Anda di halaman 1dari 11

1.

Definisi
Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan gejala pola pikir yang
tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan
fungsi psikososial
2. Patofisiologi
Scizofrenia antara lain disebabkan oleh pembesaran vemtrikel otak, penurunan ukuran otak
dan perubahan bentuk otak menjadi simetri. Penuruna volume hippocampal dapat
mempengaruhi pengujian neuropsikologikal serta kurang memberikan respon terapi yang
signifikan terhadap pemberian terapi antipsikotik generasi pertama
Hipotesis dopaminegik. Psikosis dapat disebabkan oleh adanya hiper atau hipoaktivitas
dari proses dopaminergic pada bagian otak tertentu. Hal ini termasuk adanya gangguan
reseptor dopamine (DA)
Gejala positif (lihat bagian Diagnosis bawah) mungkin lebih dekat terkait dengan
hiperaktif reseptor DA di mesocaudate, sementara gejala negatif (lihat bagian Diagnosis
bawah) dan gejala kognitif (lihat bagian Diagnosis bawah) mungkin yang paling erat
kaitannya dengan reseptor DA hipofungsi di korteks prefrontal.
Disfungsi glutamatergik. Saluran glutamatergik berinteraksi dengan saluran dopaminergik.
Defisiensi aktivitas glutamatergik dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan
hiperaktivitas dopaminergic dan hal tersebut nampak dalam skizofrenia
Abnormalitas serotonin (5-HT). Penderita scizopfrenia dengan hasil pemindaian diketahui
bentuk otaknya abnormal, akan memiliki kadar serotonin (5-HT) yang lebih tinggi dalam
darahnya
3. Manifestasi klinik
Gejala episode akut dari scizofrenia meliputi tidak bisa membedakan antara khayalan dan
kenyataan; halusinasi (terutama mendengar suara-suara bisikan); delusi (keyakinan yang
salah namun dianggap benar oleh penderita); ide-ide karena pengaruh luar )tindakannya
dikendalikan oleh pengaruh dari luar dirinya); proses berpikir yang tidak berurutan
(asosiasi longgar); ambivalen (pemikiran yang saling bertentangan); datar, tidak tepat atau
efek yang labil; autism (menarik diri dari lingkungan sekitar dan hanya menimbulkan
konflik pad lingkungan sekitar dan melakukan serangan baik secara verbal maupun fisik
kepada orang lain; tidak merawat diri sendiri; dan gangguan tidur maupun nafsu makan
Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita skozofrenia mempunyai
gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motivasi menurun, kepedulian berkurang, tidak mampu
memutuskan sesuatu, menarik diri dari hubungan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar,
sulit untuk belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat diri sendiri)
4. Diagnosis
Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, 4th ed., Teks revisi, menentukan
kriteria berikut untuk diagnosis skizofrenia:
disfungsi Persistent berlangsung lebih lama dari 6 bulan
Dua atau lebih gejala (hadir untuk setidaknya 1 bulan), termasuk halusinasi, delusi,
bicara tidak teratur, terlalu teratur atau perilaku katatonik, dan gejala negatif
Secara signifikan gangguan fungsi (kerja, interpersonal, atau perawatan diri)
Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, 4th ed., Teks revisi,
mengklasifikasikan gejala positif atau negatif.

Gejala positif (yang paling terpengaruh oleh obat antipsikotik) meliputi delusi, bicara tidak
teratur (gangguan asosiasi), halusinasi, gangguan perilaku (tidak teratur atau katatonik),
dan ilusi.

gejala negatif termasuk alogia (kemiskinan berbicara), avolition, afektif merata,


