Makalah Fiswan Kelompok 9 IV D
Makalah Fiswan Kelompok 9 IV D
EKSKRESI
( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan yang Dibina
oleh Bapak Drs. Nur Widodo, M.Kes )
Disusun Oleh :
1. Eka Haris Prastiwi
( 201310070311141 )
2. Amin Hidayati
( 201310070311144 )
3. Irham Ahsanul Ridho ( 201310070311172 )
Kelas : Pendidikan Biologi 4D
Namun,
hanya
lebih
pendekatan
pada
study
banding
atau
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui arti dari system ekskresi dan Bagaimana proses sistem
ekskresi pada hewan invertebrate dan vertebrata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Ekskresi Pada Hewan Invertebrata
Makalah Fisiologi Hewan Ekskresi - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi
IVD
FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10
lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam
saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan
diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke
air (Menge, dkk. 1990).
2.1.5 Sistem Ekskresi Pada Nematyhelminthes
Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai
protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar
mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi
dengan
silia.
Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api
lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga
berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran
ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi
yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan
lewat lubang nefridiofora ini (Harlin, dkk. 1985)
Struktur alat ekskresi pada casing pipih. Sebagian besar sisa nitrogen tidak
masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan
dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari
sel ke air. Intinya, sel api yang dilengkapi ole silia itu bergetar yang menyebabkan
cairan terdorong ke saluran pengumpul yang pada akhirnya bermuara di saluran
pengeluaran (Menge, dkk. 1990).
2.1.6 Sistem Eksresi Pada Annelida
Pada annelida, salah satunya yaitu cacing tanah memiliki struktur ginjal
sederhana yang disebut nefridia. Struktur tersebut terdapat di setiap segmen
tubuhnya. Dalam cairan tubuh cacing tanah yang memenuhi rongga tubuhnya,
terkandung sisa metabolisme maupun nutrien. Cairan inilah yang disaring oleh
ujung tabung berbentuk corong dengan silia yang disebut nefrostom. Dari
nefrostom, hasil yang disaring tersebut kemudian dibawa melewati tubulus
sederhana yang juga diselaputi oleh kapiler-kapiler darah. Pada tubulus ini, terjadi
proses reabsorpsi bahan-bahan yang penting, seperti garam-garam dan nutrien
Makalah Fisiologi Hewan Ekskresi - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi
IVD
FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10
terlarut. Air dan zat-zat buangan dikumpulkan dalam tubulus pengumpul, suatu
wadah yang merupakan bagian dari nefridia untuk selanjutnya dikeluarkan
melalui lubang ekskretori di dinding tubuh, yang biasa disebut nefridiofor
(Kimball, J. 1994).
2.1.7 Sistem Ekskresi Pada Molusca
Molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada
cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya
mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan
terakhir. Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa
corong, disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh
ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada
saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya (Harlin, dkk. 1985).
2.1.8 Sistem Ekskresi pada insecta
Alat ekskresi pada serangga, contohnya belalang adalah tubulus Malpighi.
Badan Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus
posterior belalang dan berwarna kekuningan. Pembuluh malphigi merupakan
tabung kecil dan panjang yang berfungsi sebagai sebagai alat pengeluaran seperti
ginjal pada vertebrata. Pembuluh malphigi terletak dalam homosal dan tergenang
di dalam darah. Bagian pangkal pembuluh malphigi melekat pada ujung anterior
dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke homosal yang mengandung
hemolimfa (Tilman, dkk. 1993).
Hemolimfa merupakan darah pada invertebrata dengan sistem peredaran
darah terbuka. Pembuluh malphigi pada bagian dalam tersusun oleh selapis sel
epitel yang berperan dalam pemindahan urea, limbah nitrogen, garam-garam dan
air dari hemolimfa ke dalam rongga pembuluh. Bahan-bahan yang penting dan air
masuk kedalam pembuluh, lalu diserap kembali secara osmosis di rektum untuk
diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya, bahan yang mengandung
nitrogen diendapkan sebagai kristal asam urat yang akan dikeluarkan bersama
feses melalui anus. Disamping pembuluh malphigi, terdapat trakea yang berfungsi
untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini
berfungsi sebagai paru-paru pada invertebrata (Menge, dkk. 1990).
2.2 Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebrata
Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal. Di antaranya adalah
pronefros, mesonefros, dan
berkembang pada fase embrio atau larva. Pada tahap selanjutnya, ginjal pronefros
digantikan oleh tipe ginjal mesonefros. Ketika hewan dewasa, ginjal mesonefros
digantikan oleh ginjal metanefros. Pada Mammalia, Reptilia, dan Aves tipe ginjal
yang dimiliki adalah mesonefros. Namun, setelah dewasa mesonefros akan diganti
oleh metanefros (Harlin, dkk. 1985).
2.2.1 Sistem Ekskresi Pada Pisces
Ikan yang hidup di air laut, memiliki cara adaptasi yang berbeda. Ikan air
laut sangat mudah mengalami dehidrasi karena air dalam tubuhnya akan
cenderung mengalir keluar ke lingkungan sekitar melalui insang, mengikuti
perbedaan tekanan osmotik. Ikan air laut tidak memiliki glomerulus sehingga
mekanisme filtrasi tidak terjadi dan reabsorpsi pada tubulus juga terjadi dalam
skala yang kecil. Oleh karena itu, ikan air laut beradaptasi dengan banyak
meminum air laut, melakukan desalinasi (menghilangkan kadar garam dengan
melepaskannya lewat insang), dan menghasilkan sedikit urine (Kimball, J. 1994).
Alat ekskresi ikan air laut dan ikan air tawar adalah sama yaitu ginjal.
Hanya saja proses ekskresinya berbeda. Ikan air tawar bersifat hipertonik terhadap
lingkungannya. Karena itu ikan air tawar sedikit minum air namun banyak
mengeluarkan urine. Air yang masuk kedalam insang secara osmosis akan
meninggalkan amonia dalam jumlah besar yang kemudian di ekskresi dalam
bentuk urine hipotonik dalam jumlah besar. Ini di maksudkan untuk menjaga
keseimbangan air di dalam tubuh dengan tekanan air dari lingkungannya (Menge,
dkk. 1990).
Sedangkan ikan air laut banyak minum dengan sedikit mengeluarkan
urine. Karena air laut dapat mengalami kehilangan air melalui insang. Hal ini
terjadi
dalam
tubuh
ikan
lebih
rendah
dari
dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai rongga pleural yang berisi
cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri,
dan menghalang ia daripada terpisah dengan mudah (Kimball, J. 1994).
Bernafas kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang
mengucup menyebabkan rongga di mana paru-paru berada mengembang. Sangkar
selangka juga boleh mengembang dan mengucup sedikit. Ini menyebabkan udara
tetarik ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui trakea dan salur bronkus
(bronkhial tubes) yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung
kecil dikelilingi oleh kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk
ke dalam darah, di mana oksigen akan d angkut melalui hemoglobin. Darah tanpa
oksigen dari jantung memasuki paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan lepas
dioksigenkan, kembali ke jantung melalui saluran pulmonari (Ramsey,dkk. 1997).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh,
seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga
Makalah Fisiologi Hewan Ekskresi - Kelompok 9 - Kelas Pend.Biologi
IVD
FKIP - Universitas Muhammadiyah Malang - 2015-03-10
dapat diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak
berguna lainnya. Fungsi sistem ekskresi diantaranya adalah membuang limbah
yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh, mengatur konsentrasi dan
volume cairan tubuh (osmoregulasi) mempertahankan temperatur tubuh dalam
kisaran normal (termoregulasi). Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan
sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang
berstruktur sempurna seperti pada vertebrata.
3.2 Kritik dan Saran
Untuk penyusunan makalah ini mungkin masih ada kekurangannya,
mohon masukan-masukan untuk menyempurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Bracken, M. dkk.
R. W. &
PONEC,
J.,
pp.
387-392. Amsterdam:
Elsevier/North-Holland.
Grover, dkk. 1964. Conjugations with Glutathione DISTRIBUTION OF
GLUTATHIONE
S-ARYLTRANSFERASE
IN
VERTEBRATE
Ecological
field
methods:
macroalgae.
Handbook
of