Case Report SN
Case Report SN
PRESENTASI KASUS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
No CM
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Status Pekerjaan
Status Pernikahan
Tanggal Masuk RS
Tanggal Keluar RS
Keterangan Pulang
Ruangan
: Tn. R
: 15 Tahun
: Laki Laki
: 78 72 98
: Kp. Jangkurang
: Islam
: Sunda
: Pelajar
: Belum Menikah
: 29 Agustus 2015
: 03 September 2015
: Boleh Pulang
: Ruby
Anamnesis
a. Dilakukan Dengan : Autoanamnesis
Tanggal : 2 September 2015
Tempat : Ruang Ruby
b. Keluhan Utama : Bengkak seluruh tubuh sejak 2 minggu smrs
c. Riwayat penyakit sekarang :
Bengkak pada seluruh tubuh yang dimulai pada kelopak mata pada pagi hari,
disusul dengan bengkak pada wajah, perut, kedua tangan dan kaki. Keluhan juga
disertai dengan nyeri perut kiri atas yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga
mengakui 2 minggu yang lalu mengalami demam, tetapi sekarang demam sudah
tidak ada. Keluhan disertai perut terasa kembung, mual, sakit kepala, sesak nafas
dirasakan hilang timbul terutama saat pasien melakukan aktivitas berat. Sesak
berkurang dengan istirahat. Pasien juga mengeluh kedua kaki nyeri tetapi masih
dapat digunakan untuk berjalan. BAB lancar tidak mencret. BAK 3-4x sehari
dengan jumlah yang sedikit, berbuih, dan keruh namun BAK kemerahan tidak
ada. Tidak ada muntah. Tidak ada terbangun pada malam hari karena sesak.
Pasien cukup tidur dengan menggunakan 1 bantal. Tidak ada sakit tenggorokan.
Tidak ada nyeri pada sendi. Tidak ada kemerahan pada wajah. Sebelumnya pasien
belum pernah berobat ke dokter atas keluhannya.
d. Riwayat penyakit dahulu :
1
Tidak ada penyakit serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat menderita penyakit
kuning, sakit tenggorokan, campak, tekanan darah tinggi, kencing manis, jantung,
gatal-gatal pada kulit. Tidak ada riwayat sariawan yang lama dan susah sembuh.
e. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit yang sama di keluarga. Riwayat penyakit kencing
manis pada keluarga ada yaitu nenek nya. Riwayat penyakit jantung pada
keluarga tidak ada.
f. Riwayat alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan tertentu.
g. Riwayat kebiasaan :
Pasien rajin berolahraga dan rajin meminum air putih 8 gelas perhari.
h. Keadaan sosial ekonomi :
Pasien tinggal dengan kedua orang tua nya. Lingkungan rumah pasien cukup
bersih. Orang tua pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan
perbulan sekitar 2.500.000/Bulan. Pasien adalah seorang pelajar SMA kelas 1.
i. Anamnesis sistem organ tubuh
KULIT
: Tidak ada kelainan
KEPALA
: Sakit kepala (+) edema wajah (+)
MATA
: Edema palpebra (+/+)
TELINGA
: Tidak ada kelainan
HIDUNG
: Tidak ada kelainan
THORAKS
: Sesak napas (+)
ABDOMEN
: Nyeri perut kiri atas (+) perut kembung (+) mual
(+)
SALURAN KEMIH
: BAK berbuih dan keruh (+)
SARAF DAN OTOT
: Nyeri kedua kaki (+/+)
EKSTREMITAS
: Edema ekstremitas superior (+/+), Edema
ekstremitas inferior (+/+)
III.
Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
KU
: Sakit sedang
KS
: Composmentis
TD
: 140/80 mmHg
Nadi
: 72 x/mnt, Reguler, Isi cukup.
Respirasi
: 24 x/mnt
Suhu
: 36,2 C
2
Tinggi badan
Berat badan
IMT
Sianosis
Edema
Cara Berjalan
Mobilitas
: 153 cm
: 50 kg
: Tidak dapat di hitung karena pasien sedang bengkak.
