I.
II.
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Kosmopolit (daerah distribusi luas atau terdapat dimana-mana)
Di Indonesia prevalensinya 60-90%
III.
Telur yang dibuahi (dalam waktu sekitar 3 minggu) Infektif ditelan oleh
manusia Masuk ke usus halus menetas menjadi larva masuk ke pembuluh
darah atau saluran limfe jantung Paru alveolus bronkiolus bronkus
Trakea Faring (hospes batuk) esophagus usus halus cacing dewasa
IV.
V.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya telur cacing
Cacing dewasa keluar sendiri lewat mulut, hidung, atau tinja
VI.
PENGOBATAN
Perorangan:
- Piperasin, pirantel pamoat 10mg/kg berat badan
- Mebendazol 500 mg
- Albendazol 400mg
Masal
- Albendazol 400mg 2x setahun
VII.
PROGNOSIS
Tanpa pengobatan sembuh dalam waktu 1,5 tahun
Dengan pengobatan dapat sembuh 70-99%
VIII.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia: prevalensi tinggi pada anak. Frekuensi 60-90%
Faktor penyebabnya antara lain kurangnya pemakaian jamban dan
kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk, sehingga mencemari tanah.
Kondisi yang mendukung perkembang biakan cacing: tanah liat,
kelembaban tinggi, suhu 25-30oC
WUNCHERERIA BANCROFTI
I.
II.
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Tersebar di daerah beriklim tropis
III.
V.
DIAGNOSIS
Diagnosis parasitology
- Menemukan mikrofilaria di dalam darah
- Teknik biologi molekuler
Radiodiagnosis
- Dengan USG
- Pemeriksaan Limfosintigrafi dengan dekstran atau albumin yang
ditandai dengan zat radioaktif
Diagnosis imunologi
- Deteksi antigen dengan ICT
- Deteksi antibody subkals IgG4
VI.
VII.
VIII.
EPIDEMIOLOGI
Indonesia:
- Lebih banyak ditemukan di desa daripada di kota
- Mayoritas kelompok umur dewasa muda yang berpenghasilan
rendah.
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
ONCHOCERCA VOLVULUS
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.