Anda di halaman 1dari 24

10/9/2015

Standar
Pengobatan Medik

Tujuan Pembelajaran
Membandingkan Guideline / Standar dari
PERKENI dengan Guideline / Standar ADA
mengenai:

Skrining,
Pencegahan,
Diagnosis,
Penanganan Prediabetes dan
Diabetes

10/9/2015

Standar Penatalaksanaan :
PERKENI & ADA
PERKENI : Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus di Indonesia
(2015)
ADA : Standards of Medical Care in Diabetes
2015, memuat semua rekomendasi klinis
penting saat ini dari ADA

PERKENI: Standar Penatalaksanaan


Pengobatan Diabetes harus bersifat:
Berkelanjutan, tidak episodik
Proaktif, tidak reaktif
Terencana, tidak sporadis
Berbasis pd pasien ( individual )
Berbasis pd populasi, sebagaimana halnya berbasis
pada pasien ( individual )
Bekerja dalam tim

10/9/2015

PERKENI: Standar Penatalaksanaan


Tim inti yg ideal memiliki anggota:
Seorang dokter pada pelayanan primer
Seorang perawat
Seorang ahli gizi / dietician (setidaknya ada satu yg
bersertifikat edukator diabetes)

Anggota tim lainnya bervariasi tergantung kebutuhan


pasien, beban pasien, sumber daya yg ada, setting
klinis dan keahlian / profesi tertentu
Contoh : podiatrist (ahli kaki), apoteker, psikolog, pekerja
sosial, dll
Mensing C. Diabetes Care 2000:23:682-9.

Skrining / Tes Diabetes


pada Pasien Asimptomatik

10/9/2015

PERKENI: Skrining/Penapisan
Penapisan dilakukan terhadap mereka yg memiliki
risiko diabetes (diabetes risks), namun tidak
bergejala
Penapisan bertujuan mencari DM yg tak
terdiagnosis (undiagnosed DM) atau prediabetes
sehingga diharapkan akan mendapat pengobatan
lebih dini dan lebih tepat.
Penapisan massal tidak dianjurkan mengingat
biaya, dimana umumnya tidak ditindaklanjuti untuk
yg kemudian ditemukan normal.

Faktor Risiko DM
Populasi Risiko Tinggi :
Usia <30 terdapat:

Riwayat Keluarga DM
Penyakit Kardiovaskular
Berat Badan Lebih
Gaya Hidup tdk sehat

Terdapat IFG atau IGT


Hipertensi
Trigliserid yg tinggi, HDL yg rendah atau keduanya
Riw DM Gestational
Riw melahirkan bayi > 4000g
PCOS
8

10/9/2015

Rekomendasi ADA: Tes untuk Diabetes


pada pasien asimptomatik

Pertimbangkan Pemeriksaan pd orang dewasa gemuk /


obesitas (IMT 25 kg/m2 ; 23 kg/m2 pada keturunan Asia)
Jika tanpa faktor risko, mulai Pemeriksaan di usia 45 tahun (B)

Jika Hasil normal:


Ulangi pemeriksaan setidaknya
3 tahun sekali (E)
Gunakan A1C, GDP, atau GD 2
jam pd TTGO (B)

Pd org yg berisiko menjadi DM di


kemudian hari :
Lakukan Identifikasi dan jika
memungkinkan obati faktorfaktor risiko kejadian CVD (B)

TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral


Standards of Medical Care: 2: Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes Care 2015;38 (suppl 1): S9.