anhedonia, dan isolasi sosial.
disfungsi kognitif adalah kategori gejala lain yang termasuk gangguan
perhatian, memori kerja, dan fungsi eksekutif
5. Terapi
Pemeriksaan-pemeriksaan berikut perlu dilakukan sebelum memberikan terapi pemeriksaan
secara menyeluruh terhadap status mental penderita (mental status examination), pemeriksaan
fisik dan neurologi, pemeriksaan lengkap riwayat keluarga dan kehidupan sosial penderita,
dan pemeriksaan laboratorium secara lengkap (meliputi antara lain hidung darah lengkap,
elektrolit, fungsi hepar, fungsi renal, elektrokardiogram, gula darah puasa, kadar lipid dalam
darah, fungsi tiroid, dan pemeriksaan kandungan obat pada urin
Prinsip terapi secara umum
Golongan antipsikotik generasi kedua (atau dikenal juga sebagai antipsikotik atipikal),
kecuali klozapin, merupakan pilihan pertama di dalam terapi scizofrenia. Meski masih
kontroversial, saat ini sedang dikembangkan penelitian untuk mendapatkan bukti-bukti
yang mendukung bahwa antipsikotik generasi kedua (klozapin, olanzapine, risperidon,
quetiapin, ziprasidon dan aripiprazol) mempunyai khasiat dalam memperbaiki gejala-gejala
negative, kognisi, suasana hati dan psikopatologi secara umum. Selain itu, antipsikotik
generasi kedua lebih mudah diterima oleh pasien dibandingkan antipsikotik generasi
pertama
Antipsikotik generasi kedua memiliki sedikit atau bahkan tidak menimbulkan terjadinya
efek ekstrapirimidal. Kelebihan lainnya adalah kecenderungan untuk menyebabkan tardive
dyskinesia yang minimal atau tidak sama sekali. Disamping itu efek terhadap serum
prolactin yang lebih sedikit terjadi jika dibandingkan dengan efek samping dari golongan
antipsikotik generasi pertama. Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik generasi kedua
yang dapat memenuhi semua kriteria di atas
SGA memiliki peningkatan risiko untuk efek samping metabolik, termasuk berat badan,
hiperlipidemia, dan diabetes mellitus
The antipsikotik Klinis studi Efektivitas Intervensi menunjukkan bahwa olanzapine,
dibandingkan dengan quetiapine, risperidone, ziprasidone, dan perphenazine, memiliki
keunggulan sederhana dalam ketekunan pemeliharaan Terapi, tapi olanzapine memiliki
efek samping yang lebih metabolik.
Pemilihan terapi antipsikotik harus berdasarkan pada :
1. Kebutuhan untuk menghindari efek samping tertentu
2. Adanya gangguan psikiatri atau kondisi medis yang lainnya
3. Tanggapan terhadap riwayat pasien atau keluarga
Semua FGAs sama dalam keberhasilan dalam kelompok pasien bila digunakan dalam dosis
equipotent.
Prediktor respon antipsikotik yang baik termasuk respon yang baik sebelum obat yang
dipilih, tidak adanya alkohol atau penyalahgunaan obat, onset akut dan singkat durasi
penyakit, stres akut atau faktor pencetus, usia kemudian onset, gejala afektif, riwayat

keluarga penyakit afektif, kepatuhan dengan rejimen yang ditentukan, dan penyesuaian
premorbid baik. Negatif. Gejala umumnya kurang responsif terhadap terapi antipsikotik.
Sebuah respon dysphoric awal, ditunjukkan oleh ketidaksukaan dari obat atau merasa lebih
buruk, dikombinasikan dengan kecemasan atau akatisia, dikaitkan dengan respon miskin
obat, efek samping, dan ketidakpatuhan.
Jika kepatuhan parsial atau miskin adalah masalah, a-long acting atau depot injeksi
antipsikotik harus dipertimbangkan (misalnya, mikrosfer risperidone, haloperidol
decanoate, decanoate fluphenazine).
Ekuivalensi dosis (dinyatakan dalam dosis ekuivalensi-CPZ, dosis yang akan memberikan
potensi yang sama daeri sebuah antipsikotik generasi pertama jika dibandingkan dengan
100 mg klorpormazin) akan bermanfaat ketika hendak mengganti penggunaan suatu obat
ke obat yang lain dalam satu golongan antipsikotik pertama (Tabel 72-1)
Terapi Awal
Secara umumnya, titrasi dosis antipsikotik yang dilakukan secara cepat tidak dianjurkan
Pemberian antipsikotik secara intramuscular, IM (missal : aripiprazole 5,25-9,75 mg,
ziprasidone 10-20 mg, olanzapine 2,5-10 mg, atau haloperidol 2-5 mg) dapat digunakan
untuk menurunkan agitasi pada penderita. Namun pendekatan ini tidak memperbaiki
respon terapi, waktu penyembuhan atau lamanya tinggal di rumah sakit
Lorazepam intramuscular 2 mg, jika diperlukan dikombinasi dengan antipsikotik
penjagaan dapat lebih efektif dalam mengendalikan agitasi daripada dilakukan peningkatan
dosis antipsikotik. kombinasi IM lorazepam dan IM olanzapine tidak dianjurkan karena
resiko hipertensi, depresi SSP dan depresi pernafasan
Terapi Stabilisasi
Selama minggu ke 2 dan ke 3, tujuan terapi adalah untuk meningkatkan sosialisasi,
kebiasaan untuk merawat diri sendiri dan kestabilan suasana hati. Perbaikan dalam hal
gangguan pemikiran formal dapat memerlukan tambahan waktu 6 hingga 8 minggu
Kebanyakan pendeita memerlukan dosis harian 300 hingga 1000 mg ekuivalen
klorpromazin (AGP) atau AGK yang biasanya digunakan pada dosis yang tertera. Titrasi
dosis dapat dilanjutkan setiap 1 atau 2 minggu selama penderita tidak menunjukkan efek
samping yang merugikan
Jika gejala tidak menunjukkan perbaikan yang memuaskan setelah 8 hingga 12 minggu,
maka perlu dicoba strategi yang berbeda (Gb algoritma 72-1)
Terapi Penjagaan
Pengobatan harus tetap dilanjutkan setidaknya untuk 12 bulan setelah membaiknya episode
pertama psikotik. Pengobatan yang berkesinambungan diperlukan pada kebanyakan pasien
Antipsikotik (khususnya AGP dan klozapi) harus dikurangi secara pelan-pelan sebelum
terapi dihentikan untuk menghindari gejala putus obat yang menyebabkan munculnya efek
kolinergik
Secara umum, ketika hendak mengganti suatu antipsikotik yang sat ke antipsikotik yang
lainnya, antipsikotik yang pertama harus dikurangi secara bertahap dan dihentikan 1
hingga 2 minggu setelah antipsikotik yang kedua mulai digunakan sebagai terapi
Pengobatan Antipsikotik Depot
Pedoman konversi dari oral atipsikotik menjadi bentuk sediaan depot adalah sebagai
berikut :

Stabilkan penderita pada pemberian obat yang sama secara per oral (atau setidaknya telah
dicoba selama 3 hingga 7 hari untuk myakinkan apakah obatnya dapat ditoleransi dengan
baik)
Risperidone adalah generasi pertama AGK yng tersedia dalam sediaan injeksi long-acting.
Rentang dosis lazim adalah 25 hingga 50 mg IM setiap 2 minggu. Sediaan tersebut
merupakan suspensi obat di dalam mikrosferis kopolimer laktat-asam glikonat. Ditemukan
jumlah risperidone yang signifikan di dalam serum selama 3 minggu setelah pemeberian
dosis tunggal. Pengobatan oral harus dilakukan setidaknya selama 3 minggu setelah
pemberian injeksi. Penyesuaian dosis dilakukan tidak lebih dari setiap 4 minggu sekali
Paliperidone palmitat dimulai dengan dosis 234 mg pada hari 1 dan 156 mg 1 minggu
kemudian. tidak ada tumpang tindih dosis oral diperlukan. Dosis IM bulanan kemudian
diteruskan antara 39 dan 234 mg
Untuk flufazepin dekanoat, konversi sederhana dapat dilakukan dengan metode Stimmel,
dimana penggunaan 1,2 dikalikan dosis oral per hari untuk menstabilkan kondisi penderita,
hasilnya dibulatkan ke interval 12,5 mg terdekat. Obat diberikan dalam dosis mingguan
untuk 4 hingga 6 minggu pertama (1,6 dikalikan dosis oral per hari untuk penderita dengan
kondisi yang lebih akut). Setelah itu, flufenazin dekanoat dapat diberikan setiap 2 hingga 3
minggu sekali. Flufenazin oral mungkin dapat digunakan bersamaan selama 1 minggu
Untuk haloperidol dekanoat, biasanya disarankan untuk menggunakan faktor antara 10-15
dikalikan dosis oral per hari, dibulatkan ke interval 50 mg terdekat, obat diberikan dalam
dosis satu bulan sekali digunakan bersamaan dengan haloperidol oral selama satu bulan
Haloperidol dan flufenazin dekanoat haruis disuntikkan pada bagian dalam, Z-track pada
metode intramuscular. Risperidone long acting diinjeksikan dengan injeksi intramuscular
pada bagian dalam di gluteus maximus, tetapi Z-tracking tidak diperlukan
Pada penderita yang sebelumnya belum mendapatkan terapi dengan obat disarankan untuk
dilakukan pengujian dosis oral lebih dahulu sebelum diberikan antipsikotik long-acting
Penatalaksanaan Skizofrenia dengan Resistensi Tinggi
Hanya klozapin yang menunjukkann keunggulan pada uji klinis acak untuk penatalksanaan
skizofrenia dengan resistensi terapi
Perbaikan simtomatik dengan pemberian klozapin sering terjadi perlahan pada penderita
yang mengalami resistensi dan sebanyak 60% penderita mungkin mengalami perbaikan
pada penggunaan klozapin hingga 6 bulan
Untuk menghindari terjadinya risiko hipotensi ortastik, biasanya titrasi dosis klozapin
dilakukan lebih perlahan dibandingkan dengan antipsikotik lainnya. Jika pemberian dosis
uji 12,5 mg tidak menimbulkan efek hipotensi, maka peningkatan dosis klozapin 25 mg
dapat diberikan pada malam hari. Dosis dapat ditingkatkan 25 mg dua kali sehari setelah 3
hari, dan peningkatan dosis 25-50 mg per hari dapat dilakukan setiap 3 hari hingga dicapai
dosis 300 mg per hari
Penambahan terapi antipsikotik dilakukan dengan menambahkan suatu obat non
antipsikotik pada penderita yang tidak merespon terapi antipsikotik dengan baik,
sedangkan pengobatan kombinasi melibatkan pemberian dua macam antipsikotik secara
bersamaan
Penderita yang menerima penambahan terapi biasanya mengalami perbaikan dengan cepat.
Jika tidak ada perbaikan maka obat tambahannya harus dihentikan

