Kurtubi, UU Migas
Kurtubi, UU Migas
Migas
Menuju Lahirnya UU
Migas Yang Konstitusional
Dr H. Kurtubi
Anggota Komisi VII DPRRI Fraksi Partai Nasdem
1. Produksi minyak mentah sangat rendah dan terus turun karena sejak UU Migas
nyaris tidak ada penemuan cadangan/lapangan mgas baru yang significant.
Meski secara geologis potensi sumber daya migas relatif masih sangat besar dan
harga minyak dunia relatif sangat tinggi.
2. Kilang BBM tidak pernah dibangun karena yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan BBM tidak lagi Pertamina melainkan Pemerintah
(Pemerintah mengandalkan pasar yang akan memenuhi kebutuhan
BBM), sementara Pemerintah setiap 5 tahun berganti.
3. Cadangan terbukti yang masih diperut bumi dijadikan agunan oleh Pihak yang
Tidak Berhak (Kontraktor)
4. Munculnya banyak Kasus Korupsi BP Migas/SKK Migas
2.
3.
4.
5.
6.
Perlunya ketegasan status kepemilikan oleh Negara akan asset migas yang ada diperut bumi (berupa
proven reserves). Migas baru menjadi Kontraktor, setelah migas diproduksikan, dibagi dan berada
dititik serah.
Agar kepemilikan oleh Negara tersebut bisa efektif dan bermanfaat untuk sebesar2 kemakmuran
rakyat, maka kepemilikan oleh Negara tersebut harus diwakilkan/didelegasikan kepada PERUSAHAAN
NEGARA (Pertamina) dalam bentuk pemberian KUASA PERTAMBANGAN KEPADA Pertamina.
Pertamina dibentuk dengan UU dan TIDAK BOLEH dijual.
SKK Migas dilikwidasi dan digabung dengan Pertamina. BPH Migas dilikwidasi dengan Ditjen
Migas, agar sistem menjadi efisien dan tidak ribet.
Pertamina berkewajiban memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, memaksimumkan penerimaan
migas, meningkatkan jumlah proven reserves dengan bekerjasama dengan Kontraktor Asing dan
Swasta Nasional
Pemberlakuan prinsip LEX SPESALIS
Kontrol yang ketat terhadap Pertamina, termasuk lewat Non-listed public company