Pencegahan DMT2/
memperlambat
terjadinya DMT2

10/9/2015

PERKENI: Pencegahan
Pengelolaan
Perubahan gaya
Hidup

Deteksi Dini
Populasi risiko tinggi
jika di usia < 30 tdp:

Terapi Nutrisi
medis

Riwayat Keluarga
Kelainan Kardiovaskular
Gemuk / BB lebih
Gaya Hidup tdk sehat
Diketahui GPT atau TGT
Hipertensi
Triglyceride tinggi , HDL
rendah atau keduanya
Riwayat DM Gestasional
Riwayat melahirkan bayi dg
BB > 4000g
PCOS

Monitoring Berkala
Glukosa Darah &
Faktor Risiko

Terapi
Farmakologik

Hipertensi
Dislipidemia

Aktifitas Fisik

Kesehatan Fisik

Menurunkan BB

Kendali Berat
Badan

Jika BB lebih,
Turunkan BB 510%

Latihan Fisik 30
menit, 5 kali
seminggu

Belum
direkomendasi

TTGO adalah metode yg


paling sensitif yg dianjurkan
pada penapisan

Rekomendasi ADA:
Upaya Pencegahan / Menunda Terjadinya
DMT2
Rujuk pasien dg GPT (A), TGT (E),
atau Pasien dg A1C 5.7 6.4% (E) ke tempattempat program dukungan
Target Penurunan 7% dari Berat Badan
Lakukan Aktifitas fisik sedang setidaknya 150 menit
perminggu

Lakukan konseling follow-up untuk mendukung


keberhasilan program (B)

Standards of Medical Care: 5: Prevention or Delay of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2015;38: S31.

10/9/2015

Rekomendasi ADA:
Upaya Pencegahan / Menunda terjadinya DMT2
Berdasarkan pertimbangan cost-effectiveness, Biaya
Program pencegahan diabetes sebaiknya ditanggung
oleh pihak ketiga (pemegang kebijakan: pemerintah,
asuransi)
Pertimbangkan metformin utk pencegahan DMT2 jika
TGT, GPT atau A1C 5.7 6.4%
Terutama untuk individu dg IMT > 35 kg/m2, usia < 60 dan
wanita dg riwayat DM gestasional

Untuk individu dg prediabetes, lakukan monitoring


diagnosis Diabetes setiap tahun.

Standards of Medical Care: 5: Prevention or Delay of Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2015;38: S31.

Diagnosis

10/9/2015

Kadar test laboratorium darah untuk diagnosis


diabetes dan prediabetes

HbA1C
(%)

Glukosa plasma 2
jam setelah TTGO
(mg/dL)

Glukosa darah
puasa (mg/dL)

Diabetes

6,5

126 mg/dL

200 mg/dL

Prediabetes

5,7 6,4

100 -125

140 - 199

< 100

< 140

Normal

< 5,7

PERKENI , Konsensus Pengelolaan dan pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015 .

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai


patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dL)
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dL)

Bukan
DM

Belum pasti DM

DM

Plasma vena

<100

100 - 199

200

Darah kapiler

<90

90 - 199

Plasma vena

<100

100 - 125

Darah kapiler

<90

90 - 99

200
126
100

pERKENI , Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015 .

10/9/2015

Kriteria Diagnostik Diabetes menurut


ADA

A1C 6.5%
atau

Gula Darah Puasa (GDP) 126 mg/dL (7.0 mmol/L)

atau

Gula setelah 2 jam TTGO 200 mg/dL (11.1 mmol/L)


atau

Gula Darah Sewaktu (GDS) 200 mg/dL (11.1 mmol/L)


Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia
Standards of Medical Care: 2: Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes Care 2015;38 (suppl 1): S9. Table 2.1.

