Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia

Tahun

1945

merupakan hukum dasar yang tertulis bagi bangsa Indonesia. Undang-undang


Dasar 1945, sebagai perwujudan dari tujuan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, terdiri dari Pembukaan dan Batang tubuh serta penjelasan
UUD 1945 (Kansil dan Christine, 2008: 90). Setelah diamandemen tidak
seperti itu melainkan terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasalnya. Pada UUD
1945 yang belum diamandemen maupun yang sudah diamandemen tersebut
memuat pasal-pasal yang mengatur sistem ketatanegaraan Indonesia salah
satunya tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintahan Daerah merupakan salah satu bahasan di dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diatur dalam BAB IV Pasal 18
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu masalah mengenai
Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-undang tersendiri yaitu Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat (2)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke
empat menyatakan bahwa tujuan negara Indonesia :
1.
2.
3.
4.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan hal yang penting dalam


mencapai tujuan negara Indonesia salah satunya yaitu melalui pendidikan.
Terkait hal itu, dalam Pasal 31 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 juga menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.
Pendidikan nasional berfungsi sebagai pemersatu bangsa, persamaan
kesempatan, serta pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat
memperkuat keutuhan bangsa, memberi kesempatan yang sama bagi setiap
warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
Pembangunan pendidikan harus mampu meningkatkan akses masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan
pemerataan pelayanan pendidikan, kualitas dan relevansi pendidikan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan. Pendidikan
yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berpotensi,
berdaya saing, mandiri serta mampu berpartisipasi dalam pembangunan

(karimunjawablogkusuto.blogspot.com/2007/07/upaya-pengelolaandanpenyelenggaraan.html/diakses pada tanggal 1 November 2011).


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyebutkan beberapa tugas dan wewenang suatu daerah dalam menjalankan
pemerintahannya di daerah dengan mengarah pada apa yang disebut dengan
otonomi daerah. Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan otonomi yang nyata
salah satunya yaitu kewenangan membuat Peraturan Daerah (Perda),
merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu
daerah dan sebaliknya, Perda merupakan salah satu sarana dalam
penyelenggaraan otonomi daerah (Rozali Abdullah, 2007: 131). Perda dibuat
oleh DPRD bersama-sama Pemerintah Daerah, artinya prakarsa dapat berasal
dari DPRD maupun dari Pemerintah Daerah (Widjaja, 2005: 144). Selain itu,
Pasal 136 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan, Perda ditetapkan oleh kepala daerah
setelah mendapat persetujuan bersama DPRD.
Perda yang baik dibuat sesuai dengan pembentukan peraturan perundangundangan, dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Selain itu, Perda juga

dibuat sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada, sehingga ketika Perda
diberlakukan tidak merugikan masyarakat. Masyarakat disini merupakan hal
yang penting karena masyarakat merupakan suatu kelompok yang terkena
kebijakan yang ada pada Perda tersebut. Oleh sebab itu, materi muatan yang
dicantumkan dalam Perda sesuai dengan kondisi permasalahan di dalam
masyarakat dan menampung kondisi lokal yang merupakan ciri kekhususan
daerah dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
Di era otonomi daerah atau desentralisasi, DPRD dan Pemerintah Daerah
mempunyai kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah. Dalam praktek, tidak jarang terjadi kewenangan tersebut
dilaksanakan tidak selaras bahkan bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi (vertikal) atau dengan Peraturan
Perundang-undangan yang sama (horizontal). Oleh karena itu, DPRD dan
Kepala Daerah dalam membentuk Peraturan Daerah harus selalu
memperhatikan asas pembentukan dan asas materi muatan Peraturan
Perundang-undangan. Pedoman tentang materi muatan Peraturan Daerah
dan Peraturan Perundang-undangan tingkat daerah lainnya (Peraturan
Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota), juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan dalam Peraturan
Pelaksanaannya (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Direktorat
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah, 2011: 9-10).
Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah menuai ketidaktertiban penerbitan
produk hukum, yang ditandai dengan adanya kasus pembatalan Perda. Daerah
dinilai tidak memahami kapan Perda mestinya dibentuk dalam rangka
menjalankan kewenangan luasnya. Disamping itu pembentuk Perda tidak
memahami lingkup materi muatan Perda sebagai implementasi kewenangan
daerah

