Anda di halaman 1dari 9

Mengawal Revisi UU

Migas
Menuju Lahirnya UU
Migas Yang Konstitusional
Dr H. Kurtubi
Anggota Komisi VII DPRRI Fraksi Partai Nasdem

Tata Kelola Saat ini dengan UU Migas


No.22/2001:

I. Bertentangan dengan Konstitusi


II. Merugikan Negara secara finansial
III. Menciptakan sistem Tata Kelola yang Tidak Efisien dan
menghambat Investasi Eksplorasi

UU Migas No.22/2001 Bertentangan


dengan Konstitusi
1. Menganut pola B to G. Pemerintah menurunkan derajat dirinya sendiri untuk
menjadi sejajar dengan invstor. Pemerintah harus mentaati isi kontrak yang
ditandatanganinya, meskipun dikemudian hari isi kontrak sangat merugikan
negara.
2. Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh Negara kepada Pemerintah, oleh
Menteri KP diserahkan ke Investor/Kontraktor.Note: KP adalah WEWENANG
untuk melakukan kegiatan ekpslorasi dan eksploitasi.
3. Menganut prinsip UNBUNDLING dimana antara hulu (eksplorasi dan eksploitas)
dipisahkan secara tegas dengan kegiatan hilir (Kilang, distribusi dan penjualan)

Merubah Pola B to G menjadi


Pola B to B Dalam Industri Migas
Nasional
Disamping menyederhanakan proses investasi yang sangat
birokratik, juga untuk :
1. Menghemat Anggaran Negara
2. Menutup Ruang Gerak Mafia Migas di Sektor Ekspor migas
3. Mengembalikan Kedaulatan Negara atas SDA Migas
4. Mengefektifkan Kontrol atas Cost Recovery
5. Mengefisienkan minyak mentah dalam negeri yang diolah
dikilang Pertamina
6. Membuka Peluang asset milik Negara yang berupa Cadangan
Terbukti (Proven reserves) migas untuk dapat dimonetasi oleh
Negara melalui Perusahaan Negara yang dibentuk dengan UU

Pengelola Kekayaan Migas Nasional:


Perusahaan Negara yang dibentuk Dengan UU: Pertamina
Baru, :
Perusahaan migas Nasional yang TERINTEGRASI bergerak
dari hulu ke hilir sebagai Pemegang Kuasa Pertambangan.
Berkewajiban untuk meningkatkan asset/cadangan migas
nasional,
Memaksimumkan penerimaan negara dari migas,
Memenuhi kebutuhan migas dalam negeri dimana harga
ditetapkan oleh Pemerintah.
Likwidasi SKK Migas ke Pertamina
Buy-back Saham PGN oleh Pertamina untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur Gas dalam negeri untuk rumah
tangga, transportasi dan industri

UU Migas No.22/2001 Merugikan Negara


Secara Finansial
1. BP Migas bukan Perusahaan Negara tetapi BHMN, sehingga migas bagian
negara harus dijual LEWAT PIHAK ke3.
2. BP Migas a.l. Bertugas mengontrol semua biaya2 yang dikeluarkan oleh
Kontraktor, namun BP migas tidak pernah melakukan kegiatan perminyakan.
3. Blok yang sudah selesai kontrak, TIDAK BISA diambil alih/dioperasikan oleh
BP Migas
4. Semua benda2 modal/asset yang dibeli oleh Kontraktor dengan dana cost
recovery, tidak bisa di handle secara ekonomi
5. Sertifikasi asset yang ada diperut bumi (proven reserves) tidak bisa dilakukan
oleh BP Migas, akibatnya pihak lain (kontraktor) yang melakukannya.
6. Pertamina yang akan mengolah minyak mentah dari Konyraktor, harus dibeli
lewat Pihak Ketiga.

UU Migas No.22/2001 Menciptakan


Sistem Tata Kelola yang Tidak Efisien
1. Jumlah karyawan BP Migas sekitar 15 X jumlah karyawan BKKA/ Direktorat MPS
sewaktu masih dibawah Pertamina
2. Proses investasi eksplorasi menjadi sangat panjang dan birokratik karena BP
Migas sebagai penandatangan kontrak, bukanlah Pemegang Kuasa
Pertambangan.
3. UU Migas mencabut azas LEX SPESIALIS di industri migas nasional

Dampak Dari UU Migas No.22/2001


Setelah diimplementasikan selama 14
Tahun

1. Produksi minyak mentah sangat rendah dan terus turun karena sejak UU Migas
nyaris tidak ada penemuan cadangan/lapangan mgas baru yang significant.
Meski secara geologis potensi sumber daya migas relatif masih sangat besar dan
harga minyak dunia relatif sangat tinggi.
2. Kilang BBM tidak pernah dibangun karena yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan BBM tidak lagi Pertamina melainkan Pemerintah
(Pemerintah mengandalkan pasar yang akan memenuhi kebutuhan
BBM), sementara Pemerintah setiap 5 tahun berganti.
3. Cadangan terbukti yang masih diperut bumi dijadikan agunan oleh Pihak yang
Tidak Berhak (Kontraktor)
4. Munculnya banyak Kasus Korupsi BP Migas/SKK Migas

Solusi: Ganti UU Migas No.22/2001 Dengan UU


Migas yang Konstitusional Untuk Mempercepat
Kemakmuran Rakyat. Dengan Prinsips Pokok:
1.

2.

3.

4.

5.
6.

Perlunya ketegasan status kepemilikan oleh Negara akan asset migas yang ada diperut bumi (berupa
proven reserves). Migas baru menjadi Kontraktor, setelah migas diproduksikan, dibagi dan berada
dititik serah.
Agar kepemilikan oleh Negara tersebut bisa efektif dan bermanfaat untuk sebesar2 kemakmuran
rakyat, maka kepemilikan oleh Negara tersebut harus diwakilkan/didelegasikan kepada PERUSAHAAN
NEGARA (Pertamina) dalam bentuk pemberian KUASA PERTAMBANGAN KEPADA Pertamina.
Pertamina dibentuk dengan UU dan TIDAK BOLEH dijual.
SKK Migas dilikwidasi dan digabung dengan Pertamina. BPH Migas dilikwidasi dengan Ditjen
Migas, agar sistem menjadi efisien dan tidak ribet.
Pertamina berkewajiban memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, memaksimumkan penerimaan
migas, meningkatkan jumlah proven reserves dengan bekerjasama dengan Kontraktor Asing dan
Swasta Nasional
Pemberlakuan prinsip LEX SPESALIS
Kontrol yang ketat terhadap Pertamina, termasuk lewat Non-listed public company

Anda mungkin juga menyukai