Pengelolaan
Diabetes

10/9/2015

Algoritme Pengelolaan DM Tipe 2 di Indonesia


Modifikasi pola hidup sehat
HbA1c 7.5%

HbA1c < 7.5%

HbA1c 9.0%
Gejala ( - )

Kombinasi 2 obat* dengan


mekanisme kerja yg berbeda

Agonis GLP-1

Agonis GLP-1

Penghambat

Penghambat
DPP-IV
Penghambat
Glikosidase
Alfa
! Penghambat
SGLT-2**
! Tiazolidindion
! Sulfonilurea
Glinid
Jika HbA1c >

Kombinasi 3 obat

DPP-IV
! Tiazolidindion
! Penghambat
SGLT-2**
! Insulin basal
Kolsevelam
Bromokriptin
QR
Penghambat
Glukosidase
Alfa

6.4% dalam 3

Penghambat
DPP-IV
! Tiazolidindion
! Penghambat

Mulai atau intensifikasi Insulin

SGLT-2**
! Insulin basal
Kolsevelam
Bromokriptin

Keterangan

QR
Penghambat

= Efek samping

Glukosidase

bulan tambahkan

Jika belum memenuhi

obat ke 2

sasaran dalam 3

(kombinasi 2

bulan, masuk ke

Jika belum memenuhi

obat)

kombinasi 3 obat

sasaran dalam 3 bulan,

minimal atau

Alfa

! = digunakan

keuntungan lebih

dengan hati-hati

banyak
Penghambat SGLT2 dan Kolesevelam belum tersedia di
Indonesia
Bromokriptin QR umunya digunakan pada terapi tumor hipofisis

mulai terapi insulin atau


*Obat yang terdaftar disarankan penggunaannya sesuai urutan
(hierarki)
**Berdasarkan 3 fase data percobaan lain

Insulin Obat jenis


lain

Kombinasi 3 obat

Agonis GLP-1

obat lini kedua

Metformin atau obat lini pertama yang lain

Metformin

Gejala ( +
)

Kombinasi 2 obat

Metformin atau obat lini pertama yang lain

Monoterapi* dengan
salah satu dibawah ini

intensifikasi terapi insuln

Petunjuk praktis terapi insulin pada Pasien


Diabetes Melitus
Jumlah Injeksi

Kompleksitas

Jml injeksi

Insulin basal +/- Oral Agen


(Biasanya dengan metformin +/- non-insulin lainnya)
Jika tidak mencapai target glikemia

Rendah

Jika setelah GD puasa tercapai tidak terkendali (atau jika dosis >0,5
U/kgBB/hari), atasi ekskursi
GD ppGDdengan insulin waktu makan
Jika setelah
(pertimbangkan
untuk memberikan
puasa
tercapai tidak terkendali
(atau jika dosisGLP-1-RA)
>0,5
U/kgBB/hari), atasi ekskursi GD pp dengan insulin
waktu makan (pertimbangkan untuk memberikan
GLP-1-RA)

Tambahkan 1 injeksi insulin cepat


sebelum makan terbesar
2

Awal ,penyesuaian dan monitor


hipoglikemia

Jika tidak terkendali,


pertimbangkan basal
bolus
3+

Fleksibilitas

Lebih
Fleksibel

Ganti dengan insulin premixed 2x/hari


Awal ,penyesuaian dan monitor
hipoglikemia

Tambahkan 2 injeksi
insulin rapid sebelum
makan (basal bolus))

Sedang

Jika tidak terkendali,


pertimbangkan
basal bolus
Kurang Fleksibel

Tinggi

PERKENI Consensus Guidelines Insulin, 2015 .

10

10/9/2015

Petunjuk praktis terapi insulin pada Pasien


Diabetes Melitus
Jumlah Injeksi

Kompleksitas

Jml injeksi

Insulin basal
Biasanya dengan metformin +/- non-insulin lainnya

Rendah

Awal: 10 U/hari atau 0,1-0,2 U/kgBB/hari


Penyesuaian: 10-15% atau 2-4 U, 1-2 kali/minggu sampai tercapai sasaran GD puasa
Hipoglikemia: tentukan dan atasi penyebab, turunkan dosis 4 U atau 10-20%
Jika setelah GD
puasa tercapai tidak terkendali (atau jika dosis >0,5
U/kgBB/hari), atasi ekskursi GD pp dengan insulin
waktu makan (pertimbangkan untuk memberikan
GLP-1-RA)

