Makalah
Makalah
OLEH
AEGISIA SUKMAWATI (C1C01010)
ADE BAKTI PRATAMA (C1C011024)
AHMAD NOUVAL (C1C011029)
DEVA ALVINA (C1C011043)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul AUDIT KINERJA
PADA SEKTOR PUBLIK tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M,.Si. sebagai dosen
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun meteril
dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
I.
ii
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
II.
PERUMUSAN MASALAH
....................................................................................
III.
PEMBAHASAN
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
10
3.6
................................
10
3.7
12
3.8
13
3.9
15
16
17
20
34
ii
IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan ......................................................................................................
35
4.2
Rekomendasi .....................................................................................................
36
V.
37
VI.
LAMPIRAN ................................................................................................................
38
iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi yang terjadi tahun 1998 membawa dampak yang signifikan dalam
pengelolaan keuangan negara. Sekitar sepuluh tahun terakhir, tuntutan masyarakat akan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah semakin
meningkat. Masyarakat ingin mengetahui apakah berbagai program telah tercapai dan apakah
tercapainya program tersebut telah dilakukan dengan prinsip ekonomi (kehematan), dengan cara
efisien, dan dengan hasil yang efektif atau yang lebih dikenal dengan istilah spend well, spend
less, spend wisely.
Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi
apabila hanya mengandalkan hasil audit laporan keuangan yang memuat opini tentang neraca,
perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Masyarakat
ingin mengetahui apakah penyelenggaraan kegiatan oleh pemerintah dengan menggunakan dana
publik dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu,
perlu diadakan perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja
(performance audit).
Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu
masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat (public).
Audit Kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan
pemerintah, karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Audit
kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi kesempatan untuk
peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari audit
kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi pihak internal
perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan oleh pihak eksternal untuk
pengambilan keputusan.
1.2
Tujuan Penulisan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
III.
3.1
PEMBAHASAN
gambaran yang cukup komprehensif tentang pengetahuan dan perkembangan audit yang
diperlukan dalam bidang audit, seperti yang terlihat pada figur 3.1.1
AUDIT
SOSIAL
Sistem perencanaan
& pengendalian
AUDIT
AUDIT PROGRAM
Objek laporan keuangan
Standar keuangan
Audit PDE
Prinsip pelaporan keuangan
Uji dalam audit
Standar audit
Perluasan prosedur audit
Prosedur
audit
AUDIT LAPORAN
KEUANGAN
laba rugi
Audit Fokus
neracapada
fokuslaporan
pada neraca
Akuntansi
manajemen
Perencanaan pajak
Audit internal
Konsultasi pajak
AUDIT MANAJEMEN
Analisis biaya &
manfaat
Biaya standar
Rekaman Komputer
Pengendalian
Laporan yang
seragam
Analisis
biaya dan
anggaran
Akuntansi
Biaya
Audit kepatuhan
Anggaran
Akuntansi
Pajak akuntansi
Audit
penerimaan
dan
pengeluaran
biaya
AUDIT KEUANGAN
Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang
Audit
Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc US. 1979. Hal
10.
di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 20042007 dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih
sangat sedikit.
Grafik Audit Kinerja
a. Pemerintah
Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas
3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
c. BPK
Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.
Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran
laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa
dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan,
pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja
sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat
pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.
ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan antara audit
manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit kinerja.
Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah
akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres
No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah
1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari
instansi pemerintah
2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap
tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai
dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.
3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki
fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya
(misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan
produktivitas.
5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai dengan
output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat.
Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.
11
Perbedaan
Tujuan
Audit Kinerja
Audit Keuangan
benar
apakah
dan
akun-akun
disajikan
secara
wajar.
2.
3.
4.
Dasar
Akademik
lain-lain.
Metode
Fokus
lebih
telah
proyek lain .
terstandardisasi.
5.
6.
Kriteria
Lebih subjektif
Penilaian
Kriteria
masing-masing audit.
kegiatan audit
Laporan
Kurang subjektif
untuk
semua
Dipublikasikan
secara
berkala
Sumber : The Swedish National Audit Office Handbook In Permormance Auditing : Theory and
Practice
1.
Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih
spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi audit.
2.
Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit
reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara berkala.
3.
Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified,
qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit dengan
jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4.
Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan lebih
banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas pengetahuan akuntansi.
12
5.
Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan keragaman.
Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan
nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit
dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.
13
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk
menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat
menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis,
konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan
banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak
seccara diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang
pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai
akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter,
statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya .
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan
menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus
mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui
persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan
memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi
yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatuearly warning system (sistem
peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya sebelum
terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan
organisasinya
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for
management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor harus
memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas
dan kinerja entitas yang diaudit.
14
A.
Peningkatan Kinerja
Peluang
dan
Kemungkinan
untuk
Mengatasi
Keborosan
dan
Ketidakefisienan.
Pengurangan biaya merupakan hal yang penting dalam audit kinerja. Namun,
penghematan biaya dapat menjadi suatu hal yang besar dalam jangka waktu yang panjang.
Biaya harus berada pada tingkat yang tepat dan jika perlu melakukan pemotongan. Keputusan
mengurangi biaya haruslah mempertimbangankan dampaknya bagi kegiatan operasional.
4. Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi
Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada. Oleh sebab itu, auditor dapat membantu
manajemen dalam membangun kriteria itu.
5. Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal
Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang
efektivan operasional, yaitu: (1). Apakah ada perbedaan tingkat kedalaman atau detail
laporan; (2). Apakah ada informasi yang belum disajikan dalam laporan; (3). Apakah
indikator kerja telah dipertimbangkan dalam penyusunan laporan.
15
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa
perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentukbentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara
organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan
dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi
dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi
yang baik perlu diperhatikan.
16
a.
Audit Ekonomi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir
input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
b. Audit Efisiensi
Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur
dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada
dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang
sekecil-kecilnya.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan efisien. Selain
itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik
yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem
informasi, administrasi, dan struktur organisasi.
17
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah
entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2)
melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada
biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;
(4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya;
(5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6)
menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan
fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas
dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran
yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo,
2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai
pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja
tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang
berbeda.
c. Audit Efektifitas
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas
merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan
tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan
bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan
apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang
sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas
atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang baru maupun
18
yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2) menentukan tingkat pencapaian hasil
suatu program yang diinginkan; (3) menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program
secara terpisah; (4) mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya
yang lebih rendah; (6) menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih
atau bertentangan dengan program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat
melaksanakan program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah sistem
pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau
tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang
sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan
dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan
harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia,
auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program.
Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak
atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan
pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai
pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan
suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,
apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
19
PROSES AUDIT
Secara umum, proses audit kinerja memiliki sistematika:
1. Struktur audit kinerja
2. Tahapan audit kinerja
3. Kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit kinerja.
1.
Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific tasks
pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit.
Secara umum, struktur audit kinerja terdiri atas:
a. Tahap-tahap audit
b. Elemen masing-masing tahap audit
c. Tujuan umum masing-masing elemen
d. Tugas-tugas yang diperlukan utuk mencapai setiap tujuan
2.
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur
audit kinerja yang terdiri atas:
A. Tahap pengenalan dan perencanaan (familiarization and planning phase)
B. Tahap pengauditan (audit phase)
C. Tahap pelaporan (reporting phase)
D. Tahap penindaklanjutan (follow-up phase)
20
TAHAP
Tahap pengenalan dan perencanaan
(familiarization and planning phase)
ELEMEN
Survei pendahuluan
Review SPM
Tahapan audit
(audit phase)
Tahap pelaporan
(reporting phase)
Persiapan laporan
Review dan revisi
Pengiriman dan penyajian laporan
Tahap penindaklanjutan
(follow-up phase)
Desain follow up
Investigasi
Pelaporan
Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu
auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber
daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan
menghindari kesalahan.
21
b.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:
1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data
a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan reliability data.
b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data untuk
memastikan integritas data.
c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2. Kecukupan pelaporan data
a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten dengan tahun
sebelumnya
b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu
22
Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja organisasi
yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting untuk
mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran
kerja organisasi lain.
B. TAHAPAN AUDIT
(Audit Phase)
23
2.
3.
Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas
formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi.
4.
5.
24
6.
7.
8.
9.
Analisis Fiskal
Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau
tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan
efektivita unit organisasi yang dievaluasi.
25
C. TAHAPAN PELAPORAN
(reporting phase)
Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas publik. Hal
terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan
membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:
1.
Persiapan (preparation)
Pada
tahap
persiapan,
auditor
mulai
mengembangkan
temuan
audit,
menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti
pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
2.
Penelaahan (review)
Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf
audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak auditor.
3.
Pengiriman (transmission)
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke
lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.
Hal yang terpenting dari laporan ialah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
membutuhkan dan menerima sehingga efektif. Oleh sebab itu, auditor harus memutuskan siapa
yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa pengguna laporan tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
26
Selain hal-hal di atas, ada keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh
auditor agar menghasilkan laporan yang efektif adalah:
1.
Keahlian Teknis
Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi audit
menjadi sebuah laporan yang koheren.
2.
Keahlian Manajerial
Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan
dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk memastikan hasil akhir yang
berkualitas dan tepat waktu.
3.
Keahlian interpersonal
Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif sehingga
mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.
Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas:
I. Pendahuluan
a. Umum
b. Surat pengiriman atau memorandum
c. Laporan ringkasan
d. Daftar isi laporan secara keseluruhan
e. Daftar tabel dan gambar
II. Teks
a. Pendahuluan
b. Body atau badan, mencakup:
1)
2)
Temuan-temuan
3)
c. Komentar auditee
III. Referensi Masalah
a. Footnotes
b. Lampiran
c. Bibliografi
27
Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa temuan
audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang relevan dan material yang
ditemukan selama audit, yang mencakup argumen yang logis dan komplit serta didukung oleh
bukti-bukti yang cukup. Relevansi maksudnya adalah temuan yang diperoleh haruslah sesuai
dengan masalah pokok dalam lingkung audit dan tujuan audit. Materialis berkaitan dengan
sejauh mana kondisi yang ada berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi yang diaudit.
D.
TAHAP PENINDAKLANJUTAN
(follow up)
oleh auditor. Jika rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang
dihadapi oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi.
2. Pelaksanaan Review Follow Up
Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah
menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi dan tingkat
kesulitan implementasi.
3. Batasan Review Follow Up
Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang
diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up yang overload. Kegiatan follow up
diharapkan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit
dilaksanakan pada organisasi tertentu.
4. Implementasi rekomendasi
a. Implementasi oleh unit kerja
Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf auditor ini
dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari
temuan dan rekomendasi audit.
b. Implementasi oleh eksekutif
Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan legislatif.
Diskusi antara auitor dan manejemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan
memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang didesain untuk mengoreksi
permasalahan.
c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit
Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini
untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada kemungkinan bahwa
masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit dengan auditor yang sama. Aoditor
memberi penjelasan bagaimana dan mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga
memonitor kegiatan dan tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk
mengetahui perkembangan implementasi rekomendasi audit.
29
30
Harus berasal dari sumber yan berwenang sehingga hasil penilaiannya dapat dipertahankan
2.
3.
Harus dapat dinyatakan secara tepat sebagai alat ukur dalam satuan jumlah tertentu
(spesifik);
4.
Harus dapat disajikan sebagai standar pelaksanaan dan standar hasil serta dapat dicapai
(realistic dan attainable)
Kriteria harus memenuhi syarat dan untuk mendpatkan kriteria yang memenuhi
syarat seperti penilaian kriteria audit yang ada, kriteria audit perlu dikembangkan. Langkahlangkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan kriteria audit adalah:
1. Menetapkan tujuan atau sasaran audit secara jelas;
2. Menunjuk sumber informasi dari mana kriteria audit akan diangkat;
3. Mengadakan penilaian terhadap kriteria audit.
Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar
yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang lebih khusus
sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan, efesiensi atau efektivitas
31
atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin umum kriteria yang dipergunakan oleh
auditor maka semakin kualitatif hasil penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur
pendapat dan demikian sebaliknya. Pengembangan kriteria dengan cara ini mempunyai manfaat
yang besar karena ada jaminan dan kepastian bahwa semua kriteria yang dipakai dalam
pekerjaan audit akan berkaitan dengan tujuan auditnya.
b. Menentukan Sumber dan Menilai Ketepatan Kriteria Audit
Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk normanorma yang dpat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti norma-norma
pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-unangan yang berlaku termasuk sasaran,
kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
pekerjaan audit yang meluas sampai kepada penilaian kehematan, efesiensi dan efektifitas,
kriteria audit seperti hal tersebut kemungkinan tidak tersedia dan terodifikasi pada auditan
sehingga auditor akan menghadapi kesulitan dalam menentukan kriteria audit.
Beberapa sumber informasi yang dapat dipergunakan sbagai referensi dalam
menentukan kriteria audit yaitu:
a)
Tim audit lainnya yang kebetulan mengaudit kegiatan yang sama pada periode sebelumnya.
b) Produk-produk kerja yang ditetapkan dlam peraturan dan perundangan yang berlaku.
c)
f)
32
yang
diaudit.
i)
Auditan terutama dalam hal penentuan standar input, proses kerja dan output.
j)
33
Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor
dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama,
yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum
yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum,
seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas teknikal seorang
auditor.
Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut sebagai
pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, sebab auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki
kemampuan professional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip
independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite
harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.
Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja:
a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah
kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.
b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
c. Membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang
sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta
memberikan catatam atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.
34
IV. PENUTUPAN
4.1 Simpulan
Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode
sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki
peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan
terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan
kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih
lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu
pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan memberikan
informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam rangka pencapaian
tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan
dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihakpihak pengguna laporan tersebut.
Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah
sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan
timbul
permasalahan,
seperti
munculnya
kecurangan,
korupsi,
kolusi
dan
berbagai
ketidakberesan di pemerintahan.
35
4.2 Rekomendasi
Audit performance seharusnya dilakukan secara regular seperti pada audit
konvensional
ditelaah dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan suatu unit atau instansi
pemerintahan,dan ini dapat dilakukan oleh BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal/ Wilayah/ dan
Kabupaten, bahkan oleh auditor independen bila diminta secara khusus oleh DPRD atau oleh
Pemda sendiri. Diharapkan, audit kinerja kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta
maupun pada sektor publik pada khusunya dan badan pemerintahan karena dari semua tujuan
kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama.
36
V. DAFTAR PUSTAKA
Suhayati.
OPTIMALISASI
KINERJA
PEMERINTAH
DAERAH
MELALUI
37
VI. LAMPIRAN
STUDI KASUS
38