energi yang
tersedia bagi daya reproduksi, dan sebaliknya. Sedangkan Raymond Pearl dan
Corrado Gini berpendapat bahwa ober population atau kelebihan penduduk tidak
akan mungkin timbul sebab perkembangan jumlah manusia akan mengikuti suatu
pola tertentu yang mirip dengan kurva logistik, yang pada permulaan melengkung
naik hingga mencapai titik tingkat puncak untuk kemudian melengkung turun
lagi. Terjadinya pola ini karena terbatasnya ruang yang tersedia.

2. Teori Sosial Ekonomi


Salah satu tokoh teori sosial ekonomi, Nassau William Senior, menegaskan
bahwa bukannya keadaan kekurangan pangan yang merupakan check utama
terhadap perkembangan penduduk, akan tetapi ketakutan akan timbulnya keadaan
kekurangan pangan. Tokoh lain, A. Allison mengemukakan bahwa selama masih
banyak tanah kosong tidak berarti bahwa penduduk akan kekurangan pangan.
Juga kemajuan-kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjamin barang konsumsi lebih besar daripada bertambahnya penduduk.
Pada tahun 1890, di Perancis, Arsene Dumont melancarkan teori
kependudukan baru yang disebut teori kapilaritas sosial
( theory of social
capilarity ). Secara ringkas disebutkan bahwa seseorang cenderung untuk
mencapai kedudukan tertinggi dalam masyarakat. Misalnya seorang ayah selalu
mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh keududkan sosial
ekonomi yang tinggi melebihi apa yang ia sendiri telah mencapainya. Untuk
dapat mencapai perbaikan keudukan sosial ekonomi itu, keluarga yang besar

merupakan beban yang berat dan perintang. Alasan ini yang menyebabkan
seseorang dengan sadar membuat perencanaan akan besarnya keluarga.
Selain ke dua golongan teori di atas, kita juga mengenal adanya teori
transisi demografi. Teori ini menggambarkan proses perubahan penduduk dengan
angka kelahiran dan kematian yang tinggi kearah kelahiran dan kematian yang
rendah sejalan dengan proses kemajuang tahapan pembangunan. Secara ringkas
teori ini, menjelaskan adanya empat proses transisi sebagai berikut :
1.
Kelahiran dan kematian keduannya pada tingkat yang tinggi sekitar 40-50.
Reproduksi/kelahiran tidak terkendali, kematian bervariasi setiap tahunnya. Panen
yang gagal, harga yang tinggi menyebabkan kelaparan dan daya tahan tubuh
terhadap penyakit sangat lemah. Ditambah lagi dengan meluasnya penyakit
menular, menyebabkan angka kematian tinggi. Tahap ini merupakan keadaan
sosial ekonomi masyarakat pada tahapan tradisional atau primitif.
2.
Angka kematian menurun akibat diperbesarnya anggaran kesehatan dan
juga mulai adanya penemuan obat-obatan yang makin maju. Sementara itu angka
kelahiran tetap pada tingkat yang tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan
penduduk meningkat dengan pesatnya.
3.
Angka kematian terus menurun tetapi tidak secepat pada kategori II, angka
kelahiran mulai menurun akibat dari urbanisasi, pendidikan dan peralatan
kontrasepsi yang makin maju.
4.
Pada tingkat ini kelahiran dan kematian mencapai tingkat yang rendah dan
pertumbuhan penduduk kembali lagi seperti pada kategori I yaitu mendekati nol.

BAB II
KOMPONEN PERTUMBUHAN PENDUDUK

A.

Pendahuluan

Seperti telah disebutkan dalam Bab I, bahwa Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi
adalah merupakan komponen utama daripada pertumbuhan penduduk
( dinamika penduduk ). Ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh tertentu
terhadap jumlah, komposisi, dan persebaran penduduk di suatu daerah pada waktu
tertentu.
Dalam Bab II ini, akan dibahas lebih mendalam tentang komponen utama
dinamika penduduk, termasuk pengukuran-pengukuran yang digunakan.

Fertilitas
1.

Pengertian Fertilitas

Fertilitas adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita yang dicerminkan oleh banyaknya kelahiran atau anak yang
dilahirkan. Sedangkan fekunditas adalah potensi fisik untuk melahirkan anak.
Jadi, fekunditas merupakan lawan arti kata sterilisasi atau kemandulan. Pada
umumnya kemampuan untuk melahirkan pada usia 15-49 tahun, dan masa ini
disebut dengan masa reproduksi ( child bearing )

Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang


lingkupnya. Fertilitas lebih menekankan pada peranan kelahiran terhadap
perubahan jumlah penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Konsep lain yang sering
digunakan dalam hubungannya dengan fertilitas, misalnya lahir hidup ( live birth )
yaitu suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya didalam
kandungan, di mana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti bernafas,
ada denyut jantungnya atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot
2. Teori Fertilitas
Menurut Ronald Freedman ( 1975 ), fertilitas dipengaruhi oleh
intermediate variable ( variabel antara ) yang sangat erat hubungannya dengan
norma-norma masyarakat. Sedangkan Kingsley Davis dan Judith Blake ( 1976 )
menyebutkan adanya tiga tahap penting dari proses reproduksi manusia yaitu ( 1 )
tahap hubungan kalamin ( intercourse ),
( 2 ) tahap konsepsi ( conception ),
dan ( 3 ) tahap kehamilan. Faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi tsb. Faktor yang langsung mempunyai hubungan
dengan ketiga tahap tadi disebut variabel antara.
3. Pengukuran Fertilitas
Ukuran dasar fertilitas meliputi angka kelahiran kasar ( Crude Birth Rate/CBR ),
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur ( Age Specific Fertility Rate/ ASFR )
dan Angka Kelahiran Total ( Total Fertility Rate/TFR ).
a). Angka Kelahiran Kasar ( CBR )
Yaitu banyaknya kelahiran selama setahun per 1000 penduduk. Rumusnya yaitu :
B
CBR =

xK
P

Di mana : B = Banyaknya kelahiran selama 1 tahun


P = banyaknya penduduk pada pertengahan tahun
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Kebaikannya : Perhitungan sederhana, karena hanya memerlukan keterangn


tentang jumlah anak yanbg dilahirkan dan jumlah enduduk pada pertengahan
tahun.
Kelemahannya : Tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas. Jadi, angka yang
dihasilkan sangat kasar
b). Angka Kelahiran Menurut Umur ( ASFR )
Yaitu banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu.
Rumusnya :
bi
ASFR =

x k

Pi
Di mana : bi = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur I selama 1 tahun.
Pi = banyaknya wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun.
K = bilangan konstan, biasanya 1000

Kebaikannya : Memungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas menurut


berbagai karakteristik wanita, analisis fertilitas menurut kohor.
Kelemahannya :Memerlukan data terperinci dan tidak menunjukkan ukuran
fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun

c). Angka Kelahiran Total ( TFR )


Yaitu jumlah dari ASFR, dengan catatan bahwa umur dinyatakan dalam satu
tahunan. Rumus yang digunakan :
7
TFR = 5 S ASFRi ( i =1,2,. )

i=1
Dimana I = kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19
Kebaikannya : merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang
dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur.

C. Mortalitas
1. Pengertian Mortalitas
Ada beberapa pengertian yang

harus dipahami dalam

hubungannya dengan mortalitas yaitu (1) lahir mati ( still birth ) yaitu kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan.
(2) Mati ( death ) yaitu keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setia saat setelah kelahiran hidup
( PBB/WHO ), (3)Abortus yaitu kematian bayi dalam kandungan dengan umur
kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus yaitu disengaja
( induced ) dan tidak disengaja
( spontaneous ). Induced abortion dapat
berdasarkan alasan medis, misalnya karena mempunyai penyakit jantung yang
berat sehingga membahayakan jiwa si ibu dan bisa juga tidak berdasarkan alasan
medis.
Dari mana memperoleh data kematian ? Registasi vital, Sensus, dan
Survei. Selain itu, dapat pula diperoleh dari Rumah Sakit, Kantor Polisi Lalu
Lintas dan Dinas Pemakaman serta sumber-sumber lain.

2. Ukuran Mortalitas
Beberapa ukuran mortalitas yang perlu diketahui yaitu Angka Kematian
Kasar ( Crude Death Rate/CDR ), Angka Kematian Menurut Umur ( Age Specific
Death Rate/ASDR ) dan Angka Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate /IMR ).
a). Angka Kematian Kasar

Yaitu angka yang merupakan banyaknya kematian pada tahun tertentu untuk
setiap 1000 orang. Rumusnya :
D
CDR =

xk

P
Di mana : D = banyaknya kematian pada tahun x; P = banyaknya penduduk pada
pertengahan tahun dan k = bilangan konstan, biasanya 1000.

b). Angka Kematian Menurut Kelompok Umur


Yaitu banyaknya kematian tiap seribu orang penduduk pada kelompok umur
tertentu. Rumusnya :
Di
ASDRi =

xk

Pi
Di mana Di = banyaknya kematian orang-orang I pada thun ttt.
Pi= banyaknya pend. berumur I pada pertengahan th.

c). Angka Kematian Bayi


Yaitu angka yang menunjukan banyaknya kematian bayi yang berumur kurang
dari satu tahun per 1000 kelahiran pada suatu waktu tertentu. Rumusnya :
Do
IMR =

xk

B
Di mana Do = banyaknya kematian bayi berumur di bawah 1 tahun selama tahun
tertentu; B = banyaknya kelahiran selama tahun tertentu.
Selain beberapa ukuran di atas, dalam mortalitas perlu diketahui pula
tentang tabel kematian ( life Table ) dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir ( Life
Expectancy at Birth = eo ). Tabel Kematian yaitu, suatu tabel hipotetis dari

sekumpulan orang yang dilahirkan pada waktu yang sama ( kohor ). Karena
adanya kematian maka jumlah orang tsb makin berkurang sampai akhirnya habis
semua. Tabel ini tidak hanya digunakan untuk keperluan demografi, tetapi dapat
dipakai oleh bidang asuransi untuk menentukan besarnya premi yang harus
dibayar pemegang polis asuransi.
Sedangkan Angka Harapan Hidup yaitu angka yang merupakan perkiraan
rata-rata umur harapan hidup seseorang sejak lahir. Angka ini bukanlah suatu
angka yang mutlak tetapi hanya suatu ukuran hipotetis. Namun demikian angka
ini dapat dijadikan indikator keadaan kesehatan di suatu daerah.