Tambahkan 1 injeksi insulin cepat


sebelum makan terbesar
2

Ganti dengan insulin


premixed 2x/hari

Awal: 4 U, 0,1 U/kgBB, atau 10% dosis basal. Jika A1C


<8% pertimbangkan untuk menurunkan basal dalam
jumlah yang sama
Penyesuaian: naikkan dosis 1-2 U atau 10-15%, 1-2
kali/minggu sampai sasaran SMBG tercapai
Hipoglikemia: tentukan dan atasi penyebab, turunkan
dosis 2-4 U atau 10 -20 %

Jika tidak terkendali,


pertimbangkan basal bolus

Awal: bagi dosis basal menjadi 2/3 siang, 1/3 malam atau
siang, malam
Penyesuaian: naikkan dosis 1-2 U atau 10-15%, 1-2
kali/minggu sampai sasaran SMBG tercapai
Hipoglikemia: tentukan dan atasi penyebab, turunkan
dosis 2-4 U atau 10 20 %

Tambahkan 2 injeksi
insulin rapid sebelum
makan (basal bolus)

Jika tidak terkendali,


pertimbangkan
basal bolus

Awal: 4 U, 0,1 U/kgBB, atau 10% dosis basal. Jika A2C<8%


pertimbangkan untuk menurunkan dosis basal dengan jumlah yang
sama
Penyesuaian: naikkan dosis 1-2 U atau 10-15%, 1-2 kali/minggu
sampai sasaran SMBG tercapai
Hipoglikemia: tentukan dan atasi penyebab, turunkan dosis 2-4 U
atau 10-20%

3+

Fleksibilitas

Sedang

Tinggi

Kurang Fleksibel

Lebih
Fleksibel

Sasaran pengendalian DM
Parameter

Sasaran

IMT ( kg/m2)

18,5 - < 23*

Tekanan darah sistolik (mmHg)

< 140 (B)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

< 90 (B)

Glukosa darah preprandial kapiler (mg/dL)

80 130 **

Glukosa darah 1 -2 jam PP kapiler (mg/dL)

< 180**

Hb1Ac ( %)

< 7 (atau individual) (B)

Kolesterol LDL (mg/dL)

< 100 ( < 70 bila risiko KV sangat


tinggi) (B)

Kolesterol HDL (mg/dL)

Laki-laki : > 40 ; Perempuan 50 (C)

Trigliserida (mg/dL)

< 150 (C)

Keterangan : KV Kardiovaskular , PP = Post prandial


*The Asia Pasific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment , 2000
**Standardsof Medical Care in Diabetes, ADA 2015

11

10/9/2015

Pemakaian insulin sesuai perjalanan penyakit DM


Jalur diabetes

Pemakaian Insulin

Saat diagnosis

Ketoasidosis (dipicu oleh infeksi, kejadian trombotik,


trauma, dll)
Kejadian akut: perlu menjalani pembedahan, steroid
dosis tinggi, infark miokardium, dll
Hiperglikemia/ketonuria yang nyata tanpa asupan
bebas karbohidrat

Segera setelah
diagnosis

Fenotip LADA ( latent autoimmune diabetes of the


adult ), yaitu non-obese, trigliserida & tekanan darah
normal, atau antibodi glutamate decarboxylase
(GAD) positif, dengan kegagalan respon dini terhadap
gaya hidup & AHO
Kegagalan respon dini terhadap gaya hidup dengan
AHO

Perawatan
berkelanjutan

Kendali glikemik memburuk sampai diatas target:


setelah 2 AHO untuk tata laksana DM yang lebih
sederhana, atau setelah3-4 pendekatan lainnya;
optimalisasi dosis dan regimen disertai kemunduran
fungsi sel beta lebih lanjut
Kejadian dekompensasi akut

