Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kanaka Bhaswara Prabhata

Kelas : Ilmu Politik B


NIM : 14041184052
Public Sphere atau Ruang Publik adalah teori yang dibuat oleh Jurgen
Habermas untuk menjelaskan tentang bagaimana sebuah ruang publik bisa
terbentuk di antara masyarakat, dapat berupa ruang publik secara fisik ataupun
non-fisik tentu saja. Di jaman sekarang, dimana media massa tidak lagi berbentuk
konvensional melainkan memiliki berbagai macam jenis dapat berupa koran,
hingga media baru atau yang lebih dikenal dengan Internet, membuat
terbentuknya ruang publik di masyarakat semakin cepat dan semakin luas, serta
isu yang dibicarakan semakin up-to-date, salah satunya adalah fenomena di
Pilkada kota Surabaya yang akan dilaksanakan dekat ini.
Beberapa waktu lalu ada kasus dimana Tri Rismaharini selaku salah satu
kandidat calon Walikota Surabaya mendapat isu bahwa ia menjadi tersangka
dalam kasus kebakaran di Pasar Turi. Isu ini menyebar melalui media massa
televisi, internet, surat kabar dan lain sebagainya. Hal ini tentu langsung
mengundang masyarakat untuk ikut mengawasi dan membahas isu ini di ruang
publik, salah satu yang paling terlihat adalah di kolom komentar situs berita
seperti kompas.com; news.liputan6.com yang dimana mereka selalu menyediakan
kolom komentar untuk membiarkan ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi
setiap orang.

Gambar diatas adalah merupakan contoh ruang publik yang terbangun untuk
membahas kasus Tri Rismaharini yang ditetapkan sebagai tersangka kasus
kebakaran pasar turi. Kolom komentar tersebut memiliki tiga tanda yang harus
dimiliki ruang publik yaitu Responsif, Demokratis, dan Bermakna. Dalam
perkembangannya, dukungan-dukungan yang diucapkan oleh netizen menjadi
sebuah kekuatan tersendiri bagi Tri Rismaharini dalam menjalani dugaan terhadap
kasus yang ia hadapi. Hingga pada akhirnya isu ini diduga adalah praktik untuk
melemahkan dukungan terhadap Tri Rismaharini pada pemilihan walikota
Surabaya yang akan diadakan pada bulan Desember ini.
Contoh lain ruang publik yang tercipta karena isu politik adalah komunitas
Go-Jek yang secara terang-terangan mendukung pasangan Rasio-Lucy dan
menolak pasangan Risma-Whisnu. Ruang publik yang terbentuk antara
pengemudi Go-Jek ini terbentuk ketika pada pemerintahan Tri Rismaharini, GoJek seringkali tidak diberi fasilitas untuk mendukung pekerjaan mereka dan
cenderung mengusir. Hal ini menyebabkan sekumpulan orang tersebut yang
mengatasnamakan Paguyuban Go-Jek tersebut melakukan interaksi yang sangat
intens dalam membahas kasus ini, dan akhirnya membentuk opini publik antar
pengemudi Go-Jek yang menyatakan sikap untuk tidak mendukung Risma dalam
pemilihan walikota Surabaya tahun ini. Dalam kasus ini, Paguyuban Go-jek ini
berfungsi sebagai kelompok penekan kebijakan pemerintah (pressure groups)
dimana hal tersebut timbul dari kondisi sosial yang tercipta akibat kebijakan
pemerintah Risma terhadap Go-Jek.

Anda mungkin juga menyukai