D. Migrasi
1. Pengertian
Yaitu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat
ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas
bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan
yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
Terdapat dimensi penting yang perlu diketahui dalam menelaah masalah
migrasi yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimendi waktu, sampai
sekarang belum ada kesepakatan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
seseorang yang pindah dianggap sebagai migran. Ada yang berpendapat 6 bulan
berturut-turut, tetapi ada yang jangka waktunya lebih pendek lagi misalnya dalam
satu hari yaitu pagi berangkat dan sore kembali. Untuk yang disebut terakhir oleh
I.B. Mantra disebut migrasi pulang pergi ( commuting ) atau nglaju.
Selain nglaju, dikenal pula perpindahan tempat / mobilitas penduduk sebagai
berikut :
a). Perpindahan pulang balik kerja ( recurrent movement )
b). Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tinggal
bagi para pekerja musiman
c). Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ketempat
semula ( non-recurrent movement ).

2. Jenis-Jenis Migrasi

a)
Migrasi Masuk ( In Migration ) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah
tempat tujuan ( area of destination ).
b)
Migrasi Keluar ( Out Migration ) yaitu perpindahan penduduk keluar dari
suatu daerah asal/area of origin
c)
Migrasi Total ( total migration ) yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup
migrasi semasa hidup dan migrasi pulang ( return migration ).
d)
Migrasi Semasa Hidup ( life time migration ) yaitu migrasi berdasarkan
tempat kelahiran. Mereka yang pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal
di daerah yang berbeda dengan daerah tempat kelahirannya.
e)
Migrasi Parsial ( partial migration ) yaitu jumlah migran ke suatu daerah
tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan. Migrasi
inimerupakan ukuran dari arus migrasi dua daerah asal dan tujuan.
f)
Urbanisasi ( Urbanization ) yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang
berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk ke
kota dan atau akibat dari perluasan daerah kota.

3). Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi


a). Faktor pendorong
v Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas
barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh sperti hasil
tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
v Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal.
v Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah asal.
v Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, dan wabah penyakit.
b). Faktor penarik
v Adanya rasa superior di tempat yang baru, kesempatan untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang cocok.
v Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik
v Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
v Keadaan lingkungan yang menyenangkan

v Adanya fasilitas dan aktifitas di kota-kota besar, tempat-tempat hiburan,


kebudayaan dan sebagainya.

BAB III
KOMPOSISI DAN PERSEBARAN PENDUDUK

A. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang masalah kependudukan
yang dihadapi Indonesia yaitu masalah komposisi penduduk ( Population
Composition ) dan distribusi penduduk
( Population Distribution ).
Kita mengetahui bahwa penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri tertentu
baik sosial ekonomi mapun geografis. Pengelompokan penduduk sangat berguna
untuk berbagai keperluan dan tujuan antara lain :
1.
Untuk bahan pengambilan kebijaksanaan di bidang kependudukan,
misalnya kebijaksanaan transmigrasi dengan mempertimbangkan umur dan status
perkawinan transmigran yang dikirim.
2.
Untuk mengetahui SDM ( Human Resources ) yang ada untuk
pembangunan. Misalnya tingkat pendidikan yang diperlukan untuk tenaga kerja
proyek tertentu atau industri.
3.
Untuk membandingkan keadaan penduduk suatu daerah/negara satu
dengan lainnya.

4.
Melalui penggarmbaran piramida penduduk dapat diketahui proses
demografi yang telah terjadi pada penduduk tersebut.

B. Komposisi Penduduk
Mengklasifikasikan penduduk dapat didasarkan pada :
Biologis meliputi umur dan jenis kelamin
Sosial meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan
Ekonomi meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis
pekerjaan dan sebagainya
Geografis seperti tempat tinggal, daerh perkotaan dan pedesaan, propinsi,
kabupaten dan sebagainya.
Klasifikasi berdasarkan umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap
tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Klasifikasi ini juga dapat
menentukan, apakah suatu negara tergolong penduduk tua
( Old Population )
atau penduduk muda (Young Population ).
Biasanya negara maju tergolong penduduk tua, dan penduduk di negaranegara berkembang, seperti Indonesia termasuk penduduk muda. Salah satu cara
untuk menentukan apakah suatu negara tergolong penduduk muda atau tua yaitu
dengan melihat umur penduduknya untuk kelompok usia di bawah 15 tahun dan
di atas 65 tahun.
Umur

Penduduk Tua

Penduduk Muda

0- 14 th

30 %

40 %

15-64 th

60 %

55 %

65 +

10 %

5%

C. Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk dapat digolongkan menurut
(1 )geografis
dan ( 2 ) menurut administratif dan politis. Indonesia secara geografis terdiri dari
922 pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Penduduknya tersebar

secara tidak merata. Di pulau Jawa yang hanya memiliki luas 6,6 % dari total luas
Indonesia, dihuni lebih dari separuh penduduk ( 64 % ). Sedangkan Kalimantan,
misalnya, yang luasnya 27,2 % hanya dihuni penduduk sekitar 4,4 %.
Secara
administratif
dan
politis, Indonesia
terdiri
dari
32
Propinsi, kemudian setiap propinsi dibagi dalam kabupaten/kota, Kecamatan dan
Kelurahan/Desa. Ada tiga daerah khusus atau Istimewa yang setingkat Propinsi
yaitu Daerah Istimewa Aceh, DIY dan DKI. Di DKI ternyata merupakan Propinsi
terpadat penduduknya.

D. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk dan jenis kelamin suatu penduduk dapat digambarkan
dalam piramida penduduk. Jika bagian bawah daripada piramida penduduk lebih
besar berarti banyak penduduk usia anak-anak. Berarti pula angka kelahiran
tinggi. Pada piramida penduduk usia tua maka alas dasarnya tidak lebar berarti
angka kelahiran rendah.
Dalam demografi dikenal 5 ( lima ) bentuk piramida yaitu ( 1 ) piramida
dengan model dasar lebar dan slope tidak terlalu curam atau datar. Model ini
terdapat pada penduduk dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi,
sebelum mereka mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian,
misalnya penduduk India ( 1951 ) dan Indonesia
( 1971 ).
(2) Dasar Piramida lebih lebar dan Slope lebih curam. Ini terdapat dalam
negara dengan permulaan pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat adanya
penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak tetapi belum ada penurunan
fertilitas, misalnya di Srilangka dan Brazilia. (3 ) Piramida berbentuk sarang
tawon kuno ( old fashioned beehive), terdapat pada negara dengan tingkat
kelahiran yang rendah begitu pula tingkat kematiannya rendah. Ini terjadi di
negara-negara Eropa.
(4). Piramida dengan bentuk lonceng/Genta ( The bellshaped pyramid ).
Bentuk ini terdapat di negara-negara yang telah mengalami penurunan fertilitas
paling sedikit 100 tahun. Contohnya Amerika Serikat. ( 5 ) Bentuk piramida
seperti lonceng tetapi slope lebih curam. Ini terdapat pada negara yang tingkar
kelahiran dan kematiannyas mengalami penurunan sangat rendah. Contohnya
Jepang.
Selain piramida penduduk, terdapat tiga ciri penduduk ( the three general
population ) yaitu ( 1 ) Expansive : bagian terbesar penduduk muda seperti

Indonesia; ( 2 ) Constrictive : bagian kecil penduduk berada dalam kelompok


muda misalnya AS; ( 3 ) Stationary : Banyaknya penduduk setiap kelompok umur
imbang, misalnya Swedia.
BAB IV
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEHIDUPAN SOSIAL
A. Pendahuluan
Sejarah telah mencatat bahwa Malthus sebagai orang pertama yang secara
sungguh-sungguh memikirkan persoalan ledakan penduduk dunia.
Sebagaimana telah disebutkan dalam BAB I, Malthus berpendapat bahwa
kesentosaan kehidupan sosial masyarakat senantiasa terganggu oleh kenyataan
adanya pertambahan penduduk lebih cepat dari pada pertambahan bahan
makanan. Pendapat tersebut, ternyata telah mendapatkan kritik tajam dari para
ahli kependudukan lain, yang kemudian melahirkan berbagai teori kependudukan.
Namun pada kenyataanya, sampai abad 21 ini, teori Malthus yang banyak
dikecam tersebut, semakin lama semakin kuat dirasakan mengandung banyak
kebenarannya. Di negara-negara berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika dan
Asia sampai sekarang masih harus bergulat meningkatkan taraf kehidupan
rakyatnya, khususnya memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, perumahan,
kesehatan dan seterusnya.
Menurut Ehrlich ( 1981 ), sampai sekarang hannya ada 10 negara di dunia
yang menghasilkan lebih banyak makanan dari pada yang dikonsumsikan.
Pertambahan penduduk yang terus menerus itu, memang banyak menjadi
beban bila tidak diimbangi dengan penduduk yang berkualitas. Pertambahan
penduduk juga telah menimbulkan gajala pengedukan berbagai sumber daya alam
oleh manusia. Semua itu dapat dihubungkan dengan berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan dasar penduduk seperti pangan, perumahan, kesempatan
kerja, fasilitas kesehatan, gizi, pendidikan dan sandang. Belum lagi apabila
dihubungkan dengan HAM, seperti hak untuk makan, hak untuk menghirup udara
segar, hak minum bersih, hak untuk hidup layak dan tidak berjubel dan
sebagainya.
Pengaruh pertumbuhan penduduk yang cepat dan tidak terkendali juga
secara langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
( keluarga ). Keluarga dengan jumlah anak banyak, dan tidak terencana tentunya
banyak menjadi beban dan muncul banyak permasalahan dibanding keluarga yang

jumlah anaknya sedikit dan terencana. Dalam Bab IV ini, akan dibicarakan
tentang pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap keluarga dan perkawinan yang
meliputi konsep keluarga, nilai perkawinan, usia perkawinan, peranan keluarga
kecil dan perencanaan keluarga.

