Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
C. Manajemen Zakat
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi sangat
penting, startegis dan menentukanbaik dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah
satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima, sebagaimana dalam hadis nabi,
sehingga keberadaannya dianggap sebagai malum minad-diin bidh-dharurah atau
diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman
seseorang. Didalam al-quran terdapat dua puluh tujuh ayat yang menyejajarkan
kewajiban sholat dengan zakat. Terdapat berbagai ayat yang memuji orang-orang
yang sungguh-sungguh menunaikannya, Dan sebaliknya memberikan ancaman bagi
orang yang sengaja meninggalkannya. Karena itu khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
bertekad memerangi orang-orang yang sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu
kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan maka akan memunculkan berbagai problem
sosial ekonomi dan kemudharatan dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu sebab belum berfungsinya zakat sebagai instrument pemerataan
dan belum optimal serta kurang efektifnya sasaran zakat karena manajemen
pengelolaan zakat belum terlaksana sebagaimana mestinya, baik pengetahuan
pengelola maupun instrumen manajemen pengelolaan serta sasaran zakat
selain zakat merupakan ibadah kepada Allah juga mempunyai dampak social yang
nyata. Zakat merupakan salah satu dana atau harta masyarakat yang dapat berguna
untuk menolong orang-orang yang terlantar dan memberikan kesempatan kepada
orang-orang terlantar untuk hal-hal yang luhur. Dalam ajaran islam manusia diberikan
kesempatan untuk menikmati kehidupan dengan cara-cara yang halal.
Zakat merupakan dasar principal untuk menegakkan struktur social Islam.
Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, melainkan sedekah wajib. Zakat
merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan, hal ini sudah dijelaskan dalam alQuran dan al-Hadis. Dalam ayat surat al-Baqarah : 110, yang artinya Dan
dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan berupa
kebaikan, dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya
Allah itu Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. Ayat tersebut beriisikan
tentang perintah untuk berzakat. Jenis-jenis kekayaan yang wajib dizakatkan adalah
emas dan perak, binatang ternak, harta perdagangan, hasil tanaman dan tumbuhtumbuhan, harta rikz dan madin, harta laut dan harta profesi.
Orang-orang yang berhak mendapatkan zakat sesuai yang sudah dijelaskan
dalam al-Quran surat al-Taubah ayat 60 adalah fakir, miskin, amil yakni orang yang
mengurus zakat, muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam yang masih lemah
imannya, fir riqab yakni hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan
berusaha untuk menebus dirinya supaya menjadi irang merdeka, Gharim yakni orang
yang berhutang, fi sabilillah yakni segala usaha yang baik yang dilakukan untuk
kepentingan agam dan ajaran Islam, Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan biaya
dalam perjalanan yang baik. Namun yang menjadi prioritas utama adalah fakir dan
miskin. Hal ini sesuai dengan tujuan dari zakat untuk menghapuskan kemiskinan dan
kemelaratan umat Islam dan menunjukkan begitu oentingnya kedermawanan dan
kepedulian umat Islam terhadap sesame umat manusia.
2. Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
Zakat harus disalurkan kepada orang yang tepat atau yang berhak
mendapatkannya. Masyarakat harus mengelola zakat secara produktif agar
penyaluran zakat tepat sasaran dan dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam.
Namun pengelolaan zakat kurang optimal, sehingga menyebabkan banyak umat Islam
yang kurang sejahtera. Karena masalah tersebut pada tahun 1990-an beberapa
perusahaan dan masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga zakat yang bertugas
mengelola dana ZIS (Zakat, Infak dan Shadaqah) dari karyawan perusahaan yang
bersangkutan, dan masyarakat, seperti misalnya Dompet Dhuafa Republika (DDR).
Pada tahun 1997, DDR menggelar seminar zakat perusahaan di Jakarta yang
pesertanya lebih dari seratus oran, dan 70% mewakili Baitul Mal lembaga zakat dari
berbagai perusahaan. Setelah seminar tersebut, terbentuklah Forum Zakat (FOZ).
FOZ ini memayungi keberadaan LPZ dan asosiasi ini merupakan lemaga konsulatig,
kooridnatif dan informative tentang zakat. Untuk memaksimalkan dana ZIS, FOZ
menjalin kerjasama dan mengatasi konflik LPZ, FOZ diharapkan dapat menjadi
lembaga yang memiliki kekuatan untuk memperjuangkan kebutuhan anggota.
Pada awal Agustus tahun 1999, Menteri Agama RI, A. Malik Fajar
membacakan RUU tentang pengelolaan zakat di depan siding paripurna DPR-RI dan
pada tanggal 23 September 1999 Presiden B.J Habibie mengesahkan Undang-Undang
no 38 tahun 199 tentang zakat. UU Nomor 38 Tahun 1999 itu kemudian diikuti
dengan keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat. Tujuan umum usaha-usaha pengembangan zakat di Indonesia adala agar
bangsa Indonesia lebih mengamalkan seluruh ajaran agamanya, dalam hal ini zakat
diharapkan dapat menunjang perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
masyarakat adil dan makmur materill dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD
1945. Namun dalam kenyataanya lembaga pengelola zakat belum bias meningkatkan
kesejahteraan umat secara menyeluruh. Apabila pengelolaan zakat dikelola secara
optimal dan professional dengan menerapkan fungus standar manajemen, yakni
perencanaan (Planning) pengorganisasian(Organising), pengarahan(Actuating) dan
pengawasan(Controlling) jelas akan memberikan dampak yang jelas kepada
sesuai
tenaga
yang
diperlukan.
Selain
itu
pengelolaan,
amil zakat baik itu berupa badan atau lembaga, dan zakat, infak dan shadaqah
dikelola dengan manajemen modern dengan tetap menerapkan empat fungsi standar
manajemen, sasaran zakat, infaq maupun shadaqah akan tercapai. Oleh karena itu,
orang yang menjadi amil zakat harus orang yang benar-benar professional, jujur,
Berbadan Hukum
2.
3.
4.
5.
a.
c.
d.
Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
unsur pemerintah. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, cendikia, tokoh
masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait
2.
a.
Dewan Pertimbangan
1)
kepada badan pelaksana dan Komisi Pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat,
meliputi aspek syariah dan aspek manajerial
2)
Tugas Pokok
a.
b.
c.
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil Zakat
d.
b.
Komisi Pengawas
1)
Tugas Pokok
a.
b.
Dewan Pertimbangan
c.
3.
Badan Pelaksana
1)
2)
Tugas pokok
a.
b.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI. 2013. Buku Daras : Pendidikan Agama Islam di Universitas
Brawijaya. Pusat Pembinaan Agama Universitas Brawijaya
Prakkasi, Idris. 2012. Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq, Sadaqah dan
Wakaf(ZISWAF).
http://konsultanekonomi.blogspot.com/2012/05/manajemenpengelolaan-zakat-infaq.html diakese tanggal 19 Maret
M.N.Siddiqi.1983. Banking without Interest. Islamic foundation Leicester
Gusfahmi, 2007. Pajak Menurut Syariah. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Mardani, 2011. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Refika Aditama :
Bandung.