(www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=3683/diakses

tanggal 1 Mei 2012).

pada

Berbagai Perda atau Raperda yang pernah ditemui, banyak mekanisme


yang dirumuskan justru tidak menyelesaikan masalah utama. Norma-norma
di dalam Perda lebih banyak mengutip peraturan perundang-undangan di
tingkat pusat (copy paste), sedangkan muatan lokal/masalah lokal hanya
tempelan dan belum jelas arah penyelesaiannya sehingga justru menambah
masalah. Terjadi degradasi materi muatan aturan yang lebih tinggi ke aturan
yang lebih rendah, artinya perda tersebut tidak memenuhi asas kesesuaian
materi muatan perundang-undangan.
(http://hukum.kompasiana.com/2011/03/31/menyusunperdayangbermanfaat/
diakses pada tanggal 1 Mei 2012).
Terkait hal di atas, Majene (Phinisinews) - Dewan Pendidikan Kabupaten
Majene, Sulawesi Barat, ikut menyempurnakan materi Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan
di daerah tersebut karena dianggap masih terdapat banyak kekurangan.
Sekretaris Dewan Pendidikan Majene, Jainuddin Sayadul di Majene, Rabu,
mengatakan bahwa Raperda tersebut dianggap masih banyak kekurangan
dan butuh perbaikan sebelum dibahas lebih lanjut antara tim Program
Legislasi Daerah (Prolegda) dan Panitia Khusus (Pansus) C DPRD
Majene. "Mempelajari materi serta muatan Ranperda Sistem
Penyelenggaraan Pendidikan akan memungkinkan muncul banyak
permasalahan jika menjadi Peraturan Daerah (Perda), sebab masih banyak
yang perlu dikoreksi ulang," ungkapnya. Beberapa materi Raperda itu
dinilai bertentangan Undang-undang sistem penyelenggaraan pendidikan
nasional, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 tahun 2010, dan beberapa
aturan lainnya. Dari sekian pasal dianggap penting dalam ranperda, salah
satunya adalah Pasal 16, yang menyatakan kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi, manajemen
sekolah, pembinaan tenaga pendidik, serta pemeliharaan sarana prasarana
di sekolah. "Pasal ini sangat bertentangan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010, jika seperti itu akan terjadi lagi pungutan pada
jenjang pendidikan dasar, padahal sudah jelas-jelas itu dilarang," papar
Jainuddin. Dilanjutkan, pada jenjang pendidikan dasar, pendidik dan
tenaga kependidikan tidak boleh melakukan pungutan kepada murid dalam
bentuk apapun sebab segala pembiayaan wajib ditanggung oleh
pemerintah.(http://www.phinisinews.com/read/2012/1/18/8772dewan_pen

didikan_majene_ikut_sempurnakan_ranperda_pendidikan/diakses tanggal
1 Mei 2012).
Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembentukan peraturan
daerah yaitu mengenai masalah pendidikan. Sesuai Pasal 1 ayat (1) Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Untuk

meningkatkan

Temanggung

merupakan

menyelenggarakan

kualitas
daerah

pemerintahan

pendidikan
yang
daerahnya

di

diberi
yang

daerah,

Kabupaten

kewenangan
dilaksanakan

untuk
oleh

pemerintah daerah dan DPRD. Sesuai Pasal 14 ayat (1) Undang-undang


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

perencanaan dan pengendalian pembangunan;


perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
penyediaan sarana dan prasarana umum;
penanganan bidang kesehatan
penyelenggaraan pendidikan;
penanggulangan masalah sosial;
pelayanan bidang ketenagakerjaan;
fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
pengendalian lingkungan hidup;
pelayanan pertanian;

12.
13.
14.
15.
16.

pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;


pelayanan administrasi umum pemerintahan;
pelayanan administrasi penanaman modal;
penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan;
urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.

Salah satu urusan wajib yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah di atas
adalah penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan hal itu, Pemerintah Daerah
Kabupaten Temanggung telah membentuk Peraturan Daerah Nomor 27
Tahun 2011 tentang Pendidikan. Hal itu sangat penting untuk menunjang
keberhasilan dan meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Temanggung.
Ketua Komisi D DPRD, Erda Wachyudi berpendapat yang dimuat dalam
website resmi Kabupaten Temanggung, bahwa alasan yang
melatarbelakangi dibentuknya peraturan daerah tentang pendidikan antara
lain yaitu pendidikan merupakan bidang strategis sebagai bagian
terintegrasi dengan pembangunan yang berada dalam hubungan dialektis
dengan dimensi sosial, budaya ekonomi, dan politik. Keprihatinan pada
perkembangan pendidikan dan pembangunan di Kabupaten Temanggung
juga menjadi pendorong perlunya adanya Perda Pendidikan, tambahnya.
Di Temanggung terdapat sejumlah persoalan strategis terkait pendidikan,
misalnya masih banyaknya anak usia dini sekolah belum tuntas pendidikan
dasar 9 tahun. Kemudian banyak keluhan warga mengenai tenaga
pendidik, dan pendidikan. Keluhan tersebut terkait dengan kualifikasi
pendidikan di bawah strata I, insentif kurang memadai, penugasan kurang
relevan dengan keahlian, serta mutasi dan rotasi guru yang tidak selalu
menyelesaikan masalah. Selain itu, masih terdapat banyak masalah yang
bersumber dari persoalan uang atau dana. Seperti masyarakat tidak mampu
menyekolahkan anak, bantuan operasional siswa terbatas dan terlambat,
sarana prasarana kurang memadai.
(www.kabupatentemanggung.com/index.php?modul=berita&cat=&catid=
323168004316/diakses pada tanggal 25 Oktober 2011).
Adanya permasalahan pendidikan di atas, maka Pemerintah Kabupaten
Temanggung sudah mengantisipasi permasalahan tersebut dengan membuat
Perda Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan. Perda tersebut dibuat
dengan melihat kondisi sosiologi pendidikan yang ada di Temanggung dan

materi muatan yang mencerminkan kekhususan daerah tersebut sehingga


dapat membedakan dengan daerah lainnya.
Menurut Bapak Gustarim selaku sekretaris pada saat pembentukan Perda
ini menyatakan bahwa:
Perbedaan dari Perda tentang pendidikan dengan Perda yang lain yaitu
menggali situasi atau kondisi sosiologi pendidikan di Temanggung. Selain itu
mengenai materi muatan yang akan dicantumkan dalam Perda tersebut,
bahwa muatan lokal tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya,
padahal terkadang muatan lokal yang akan dijadikan materi muatan sangat
sesuai dengan kondisi di Temanggung tetapi disisi lain regulasi tidak
sesuai(Hasil wawancara di DPRD Kabupaten Temanggung pada tanggal 9
April 2012).
Terkait pembentukan Perda, terdapat tahap-tahap yang harus dilalui
sebelum Perda tersebut diundangkan dalam Lembaran Daerah. Tahap-tahap
tersebut meliputi penyusunan Rancangan

Perda yang disertai Naskah

Akademik, pembahasan rancangan Perda dimana dalam tahap ini dilakukan


melalui

tingkat-tingkat

pembicaraan

yang

dilakukan

dalam

rapat

komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD kabupaten yang khusus


menangani bidang legislasi dan rapat paripurna, penetapan rancangan Perda
dan tahap terakhir yaitu pengundangan.
Sebelum Perda tersebut dibuat, maka terlebih dahulu dibuatlah Naskah
Akademik sebagai dasar dari pembuatan Perda Tersebut. Naskah Akademik
menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa:
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
Naskah Akademik merupakan hal yang pokok sebagai dasar dalam tahap
selanjutnya yaitu pembahasan Rancangan Perda. Tahap pembahasan tersebut
melalui pembicaraan-pembicaraan yang terkadang menuai banyak pro dan
kontra antara anggota-anggota yang ikut dalam pembahasan tersebut. Hal ini
dikarenakan adanya benturan kepentingan politik dari masing-masing
anggota. Tahap ini biasanya dituangkan dalam risalah sidang yang berbentuk
rekaman mengenai pembicaraan-pembicaraan tentang hal-hal atau materi
muatan yang akan dijadikan pertimbangan untuk dituangkan dalam produk
hukum yang berupa Perda.
Sesuai penjelasan di atas, pembentukan Perda Nomor 27 Tahun 2011
tentang Pendidikan di Kabupaten Temanggung diawali dengan penyusunan
Rancangan Perda yang disertai dengan Naskah Akademik. Naskah Akademik
dibuat sudah sesuai dengan pembentukan peraturan perundang-undangan,
tetapi pada kenyataannya, ketika Naskah Akademik tersebut menuju pada
tahap

pembahasan

terdapat

pengurangan-pengurangan

dikarenakan

berbenturan dengan naskah politik dalam hal ini yaitu risalah sidang.
Dikatakan demikian karena masing-masing anggota yang ikut dalam
pembahasan menyampaikan pendapatnya mengenai Rancangan Perda
Pendidikan tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa pada saat itu terjadi
pro dan kontra berkaitan dengan materi muatan yang akan dicantumkan
dalam Perda.

10

Benturan kepentingan yang menjadi tarik ulur muatan lokal yaitu


mengenai cara berpakaian, bahwa bagi peserta didik yang muslim diharapkan
memakai pakaian panjang, celana dan rok panjang agar pada saat melakukan
kegiatan keagamaan (salat) tidak memakan banyak waktu, tetapi salah satu
fraksi ada yang tidak setuju dengan alasan nasionalis. Ketentuan tersebut
tidak dituangkan dalam Perda Pendidikan secara jelas dan hasilnya hanya
dijelaskan dalam Pasal 18 huruf c yang berbunyi Setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berkewajiban menjaga dan menjunjung tinggi nilai
moral dan kearifan lokal dalam setiap kegiatan pendidikan.
Selain itu, dengan adanya reduksi atau pengurangan-pengurangan yang
ada pada Naskah Politik dalam hal ini risalah sidang yang mengacu pada
Rancangan Perda Pendidikan yang disertai Naskah Akademik, Perda
Pendidikan itu kompromi sehingga banyak Perda yang tidak mengakomodasi
kepentingan rakyat terutama bidang pendidikan. Dengan demikian, pada
dasarnya Naskah Akademik Pendidikan di Temanggung tersebut sudah
bagus, tetapi adanya benturan kepentingan dengan Naskah Politik dalam hal
ini risalah sidang ketika pembahasan terjadi pengurangan-pengurangan
muatan materi.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti memilih Naskah Akademik
sebagai perbandingan sesuai atau tidaknya dengan Perda No 27 Tahun 2011
tentang Pendidikan. Adapun aspek yang akan dilihat dalam Naskah
Akademik tersebut yaitu:
1.
2.

peran serta masyarakat;


hak, dan kewajiban peserta didik, pendidik, san satuan pendidikan;

11

3.
4.
5.
6.
7.

tata kelola organisasi pendidikan/nama lain yang sejenis;


manajemen pendidik dan tenaga kependidikan
wajib Belajar
biaya pendidikan
standar layanan satuan pendidikan/madrasah/pesantren/nama lain
yang sejenis.
8. pengaturan pola penerimaan peserta didik, pengawasan Pemerintah
Daerah terhadap pelaksanaan penerimaan peserta didik dari setiap
satuan pendidikan/madrasah/nama lain yang sejenis;
9. standar pelayanan minimum pengelolaan dan penyelenggaraan satuan
pendidikan/madrasah/nama lain yang sejenis;
10. pengembangan Karakter;
11. penghargaan atas prestasi pendidikan;
12. sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, sangat penting untuk dilakukan suatu

penelitian mengenai Analisis Kesesuaian Isi Peraturan Daerah Kabupaten


Temanggung Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan dengan Naskah
Akademik Peraturan Daerah tentang Pendidikan Kabupaten Temanggung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
identifikasi masalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.

Masih banyak masalah otonomi daerah terkait pendidikan seperti tenaga


pendidik, peserta didik, manajemen penyelenggaraan pendidikan, dan
pembiayaan yang belum terakomodir melalui Perda di Kabupaten
Temanggung;

2.

Masih terjadi benturan kepentingan dari masing-masing anggota yang


ikut dalam pembahasan pada saat pembuatan Perda Pendidikan di
Kabupaten Temanggung;

12

3.

Naskah Akademik yang dibuat sudah bagus karena sudah mengacu pada
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan tetapi, ketika dihadapkan pada pembahasan
berbenturan dengan kepentingan-kepentingan para pihak sehingga terjadi
pengurangan-pengurangan materi muatan dalam Perda;

4.