: Tidak tampak sianosis
: Asites (+), ekstremitas bawah (+), ektremitas atas (+)
: Normal
: Aktif (Pasien banyak bergerak di tempat tidur)
: (-/-)
: (-/-)
: Edema (+/+), Sikatrik (-/-), Hiperemis (-/-)
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: Bulat, Isokor, RC langsung (+/+), RC tidak
langsung (+/+)
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
: Normal ke segala arah
Hidung :
Napas cuping hidung
Septum deviasi
Deformitas
Sekret & darah
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Telinga :
Tuli
Liang
Serumen
Sekret
Membran timpani
: (-)
: Lapang
: Ada +/+
: -/: Intak / Intak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Asites (+)
Ekstremitas :
Superior
Inferior
IV.
Pemeriksaan penunjang
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
12,9
40
10.000
378.000
(N 13 18 g/dL)
(N 40 52 %)
(N 3.800 10.600 /mm3)
(N 150.000 440.000
/mm3)
Keterangan
N
N
N
3,82
2,1
16
85
1,2
81
410
155
244
203
N
N
N
N
N
V.
1.020
POS(+++)
(-)
5
(-)
150 /++
(-)
(-)
NORMAL
(-)
N
N
N
N
N
N
N
01/09/2015
Mikroskopik Urin
- Eritrosit
- Leukosit
- Sel epitel
- Bakteri
- Kristal
- Silinder
> 50
7-12
2-4
(-)
(-)
(-)
N
N
N
Ringkasan permasalahan
Seorang pria berusia 15 tahun datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh
sejak 2 minggu SMRS disertai dengan nyeri perut kiri atas, Perut terasa kembung,
mual,sakit kepala, sesak nafas, dan kedua kaki terasa nyeri. Riwayat demam 2
minggu yang lalu. BAB lancar tidak mencret. BAK 3-4x sehari dengan jumlah yang
sedikit, berbuih dan keruh. Pada pemeriksaan fisik terdapat edema pada wajah, edema
5
palpebra, perut cembung, nyeri tekan epigastrium, timpani pada regio epigastrium,
shifting dullness (+), pitting edema di ekstremitas bawah. Pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb menurun, hipoalbumin, preoteinuria dan peningkatan kolesterol total.
VI.
Diagnosis kerja
Sindroma nefrotik
DD/
VII.
Glomerulonefritis akut
Penyakit ginjal kronik
Rencana pemeriksaan
Diagnostik :
- Pemeriksaan thorax
- Pemeriksaan protein Esbach
- USG Ginjal
- Biopsi Ginjal
VIII. Rencana penatalaksanaan
Non farmakologis :
- Tirah baring
- Diit dengan : energi cukup (35 kkal/KgBBhari) ; 1750 kkal/hari
- Protein sedang 1 gr/KgBB/hari ; 59 gram/hari
- Lemak sedang 15 29 % dari kebutuhan energi total
- Natrium dibatasi 1 3 gram/hari
- Intake cairan dibatasi 600cc/hari
Farmakologis :
IX.
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
31/08/2015
01/09/2015
02/09/2015
03/09/2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SINDROM NEFROTIK
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu gambaran klinik glomerular yang ditandai dengan
edema anasarka, proteinuria massif 3,5 gr/hari, hipoalbuminemia 3,5 gr/dL, hiperlipidemia,
lipiduria dan hiperkoagulabilitas.1,2
2.2 Klasifikasi dan Etiologi
2.2.1 Sindroma nefrotik pada anak-anak/infantil2
Sindroma nefrotik infantil adalah sindrom nefrotik yang terjadi pada usia tiga bulan
sampai satu tahun, sedangkan jika terjadi sebelum usia tiga bulan disebut sebagai sindrom
nefrotik kongenital.
1. Sindroma nefrotik infantil
Sangat jarang ditemukan, sindrom ini dapat disebabkan nail patella syndrome,
pseudohermaphroditism, XY gonadal disgenesis, tumor Wilms, intoksikasi merkuri,
sindrom hemolitik uremik, dan infeksi seperti sifilis, virus sitomegalo, hepatitis, rubella,
malaria, dan toksoplasmosis. Prognosis sindrom nefrotik infantil umumnya buruk tetapi
masih lebih baik daripada prognosis sindrom nefrotik kongenital.