B. Kehidupan Sosial ( Keluarga )


1. Konsep Keluarga
Apakah keluarga itu ? Dalam pengertian kita di Indonesia, kata keluarga
mempunyai beberapa pengertian. Pertama, dipakai untuk menyebut satu
kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat. Baik kesatuan karena satu rumah
tempat tinggal atau satu dapur. Dasar organisasi kesatuan yaitu perkawinan yang
sah. Keluarga menurut pengertian ini, dalam bahasa daerah disebut dengan
nama yang bermacam-macam, misalnya : somah, brayat ( Jawa ) ; kurenan
( Bali ) ; biliku ( Sumba ); periuk ( Minang ); haripeon ( Angkolo );
jabo ( Karo ); mata ruma ( Ambon, Irian ); ruma paon ( Lombok ); dan
sebagainya.
Pengertian ke dua, keluarga dipakai untuk menyebut kelompok kerabat
yang ada hubungan diantara para anggotanya. Hubungan itu, karena
berketunggalan darah baik dilacak menurut garis keturunan pancar laki-laki saja
atau garis keturunan perempuan. Dalam pengertian ini, misalnya kaum dalam
masyarakat Minangkabau atau marga di Tanah Batak.
Selain dua pengertian tentang keluarga di atas, di bawah ini disebutkan
beberapa pengertian tentang keluarga yang perlu diketahui mahasiswa :
a)
Pengertian Keluarga menurut UU RI N0.10 Tahun 1992 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 1 ayat
10, keluarga didefinisikan sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Yang dimaksud anak dalam pengertian ini yaitu mereka yang belum
menikah. Kalau ada anak yang sudah menikah, maka biar pun tinggal dalam satu
rumah, ia sudah merupakan keluarga lain.
b)
Suatu keluarga berarti semua anggota rumah tangga yang pada suatu
tingkatan tertentu saling berhubungan melalui darah, adopsi, atau perkawinan
( United Nations, 1973 ).
c)
Rumah Tangga yaitu suatu kelompok individu yang hidup dalam satu
rumah dan makan dari dapur yang sama
( United Nations, 1958 ).

d)
Keluarga batih ( keluarga biologis/nuclear family ) yaitu keluarga yang
terdiri dari suami isteri dan anak-anak yang belum kawin.
e)
Keluarga luas atau keluarga gabung ( extended atau composite family )
yaitu suatu keluarga yang biasanya terdiri dari dua generasi yang berasal dari
suatu keluarga biologis dan terdapat di negara-negara di mana anak-anak tidak
lazim meninggalkan rumah keluarga segera setelah menikah ( United Nations,
1958 ).
f)
Keluarga ialah satu kesatuan atau unit terkecil dimasyarakat yang dibentuk
oleh ikatan perkawinan
( pernikahan ) berdasarkan hukum yang berlaku.

2. Siklus Hidup Keluarga


Sikles Hidup Keluarga ( family life cycle ) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi
dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Dalam ilmu kependudukan biasanya
dikenal adanya 6 ( enam ) tahap siklus hidup keluarga yaitu :
a)
Tahap tanpa Anak : dimulai dari perkawinan hingga kelahiran anak
pertama.
b)
Tahap Melahirkan ( tahap berkembang ) : dimulai dari kelahiran anak
sulung hingga anak bungsu.
c)
Tahap Menengah : dimulai dari kelahiran anak bungsu hingga anak sulung
meninggalkan rumah atau menikah
d)
Tahap Meninggalkan Rumah : dimulai dari anak sulung meninggalkan
rumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah
( perkawinan biasanya
dianggap meninggalkan rumah )
e)
Tahap Purna orang tua : dari saat anak bungsu meninggalkan rumah hingga
salah satu pasangan meninggal dunia.
f)
Tahap Menjanda/Menduda : dari saat meninggalnya suami atau istri hingga
pasangannya meninggal dunia.
Siklus hidup keluarga dalam ilmu kependudukan dipandang penting,
karena lima alasan pokok sebagai berikut :
a)
Menunjukan interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti
kelahiran, kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya

mempengaruhi individu-individu yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga


yang lain.
b)
Memperjelas pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada tahap-tahap awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus
tersebut.
c)
Menghilangkan konsepsi yang salah tentang keluarga, misalnya
pandangan bahwa keluarga hanya melewati satu atau dua tahap tertentu saja.
d)
Merupakan suatu ringkasan yang penting tentang pengaruh gabungan
faktor-faktor fertilitas, mortalitas, nupsialitas dengan faktor-faktor ekonomi dan
kebudayaan.
e)
Dapat menjelaskan bermacam-macam variasi kegiatan sosial demografi
dan sosial ekonomi.

3. Fungsi-Fungsi Keluarga
Kebanyakan ahli kependudukan menggolongkan fungsi keluarga dalam
lima kategori pokok : biologis, ekonomis, kebudayaan, pendidikan dan psikologis.
Bagi bangsa Indonesia, fungsi keluarga telah dirumuskan dengan jelas dalam PP
RI N0. 21/1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal
4 ( ayat 2 ) yang menyebutkan 8
( delapan ) fungsi keluarga yaitu :
a.

fungsi keagamaan

b.

fungsi sosial budaya

c.

fungsi cinta kasih

d.

fungsi melindungi

e.

fungsi reproduksi

f.

fungsi sosialisasi dan pendidikan

g.

fungsi ekonomi

h.

fungsi pembinaan lingkungan.

Fungsi keagamaan dalam keluarga dan anggotanya didorong dan


dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis yang

penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi sosial budaya
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan.
Sedangkan fungsi cinta kasih dalam keluarga akan memberikan landasan
yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, cuami dengan istri, orang tua
dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan
batin. Fungsi melindungi dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan
kehangatan.
Fungsi reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan
keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia
di dunia yang penuh iman dan taqwa. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa
melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan.
Sementara itu, dalam fungsi ekonomi akan menjadi unsur pendukung
kemandirian dan ketahanan keluarga. Fungsi pembinanaan lingkungan
memberikan pada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi,
selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang berubah
secara dinamis.

4. Pentahapan Keluarga
Profil keluarga di Indonesia, dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat
kesejahteraanya, dapat dikelompokan menjadi 5 ( lima ) tahapan, yaitu :
Keluarga Pra Sejahtera : yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan pengajaran agama, pangan,
sandang, paan dan kesehatan.
Keluarga Sejahtera I : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dfengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
Keluarga masuk dalam tahap Keluarga Sejahtera I jika telah dipenuhi indikatorindikaktor sebagai berikut

v Anggota keluarga menjalankan ibadah menurut agama yang dianut masingmasing


v Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih
v Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian dyang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah, dan bepergian
v Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
v Bila anak sakit dan PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan serta
diberi pengobatan/cara KB modern
Keluarga Sejahtera II : yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan perkembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi.
Seluruh indikator KS I terpenuhi ditambah indikator-indikator :
v Anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur
v Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan /telur
v Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru
v Luas lantai rumah paling kurang 8 m 2 untuk untuk tiap penghuni rumah
v Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing
v Ada anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap
v Anggota keluarga yang berumur 10 60 tahun bisa baca tulisan latin
v Anak berusia 7-15 tahun bersekolah
v PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi
Keluarga Sejahtera III : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
perkembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal
terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk
material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan

serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan
- yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olaraga, pendidikan dan sebagainya.
Seluruh indikator KS I dan KS II terpenuhi ditambah dengan Indikator-Indikator.
v Keluarga berupaya meningkatkan pengethuan agama
v Sebagian dari penghasilan keluarga ditabung
v Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi
v Keluarga sering ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkangan tempat
tinggalnya
v Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam 6 bulan
v Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/Majalah
v Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat
Keluarga Sejahtera III Plus : yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun bersifat
pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
Seluruh indikator pada setiap tahap ( Tahap I, II, III ) terpenuhi dan ditambah
dengan indikator :
v Keluarga atau anggota keluarga secara teratur dan sukarela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
v Kepala keluarga atau anggota keluarga
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat

aktif

sebagai

pengurus

Tabel : 1
Perkembangan Jumlah Keluarga menurut Tahapan
Indonesia, tahun 1997 - 2000
Tahun

Jumlah

Pra

keluarga

Sejahter
a
(

KS
I

KS
II

(%)

(%)

KSII
I

KS
III +
(%)

(%)

1997

43.004.65
3

19,4

22,
6

29,
6

22,7

5,7

1998

44.657.05
0

16,4

21,
7

30,
1

25,7

6,1

1999

45.732.91
3

23,3

25,
6

26,
4

20,0

4,7

2000

47.370.33
1

23,2

28,
4

25,
5

18,7

4,2

Sumber : Diolah dari Profil Keluarga Indonesia, BKKBN, 2000.

C. Nilai Perkawinan
1.

Jenis-Jenis Perkawinan

1.1.Zaman jahiliyah
Hubungan antara pria dan wanita dalam bentuk berpasangan sudah
dikenal sejak dahulu kala. Menurut sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Abu Daud, yang dituturkan oleh isteri Nabi SAW Aisyah r.a.
bahwa ada 4 ( empat ) macam bentuk perkawinan yaitu :
Nikah, seperti yang berlaku sekarang ini dimana si pria melamar kepada
keluarga si wanita yang diinginkannya dengan memberikan mahar lalu
menikahinya.

Nikahul istibdla yaitu restunya seseorang, membiarkan istrinya ketika sedang


suci dari haid untuk berhubungan dengan seorang tertentu yang daripadanya ia
menginginkan memperoleh bibit keturunan yang diidamkannya misalnya bibit
yang cerdas, anak yang cantik dan sebagainya.
Wanita menunjuk suami. Bentuk perkawinan ini dimulai dari beberapa orang pria
( tidak sampai 10 orang ) berhubungan dengan seorang wanita tertentu. Kemudian
ketika wanita itu hamil dan melahirkan banyinya lalu dipanggillah sejumlah pria
yang telah berhubungan tadi untuk dipilih salah satu menjadi suami.
Pelacuran, yaitu seorang wanita menyediakan diri untuk berhubungan dengan
pria siapa saja. Bila wanita ini hamil dan melahirkan anak, maka
dipanggillah qafah yaitu ahli pengenal jejak atau nasab yaitu suatu profesi
Selain yang dituturkan Permaisuri Nabi Muhammad SAW di atas, dalam
sejarah
di
zaman
jahiliyah
juga
dikenal
bentuk
lain
yaitunikahusyighar dan nikahul badal. Perkawinan silang antara dua orang yang
masing-masing mempunyai wanita yang berada dalam perwaliannya tanpa ada
mahar disebut nikahusyighar. Sedangkan nikahul badal ialah pertukaran pasangan
antara dua pasang suami istri.
Menurut hukum adat jahiliyah, seorang pria dibenarkan mengambil isteri
dalam jumlah yang tidak terbatas. Kecuali itu, pria juga dapat menceraikan istriistrinya semau-maunya dan kapan pun juga tanpa resiko apa pun atas perceraian
itu.
1.2. Perkawinan Pasca jahiliyah
a.
Monogami, adalah suatu sistem perkawinan di mana seorang pria/wanita
hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya pada suatu waktu tertentu.
b.
Poligami, yaitu suatu sistem perkawinan di mana seorang pria/wanita dapat
menikah dengan lebih dari seorang lawan jenisnya pada suatu waktu yang
sama. Bila seorang pria melakukan perkawinan dengan lebih seorang wanita
disebutpoligini. Sebaliknya, seorang wanita mempunyai lebih dari seorang
suami dalam waktu yang sama disebutpoliandri.
Poliandri suatu fenomena yang jarang ditemukan, tetapi dalam sejarah jenis
perkawinan ini biasa dilakukan oleh kelompok Khasa, Nair, Irawan, Coorg, Toda
dan Kota di India. Sedangkan jenis monogami dan poligini sampai
sekarang lazim dijumpai di banyak negara. Poligini banyak dilakukan di Asia
dan Afrika. Bahkan di Afrika hukum adat yang berlaku mengijinkan bahkan
mendorong pria memiliki isteri sebanyak ia suka.

2. Hukum dan Status Perkawinan


Biasanya hukum perkawinan yang dipandang syah didasarkan pada :
a.

Hukum agama

b.

Hukum sipil

c.

Hukum adat

Status perkawinan, hampir di semua negara mengacu dengan kategori yang


diberikan PBB yaitu belum kawin, kawin, janda dan cerai. Kasus di Amerika
Latin, Amerika Serikat dan Amerika Selatan, berbeda dengan yang berlaku di
negara-negara lain dimana status consensual atau convience dianggap berstatus
kawin. Ikatan konsensual yaitu kumpul ( di negara kita biasa disebut kumpul
kebo, WIL/PIL ) tanpa mempunyai status hukum baik agama, sipil dan adat.
Dalam demografi, kita juga mengenal status tidak pernah kawin yang
biasanya disebut selibasi
( hidup selibat ). Bila seseorang tetap tidak pernah
kawin sampai usia 45-49 tahun disebut selibasi permanen. Banyak faktor yang
menyebabkan hidup selibat, diantaranya menganggap tidak ada pria/wanita yang
cukup memenuhi syarat ( eligible ), faktor kebudayaan, sosial ekonomi dan
sebagainya.
Selain hidup selibat, juga dikenal hidup menjanda atau menduda yang
merupakan dari perbedaan umur suami dan istri. Biasanya umur suami lebih tua
dan tingkat mortalitas istri lebih rendah dari suami, maka kemungkinan besar
banyak wanita yang hidup menjanda. Di banyak negara, seperti di Asia janda
kawin lagi bukanlah sesuatu yang tabu. Tapi di kalangan suku Sati di India, sangat
tabu bagi seorang janda untuk kawin lagi.

3. Tujuan ( nilai ) perkawinan


a.

Menyalurkan kebutuhan dasar ( basic need ) manusia

b.

Mengembangkan keturunan dan melestarikan kehidupan manusia

c.

Membentuk keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal

d.
Dalam Islam ( tidak sekedar a.b. dan c ) tujuannya lebih luas yaitu sebagai
salah satu sarana untuk mengabdikan diri kepada Alloh SWT. Oleh karena itu
perkawinan merupakan sesuatu yang suci dan luhur.

D. Umur Perkawinan
Dalam demografi masalah keluarga dan perkawinan mendapatkan
perhatian khusus karena pengaruhnya baik langsung maupun tidak langsung
terhadap pertumbuhan penduduk. Usia kawin yang lebih dewasa, pengaruh
langsungnya adalah makin singkatnya seorang wanita mengalami risiko
melahirkan anak; pengaruh tidak langsungnya adalah munculnya sikap-sikap baru
terhadap perkawinan dan keluarga yang dapat menurunkan fertilitas, misalnya
sikap untuk tidak kawin cepat yang penting menyelesaikan study dan sebagainya.
Kecuali itu, sebagaimana diungkap di atas, tujuan perkawinan
sesungguhnya merupakan sesuatu yang suci dan luhur sehingga haruslah
dipersiapkan, termasuk umur perkawinan. Usia seseorang akan menjadi ukuran
apakah ia sudah cukup dewasa dalam bersikap dan berbuat atau belum.
Menurut UU Perkawinan, wanita ditetapkan 16 tahun dan pria 19 tahun
untuk dapat melangsungkan pernikahan. Namun haruslah disadari bahwa UU
tersebut menganut prinsip hendaklah melangsungkan perkawinan setelah matang
jiwa dan raganya. Dalam hukum Islam tidak disebutkan secara jelas kapan umur
perkawinan harus dilangsungkan. Islam hanya menyebutkannya dengan
perkataan balaghun nikah aritinya seseorang yang sudah akil baligh. Yaitu bagi
pria ditandai dengan telah datangnya mimpi melakukan sengama, dan bagi wanita
ditandai dengan datangnya haid / menstruasi. Oleh sebab itu, berdasarkan
pengalaman dan hasil penelitian dianjurkan untuk melangsungkan perkawinan
minimal pada usia 25 tahun bagi remaja pria dan 20 tahun untuk wanita.
E. Keluarga Kecil Sejahtera
Secara normatif ( kualitatif ) untuk mewujudkan keluarga sakinah
sebagaimana disebutkan di atas, tentunya akan lebih mudah diwujudkan oleh
keluarga yang memiliki jumlah anak kecil dan terencana dari pada keluarga
dengan jumlah anak banyak. Keluarga dengan jumlah anak kecil, tentunya
akan lebih mudah melaksanakan 8 ( delapan ) fungsi keluarga sebagai pra syarat
terwujudnya keluarga yang sakinah. Sebaliknya, keluarga dengan jumlah anak
banyak tentunya akan menimbulkan banyak masalah ketimbang manfaat yang
diperoleh.

Menurut hasil temuan LPM-UGM ( 1982 ), bagi bangsa Indonesia terdapat


banyak alasan atau motivasi berkeluarga kecil. Namun pilihan alasan itu, lebih
banyak ditinjua dari segi meminimumkan resiko dari pada segi memaksimumkan
manfaat. Bulatao ( 1979 ) menyebutkan sejumlah response terhadap ertanyaan
terbuka ( open ended question ) dan kemudian mengklasifikasikannya sbb :
1. Keuntungan
Bantuan instrumental
Bantuan dalam kerja rumah tangga
Bantuan di hari tua
Bantuan keuangan dan bantuan praktis
Penerus nama keluarga
Kewajiban sosial dan religius
Manifestasi kedewasaan status norma sosial
Interaksi yang bermanfaat
Untuk kawan, cinta
Kebahagiaan
Teman Bermain, kegemaran
Memperkuat ikatan perkawinan
Apresiasi Psikologis
Hidup melalui/untuk anak
Rasa berprestasi
Karakter, tanggung jawab
Incentive mencapai kesuksesan
Rasa terpuaskan ( fulfillment )
Lain-lain
2. Kerugian

Biaya Keuangan
Biaya pendidikan
Biaya lain-lain
Tuntutan Pemeliharaan anak
Tambahan pekerjaan
Tekanan emosional
Kesehatan, kehamilan
Disiplin
Kalau anak-anak sakit
Kekhawatiran masa depan anak-anak
Problema-problema lain dalam mengasuh anak
Membatasi Kebebasan Orang Tua
Kesibukan
Tidak bisa kerja
Biaya terhadap hubungan sosial
Ketegangan perkawinan
Ledakan Kependudukan
e. Lain-lain

E. Perencanaan Keluarga
Untuk merealisasikan tujuan perkawinan yaitu terwujudnya keluarga
bahagia dan sejahtera ( keluarga sakinah ) diperlukan perencanaan
keluarga. Perencanaan keluarga yang dibahas di sini meliputi cara mengatur jarak
kehamilan, jumlah keluarga yang diinginkan dan usia terbaik bagi seorang ibu
untuk melahirkan.
1.