Pembuatan Perda Pendidikan di Kabupaten Temanggung yang sarat


dengan kepentingan politik sehingga belum mengakomodasi kepentingan
rakyat;

5.

Belum dicermati sesuai atau tidaknya sebuah Perda No 27 Tahun 2011


tentang Pendidikan dengan Naskah Akademik Pendidikan di Kabupaten
Temanggung.

C. Batasan Masalah
Adapun dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang telah
disebutkan pada identifikasi masalah dengan maksud agar penelitian lebih
terfokus pada permasalahan utama yang hendak diteliti. Batasan masalah
tersebut

yaitu kesesuaian isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung

Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan dengan Naskah Akademik


Peraturan Daerah tentang Pendidikan Kabupaten Temanggung.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, Apakah isi Peraturan
Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan
sesuai dengan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang Pendidikan
Kabupaten Temanggung?.

13

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan
kesesuaian isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun
2011 tentang Pendidikan dengan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang
Pendidikan Kabupaten Temanggung.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan penelitian ini
adalah:
1.

Manfaat teoritis
a.

Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya pada


bidang Kebijakan Publik terkait dengan Naskah Akademik Peraturan
Daerah tentang Pendidikan.

b.

Dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian sejenis yang akan


dilakukan selanjutnya. Khususnya untuk pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam hal ini mengenai materi tentang otonomi
daerah.

2.

Manfaat praktis
a.

Bagi peneliti
Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang
dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam
penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hukum dan sebagai bekal peneliti untuk
menjadi guru yang profesional.

14

b.

Bagi institusi kampus


Sebagai tambahan referensi akademik mengenai analisis kesesuaian
isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun 2011
tentang Pendidikan dengan Naskah Akademik Peraturan Daerah
tentang Pendidikan Kabupaten Temanggung.

c.

Bagi instansi pemerintah


Sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembuatan kebijakan
publik terkait Peraturan Daerah tentang Pendidikan.

G. Batasan Pengertian
Untuk menghindari adanya multi-interpretasi atas judul penelitian ini,
maka peneliti perlu untuk membatasi beberapa pengertian tersebut :
1.

Analisis isi kebijakan


Analisis isi merupakan deskripsi empiris tentang isi kebijakan publik
tertentu yang menaruh perhatian pada maksud, definisi masalah, tujuan,
dan orientasi (Joko Widodo, 2008: 28). Analisis isi dalam penelitian ini
adalah analisis kesesuaian isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung
Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan dengan Naskah Akademik
Peraturan Daerah tentang Pendidikan Kabupaten Temanggung.

2.

Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun 2011


tentang Pendidikan
Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun 2011
tentang Pendidikan merupakan produk hukum yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah bersama DPRD untuk menyelenggarakan pendidikan

15

di daerah. Daerah yang dimaksud adalah Temanggung, dengan dibuatnya


Perda diharapkan isi Perda tersebut sesuai dengan Naskah Akademik
Peraturan Daerah tentang Pendidikan Kabupaten Temanggung.
3.

Naskah Akademik Pendidikan


Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa:
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan
kebutuhan hukum masyarakat.
Naskah Akademik dalam penelitian ini merupakan naskah hasil
penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap
masalah pendidikan yang ada di Kabupaten Temanggung yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mengenai pengaturan masalah
dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi
terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat yang ada di
Kabupaten Temanggung.

4.

Analisis kesesuaian isi Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung


Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pendidikan dengan Naskah
Akademik Peraturan Daerah tentang Pendidikan Kabupaten
Temanggung
Penelitian ini mendeskripsikan mengenai kesesuaian isi Peraturan
Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 27 Tahun 2011 tentang

16

Pendidikan dengan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang


Pendidikan Kabupaten Temanggung. Berdasarkan hal tersebut, dalam
pembuatan Perda sebelum menjadi produk hukum harus melalui
beberapa tahapan salah satunya penyususnan Rancangan Perda yang
disertai Naskah Akademik. Dipilihnya Naskah Akademik sebagai
dokumen pembanding Perda Pendidikan di Kabupaten Temanggung
karena Naskah Akademik tersebut sebagai dasar untuk pembuatan Perda
Pendidikan yang ada di Kabupaten Temanggung.

Anda mungkin juga menyukai