2. Sindrom nefrotik kongenital
Merupakan penyakit familial, timbul dalam beberapa hari atau minggu setelah lahir.
Biasa menimbulkan kematian sebelum bayi berusia satu tahun.
2.2.3 Sindroma nefrotik pada dewasa 1,3
a.
Tabel 1 : Tabel Frekuensi Relatif Penyakit Glomerular Primer pada Anak-anak dan Dewasa5
11
2.3 Patofisiologi
a. Proteinuria1,3
Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah proteinuria, yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerolus akibat kerusakan
glomerulus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi dihubungkan dengan
hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding kapiler.1
Proteinuria (albuminuria) masif yaitu 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari merupakan
penyebab utama terjadinya sindrom nefrotik,namun penyebab terjadinya proteinuria belum
diketahui benar. Salah satu teori yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang
biasanya terdapat di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan
negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar
kapiler glomerulus.1
Beberapa faktor yang turut menentukan derajat proteinuria yaitu :
1. Konsentrasi plasma protein
2. Berat molekul protein
3. Elektikal charge protein
4. Integritas barrier membrane basalis
5. Elektikal charge pada filtrasi barrier
6. Reabsorbsi, sekresi dan katabolisme sel tubulus
7. Degradasi intratubular dan urin.
b. Hipoalbuminemia 1,3
Hipoalbuminemia merupakan salah satu gejala dalam menegakkan diagnosis SN, yaitu kadar
albumin plasma kurang dari 3,5 gr/dL. Adapun akibat utama dari proteinuria yang hebat. Sembab
muncul akibat rendahnya kadar albumin serum yang menyebabkan turunnya tekanan onkotik
plasma dengan konsekuensi terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ruang interstitial.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler.
Keadaan ini menyebabkan terjadi ekstravasasi cairan menembus dinding kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstitial yang menyebabkan edema.2
c. Edema 1,3,6
Penurunan volume plasma atau volume sirkulasi efektif merupakan stimulasi timbulnya
12
retensi air dan natrium di renal. Retensi natrium dan air ini timbul sebagai usaha kompensasi
tubuh untuk menjaga agar volume dan tekanan intravaskuler tetap normal. Retensi cairan
selanjutnya mengakibatkan pengenceran plasma dan dengan demikian menurunkan tekanan
onkotik plasma yang pada akhirnya mempercepat ekstravasasi cairan ke ruang interstitial.
Berkurangnya volume intravaskuler merangsang sekresi renin yang memicu aktivitas
sistemrenin-angiotensin-aldosteron (RAAS), hormon katekolamin serta ADH (anti diuretik
hormon) dengan akibat retensi natrium dan air, sehingga produksi urine menjadi berkurang, pekat
dan kadar natrium rendah. Hipotesis ini dikenal dengan teori underfill.1
Dalam teori ini dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah
sekunder karena hipovolemia.Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik
menunjukkan fenomena tersebut.Beberapa penderita sindrom nefrotik justru memperlihatkan
peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron, sehingga
timbullah konsep baru yangdisebut teori overfill.1
Menurut teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanismeintrarenal primer dan
tidak tergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan
ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan edematerjadi sebagai akibat
overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat menerangkan volume
plasma yang meningkat dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah sebagai akibat
hipervolemia.1
13
14
15
2.5 Diagnosis
Diagnosis Sindroma Nefrotik di tegakkan berdasarkan : 5,6,7
a. Anamnesis
Keluhan utama berupa bengkak yang tampak di sekitar mata dan ekstremitas bawah dengan
jenis pitting edema. Seiring berjalannya waktu edema menjadi umum dan terjadi peningkatan
berat badan
b. Pemeriksaan fisis
- Tanda vital dalam batas normal. Jarang timbul hipertensi
-
Perkusi : dapat timbul asites pada abdomen (shifting dullness), efusi pleura
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
-
Pemeriksaan faal ginjal, ureum meningkat jika terjadi keseimbangan nitrogen negatif
2) Pemeriksaan urin
-
2.7 Komplikasi8
1. Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis. Dua mekanisme kelainan hemostasis pada
sindrom nefrotik:
a. Peningkatan permeabilitas glomerulus mengakibatkan Meningkatnya degradasi renal dan
hilangnya protein didalam urin seperti AT III, protein S bebas, plasminogen dan
antiplasmin.