Mengatur kehamilan dan jumlah anak yang diinginkan.

Ditilik dari aspek kesehatan, maka kehamilan harus di atur. Bila seorang
ibu melahirkan diperlukan waktu yang cukup sehabis persalinan, agar kesehatan
ibu pulih kembali dan rahimnya kuat kembali seperti semula dan untuk ini
diperlukan waktu paling tidak 3 tahun untuk seorang ibu hamil lagi.
Selain itu sudah tentu setelah persalinan ibu perlu menyusui bayinya,
sebab dibanding dengan susu kaleng, ASI jauh lebih sempurna bagi sang bayi.
Adalah tidak baik bila selagi menyusui si ibu sudah hamil kembali, sebab zat
makanan dari ibu terpaksa dibagi dua yaitu untuk bayi dan untuk janin yang
dikandungnya.
Dengan alasan seperti itu, maka pemerintah dalam hal ini BKKBN
menganjurkan agar jarak kehamilan / kelahiran anak satu dengan lainnya
minimal 5 tahun.
Untuk jumlah anak pun perlu direncanakan oleh setiap keluarga dengan
sebaik-baiknya. Secara empiris memang suatu keluarga dengan jumlah anak
sedikit lebih ringan biaya hidup yang diperlukan dibanding dengan
keluarga jumlah anak yang lebih besar. Oleh sebab itu, pola hidup keluarga kecil
perlu dikembangkan.
Dari sudut demografi jumlah anak yang paling ideal yaitu 2/3. Bila tiap
keluarga rata-rata mempunyai dua anak maka dalam kurun waktu tertentu
penduduk kita akan mencapai keadaan seimbang karena tingkat kematian akan
sama dengan tingkat kelahiran; sedangkan anak yang dilahirkan cukup untuk
menggantikan ayah dan ibunya.

2. Usia Terbaik untuk melahirkan


Seorang ibu yang melahirkan pada usia yang terlalu muda adalah kurang
baik akibatnya bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan. Hal ini disebabkan
pada usia muda seorang ibu secara mental dan psik belum siap untuk mengasuh
anak. Demikian juga halnya adalah kurang baik bagi seorang ibu melahirkan anak
pada usia yang lanjut.
Dari aspek kesehatan usia terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah 20 30
tahun. Dila seorang ibu melahirkan sebelum 20 tahun atau setelah 30 tahun,
maka resiko kematian ibu karena melahirkan jauh lebih tinggi dari pada persalinan
usia 20 30 tahun. Demikian juga resiko kematian bayi pada usia diluar 20 30
tahun adalah jauh lebih tinggi dari pada persalinan yang terjadi pada usia ideal.

BAB V
PROGRAM KB
SEJAHTERA

NASIONAL

DAN

PEMBANGUNAN

KELUARGA

A. Program KB Nasional
1. Latar Belakang
Paling sedikit, terdapat lima persoalan kependudukan Indonesia yang
menjadi latar belakang ( background ) pelaksanaan Program KB Nasional.

Yaitu, jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan yang cepat, pola
persebaran yang tidak merata, struktur penduduk muda, dan rendahnya kualitas
penduduk.
Lahirnya persoalan kependudukan tersebut, salah satu sebabnya adalah suatu
kelalaian yang dilakukan sebelum tahun 1949 yaitu pada zaman pemerintah
kolonial Belanda dan adanya gerakan atau kebijaksanaan yang menyetujui
kelahiran ( pro natalis ) pada zaman Sukarno.
Sejak lahirnya rezim Orde Baru, pemerintah menetapkan kebijaksanan yang
berbeda dari Pro Natalis menjadi Anti Natalis. Kebijaksanaan Anti
Natalis yaitu suatu kebijaksanaan yang berusaha untuk menekan kelahiran
serendah mungkin. Sebagai realisasi kebijakan yang dianut, pemerintah melalui
Presiden Suharto bersama Pemimpin Dunia lainnya turut menandatangani
Deklarasi PBB tentang Kependudukan / United Nations Declaration of
Population pada tahun 1967.
Satu tahun kemudian, pemerintah menyetujui dibentuknya lembagi semi
pemerintah yaitu Lembaga Keluarga Berencana Nasional ( LKBN ) dengan Surat
Keputusan Menkesra N0. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Selanjutnya, LKBN
ditingkatkan menjadi lembaga resmi ( penuh ) yang dikelola pemerintah tahun
1970 dengan nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional( BKKBN ).
Suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen ( LPND ) yang langsung di bawah
Presiden dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan KB di
Indonesia.

2.. Pengertian dan Definisi


Sebelum mendalami lebih jauh tentang Program KB Nasional, perlu
diketengahkan beberapa pengertian dan definisi yang sering digunakan dalam
kegiatan KB. Hal ini sangat diperlukan, selain untuk diketahui juga agar dicapai
kesatuan bahasa bagi setiap penganalisis data maupun bagi setiap pemakai data.
a. Akseptor KB ( Peserta Keluarga Berencana )
Pasangan Usia Subur ( PUS ) dimana salah seorang dari padanya
menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan
kehamilan, baik melalui program maupun nonprogram.
b. Akseptor Baru

Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat
kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu
cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa keamilannya ( baik kehamilah
yang berakhir dengan keguguran, lahir mati ataupun yang menghasilkan lahir
hidup )
Akseptor Baru, dalam hal ini tidak termasuk pasangan usia subur
yang menggunakan alat kontrasepsi, kemudian pindah/ganti ke cara/alat yang lain
atau mereka yang pindah klinik baik dengan menggunakan cara/alat yang sama
maupun cara/alat yang berbeda.
c. Akseptor Drop Out ( DO )
Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari tiga bulan.

d. Abortus : Keluarnya hasil konsepsi atau seluruhnya, yang dapat terjadi secara
spontan atau disengaja sebelum kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
e. Akseptor Lestari
Akseptor yang mempergunakan alat kontrasepsi secara terus menerus aktif
dalam waktu sekurang-kurangnya 5 tahun.
f. Akseptor aktif ( Current User/CU ) dan Askabi
Akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Sedangkan Askabi yaitu Ayoman
Sosial Keluarga Berencana Indonesia. Akda yaitu Asuransi Kecelakaan Diri
Askabi
g.Pasangan Usia Subur ( PUS )
Pasangan yang istrinya berumur antara 15 s/d 49 tahun, dalam hal ini
termasuk pasangan suami istrinya berumur dibawah 15 tahun atau lebih dari 49
tahun dan tetap mendapatkan menstuasi.
h. Indikasi
Suatu keadaan atau petunjuk yang menjadi alasan untuk merencanakan
pengobatan selanjutnya.
i. Insersi AKDR
Proses memasukkan AKDR ke dalam rongga rahim

j. Institusi Masyarakat
Wadah yang menampung aspirasi masyarakat yang khususnya mempunyai
ruang lingkup terbatas dan tidak komersial seperti PPKBD, Sub PPKBD, PKS dan
sebagainya.
k.KB Lingkaran Biru
Salah satu aspek kegiatan KB mandiri dengan melalui strategi pemasaran
sosial. Dalam program ini BKKBN bersama mitra kerja dari instansi pemerintah
yang lain, instansi swasta, organisasi profesi, lembaga masyarakat dan institusi
masyarakat membantu memasarkan tempat-tempat pelayanan KB dan alat-alat
kontrasepsi tertentu.
Untuk tempat-tempat pelayanan KB mandiri ini digunakan logo lingkaran biru
seperti dokter dan bidan praktek swasta dan apotik.
l. KB Mandiri
Pelaksanaan KB dari seseorang atau kelompok yang tidak tergantung dari
orang atau pihak lain.
m. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
n. Kualitas Keluarga
Kualitas Keluarga yaitu merupakan kondisi keluarga yang mencakup aspek
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental
spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga
sejahtera.
n. Mortalitas
Mortalitas atau kematian meruakan salah satu komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Kematian seseorang dalam suatu
penduduk dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tinggi rendahnya angka
kematian akan dipengaruhi oleh struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan,
status sosial ekonomi serta keadaan lingkungan di mana mereka berada, misalnya
yang mengangkat taraf kehidupan dan perawatan kesehatan.

0. Morbiditas ( morbidity )
Dalam demografi, di samping mortalitas, dikenal pula morbiditas.
Morbiditas secara umum dapat diartikan sebagai keadaan sakit yaitu adanya
penyimpangan dari keadaan kesehatan normal. Sedangkan definisi sehat ( yang
normal ) menurut WHO adalah keadaan sejahtera fisik mental dan sisial dan
bukan hanya semata-mata bebas penyakit.
p. Angka Beban Tanggungan ( dependency Ratio )
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak
produktif ( umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas ) dengan banyaknya
orang yang termasuk produktif ( umur 15-64 tahun ). Secara kasar angka ini dapat
digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu negara apakah tergolong maju
atau bukan. Negara-negara yang sedang berkembang dengan angka fertilitas yang
tinggi akan mempunyai angka beban tanggungan yang tinggi pula, dikarenakan
besarnya proporsi anak-anak .

2. Alasan-Alasan Melaksanakan Program KB Nasional


Secara garis besar ada 6 variable, mengapa Program KB Nasional perlu
dilaksanakan. Pertama, salah satu aspek KB adalah penjarangan
kehamilan. Tujuan penjarangan kehamilan ini, untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu. Meningkatnya derajat kesehatan ibu mempunyai pengaruh baik
terhadap bayi yang dilahirkan, anak yang dibesarkan dan akhirnya terhadap
kesehatan secara keseluruhan.
Kedua, KB turut serta mewujudkan kesejahteraan keluarga. Dalam hal
ini, pengaturan jarak atau jumlah kelahiran dapat menciptakan keserasian,
pemenuhan kebutuhan keluarga secara keseluruhan sehingga terwujud
keluarga yang sejahtera. Pada dasarnya, ada lima kebutuhan keluarga yaitu :
1). Kebutuhan jasmaniah ( Physical needs ) seperti makanan, pakaian, perumahan
dan kesehatan.
2). Kebutuhan kecerdasan ( intelectual needs ), merupakan kebutuhan untuk
menuntut ilmu pengetahuan seperti menyekolahkan anak, membaca buku-buku,
milihat TV dan sebagainya.
3). Kebutuhan Kemasyarakatan ( social needs ) meliputi keinginan manusia untuk
diterima, dikasihi dan dihargai oleh sesama warga masyarakat.

4). Kebutuhan perasaan hati ( emotional needs ) yaitu keinginan manusia untuk
bergembira, bercinta, berkasih sayang , terharu dan sebagainya.
5). Kebutuhan rohaniah ( spiritual needs ) yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi
dengan meyakini adanya
Tuhan YME, mennjalankan ibdah, agama, amal
soleh dan sebagainya.
Ke tiga, gagasan KB ditermia agama. Sikap dan perilaku manusia akan
menjadi mantap, tidak ragu-ragu dan penuh kesadaran, apabila tidak bertentangan
dengan keyakinan dan agama yang dianutnya. Pada prinsipnya, semua agama
menerima gagasan KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang metode
pelaksanaan ataupun mengenai alat yang boleh dan tidak boleh dalam program
KB.
Ke empat, KB ikut serta mewujudkan pembangunan yang menyeluruh baik
bidang material maupun spiritual yang keduanya harus berjalan secara selaras,
seimbang dan berkelanjutan.
Ke lima, KB ikut serta mewujudkan emansipasi wanita
yang dipelopori oleh Ibu Kartini yang menuntut persamaan hak antara pria dan
wanita. Karena emansipasi wanita menghendaki pengangkatan harkat dan
martabat kaum wanita.
Ke enam,. KB merupakan cara yang paling tepat untuk menurunkan laju
pertambahan penduduk dan memperbaiki komposisi umur penduduk sekaligus
merupakan usaha pencegahan bagi timbulnya masalah kependudukan di masa
yang akan datang.

3. Tujuan, kebijaksanaan, Sasaran dan Strategi


Mengacu GBHN 1999, maka Program KB Nasional ditujukan
( objectives ) bagi terciptanya penduduk yang berkualitas, sumberdaya manusia
yang bermutu, dan meningkatnya kesejahteraan keluarga.
Sedangkan sasarannya adalah menurunkan tingkat kelahiran melalui keluarga
berencana dengan menggunakan alat kontrasepsi secara berlanjut ( sasaran
langsung /direct target). Selain itu, berusaha untuk menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan yang terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera ( indirect target ).

Sedangkan strategi/pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan KB


antara lain :
1). Pendekatan kemasyarakatan (Community Approach )
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
( kepedulian ) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2). Pendekatan Koordinasi Aktif( Active Coordinative Approach ).
Pendekatan koordinasi aktif ditujukan untuk mengkoordinasikan berbagai
pelaksanaan Program KB dan Pembangunan KS, sehingga dapat saling
menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergeik dalam mencapai tujuan,
dengan menerapkan azas kemitraan yang sejajar.
3). Pendekatan Integratif ( Integrative Approach )
Ditujukan untuk memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat,
sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4). Pendekatan Kualitas ( Quality Approach )
Ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi
pelayanan ( provider ) dan penerima pelayanan ( klien ) sesuai dengan situasi dan
kondisi.
5). Pendekatan Kemandirian ( Self-Reliant Approach ). Pendekatan ini
dilaksanakan untuk memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya,
LSOM dan masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6). Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach )
Pendekatan ini meliputi perluasan jangkauan, pembinaan, dan
pelembagaan/pembudayaan. Dalam dimensi perluasan jangkauan ini
kebijaksanaan diarahkan pada upaya untuk mencapai sasaran kesertaan ber-KB,
yaitu dilakukan dengan mengajak PUS terutama PUS muda paritas rendah
untuk ber_KB atas dasar sukarela, kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi
dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan sosial budaya di lingkungannya.
Untuk strategi pembinaan diarahkan untuk meningkatkan partisipasi dan
memantapkan penerimaan masyarakat dalam bidang KB dan Pembangunan
Keluarga sejahtera. Untuk strategi pelembagaan/pembudayaan diarahkan kepada
terwujudnya keluarga kecil, sejahtera dan keluarga berkualitas.

4. Proses Penerimaan dan Pelaksanaan Program KB Nasional


Program KB Nasional diawali dengan amanat GBHN tahun 1970 bahwa
dalam usaha mempercepat pembangunan ekonomi untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat perlu diadakan upaya pengaturan angka kelahiran guna
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB yang mutlak
harus berhasil.
Selanjutnya, pada setiap GBHN program KBN dimasukan menjadi bagian
integral dari program pembangunan, termasuk dalam GBHN 1999 era reformasi
yang menandaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas penduduk dilakukan
melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan peningkatan
kualitas program keluarga berencana. Jadi proses penerimaannya sebagai
berikut :
1). Arah pelaksanaan program KB mengacu pada tujuan ideal
( normatif )
yaitu mengembangkan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera ( NKKBS ), yang kemudian pada tahun 2000 dikembangkan
menjadi Keluarga Berkualitas.
2). Penyebaran pelaksanaan KB diterapkan dengan menggunakan pendekatan
skala prioritas dan bertahap.
3). Dalam pelaksanaan tahapan program diawal dekade 1970 sampai tahun
1974, lebih banyak menggunakan pendekatan kesehatan ( Clinical Approach )
yang berorientasi pada pelayanan kontrasepsi untuk penurunan angka kelahiran
guna menekan laju pertumbuhan penduduk. Kemudian sampai tahun 1979, lebih
banyak menggunakan pendekatan integratif (beyond Family Planning ). Pada
periode 1979- 1984 berkembangmenjadi
pendekatan kemasyarakatan
/partisipatif. Periode 1984-1989 berbagai pendekatan lain berkembang seperti
KB Mandiri, Alih Kelola, Kampanye Limas, Kampenye Ibu Sehat Sejahtera
( KISS ), Gerakan Ibu Sehat Sejahtera ( GISS ) dan sebagainya. Periode 19901999 program KB lebih menonjol dengan pendekatan pembangunan Keluarga
Sejahtera dan 1999 sampai sekarang mengembangkan promosi Keluarga
Berkualitas.
4). Peran pemerintah bersifat pengendali agar dapat mencapai hasil yang sebaikbaiknya.
5). Hasil perolehan pelaksanaan program KB diharapkan terwujudnya
kemandirian masyarakat dan keluarga dalam pengelolaan KB dilingkungannya

dengan menerapkan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk


masyarakat.

5. Macam-Macam Metode Kontrasepsi


Sebelum mengenal bermacam-macam metode kontrasepsi, ada
baiknya diketahui beberapa ketentuan umum atau aksoma ( azas ) dalam
pemilihan kontrasepsi.Ada tiga aksoma yang perlu diperhatikan. Pertama, dari
sudut calon akseptor harus diberitahukan bahwa sampai sekarang belum tersedia
metode kontrasepsi yang benar-benar 100 persen aman, tanpa komplikasi dan
kegagalan. Sebab itu cara apapun yang dipakai adalah lebih baik daripada tidak
memakai sama sekali. Kedua, kontra-indikasi yaitu suatu kondisi medis yang
menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang seharusnya disarankan/dilakukan,
tidak dianjurkan atau tidak aman. Dikenal ada tiga macam kontra-indikasi, yaitu
(a) absulut, jangan memakai (b) relatif kuat, dianjurkan untuk tidak memakai dan
(c) relatif lainnya, dapat dicoba asal diawasi dengan ketat.Tanda-tanda
bahaya colon akseptor haruslah diberitahu atau diajarkan sebagai berikut.
1). Pil oral dengan tanda-tanda bahaya
a). Sakit perut yang hebat
b). Sakit dada yang hebat atau nafas pendek
c). Sakit kepala yang hebat
d). Keluhan mata seperti penglihatan kabur/tidak dapat melihat
e). Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis/paha ).
2). Suntikan
a). Pertambahan berat badan yang menyolok
b). Sakit kepala yang hebat, depresi, polyuri
c). Pendarahan
3). IUD
a). Terlambat haid/amenore, sakit perut
b). Demam tinggi, menggigil
c). Keputihan yang sangat banyak/sangat berbau

d). Spotting, pendarahan, haid yang banyak, bekuan-bekuan darah Ke tiga, kerja
sama suami istri. Metode-metode kontrasepsi tertentu tidak dapat dipakai tanpa
kerja sama pihak suami, misalnya coitus interruptus dan kondom. Metode fertility
awareness atau metode kesadaran akan fertilitas, membutuhkan kerjasama dan
saling pengertian serta saling percaya mempercayai antara pasangan suamiistri. Sehubungan dengan hal ini, maka keadaan yang paling ideal adalah istri
dan suami harus bersama-sama :
a).Memilih metode kontrasepsi yang paling baik
b). Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
c). Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
d).Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.
Macam-Macam Metode Kontrasepsi
1). Metode sederhana meliputi :
a). Tanpa alat melalui KB alamiah, sederhana atau natural family planning dengan
metode kalender, rhytm method ( ogino-knaus), metode suhu badan
basal ( termal ), metode lendir serviks ( billing ), metode simpto termal
dan melalui coitus interruptus(Azal ), memperpanjang masa menyusui.
b). Dengan alat mekanis ( barrier ) seperti kondom pria, barrier intra vaginal
meliputi diafragma, kap serviks ( servical cap ), spons (sponge ) dan kondom
wanita dengan alat kimiawi dengan spermisid yang berupa vaginal tream, vaginal
foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet ( busa ) dan vaginal
soluble film.
2). Metode Modern
a). Kontrasepsi hormonal dengan pil oral, injeksi/suntikan, sub-utis berupa
implant dan imlanon ( alat kontrasepsi bawah kulit /AKBK atau susuk KB ).
b). Intra Uterine Device ( IUD ) atau alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR )
c). Kontrasepsi mantap pada wanita/MOW=medis operatif wanita ( tubektomi )
melalui penyinaran yaitu radiasi sinar x, radium, kobalt dll dan sinar laser serta
melalui operatif, medis operatif yang meliputi ligasi tuba falopii, elektrokoabolasi tuba falopii, fembriektomi, salpingektomi, ovarektomi bilateral,
histerektomi, fimbriotexy ( fembrial cap dan ovariotexy ) dan melalui

penyumbatan tuba falopii secara mekanis berupa penyempitan tuba falopii dan
solid plugs ) intra tubal devices ) serta penyumbatan tuba falopii secara kimiawi.
Kontrasepsi mantap pada pria melalui medis operatif pria ( MOP ) dengan
jalan vasektomi/vasektomi tanpa pisau (VTP ), penyumbatan vas deferents secara
mekanis intra vas devices, vas valves, dan meliputi penyumbatan vas deferents
secara kimia.
Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa sampai sekarang terus dilakukan
penelitian-penelitian kontrasepsi seperti cincin vagina ( vagina ring ) dengan
hormon, IUD berdaya kerja panjang dengan hormon progrestin, pil/suntikan KB
untuk pria dan sebagainya.
6. Tahap-Tahap Program KB Nasional
Dalam implementasi program KB nasional, apabila dicermati terdapat ciri-ciri
pada setiap periode sebagai berikut :
1). Tahun 1970-1980 : ciri manajement for the people meliputi :
a. Pemerintah lebih banyak berinisiatif
b. Partisipasi masyarakat masih rendah
c. Terkesan kurang demokratis
d. Berorientasi pada target
2). Tahun 1980-1990 : Ciri manajement with the people meliputi :
a. Tahun 1980-1988 : Munculnya program safari senyum dan lingkaran biru
KB. Safari senyum, pertama kalinya dilakukan oleh Presiden Soeharto di Bogor,
Jawa Barat. Pada 28 Januari 1987, bertempat di Taman Mini Indonesia Indah,
Presiden mencanangkan Program KB Mandiri dimana masyarakat diberikan
kebebasan memilih kontrasepsi yang dikehendakinya
. Kemudian secara nasional, program KB Mandiri dikampanyekan melalui
Lingkaran Biru tgl 30 November 1988 di Senayan oleh Presiden Soeharto.
b. Tahun 1988-1990 : Muncul program KB Mandiri Lingkaran Emas dengan
memasarkan 16 jenis kontrasepsi dimana masyarakat sudah mulai membayar
kontrasepsi.
3). Tahun 1990-1999 : Ciri peningkatan keluarga sejahtera dengan
peningkatan pendapatan keluarga ( Income Genarating ) . Tahun 1992, lahir UU

N0.10/1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


Sejahtera. Tahun 1993, dikampanyekan Gerakan Ibu Sehat Sejahtera ( GISS ),
Kampanye Ibu Sehat Sejahtera ( KISS ) , PP N0. 21/1994 Tentang
Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera dan pada tanggal 29 Juni
1994 di Sidoharjo Jawa Timur, Presiden meresmikan gerakan pembangunan
Keluarga Sejahtera.
4). Tahun 1999-Sekarang : era baru Program KB Nasional dengan visi
mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015.
7. Kegiatan Operasional Program KB
1). Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi/KIE
Edukation and Communication )

( Information,

Kegiatan penerangan dan motivasi merupakan kegiatan yang sangat


strategis dalam proses perubahan sosial budaya masyarakat. Dalam proses
perubahan ini titik sentralnya adalah terjadinya peningkatan pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber-KB melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia
dan sejahtera ( keluarga berkualitas ).
Kegiatan KIE dilakukan melalui penerangan wawan muka, konseling,
advokasi, penerangan kelompok dan penerangan massa melalui media cetak,
elektornik dan media lainnya. Berdasarkan hasil SDKI 1994 diperoleh gambaran
bahwa pengetahuan tentang cara KB modern sudah sangat tinggi yaitu
96,1 persen. Sedangkan pengetahuan tentang sumber pelayanan KB modern
mencapai 94,9 persen. Khusus untuk KIE PUP, telah mengalami peningkatan
yaitu median kawin pertama wanita tahun 1991 17,7 tahun menjadi 18,1 pada
tahun 1994.
2). Pelayanan Kontrasepsi dan Pengayoman Peserta KB
Untuk mendukung keberhasilan program KB nasional, telah dikembangkan
program Reproduksi Keluarga Sejahtera. Fungsi reproduksi yang dikembangkan
adalah fungsi reroduksi keluarga sejahtera dimana para wanita baik sebagai calon
ibu, atau ibu yang merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai
potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan
benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi mereka. Pengertian reproduksi
sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat secara fisik mental, dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi, dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan

kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu


memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan dmaterial yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat lingkungan.
Untuk mencapai sasaran reproduksi sehat di atas, maka dalam
operasionalisasinya dikembangkan tiga gerakan yaitu ( 1 ) pengembangan
gerakan kB yang makin mandiri, ( 2 ) gerakan keluarga sehat sejahtera
dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Sampai saat ini, sebanyak 25.985.522 ( 73,6 % ) dari PUS sebanyak
35.294.475 telah menjadi peserta KB aktif. Dari jumlah peserta KB aktif
tersebut sekitar 37 % merupakan peserta KB mandiri ( BKKBN, 1996 ).
Di bidang keluarga sehat sejahtera, saat ini telah banyak ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas, bidan praktek swasta dan Posyandu.
Sedangkan pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dan dokter.
Sedangkan gerakan keluarga sadar AIDS/HIV sebanyak 38, 1 % wanita Indonesia
telah mendengar informasi AIDS melalui televisi ( 34,1 %), surat kabar ( 14,5% ),
dan radio ( 12,3 %) ( SDKI 1994 ).
Bagi peserta KB selama ini telah diberikan pengayoman baik oleh petugas
maupun melalui program ASKABI dan AKDA ASKABI. Pengayoman ini
diberikan dengan tujuan agar mereka merasa aman dan terlindungi apabila terjadi
komplikasi dan kegagalan.
3).

Peran serta Masyarakat dan Institusi Pemerintah

Sesuai dengan strategi/pendekatan yang digunakan dalam operasionalisasi


program KB nasional, maka peran masyarakat sangat ditonjolkan ( Pendekatan
kemasyarakatan ). Namun demikian, peran institusi pemerintah juga sangat
menentukan berhasil tidaknya program KB nasional. Sehingga baik pemerintah,
masyarakat dan LSOM secara integratif menjadi faktor penentu keberhasilan
program KB nasional.
4). Pendidikan Keluarga Berencana
Pendidikan dan latihan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam
operasionalisasi program KB. Melalui jalur Sekolah dan luar sekolah selama ini
program KB selalu diintegrasikan dengan meteri yang sesuai. Selain itu, bagi
petugas KB sebagian telah mendapatkan pendidikan jarak jauh, bagi
bidan/dokter/kader juga telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan konseling

serta pelatihan ketrampilan lain seperti pemasangan IUD/Norplant, MOW/MOP


dan sebagainya.

B. Pembangunan Keluarga Sejahtera

Titik tolak Pembangunan Keluarga Sejahtera ( PKS ) adalah keberhasilan


program KB Nasional baik secara demografis maupun normatif. Dengan dasar ini
maka program KB nasional dikemas dan disajikan secara lebih menarik walaupun
hakekatnya, baik Program Keluarga Berencana Nasional ( PKBN ) dan PKS,
memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu mengarah kepada pembangunan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Untuk dapat memahami secara mendalam tentang PKBN dan PKS dapat
dipelajari dalam UU N0.10/1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera dan PP N0. 21/1994 Tentang Penyelenggaraaan
pembangunan Keluarga Sejahtera. Beberapa pengertian yang berhubungan dengan
PKS adalah :
1). Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarkat yang terdiri dari suami
istri atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.
2). Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarkat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
3). Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bartaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat serta lingkungan.
4). Kualitas keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual
serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
5). Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki
keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan pisik, material dan
psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan fmengembangkan diri dan

keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan


kebahagiaan batin.
6). Kemanidirian Keluarga adalah sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan
kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas serta kesejahteraan keluarga berdasarkan kesadaran dan
tanggung jawab.