Rekomendasi ADA : Pengobatan DMT2


Saat terdiagnosis DMT2, mulai dengan metformin disertai
modifikasi gaya hidup, kecuali jika ada kontraindikasi
metformin
Pada DMT2 yang baru terdiagnosis namun disertai gejala
kinis yg berat atau kadar Gula darah / A1C yang sangat tinggi,
pertimbangkan terapi insulin dengan atau tanpa obat lain dari
onset pertama kali
Jika dengan obat monoterapi non-insulin pada dosis
maksimal yang masih dapat ditoleransi, tidak mencapai atau
mempertahankan target A1C selama 3-6 bulan, dapat
ditambahkan obat oral lainnya yaitu GLP-1 receptor agonist,
atau insulin
Standards of Medical Care: 7: Approaches to Glycemic Treatment. Diabetes Care 2015;38: S41.

12

10/9/2015

Pencegahan dan
Penatalaksanaan
Komplikasi Diabetes

Penyakit Kardiovaskular (CVD) pada


individu dg Diabetes
CVD adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada
diabetes
Keadaan lain yang umumnya menyertai DMT2
(contoh: hipertensi, dislipidemia) merupakan faktor risiko CVD
Diabetes sendiri merupakan risiko independen
Jika faktor-faktor risiko dikendalikan dengan baik, maka
kejadian CVD dapat dicegah atau diperlambat pada individu
dengan Diabetes

Standards of Medical Care: 8: Cardiovascular Disease and Risk Management. Diabetes Care 2015;38: S49.

13

10/9/2015

Rekomendasi: Skrining Penyakit


Jantung Koroner
Pada pasien asimptomatik, penapisan rutin untuk
PJK tidak dianjurkan, karena tidak mempengaruhi
hasil selama faktor risiko CVD diatasi
Untuk mengurangi risiko kardiovaskular pd pasien
yang sudah diketahui dengan CVD, gunakan:
ACE inhibitor, Aspirin, Statin therapy

Pada pasien dg riwayat MI:


Beta-blocker diberikan setidaknya selama 2 tahun
setelah kejadian MI
Standards of Medical Care: 8: Cardiovascular Disease and Risk Management. Diabetes Care 2015;38: S49.

Rekomendasi: Pengobatan Penyakit


Jantung Koroner
Beta-bloker jangka panjang jika tidak ada hipertensi
Masih dapat diberikan jika dapat ditoleransi dg baik,
namun data pendukung tidak cukup.

Hindari thiazolidinedion (TZD) pada pasien dengan


gagal jantung yang simptomatik

Metformin pada pasien dengan Chronic Heart


Failure (CHF) stabil
Indikasi, jika fungsi ginjal normal
Dihindari pd CHF yang tidak stabil atau pada perawatan
karena CHF
Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

14

10/9/2015

Rekomendasi:
Penapisan Nefropati
Periksa albumin urin setiap tahun (B)
Pada pasien DMT1 yg sudah 5 tahun
Pada Pasien DMT2 saat pertama terdiagnosis

Periksa kadar kreatinin serum setidaknya setahun


sekali (E) pada semua pasien diabetes, tidak
tergantung kadar albumin urin
Kreatinin Serum digunakan utk estimasi GFR dan stadium
penyakit ginjal kronik, jika ada.

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

Penatalaksanaan Chronic Kidney


Disease (CKD) pada Diabetes
GFR (mL/min/1.73m2)
GFR = glomerular
filtration rate
Semua pasien