b. Hipoalbuminemia menimbulkan aktivasi trombosit lewat tromboksan A2,meningkatnya
sintesis protein prokoagulan karena hiporikia dan tertekannya fibrinolisis. Aktivasi sistem
hemostatik didalam ginjal dirangsang oleh faktor jaringan monosit danoleh paparan
matriks subendotel pada kapiler glomerolus yang selanjutnya mengakibatkan
17
2.8 Prognosis9
Prognosis makin baik jika dapat di diagnosis segera. Pengobatan segera dapat mengurangi
kerusakan glomerolus lebih lanjut akibat mekanisme kompensasi ginjal maupun proses autoimun.
Prognosis juga baik bila penyakit memberikan respons yang baik terhadap kortikosteroid dan
jarang terjadi relaps. Terapi antibakteri dapat mengurangi kematian akibat infeksi, tetapi tidak
berdaya terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. Penyembuhan
klinis kadang-kadang terdapat setelah pengobatan bertahun-tahun dengan kortikosteroid.
18
PERTANYAAN KASUS
1.
2.
3.
-
19
BAB III
KESIMPULAN
Sindrom Nefrotik adalah Hasil Patologis dari berbagai faktor yang mengubah
permeabilitas glomerulus. Sindrom nefrotik merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Insiden dapat terjadi pada semua umur
tetapi sebagian besar (74%) dijumpai pada usia 2-7 tahun dengan rasio laki-laki : perempuan
adalah 2:1.
Sedangkan klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab primer
(gangguan glomerular karena umur), dan sekunder (penyebab sindrome nefrotik). Selanjutnya,
Mekanisme terjadinya sindrom nefrotik didasarkan pada reaksi antigen antibodi yang
menyebabkan permeabilitas membran basalis glomerulus meningkat diikuti oleh kebocoran
protein (albumin).
Dikarenakan begitu banyak komplikasi yang dapat ditimbulkan dari sindrom ini, maka
harus dilakukan penatalaksanaan yang tepat. Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik
yang ditujukan terhadap penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi
protenuria, mengontrol edema dan mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom
nefrotik harus dicari dan diberi terapi, dan obat-obatan yang menjadi penyebabnya disingkirkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prodjosudjadi W.2006. Sindrom Nefrotik dalam Aru, Bambang S; Idrus A; Marcellius S.K;Siti
S. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam
2. Wirya I.W. Sindroma nefrotik Dalam : Alatas H dkk, editor. Nefrologi Anak: Jakarta: IDAI,
2002.381-426.
3. Braunwald E. 2008. Syndrome Nefrotic dalam Anthony S.F;Eugene B ; Dennis L; Kasper S.L.
H; Don L. Principles Of Internal Medicine. Edisi 17. Volume II
4. Himawan S.1979. Patologi Anatomi. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. Hal 264-65
5. Orth S.R & Berhard E.1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No.17. Hal 120211
6. Sukandar E, Sindroma Nefrotik. Nefrologi Klinik edisi II. Bandung: ITB, 1997
7. Orth S.R & Berhard E.1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No.17. Hal 120211
8. Carta A. Gunawan.Sindrom Nefrotik: Patogenesis
dan Penatalaksanaan.
Cermin
DuniaKedokteran No. 150, 2006 53. Website: kalbe farma. [cited 2010, Nov 28].
available:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/18_150_SindromaNefrotikPatogenesis.pdf/18_15
0_SindromaNefrotikPatogenesis.html
9. Hull PR. Goldsmith DJ. Nephrotic syndrome in Adult [clinical review]. 2008:vol.336.Website:
BMJ [cited 2010 Dec, 20]
21