FORENSIK KLINIK
Oleh :
Maria Griselda Amadea 112014293
Penguji :
dr. Djaja Surya Atmadja, SpF, SH, PhD, DFM
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
2.4 Diagnosis
2.5 Tatalaksana
3.3 Tatalaksana
11
BAB IV KESIMPULAN
12
13
15
BAB I
PENDAHULUAN
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum terdiri dari berbagai jenis ,
yaitu : 1.) visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan); 2.) visum et repertum
kejahatan susila ; 3.) visum et repertum jenasah; 4.) visum et repertum psikiatrik. 1
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk mengetahui
penyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakitnya tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP. Jelaslah di sini bahwa pemeriksaan kedokteran
forensik tidak ditujukan untuk pengobatan. Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil
dari tindak pidana penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP), sedangkan korban dengan luka
sedang dapat merupakan hasil dari tindak penganiayaan (Pasal 351 (1) atau 353 (1)).
Korban dengan luka berat (pasal 90 KUHP) dapat merupakan hasil dari tindak pidana
penganiayaan dengan akibat luka berat (pasal 351 (2) atau 353 (2)) atau akibat penganiayaan
berat (pasal 354 (1) atau 355 (1)). Perlu diingat bahwa luka-luka tersebut dapat juga timbul
akibat kecelakaan atau usaha bunuh diri.1
Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter seperti
pengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
sebagainya. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis,
sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka
panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam
menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan.1
Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan
dengan hukuman yang berbeda yaitu :
1
2
3
(1) KUHP menyatakan bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan. Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh
sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut
dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur
dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila kita
memeriksa seorang korban dan didapati penyakit akibat kekerasan tersebut, maka korban
dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan
yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan
bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga
bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan
dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat
menurut pasal 90 KUHP adalah :
BAB II
4
RINGKASAN KASUS
2.1 Identitas Korban
No. Rekam Medis
: 4080356
Nama
: Ny. O
Agama
: Muslim
Pekerjaan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
Waktu pelaporan
: 7 November 2015
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap korban (autoanamnesis).
Korban mengaku pada tanggal 6 November 2015, sekitar
Indonesia Barat, dipukul satu kali pada bibir dan leher kanan, tiga kali pada punggung dan
diinjak satu kali pada perut oleh dua pelaku yang dikenal (perempuan sekitar 20-25 tahun).
Setelah kejadian korban mengeluh keluar darah dari luka terbuka pada bibir dalam yang
sudah berhenti pada saat pemeriksaan. Riwayat pingsan tidak ada, mual tidak ada, muntah
tidak ada, riwayat gangguan penglihatan tidak ada. Pelaku adalah pacar dari suami korban
yang saat ini sudah pisah ranjang selama 2 bulan. Korban mengaku terjadi kesalahpahaman
antara korban dengan pelaku. Pelaku sudah berhubungan dengan suami korban kira-kira tiga
bulan lamanya. Namun saat diminta untuk menikahinya, tiba-tiba suami korban menghilang.
Hal tersebut membuat pelaku berpikir bahwa korban dan suaminya rujuk kembali. Pelaku
lalu meminta korban untuk bertemu secara langsung di taman dekat rumahnya. Awalnya,
korban mengira pelaku ingin meminta maaf. Ternyata setelah tiba di taman itu, pelaku
langsung memukul bibir dan leher korban, sementara teman pelaku memukul punggung
korban hingga terjatuh. Kemudian pelaku menginjak perut korban dan meninggalkannya.
Korban kemudian menelpon adiknya dan bersama-sama melapor ke polisi Resort
Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Metropolitan Setiabudi, lalu korban kemudian dirujuk ke
Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan pembuatan visum et repertum.
2.3 Pemeriksaan Fisik Umum
5
Status generalis
-
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Tepat pada batang hidung setinggi sudut mata dalam ditemukan luka lecet berukuran
1 cm x 0,2 cm.
Pada bibir atas sisi kanan bagian dalam 1,5 cm dari garis pertengahan depan
2.4 Diagnosis
Assault by bodily force
2.5 Tatalaksana
Pembuatan visum et repertum
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Prosedur Medikolegal
6
Munurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut
sesuai dengan pasal 11 KUHAP.
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan visum et repertum telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangkat
serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang
komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya
tersebut. Kepangkatan bagi Penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan
dua. Untuk mengetahui apakah suatu Surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani
oleh yang berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatang menandatangani surat
tersebut selaku penyidik.
Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) , yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik
yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. sedangkan dalam penjelasan
KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan.
Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini
secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati.
Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas kepolisian guna pemastian
identitasnya. Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau
instansi khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi
tersebut.