Rekomendasi

Pemeriksaan per tahun : Kreatinine, albumin urin, Kalium

Rujuk ke nefrolog jka terdapat penyakit ginjal non diabetik

Pertimbangkan penyesuaian dosis

Monitor eGFR setiap 6 bulan

Monitor kadar elektrolit, bikarbonat, Hb, Kalsium, Fosfor,


Hormon paratiroid setidaknya setiap tahun

Pastikan vitamin D cukup

Pertimbangkan pemeriksaan kepadatan tulang dengan


bone density testing

Rujuk ke ahli gizi

45 60

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

15

10/9/2015

Management of CKD in Diabetes


GFR (mL/min/1.73m2)
GFR = glomerular
filtration rate

30 44

Recommendations

Monitor eGFR tiap 3 bulan

Monitor elektrolit, Bikarbonat, Fosfor, kalsium, Hormon


Paratiroid, Hb, Albumin urin, berat badan setiap 3-6 bulan

Pertimbangkan penyesuaian dosis

Rujuk ke nefrolog

< 30

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

Rekomendasi ADA:
Skrining Retinopati
Lakukan pemeriksaan awal mata dilatasi dan
komprehensif oleh ahli mata, pada:
Orang dewasa dengan T1DM Pemeriksaan
awal mata dilatasi dan komprehensif dalam waktu
5 tahun setelah diagnosis diabetes (B)
Anak dengan T1DM pemeriksaan menyeluruh
pada awal pubertas atau pada usia > 10 tahun
(manapun yang lebih dulu), 3-5 tahun setelah
diagnosis T1DM
Pasien dengan T2DM
Segera setelah terdiagnosis diabetes
Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

16

10/9/2015

Rekomendasi ADA :
Skrining Retinopati
Pemeriksaan mata oleh ahli mata dilakukan
setiap tahun pada pasien DMT1 atau DMT2
Pemeriksaan setiap 2 tahun dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan mata
normal
Pemeriksaan yg lebih sering diperlukan jika
mulai / sudah ada retinopati

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

Rekomendasi ADA:
Skrining dan Pengobatan Neuropati
Semua pasien diperiksa adakah Distal
Symmetric Polyneuropathy (DPN)
Saat terdiagnosis DMT2, dan Dalam waktu 5 tahun
pada DMT1
Setidaknya setahun sekali menggunakan tes klinis
sederhana

Pemeriksaan Elektrofisiologis jarang diperlukan


Kecuali pada situasi dengan gejala klinis tidak khas

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

17

10/9/2015

Rekomendasi ADA:
Skrining dan Pengobatan Neuropati
Penapisan terhadap tanda dan gejala cardiovascular
autonomic neuropathy
Diperiksa saat terdiagnosis DMT2 dan 5 tahun setelah
terdiagnosis DMT1
Pemeriksaan khusus jarang diperlukan; kemungkinan
tidak mempengaruhi pengobatan dan hasil

Penatalaksanaan hanya untuk mengurangi gejala


tertentu pd DPN, neuropati otonom, tidak untuk
mengobati
Memperbaiki kualitas hidup pasien

Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

Rekomendasi ADA: Foot Care


Pemeriksaan kaki yang menyeluruh setiap tahun
dapat mengidentifikasi faktor risiko prediktif
terjadinya luka/ ulkus dan amputasi
Edukasi perawatan kaki mandiri (self foot care
education)

Gunakan pendekatan multidisiplin


Rujuk pasien ke ahli perawatan kaki jika diperlukan
perawatan kaki dan pengawasan jangka panjang
Standards of Medical Care: 9: Microvascular Complications and Foot Care. Diabetes Care 2015;38: S58.

18

10/9/2015

Penilaian Komplikasi
yang Umumnya Terjadi

Rekomendasi ADA: Penilaian terhadap


Kondisi penyerta yang umumnya terjadi
Pasien dengan faktor-faktor resiko, tanda dan gejala,
pertimbangkan penilaian dan pengobatan kondisi terkait
diabetes yang umum terjadi
Kondisi Penyerta yg mungkin meningkatkan risiko terkait
dengan diabetes:
Depresi

Fraktur

Obstructive sleep apnea

Gangguan Kognitif

Penyakit Fatty liver

Penyakit Periodontal

Keganasan

Gangguan Pendengaran

Standards of Medical Care: 3: Initial Evaluation and Diabetes Management Planning. Diabetes Care 2015;38: S17.

19

10/9/2015

Deteksi dan Diagnosis


DM Gestasional (DMG)

Rekomendasi ADA :
Deteksi dan Diagnosis DMG

Lakukan pemeriksaan terhadap DMT2 pada kunjungan pertama


prenatal pada calon ibu hamil dengan faktor risiko,
menggunakan kriteria diagnostik standar.

Pada Ibu hamil yg tidak diketahui apakah memiliki diabetes,


lakukan pemeriksaan terhadap DMG di usia kehamilan 24-28
minggu menggunaan TTGO 75 gr, puasa 8 jam dengan nilai cut
point yang berbeda dengan orang normal, yaitu sbb:
GDP 92 mg/dL
GD 1 jam 180 mg/dL
GD 2 jam 153 mg/dL

IGT dan IFG dalam manajemennya sudah dianggap sebagai


diabetes

Standards of Medical Care: Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes Care 2015;38: S8.

20

10/9/2015

Rekomendasi ADA:
Deteksi dan Diagnosis DMG
Lakukan pemeriksaan pd ibu hamil dengan DMG apakah
terjadi diabetes yang menetap pada 6-12 minggu
postpartum, menggunakan pemeriksaan selain A1C
Perempuan dengan riwayat DMG harus rutin diperiksa
apakah akan terjadi diabetes atau prediabetes
setidaknya setiap 3 tahun.
Perempuan dengan riwayat DMG yang kemudian
menjadi prediabetes, mulai dengan modifikasi gaya
hidup atau metformin utk mencegah terjadinya diabetes.
Standards of Medical Care: Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes Care 2015;38: S8.

Optimalisasi Manajemen
Diabetes

21

10/9/2015

Diabetes Self-Management

TIM:

Peran para anggota TIM

Dokter
Perawat
Ahli Gizi
Edukator

Individu dg diabetes
merupakan pusat
dari kerja tim dan
diharapkan dapat
mengelola diabetes
nya secara mandiri

Mempersiapkan pasien
untuk dapat memutuskan
pengobatan utk dirinya
secara mandiri

Whos teaching the diabetics? Etzwiler DD. Diabetes 1967:16:111-7.

Pemeriksaan Gula Darah Mandiri


Guideline PERKENI 2011
Pemeriksaan gula darah mandiri (SMBG) dianjurkan terutama pada pasien:
Pasien yang akan memakai insulin
Pasien yang sudah memakai insulin
Pasien yang belum mencapai target A1C
Perempuan yg merencanakan kehamilan/ Ibu hamil dengan hiperglikemia
Pasien dengan hiperglikemia yang sulit diatasi

22

10/9/2015

PERKENI: Edukasi Pasien

Aktifitas Harian
Dianjurkan untuk aktif di sepanjang hari
Bersikap produktif

Kemampuan mengelola mandiri


Menyiapkan sendiri obat atau insulin
Mengikuti jadwal obat dalam sehari
Pengetahuan akan efek samping

Perawatan kaki
Perawatan kaki sehari-hari dan menggunakan alas kaki yg tepat

Pemeriksaan medis berkala (medical check up)

PERKENI: Edukasi pasien

Makanan sehat: pemilihan makanan dan komposisi makanan yg


sehat, (karbohidrat, protein, serat, lemak)

Menjaga Berat Badan : Mencapai target penurunan Berat Badan


5-10% dari Berat Badan

Latihan Fisik

Monitoring: Pemeriksaan Gula Darah Mandiri, A1C

Hipoglikemia: Kewaspadaan dan Pengobatan sendiri

23

10/9/2015

Simpulan
Menurut Standar terkini dari PERKENI dan ADA
pengelolaan diabetes yg optimal memerlukan Strategi
Pencegahan, Skrining/penapisan, Diagnosis,
pengobatan dan edukasi yg tepat dan sesuai dengan
Evidence based Medicine

24

Anda mungkin juga menyukai