Penstabil suasana hati (missal: litium, asam valproate dan karbamazepin) digunakan
sebagai senyawa tambahan yang dapat memperbaiki efek penderita yang labil dan perilaku
yang menganggu. Suatu uji control-plasebo menunjukkan perbaikan gejala yang cepat pada
penggunaan kombinasi di valproex dengan olanzapine atau risperidone
Penghambat pengambilan kembali serotonin secara selektif (selective 5-HT reuptake
inhibitors, SSRI) telah digunakan bersama dengan AGP dapat memperbaiki gejala negative
pada penderita, SSRi juga telah digunakan untuk mengatasi gejala obsessive-compulsive
yang dapat muncul atau memburuk selama penggunaan klozapin
Kombinasi AGP dan AGK maupun kombinasi AGK lainnya dapat dianjurkan tetapi tidak
ada data yang mendukung atau membuktikan strategi ini. Jika monoterapi antipsikotik
gagal, kombijnasi mungkin perlu dicoba dalam kurun waktu tertentu. Jika tidak ada
perbaikan selama 6 hingga 12 minggu, salah satu obat harus diturunkan dosisnya secara
perlahan dan dihentikan
6. Efek Samping
Otonom sistem syaraf
Efek samping antikolinergik termasuk gangguan memori, mulut kering, sembelit,
takikardia, penglihatan kabur, penghambatan ejakulasi, dan retensi urin. Pasien lanjut usia
yang sangat sensitif terhadap efek samping ini. FGAs rendah potensi, clozapine,
olanzapine dan yang paling mungkin untuk menyebabkan efek Antikolinergik.
Mulut kering dapat dikelola dengan peningkatan asupan cairan, pelumas oral (Xerolube),
es batu, atau penggunaan tanpa gula permen karet atau permen keras
Sembelit dapat diobati dengan peningkatan olahraga, cairan, dan makanan
asupan serat.
Central Nervous System
Sistem ekstrapiramidal
Dystonia
Dystonias adalah kontraksi otot tonik berkepanjangan, dengan onset cepat (Biasanya dalam
waktu 24 sampai 96 jam dari inisiasi dosis atau peningkatan dosis); mereka mungkin
mengancam kehidupan (misalnya, faring-laring dystonias). Reaksi terjadi terutama dengan
FGAs. Faktor risiko termasuk pasien yang lebih muda (terutama laki-laki), penggunaan
agen-potensi tinggi, dan dosis tinggi.
Perawatan termasuk IM atau IV antikolinergik (Tabel 72-4) atau benzodiazepin.
Benztropine mesylate 2 mg, atau diphenhydramine 50 mg, dapat diberikan IM atau IV, atau
diazepam 5 sampai 10 mg melalui IV lambat, atau lorazepam 1 sampai 2 mg IM, dapat
diberikan. Lega biasanya terjadi dalam waktu 15 sampai 20 menit dari IM injeksi atau
dalam waktu 5 menit dari pemberian IV. Dosis yang harus diulang jika tidak ada respon
yang terlihat dalam waktu 15 menit dari injeksi IV atau 30 menit injeksi IM.
obat profilaksis antikolinerik (tapi tidak amantadine) adalah wajar bila menggunakan
FGAs potensi tinggi (misalnya,haloperidol.fluphenazine), laki-laki muda, dan pada pasien
dengan riwayat dystonia.
Dystonias dapat diminimalkan melalui penggunaan dosis awal yang lebih rendah dari
FGAs
dan dengan menggunakan SGAs bukan FGAs.
Akatisia

Gejala termasuk keluhan subjektif (perasaan gelisah batin) dan / atau gejala obyektif
(mondar-mandir, menyeret, atau menekan kaki).
Pengobatan dengan Antikolinergik mengecewakan, dan pengurangan antipsikotik dosis
mungkin intervensi terbaik. Alternatif lain adalah dengan beralih ke SGA, meskipun
kadang-kadang terjadi akatisia dengan SGAs. Quetiapine dan clozapine tampaknya
memiliki risiko terendah untuk menyebabkan akatisia.
Diazepam dapat digunakan (5 mg tiga kali sehari), tapi data efektivitas bertentangan.
Propranolol (sampai 160 mg / hari) dan metoprolol (hingga 100 mg / hari) yang dilaporkan
efektif.
Pseudoparkinsonism
Pasien dengan pseudoparkinsonism mungkin memiliki salah satu dari empat gejala utama:
Gejala akinesia, bradikinesia, atau penurunan aktivitas motorik, termasuk ekspresi
seperti wajah datar, Micrographia, lambat bicara, dan menurun otot lengan;
tremor (terutama saat istirahat dan penurunan gerakan);
kekakuan, dan
kelainan postural, termasuk membungkuk, postur stabil dan lambat, menyeret, atau
festinating.
Faktor risiko yang FGAs (terutama di dosis tinggi), bertambahnya usia, dan mungkin jenis
kelamin perempuan.
Gejala Aksesori termasuk seborrhea, sialorrhea, hiperhidrosis, kelelahan, disfagia, dan
disartria. Varian adalah sindrom kelinci, tremor perioral.
Timbulnya gejala biasanya 1 sampai 2 minggu setelah inisiasi terapi antipsikotik atau
peningkatan dosis. Risiko pseudoparkinsonism dengan SGAs rendah kecuali dalam kasus
risperidone dalam dosis lebih besar dari 6 mg / hari.
Antikolinergik merupakan pengobatan yang efektif (lihat Tabel 72-4). Benztropine
memiliki waktu paruh suatu yang memungkinkan sekali-untuk dosis dua kali sehari. Dosis
meningkat di atas 6 mg / hari harus lambat karena farmakokinetik nonlinear.
Trihexyphenidyl, diphenhydramine, dan biperiden biasanya membutuhkan tiga-kali sehari
dosis. Diphenhydramine memproduksi lebih sedasi, tetapi semua Antikolinergik telah
disalahgunakan untuk efek euphoriant.
Amantadine berkhasiat sebagai Antikolinergik dan tidak berpengaruh pada memori.
Sebuah usaha harus dilakukan untuk lmenghentikan agen ini 6 minggu untuk 3 bulan
setelah gejala dirasa.
Tardive Dyskinesia
TD kadang-kadang tidak dapat diubah dan ditandai oleh gerakan normal yang terjadi
dengan terapi antipsikotik kronis.
Presentasi klasik adalah buccolingual-masticatory (BLM). Gejala dapat menjadi cukup
berat sehingga mengganggu mengunyah, memakai gigi palsu, berbicara, respirasi, atau
menelan. Gerakan wajah termasuk sering berkedip, alis melengkung, meringis,
penyimpangan atas mata,dan bibir. Keterlibatan ekstremitas terjadi pada tahap selanjutnya
(gelisah dan gerakan anggota badan). Langkah trunkal yang klasik dilaporkan pada orang
dewasa muda. Gerakan dapat memperburuk dengan stres, menurun dengan sedasi, dan
menghilang dengan tidur.

The abnormal Involuntary movement scale (AIMS) dan Dyskinesia. Sistem Identifikasi:
Condenced User Scale (DISCUS) harus digunakan (pada awal dan setidaknya tiga bulan)
dan dapat memfasilitasi deteksi dini TD, tetapi skala tidak adalah diagnostik.
Pengurangan Dosis atau penghentian mungkin memiliki efek yang signifikan pada hasil,
dengan hilangnya gejala pada beberapa pasien (terutama jika diterapkan di awal perjalanan
dari TD)
Pencegahan TD paling baik dilakukan dengan (1) menggunakan antipsikotik hanya
ketika ada indikasi yang jelas dan pada dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat
mungkin; (2) menggunakan SGAs sebagai agen lini pertama; (3) menggunakan DISCUS
atau skala lain untuk menilai tanda-tanda awal TD setidaknya triwulan; (4) menghentikan
antipsikotik atau beralih ke SGAs (misalnya, risperidone atau olanzapine) di gejala awal
dari TD, jika memungkinkan; dan (5) menggunakan antipsikotik hanya jangka pendek
untuk membatalkan perilaku agresif di nonpsychotic pasien.
Faktor risiko untuk TD termasuk durasi terapi antipsikotik, dosis yang lebih tinggi,
mungkin dosis kumulatif, bertambahnya usia, terjadinya gejala ekstrapiramidal akut,
respon antipsikotik miskin, diagnosis mental organik gangguan, diabetes mellitus,
gangguan mood, dan jenis kelamin mungkin perempuan.
Sampai saat ini, belum ada laporan dari TD dengan clozapine monoterapi. Switching
pasien dengan TD untuk clozapine adalah strategi lini pertama, terutama di pasien dengan
moderat untuk diskinesia parah.
Sedasi dan Kognisi
Administrasi sebagian besar atau seluruh dosis harian pada waktu tidur dapat menurunkan
sedasi di siang hari dan dapat menghilangkan kebutuhan untuk hipnotik
The SGAs sebagai pengobatan lini pertama telah terbukti meningkatkan kognisi
(Memperhatikan tugas dan meningkatkan memori kerja) selama 9 bulan periode.
Kejang
Ada peningkatan risiko kejang obat- induksi pada semua pasien yang diobati dengan
antipsikotik. Risiko tertinggi untuk kejang antipsikotik-induced adalah dengan penggunaan
CPZ atau clozapine. Kejang lebih mungkin dengan inisiasi pengobatan dan dengan
penggunaan dosis yang lebih tinggi dan meningkatkan dosis yang cepat.
Ketika kejang terisolasi terjadi, penurunan dosis yang dianjurkan, dan Terapi antikonvulsan
biasanya tidak dianjurkan.
Jika perubahan dalam terapi antipsikotik diperlukan, risperidone, molindone, thioridazine,
haloperidol, pimozide, trifluoperazine, dan fluphenazine dapat dipertimbangkan.
Termoregulasi
Pada suhu ekstrem, pasien yang memakai antipsikotik mungkin mengalami perubahan
suhu tubuh dan mereka menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan (poikilothermia).
Hiperpireksia dapat menyebabkan stroke panas. Hipotermia juga risiko, terutama pada
pasien usia lanjut. Masalah-masalah ini lebih umum dengan penggunaan FGAs rendah
potensi.
Neuroleptik ganas Syndrome
Sindrom neuroleptik ganas terjadi pada 0,5% sampai 1% dari pasien yang memakai FGAs.
Ini mungkin lebih sering dengan FGAs potensi tinggi, suntik, atau antipsikotik depot; pada
pasien dehidrasi; atau pada mereka dengan gangguan mental. Telah dilaporkan dengan
SGAs, termasuk clozapine, tetapi kurang sering daripada dengan FGAs

Gejala berkembang pesat selama 24 sampai 72 jam dan termasuk suhu tubuh melebihi 38
C (100,4 F), perubahan tingkat kesadaran, otonom disfungsi (takikardia, tekanan darah
labil, diaphoresis, takipnea, kemih atau tinja inkontinensia), dan kekakuan.
Evaluasi laboratorium sering menunjukkan leukositosis, peningkatan creatine kinase (CK),
aspartat aminotransferase (AST), SGPT (ALT), laktat dehidrogenase (LDH), dan
mioglobinuria.
Pengobatan harus dimulai dengan penghentian antipsikotik
Bromokriptin, digunakan dalam teori untuk membalikkan DA blokade, mengurangi
kekakuan, demam, atau CK tingkat di hingga 94% dari pasien. Amantadine telah
digunakan berhasil hingga 63% dari pasien. Dantrolene telah digunakan sebagai relaksan
otot rangka, dengan efek menguntungkan pada suhu, pernafasan tingkat, dan CK pada
sampai dengan 81% dari pasien
Rechallenge dengan dosis efektif terendah SGA dapat dianggap hanya untuk pasien yang
membutuhkan reinstitution antipsikotik berikut observasi setidaknya 2 minggu tanpa
antipsikotik. Harus ada pengawasan yang cermat.
Sistem Endokrin
peningkatan induksi antipsikotik di tingkat prolaktin dengan galaktorea terkait dan
ketidakteraturan menstruasi yang umum. Efek ini mungkin dosis terkait dan lebih umum
dengan penggunaan FGAs dan risperidone
Strategi manajemen. Kemungkinan untuk galaktorea termasuk beralih ke SGA (misalnya,
olanzapine, quetiapine, aripiprazole, atau ziprasidone).
Berat badan adalah sering dengan terapi antipsikotik termasuk SGAs, terutama olanzapine
dan clozapine. Berat badan juga dapat terjadi dengan risperidone dan quetiapine, tapi
ziprasidone dan aripiprazole terkait dengan berat badan minimal.
Penderita skizofrenia memiliki prevalensi diabetes yang lebih tinggi 2 dari
nonschizophrenics jenis. Antipsikotik dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam diabetes
pasien. Diabetes baru telah dilaporkan dengan penggunaan SGAs. Clozapine dan
olanzapine lebih mungkin, dan aripiprazole mungkin kurang mungkin menyebabkan ini.
Sistem Kardiovaskular
Insiden hipotensi ortostatik (lebih besar dari 20mm) Penurunan Hg tekanan sistolik pada
saat berdiri) adalah terbesar dengan rendah potensi FGAs, terutama dengan IM atau
melalui IV. Penderita diabetes dengan penyakit kardiovaskuler cenderung termasuk
penyakit orang tua
Toleransi terhadap efek ini biasanya terjadi dalam waktu 2 sampai 3 bulan. Mengurangi
dosis atau mengubah ke antipsikotik dengan kurang -adrenergik blokade mungkin juga
membantu
Potensi fenotiazin piperidin rendah (misalnya, thioridazine), clozapine, dan ziprasidone
lebih cenderung menyebabkan perubahan EKG.
Perubahan EKG meliputi peningkatan denyut jantung, menyamakan gelombang T, segmen
ST depresi, perpanjangan interval QT dan PR, dan torsade de pointes. Telah dilaporkan
thioridazine, mungkinnpenyebab kematian mendadak jantung.
Ziprasidone berkepanjangan interval sekitar satu setengah sebanyak thioridazine. Efek
ziprasidone pada EKG mungkin tanpa sisa gejala klinis kecuali pada pasien dengan faktor
risiko dasar.

Telah direkomendasikan untuk menghentikan obat yang terkait dengan perpanjangan jika
interval konsisten melebih 500 msec.
Pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun, pretreatment EKG dan serum kalium dan tingkat
magnesium yang direkomendasikan.
Efek Lipid
Beberapa SGAs dan fenotiazin menyebabkan peningkatan trigliserida serum dan
kolesterol. Risiko efek ini mungkin kurang dengan risperidone, ziprasidone, dan
aripiprazole.
Sindrom metabolik terdiri dari trigliserida (lebih besar dari atau sama dengan 150 mg / dL),
rendah high-density lipoprotein kolesterol (kurang dari atau sama dengan 40 mg / dL untuk
laki laki, kurang dari atau sama dengan 50 mg / dL untuk wanita), pada saat puasa glukosa
(lebih besar dari atau sama dengan 100 mg / dL), peningkatan tekanan darah (Lebih besar
dari atau sama dengan 130/85 mm Hg), dan berat badan (abdomen lingkar lebih besar dari
102 cm (40 inci) untuk laki-laki, lebih besar dari 88 cm (34 inci) untuk wanita.
Efek Samping kejiwaan
akatisia, akinesia, dan dysphoria dapat mengakibatkan perubahan perilaku. Gejala mungkin
termasuk apatis, dan pasien dapat tertekan.
Kebingungan dan disorientasi dapat terjadi pada orang tua.
Delirium dan psikosis dapat terjadi dengan dosis tinggi FGAs atau kombinasi dari FGAs
dengan Antikolinergik
Efek ophthalmologic
Penurunan hasil akomodasi visual dari paresis silia otot. Fotofobia juga terjadi. Jika parah,
untuk mata solusi pilocarpine mungkin diperlukan.
Eksaserbasi sudut sempit glaukoma dapat terjadi dengan penggunaan antipsikotik atau
Antikolinergik
Terdapat buram di kornea dan lensa dapat diatasi dengan pengobatan fenotiazin, terutama
dengan CPZ. Meskipun ketajaman visual biasanya tidak terpengaruh, pemeriksaan celahlampu periodik dianjurkan dengan menggunakan fenotiazin jangka panjang. Baseline dan
pemeriksaan celah-lampu periodik juga dianjurkan untuk pasienyang diobati quetiapine
karena pengembangan katarak dan perubahan pada hewan percobaan.
Retinitis pigmentosa dapat hasil dari thioridazine dosis lebih besar dari 800 mg sehari
(dosis maksimum yang disarankan) dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan
permanen atau kebutaan
Sistem hati
Kelainan tes fungsi hati yang umum. Jika aminotransferase adalah lebih dari tiga kali batas
atas normal, antipsikotik yang harus diubah ke antipsikotik kimia yang tidak terkait.
Perubahan
ini
kurang umum dengan SGAs tapi dilaporkan dengan risperidone dan clozapine.
Cholestatic jaundice hepatocanalicular dapat terjadi pada sampai 2% dari pasien setelah
menerima fenotiazin.
Cholestatic hepatitis telah dilaporkan dengan risperidone, dan kelainan tes fungsi hati
(kebanyakan transient) telah dilaporkan dengan olanzapine dan clozapine.
Sistem genitourinari

Gangguan pada kandung kemih dan retensi umumnya dilaporkan, terutama dengan FGAs
rendah potensi dan clozapine, dan laki-laki dengan hipertrofi prostat jinak sangat rentan.
Inkontinensia urin sangat bermasalah dengan clozapine.
Risperidone menghasilkan setidaknya sebanyak disfungsi seksual dari FGAs, tapi SGAs
lain (yang memiliki efek lebih lemah dari prolaktin) cenderung memiliki efek ini.
Hematologi Sistem
leukopenia transien dapat terjadi dengan terapi antipsikotik, tetapi biasanya tidak
berkembang menjadi parameter klinis yang signifikan.
Jika sel darah putih (WBC) mengandung kurang dari 3.000 / mm3 atau absolut neutrofil
mengandung (ANC) kurang dari 1.000 / mm3, antipsikotik yang harus dihentikan, dan
jumlah WBC dimonitor sampai kembali ke normal.
agranulositosis dilaporkan terjadi di 0,01% dari pasien yang menerima FGAs, dan dapat
terjadi lebih sering dengan CPZ dan thioridazine. Onset biasanya dalam 8 minggu pertama
terapi. Mungkin awalnya bermanifestasi sebagai infeksi lokal (misalnya, sakit
tenggorokan, leukoplakia, dan eritema dan ulserasi faring). Gejala ini harus memicu WBC
langsung.
Risiko pengobatan 18 bulan mengembangkan agranulositosis dengan clozapine adalah
sekitar 0,91%. Bertambahnya usia dan jenis kelamin perempuan berhubungan dengan
risiko yang lebih besar. Risiko terbesar tampaknya antara bulan 1 dan 6 dari pengobatan.
Pemantauan WBC diperlukan mingguan untuk 6 bulan pertama, setiap 2 minggu untuk
bulan 7 sampai 12, dan kemudian bulanan jika semua leukosit normal (Sebagaimana
diamanatkan oleh label produk). Jika WBC turun menjadi kurang dari 2.000 / mm3 atau
ANC kurang dari 1.000 / mm3, clozapine harus dihentikan.Dalam kasus ringan sampai
sedang neutropenia (granulosit antara 2.000 dan 3.000 / mm3 atau ANC antara 1.000 dan
1.500 / mm3), yang terjadi pada sampai dengan 2% dari pasien, clozapine harus
dihentikan, dengan pemantauan harian jumlah darah lengkap sampai nilai-nilai kembali
normal.
Sistem Dermatologic
Reaksi alergi jarang terjadi dan biasanya terjadi dalam 8 minggu setelah Terapi. Mereka
bermanifestasi sebagai makulopapular, eritematosa, atau ruam gatal. penghentian obat
steroid topikal dianjurkan
Kontak dermatitis, termasuk pada mukosa mulut, dapat terjadi.
Kedua FGAs dan SGAs dapat menyebabkan fotosensitifitas. Eritema dan berat sunburns
dapat terjadi. Pasien harus dididik untuk menggunakan blocking maksimal tabir surya,
topi, pakaian pelindung, dan kacamata hitam saat di bawah sinar matahari.
perubahan warna biru-abu-abu atau keunguan pada kulit karena terkena sinar matahari
dapat terjadi dengan dosis yang lebih tinggi dari fenotiazin
PENGGUNAAN DALAM KEHAMILAN DAN LAKTASI
Ada sedikit peningkatan risiko cacat lahir dengan FGAs rendah potensi.
Tidak ada hubungan antara penggunaan haloperidol dan efek teratogenik.
Kekhawatiran telah menyatakan atas penggunaan SGAs pada kehamilan karena risiko
kenaikan berat badan dan potensi risiko untuk diabetes gestasional.

Antipsikotik muncul dalam ASI pada plasma rasio 0,5, 1, dan 1 minggu pasca melahirkan,
konsentrasi asi dengan clozapine yang ditemukan 279% dari konsentrasi serum.
Penggunaan clozapine selama menyusui tidak dianjurkan.
INTERAKSI OBAT
Sebagian besar interaksi obat antipsikotik yang relatif kecil dan sering melibatkan aditif
CNS, Antikolinergik, atau efek penenang.
farmakokinetik antipsikotik dapat secara signifikan dipengaruhi bersamaan dengan
diberikan induksi enzim atau inhibitor. Merokok sangat ampuh untuk induksi enzim hati
dan dapat meningkatkan efek antipsikotik sebanyak 50%.
EVALUASI HASIL THERAPEUTIC
Dokter harus menggunakan skala penilaian kejiwaan standar untuk menilai respon
obyektif. Penilaian Gejala negatif skala yang cukup singkat menjadi berguna dalam
pengaturan rawat jalan.
penilaian diri-Pasien dinilai juga dapat berguna, karena pasien terlibat dalam pengobatan
dan dapat membuka pintu untuk pendidikan pasien dan menangani kesalahpahaman pasien.
Tingkat kognitif singkat baru-baru ini telah divalidasi yang dapat diselesaikan dalam 15
sampai 20 menit
Berat harus dipantau setiap bulan selama 3 bulan, kemudian tiga bulan. indeks massa
tubuh, lingkar pinggang, tekanan darah, kadar glukosa darah puasa, dan profil lipid puasa
harus dipantau pada akhir 3 bulan, kemudian per tahun. Penggunaan penilaian diri pasien
dapat didorong.

Anda mungkin juga menyukai