Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Sirkulasi Intra Uterin Selama Masa Kehamilan

Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologi dan anatomi
pada berbagai sistem organ. Perubahan yang terjadi dapat mencakup sistem gastrointestinal,
respirasi, kardiovaskular, urogenital, musculoskeletal, dan lain-lain. Adanya berbagai perubahan
tersebut merupakan suatu mekanisme adaptasi tubuh terhadap adanya peningkatan kebutuhan
metabolik janin dan ibu agar dapat menghasilkan aliran sirkulasi intra uterin yang adekuat yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
Pada saat masa kehamilan akan terjadi vasodilatasi vaskularisasi sistemik dan pembuluh darah
ginjal pada ibu. Vasodilatasi sistemik mulai terjadi pada saat awal minggu kelima, kemudian
mulai terbentuk plasenta yang pada akhirnya membentuk aliran sirkulasi uteroplasenta.
Pada trimester awal terdapat adanya penurunan resistensi vaskuler perifer, dan mencapai titik
terendah pada saat pertengahan trimester kedua. Penurunan resistensi tersebut mencapai sekitar
35-40%. Keadaan ini akan mulai kembali normal pada saat setelah persalinan (post partum) dan
seutuhnya kembali sama seperti saat sebelum kehamilan pada saat 2 minggu post partum.
Peningkatan distensibilitas vaskuler mulai dapat diamati pada saat awal trimester pertama.
Sedangkan, pada akhir trimester pertama terjadi vasodilatasi vaskuler ginjal yang kemudian
berdampak pada peningkatan aliran plasma renalis hingga sekitar 50% dan peningkatan
laju filtrasi glomerulus. Beberapa perubahan ini menyebabkan penurunan kadar serum
kreatinin, urea, dan asam urat.
Perubahan Curah Jantung
Pada saat masa kehamilan terjadi peningkatan curah jantung. Lonjakan tertinggi terjadi pada
saat awal trimester pertama, yang kemudian terus berangsur meningkat hingga trimester
kedua. Sedangkan, pada saat trimester ketiga dapat terjadi peningkatan, penurunan atau plateu.
Peningkatan curah jantung selama sekitar 24 minggu tersebut dapat mencapai hingga 45% dari
curah jantung normal pada saat sebelum masa kehamilan.
Curah jantung pada kehamilan gemeli 15% lebih tinggi daripada curah jantung pada kehamilan
tunggal. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan diameter atrium kiri yang terlihat
secara nyata dengan ECG maupun MRI. Peningkatan curah jantung pada awal kehamilan sangat
dipengaruhi oleh peningkatan curah sekuncup (stroke volume), yang kemudian turut dipengaruhi
oleh peningkatan denyut jantung (heart rate) pada saat akhir masa kehamilan. Curah sekuncup

terus meningkat secara bertahap hingga akhir trimester kedua dan menjadi konstan atau bahkan
menurun pada saat akhir masa kehamilan.
Tekanan Darah
Pada masa kehamilan terjadi penurunan tekanan arteri, termasuk tekanan darah sistolik (SBP),
diastolik (DBP), tekanan arteri rata-rata (MAP), dan tekanan sistolik sentral. DBP dan MAP
menurun jauh jebih tinggi daripada SBP selama masa kehamilan. Tekanan arteri tersebut terus
menurun dan mencapai titik terendah selama trimester kedua (5-10 mm Hg dibawah baseline),
tetapi sebagian besar penurunan terjadi pada saat awal usia kehamilan (usia 6-8 minggu).
Tekanan arteri tersebut kembali meningkat pada saat trimester ketiga dan kembali mencapai nilai
normal pada saat setelah persalinan (post partum).
Denyut Jantung
Denyut jantung normalnya meningkat selama masa kehamilan. Peningkatan denyut jantung
berlangsung secara progresif hingga 10-20 kali per menit, dan peningkatan tertinggi terjadi pada
saat trimester ketiga. Secara umum, peningkatan denyut jantung dapat mencapai 20-25%
diatas nilai standar (baseline).
Perubahan Hormonal Selama Masa Kehamilan
Pada saat masa kehamilan akan terjadi peningkatan kadar estrogen dan progesterone yang
berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah. Relaxin merupakan suatu hormon peptida yang
diproduksi oleh corpus luteum selama masa kehamilan. Hormon ini dapat dideteksi sejak fase
luteal pada siklus ovulasi. Apabila konsepsi terbentuk, kadar serum akan terus meningkat,
mencapai puncak saat akhir trimester pertama, dan kembali menurun tetapi dalam kadar konstan
hingga akhir masa kehamilan. Hormon ini memiliki efek endothelium-dependent vasodilator
sehingga turut mempengaruhi resistensi pembuluh arteri6.
Studi di Swedia menyebutkan bahwa tingginya kadar relaxin dan progesteron pada awal masa
kehamilan berhubungan dengan rendahnya nilai rerata SBP pada trimester kedua dan ketiga.
Pada studi tersebut juga disimpulkan bahwa kadar relaxin pada perempuan hamil dengan nilai
DBP>90 mm Hg lebih rendah dibandingkan perempuan hamil dengan nilai DBP<90 mm Hg3.

Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA)


Pada kehamilan normal akan terjadi aktivasi sistem RAA sejak awal masa kehamilan dan disertai
peningkatan volume plasma sejak trimester pertama (usia kehamilan 6-8 minggu) dan meningkat
secara progresif sampai usia kehamilan 28-30 minggu. Selama masa kehamilan juga terjadi
peningkatan produksi estrogen dan produksi substrat renin (angiotensinogen). Sehingga, terjadi
peningkatan level angiotensin selama masa kehamilan. Aktivasi tersebut mengatur level tekanan
darah selama masa kehamilan dan turut berperan dalam

Anda mungkin juga menyukai