1. Arah dan Tujuan PKS


Pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan pada pembangunan kualitas
keluarga melalui upaya keluarga berencana dalam rangka membudayakan norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera ( UU N0.10/1992 Ps 3 ayat 2 ).
Sedangkan tujuannya, dalam UU tersebut pasal 4 ayat ( 2 )
dinyatakan bahwa pembangunan keluarga sejahtera bertujuan untuk
mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tertram dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
batin.
Untuk mengembangkan kualitas keluarga tersebut, dilakukan antara lain
melalui pemenuhan kebutuhan spiritual dan meterial keluarga. Sedangkan fungsi
keluarga yang dikembangkan yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya,
fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, sungsi sosialisasi dans
pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan ( PP.N0 21/1994 Ps
4 Ayat 2 ).

2. Sasaran PKS
1) Kwantitatif :
a). Terwujudnya komitmen dan rencana operasional di seluruh kabupaten dan
kota untuk menurunkan jumlah dan proporsi keluarga sejahtera.
b). Tercapainya perkiraan pemenuhan kebutuhan keluarga untuk ikut dalam
kegiatan pembangunan keluarga sejahtera.
c). Memberikan dukungan bagi tercapainya penurunan fertilitas, kematian ibu dan
angka kematian bayi.

2) Kualitatif :
a). Pelembagaan pembangunan Keluarga Sejahtera sampai tingkat keluarga.
Untuk tingkat keluarga fkeberhasilan ini dapat dilihat dengan adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam mengusahakan kesejahteraanya
sesuai dengan indikator keluarga sejahtera.
b). Berkembangnya mekanisme pengembangan dan pembinaan fungsi keluarga
oleh masyarakat secara gotong royong.
c). Kemantapan koordinasi antara berbagai instansi sektoral, institusi masyarakat
dan swasta dalamds rangka mendukung pembangunan keluarga sejahtera.
d). Semakin berkembang dan mantapnya program-program pembangunan sektoral
yang memberikan dukungan terhadap upaya mewujudkan keluarga kecil, mandiri,
bahagia dan sejahtera.

3. Pelaksanaan Program ( program Implementation )


Dalam program implementation dikembangkan tiga gerakan yaitu gerakan
reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga sejahtera dan gerakan
ekonomi keluarga sejahtera. Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera dilaksanakan
untuk menciptakan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera. Kegiatan proram,
misalnya, pelaksanaan program KB lebih berkualitas, KB Mandiri dan
pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi keluarga pra-sejahtera dan sejahtera I
alasan ekonomi ( Keluarga Miskin ).
Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera bertujuan untuk mewujudkan
keluarga sejahtera dengan sumber daya manusia yang handal. Program yang
dilaksanakan, misalnya, pengembangan Bina Keluarga Balita ( BKB ), Bina
Keluarga Remaja ( BKR ) dan Bina Keluarga Lansia ( BKL ).
Sedangkan gerakan ekonomi keluarga sejahtera ditujukan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi produktif sehingga tercapai keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Program yang dikembangkan dalam hal ini, misalnya,
Tabungan Keluarga Sejahtera ( Takesra ), Kredit Keluarga Sejahtera (Kukesra ),
Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha ( KPKU ), dan Kredit Penerapan
Teknologi Tepat Guna ( KPTTG ).

4. Pendataan Keluarga
Agar diperoleh gambaran tentang kondisi keluarga yang menjadi sasaran
PKS, maka sejak 1995, BKKBN melakukan pendataan keluarga yang meliputi
aspek demografi, KB dan Pentahapan Keluarga Sejahtera ( Gakin ) serta Data
Individu .
Untuk konsep tahapan keluarga yang dipakai dalam pengertian PKS
diatas seperti Keluarga pra Sejahtera, KS I, KS II, KS III dan KS III plus, para
sosiolog, misalnyai Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof. Tapi Omas Ihromi, Sulaeman
Soemardi dan lain-lain ( 1994 ) telah merumuskan berbagai pengertian keluarga
serta tahapannya sebagaimana telah dibicarakan dalam BAB IV di atas.
3. Menuju Paradigma Baru Program KB Nasional
3.1. Latar Belakang
a). Diberlakukannya UU N0/1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Juga PP N0.21/1994 Tentang Penyelenggaraan
Pembangunan KS
b). Kesepakatan dalam International Conference on Population and Development
( ICPD ) di Cairo tahun 1994 dan Beijing Platform for Action tahun 1995.
c). Munculnya masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik
tumbangnya rezim Orba yang digantikan dengan orde Reformasi.

termasuk

d). Amanat GBHN 1999 yang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas
penduduk dilakukan melalui pengendalian kelahiran, mempercecil angka
kematian, peningkatan kualitas keluarga berencana.
e). Diberlakukannya UU. N0. 22/1999 Tentang Otonomi Daerah yang mulai
dilaksanakjan awal tahun 2001.
d). Kepres RI. N0. 166 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, dimana BKKBN termasuk dalam LNDP.
3.2. Tantangan Program KB Nasional
a). Penyelenggaraan program dengan tetap memperhatikan ajaran agama dan
nilai-nilai sosial budaya yang dianut masyarakat serta kesetaraan gender.

b). Penyelenggaraan PKBN yang dapat memenuhi hak-hak reproduksi, keinginan


masyarakat dan memuaskan klien sesuai dengan azas kesukarelaan yang
bertanggung jawab.
c). Penyelenggaraan penyuluhan yang terbuka dan bertanggung jawab guna
menyadarkan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, terhadap hak-hak
reproduksi.
d). Peningkatan keikutsertaan dan kemandirian masyarakat terhadap pelaksanaan
PKBN dan kesehatan reproduksi terutama kesejahteraan anak dan ibu serta
kesehatan reproduksi remaja.
e). Penyuluhan dalam upaya menyadarkan remaja akan pentingnya kesehatan
reproduksi dirinya termasuk upaya mendewasakan usia perkawinan.
f). Kemampuan dalam upaya menyediakan dan mempertahankan kesertaan
penduduk miskin mengikuti PKBN.
3.3. Visi dan Misi PKBN
Visi : Keluarga Berkualitas 2015
Ciri Keluarga Berkualitas antara lain, sejahtera, sehat, maju, mandiri, jumlah anak
ideal, berwawasan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa.
Misi :
a). Pemberdayaan dan Penggerakan masyarakat untuk membangun
keluarga berkualitas. Mobilisasi masyarakat, misalnya melalui Institusi
Masyarakat/PPKBD akan lebih ditingkatkan lagi.
b). Menggalang Kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian,
ketahanan keluarga serta meningkatkan kualitas pelayanan. Kerja sama lintas
sektor dan bidang, termasuk LSOM akan lebih ditingkatkan.
c). Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Dalam hal
ini, kualitas pelayanan KB dan Kesehatan reproduksi, konseling, rujukan dan
wawasan KB dan KS akan ditingkatkan
d). Meningkatkan upaya-upaya promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan
hak-hak reproduksi. Melakukan advokasi, KIE, dan fasilitasi agart keluarga dan
masyarakat mempunyai akses terhadap informasi, perlindungan hak-hak
reproduksi serta kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga yang lebih
berkualitas.

e). Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan


dan keadilan gender dalam pelaksanaan PKBN. Menggerakan dan memfasilitasi
perbaikan status perempuan agar pasangan suami isteri memiliki wawasan dan
tanggung jawab bersama dalam pemenuhan hak-hak reproduksi, pelayanan KB,
kesehatan reproduksi serta peningkatan kesejahteraan keluarga
f). Mempersiapkan Pengembangan SDM potensial sejak pembuahan dalam
kandungan sampai dengan usia lanjut. Upaya ini diarahkan untuk menciptakan
suasana
yang
kondusif
dan
memfasilitasi
agar
keluarga
dan
masyarakat mempunyai kepedulian yang tinggi dan berperan dalam
pengembangan SDM potensial melalui tahapan penyiapan, peningkatan,
penempatan dan pemberdayuaan potensi keluarga dari pra nikah, kehamilan,
balita, remaja hingga lansia. Upaya ini antara lain menyangkut upaya
pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi, KB dan Kesehatan Reproduksi, serta
pendidikan.
3.4. Kebijaksanaan
a). Mengintegrasikan PKBN dalam konsep umum pelayanan kesehatan
reproduksi.
b). Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Kesehatan
reproduksi yaitu keadaan fisik, mental dan sosial yang baik secara menyeluruh
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistim reproduksi, fungsi dan prosesnya.
c). Menyelenggarakan jaminan pelayanan kontrasepsi bagi keluarga miskin.
d). Meningkatkan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi kelompokkelompok remaja, pria, dan usia pasca reproduksi.
e). Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung
proses desentrasisasi PKBN
f). Meningkatkan kualitas keluarga melalui peran dan kemandirian organisasi
perempuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

BAB VI
PENUTUP
Buku pegangan untuk mahasiswa ini telah diupayakan dapat memenuhi
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus materi Kependudukan
dan program KB nasional yang telah dibakukan untuk Akademi Kebidanan.
Bagi mahasiswa yang ingin memperdalam materi Kependudukan dan
Program KB Nasional, dapat mempelajari sendiri dalam referensi yang
dipergunakan untuk penyusunan buku pegangan ini.

Anda mungkin juga menyukai