Pada kasus ini, permintaan pembuatan visum et repertum disampaikan dalam bentuk
tertulis melalui surat permintaan visum. Keterangan surat permintaan visum adalah sebagai
berikut:
No polisi
: 135/B/XI/2015/SEK.BUDI
Instansi
Tanggal
: 7 November 2015
7
Permintaan
melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan visum et repertumnya akan datang terlambat.
Keterlambatan surat permintaan visum et repertum ini dapat diperkecil dengan diadakannya
kerjasama yang baik antara dokter/institusi kesehatan dengan penyidik/instansi kepolisian.
Baik terhadap Surat Permintaan Visum et repertum yang datang bersamaan dengan
korban, maupun yang datang terlambat, harus dibuatkan visum et repertum. Visum et
repertum ini dibuat setelah perawatan /pengobatan selesai, kecuali pada visum et repertum
sementara, dan perlu pemeriksaan ulang pada korban bila surat permintaan datang terlambat.
Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan
ringan (Pasal 352 KUHP), sedangkan korban dengan luka sedang dapat merupakan hasil
dari tindak penganiayaan (pasal 351 (1) atau 353 (1)).
Korban dengan luka berat (pasal 90 KUHP) dapat merupakan hasil dari tindak pidana
penganiayaan dengan akibat luka berat (pasal 351 (2) atau 353 (2)) atau akibat penganiayaan
berat (pasal 354 (1) atau 355 (1))
Perlu diingat bahwa luka-luka tersebut dapat juga timbul akibat kecelakaan atau usaha
bunuh diri.
Di dalam bagian Pemberitaan visum et repertum biasanya disebutkan keadaan umum
korban sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik berikut uraian letak, jenis, dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan
khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama
perawatan, dan keadaan akhir saat pengobatan/ perawatan selesai. Gejala/keluhan yang dapat
dibuktikan secara objektif dapat dimasukkan ke dalam bagian Pemberitaan, misalnya sesak
nafas, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri sumbu, dan sebagainya. Sedangkan keluhan subyektif
yang tidak daat dibuktikan tidak dimasukkan dalam visum et repertum, misalnya keluhan
sakit kepala, pusing, mual, dan sebagainya.
Deskripsi luka pada visum et repertum memiliki ketentuan tertentu, secara umum
dengan cara menyebutkan regio/daerah tempat luka berada : 3
Menentukan koordinat X luka dengan mengukur jarak pusat luka dari garis
pertengahan badan
Menentukan koordinat Y luka dengan mengukur jarak pusat luka diatas /
dibawah dari suatu patokan organ tubuh
9
Pada kasus kekerasan tajam dan luka tembak, ditentukan koordinat Z luka
Deskripsi luka memar pada visum et repertum dilakukan dengan cara : menyebutkan
warna memar, menyebutkan bentuk apabila memberikan gambaran yang khas, menentukan
ukuran memar dengan mengukur panjang kali lebar luka atau diameter luka, menyebabkan
ada tidaknya bengkak, menyebabkan ada tidaknya nyeri tekan.3
Deskripsi luka lecet pada visum et repertum dilakukan dengan cara : pada luka lecet
tekan, diraba konstintensi luka dan menyebutkan warna luka; pada luka lecet gores, diperiksa
arah kekerasan dari tepi yang relatif rata ke ujung luka yang tidak rata dan terdapat
penumpukan epitel kulit; ukuran luka lecet dinyatakan dengan mengukur panjang kali lebar
luka; pada luka lecet geser ditentukan ukuran panjang luka saja. 3
Deskripsi luka robek akibat kekerasan tumpul dilakukan dengan cara : menjelaskan
tepi luka; menjelaskan dasar luka, dan menyebutkan apakah sampai jaringan bawah kulit,
otot, tulang, atau menembus rongga tubuh; menjelaskan ada/tidaknya jembatan jaringan; pada
daerah yang berambut, dapat dilihat adanya akar rambut yang tercabut; menyatakan ukuran
luka dengan merapatkan kedua tepinya dan mengukur panjang luka; apabila terdapat
kehilangan jaringan, maka ukuran luka ditentukan dengan mengukur panjang kali lebar luka,
termasuk memar atau luka lecet disekitarnya.3
Deskripsi luka terbuka akibat kekerasan tajam dilakukan dengan cara : memeriksa
tepi luka; memeriksa dasar luka, dan menyebutkan apakah sampai jaringan bawah kulit, otot,
tulang, atau menembus rongga tubuh; memeriksa kedua ujung luka, apakah lancip atau
tumpul; pada daerah yang berambut, dapat dilihat adanya akar rambut yang terpotong;
menentukan ukuran luka terbuka tepi tidak rata dengan merapatkan kedua tepinya dan
mengukur panjang luka. 3
Temuan pada Korban Ny.O
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik umum, serta status lokalis
(pemeriksaan luka-luka), didapatkan keadaan fisik umum dalam batas normal, pada
pemeriksaan status lokalis ditemukan luka lecet pada batang hidung dan bibir atas; memar
pada bibir bawah dan belakang telinga kanan serta nyeri tekan pada perut akibat kekerasan
tumpul. Luka luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
10
pekerjaan jabatan atau pencahariannya. Luka lecet dan memar tersebut tidak memerlukan
pengobatan medis karena dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga luka tersebut masuk
dalam luka derajat satu.
3.3 Tatalaksana
- Pembuatan visum et repertum
- Korban dipulangkan
BAB IV
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan korban perempuan berusia dua puluh dua tahun ini ditemukan luka lecet
pada batang hidung dan bibir atas, memar pada bibir bawah dan belakang telinga kanan serta
11
nyeri tekan pada perut akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariannya.
BAB V
VISUM ET REPERTUM
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
12
Nomor
Perihal
Lampiran
: 364/TUFK/XI/2015
: Permintaan Visum Et Repertum Ny. O
:-
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Maria Griselda, dokter pada Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto
Mangunkusumo, atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan
Sektor Metropolitan Setiabudi, dengan nomor surat 135/B/XI/2015/SEK.BUDI, tanggal tujuh
November dua ribu lima belas, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal tujuh November
dua ribu lima belas, pukul empat belas Waktu Indonesia Barat bertempat di Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan atas pasien
nomor registrasi: 4080356 yang menurut surat tersebut adalah:------------------------------------Nama
: Ny. O--------------------------------------------------------------------------------Umur
: 22 tahun-----------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin
: Perempuan--------------------------------------------------------------------------Agama
: Islam --------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan
: Indonesia ---------------------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Mengurus Rumah Tangga--------------------------------------------------------Alamat
: Jalan Menteng Pasar Rumput RT 007/002 Kel. Pasar Manggis Kec.
Setiabudi Jakarta Selatan------------------------------------------------------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh dan keadaan umum tampak sakit ringan.------2. Korban mengaku sekitar lima belas jam sebelum pemeriksaan (tanggal enam November
dua ribu lima belas, sekitar dua puluh tiga Waktu Indonesia Barat), dipukul satu kali pada
bibir dan leher kanan, tiga kali pada punggung dan diinjak satu kali pada perut oleh dua
pelaku yang dikenal (perempuan sekitar dua puluh sampai dua puluh lima tahun). Setelah
kejadian korban mengeluh.
Halaman ke 1 dari 2 halaman
Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 364/TUFK/XI/2015
Halaman ke 2 dari 2 halaman
kejadian korban mengeluh keluar darah dari luka terbuka pada bibir dalam. Riwayat
pingsan tidak ada, mual tidak ada, riwayat gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
gangguan buang air besar dan gangguan buang air kecil tidak ada.----------------------------3. Pemeriksaan fisik umum:----------------------------------------------------------------------------Tekanan darah seratus lima per tujuh puluh lima millimeter air raksa; frekuensi nadi tujuh
puluh lima kali per menit; frekuensi nafas dua puluh dua kali per menit; suhu tiga puluh
enam koma tujuh derajat celcius.-------------------------------------------------------------------13
4. Luka luka:--------------------------------------------------------------------------------------------a. Tepat pada batang hidung setinggi sudut mata dalam ditemukan luka lecet berukuran
satu sentimeter kali nol koma dua sentimeter.------------------------------------------------b. Pada bibir atas sisi kanan bagian dalam satu koma lima sentimeter dari garis
pertengahan depan ditemukan luka lecet berukuran nol koma empat sentimeter kali
nol koma empat sentimeter.---------------------------------------------------------------------c. Pada bibir bawah sisi kanan bagian dalam satu koma lima sentimeter dari garis
pertengahan depan ditemukan memar merah berukuran nol koma empat sentimeter
kali nol koma dua sentimeter.-------------------------------------------------------------------d. Pada daerah tepat di belakang telinga kanan memar ungu berukuran dua sentimeter
kali dua sentimeter.-------------------------------------------------------------------------------e. Pada perut tepat garis pertengahan depan dua puluh lima sentimeter di bawah puncak
bahu ditemukan nyeri pada penekanan berukuran tiga sentimeter kali tiga sentimeter.5. Korban
dipulangkan.----------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban perempuan berusia dua puluh dua tahun ini ditemukan luka lecet
pada batang hidung dan bibir atas; memar pada bibir bawah dan belakang telinga kanan serta
nyeri tekan pada perut akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariannya .-----------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan
saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP).---------------------------------------------------------------------------------Dokter tersebut diatas,
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA