Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan
1.
Struktur modal merupakan suatu masalah yang paling penting bagi setiap perusahaan
karena baik ataupun buruknya struktur modal perusahaan akan berpengaruh langsung
terhadap posisi finacial perusahaan. Pemilihan dalam penentuan kebijakan struktur modal
perusahaan akan meningkatkan risiko keuangan dari perusahaan, sehingga dapat
mengurangai tingkat keuntungan perusahaan dengan demikian perusahaan dituntut harus bisa
menetapkan struktur modal yang tepat.
Menentukan struktur modal yang tepat merupakan keputusan yang sulit sehingga
perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi struktur
modal. Menurut Weston dan Brigham (2001; 39-41), faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat
pertumbuhan profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman
dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas
keuangan.
Berdasarkan pendapat Weston dan Brigham (2001; 39-41) di atas, maka dapat
beberapa faktor yang bisa mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut:
dijelaskan
a.Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil lebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menggunakan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil.
b.Struktur Aktiva
Perusahaan yang aktivanya sesuai dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak
menggunakan utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan
merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu
tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan
c.Profitabilitas
Salah satu cara untuk mengukur profitabilitas adalah dengan menggunakan ROI (Return on
Invesment) yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan aktiva yang ada, selain itu ROI juga bisa digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan
d.Leverage Operasi
Perusahaan dengan tingkat leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk
memperbesar leverage keuangan karena mempunyai resio bisnis yang lebih kecil.
e.Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan
tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi, karena itu semakin
tinggi tarif pajak semakin besar pemanfaatan penggunaan utang .
f.Sikap Manajemen
Sikap yang diambil manajemen perusahaan mempunyai pengaruh langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Sifat manajer yang
optimis mempunyai keberanian untuk menanggung risiko yang besar (risk seeker), akan lebih
berani untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari hutang
(debt financing) meskipun metode ini memberikan beban financial yang tetap. Sebaliknya
seorang manajer yang bersifat pesimis, yang takut menanggung risiko (risk averter) akan
lebih suka membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari sumber
intern atau dengan modal saham (equity finacing) yang tidak mempunyai beban financial
yang tetap
g.Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat
Sikap dari pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat (rating agency) sering kali
mempengaruhi struktur keuangan. Jika perusahaan membicarakan struktur modalnya dengan
pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat sebaiknya memperhatikan masukan yang
diterima dari pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat
h.Pengedalian (Control)
Dalam beberapa peristiwa, perusahaan mungkin memilih menggunakan leverage yang agak
tinggi dari mengeluarkan saham baru lagi, meskipun mungkin pengeluaran saham baru lebih
menguntungkan, mereka tetap memilih penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena
pemilik modal enggan membagi kepemilikan (yang berarti juga control) perusahaan dengan
orang lain.
1.
Hutang dapat memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan, selama pembayaran bunga
bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak. Namun manfaat akan di penalty oleh biaya
kebangkrutan, di mana perusahaan menggunakan hutang untuk meminimumkan biaya modal.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu:
-
Sehingga diperlukan alat-alat analisis lain yang bisa dipergunakan untuk menyimpulkan
apakah penggunaan hutang bisa dipertanggungjawabkan tau tidak. Analisis ini meliputi
analisis rentabilitas dan analisis likuiditas.
Cara-cara perusahaan mengambil keputusan pendanaan:
1) Rasio hutang yang digunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal cukup
tinggi. Di Indonesia hal ini disebabkan karena biaya kebangkrutan mungkin dinilai relatif
rendah dan belum tersedianya sarana untuk menghimpundana dalam bentuk modal sendiri.
2) Perubahan komposisi hutang mempunyai dampak terhadap harga saham. Di mana
perubahan leverage ini menimbulkan perusahaan memperoleh abnormal return positif dan
abnormal return negatif. Abnormal return positif berarti keuntungan yang diperoleh pemodal
lebih besar dari keuntungan yang seharusnya, sehinngga peningkatan leverage dinilai
memberikan manfaat bagi pemodal (dalam bentuk penghematan beban pajak) dan juga itu
berarti menunjukkan bahwa biaya kebangkrutan tidak terlalu besar karen penghematan pajak
lebih besar dari kerugin karena mungkin munculnya biaya kebangkrutan.
3) Ada perbedaan leverage yang digunakan oleh industri yang berbeda. Apabila suatu
industri mempunyai Debt to Equity Ratio(DER) lebih dari satu artinya hutangnya lebih besar
dari modal sendiri, maka kemungkinan industri tersebut mempunyai resiko usaha yang lebih
kecil sehingga berani menggunakan proporsi hutang yang lebih besar.
2.
sendiri(return on equity) yang menujukkan bagian keuntungan yang menjadi hak milik
perusahaan.
Rentabilitas ekonomi =
3.
Analisis dari sisi likuiditas pada dasarnya mendasarkan pemikiran bahwa arus kas
(cash flow)yang masuk sebagian besar(atau mungkin seluruhnya) bersifat variabel. Artinya,
apabila operasi perusahaan menurun maka kas masuk akan menurun secara proporsional.
Sedangkan kas keluar ada yang bersifat variabel dan ada juga yang bersifat tetap..
Penggunaan hutang akan menambah proporsi arus kas yang bersifat tetap karena pembayaran
bunga dan angsuran pokok pinjaman bersifat tetap. Sebagai akibatnya apabila perusahaan
mempunyai proporsi kas keluar yang tetap dalam jumlah yang besar, maka perusahaan akan
cepat mengalami kesulitan likuiditas (kas keluar > kas masuk). Apabila dari kegiatan yang
lain bisa menghasilkan cash flow yang memadai untuk menuup kewajiban finansial, maka
penggunaan hutang bisa tidak akan menimbulkan kesulitan likuiditas.
Penggunaan hutang akan menimbulkan kewajiban finansial berupa bunga maupun
angsuran , sehingga tidak didinginkan akan menimbulkan kesulitan likuiditas bagi
perusahaan (ketidakmampuan memenuhi hutang). Oleh karena itu untuk memperkirakannya
bisa ditaksir rasio keuangan yang disebut Debt Service Coverage(DSC).
Analisis Rentabilitas dan Likuiditas Serta Kaitannya dengan Biaya Modal Perusahaan
Atau
Tingkat
Elastisitas
Operasi pada
Unit Output
Penjualan
Atau
Tingkat
Elastisitas
Operasi pada
Unit Output
Penjualan
EPS =
(EBIT I)(1 t) PD
NS
dimana:
EPS = Earning per Share = Pendapatan per lembar saham
I
= Bunga hutang obligasi
PD = Dividen tahunan saham preferen
t
NS
atau:
Tingkat Leverage Keuangan (DFL) =
EBIT
[(EBIT - 1) - {PD / (1 - t}]
atau:
DFLS rupiah =
S - VC - FC
S - VC - FC - 1
Q (P - V) - FC
Q (P - V) - FC - 1
EBIT
EBIT - 1
dimana:
DFLS rupiah = DFL dari penjualan dalam rupiah
EBIT
P
(P-V)
FC
= Biaya tetap
VC
= Penjualan
= Pajak penghasilan
PD
DTL =
atau:
Q (P - V)
Q (P - V) - FC - I - [PD / (1 - t)]
DTLpada Q unit =
atau:
EBIT FC
EBIT - I - [PD / (1 - t)]
DTLpada
=
Q
unit
atau dengan mengalikan DOL dan DFL, maka akan diperoleh:
DOL
DFL
x
Penjualan EBIT
DTL =
Interest Coverage =
EBIT
Biaya Bunga
ini dikenal sebagai rasio coverage untuk seluruh hutang (debt service coverage). Rumusnya
sebagai berikut: