Malaria
Malaria
PENDAHULUAN
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas
dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh dunia, terutama
Negara-negara beriklim tropis dan subtropis. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus
malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian terutama di negara-negara benua Afrika.
Upaya penanggulangan di Indonesia telah sejak lama dilaksanakan, namun daerah endemis
malaria bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).1,2,3
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, terdapat 15
juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Dari 295 kabupaten/kota yang
ada di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria.3
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat
malaria, yaitu melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi
diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang
kesemuanya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan malaria.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan
pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi
akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.4
2.2 Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan
dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang
terinfeksi malaria adalah : 5,6
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi
sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapat
menghambat perkembangbiakan P. falciparum.
2.
3.
2.3 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies
yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium
ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada
janinnya.6,7
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale
merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria
falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling berbahaya, karena malaria yang
ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit
dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ
tubuh.3,7
2.4 Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.7
2.4.1 Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang
berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang
lebih 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut
dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh).3,7
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran
darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan
aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut
dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
meninfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan
betina.3,7
2.4.2 Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.3,7
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke
tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi,
tergantung dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari
sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan
mikroskopik.3,7
2.5 Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini
diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan
terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.6
Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga
terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia
dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi
Keluhan-keluhan prodromal
Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering
membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering
seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan.
Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.4,11, 12
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas
tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka
selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntahmuntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase
dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat.4,11,12
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita
merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melakukan pekerjaan biasa.4,12
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih
sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah
3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan
hiperemis.4,12
2.
Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/l.
3.
Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24jam pada orang dewasa atau <12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan
kreatinin >3mg%.
4.
Edema paru.
5.
6.
Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7.
Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8.
9.
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
2.8 Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini:
Kejang-kejang.
Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam (37,5oC)
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada
anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
Penurunan kesadaran.
9
Tanda-tanda dehidrasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita
adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi.13
Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan:
Kepadatan parasit
Semi kuantitatif :
(-)
(+)
(++)
(+++)
(++++)
Kuantitatif :
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c.
Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai
alat diagnostik sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia.
Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
10
II
III
Jenis obat
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
2-3
Artesunat
Amodiakuin
Artesunat
Amodiakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria falciparum.
Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium
aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di
dalam darah3
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan lini pertama
tidak efektif.
-
12
Hari
Jenis obat
0-11 bln
1-4 th
5- 9 th
10-14 th
15 th
3x
3x1
3x
3x2-3
Doksisiklin -
2x1**
2x1***
Primakuin
2-2
Kina
3x
3x1
3x
3x2-3
2x1**
2x1***
Kina
I
II-VII
Doksisiklin -
**
: 2x50 mg doksisiklin
***
: 2x100 mg doksisiklin
13
Hari
Jenis obat
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
Klorokuin
3-4
Primakuin -
Klorokuin
3-4
Primakuin -
Klorokuin 1/8
III
Primakuin -
IV-XIV
Primakuin -
II
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul
kembali setelah hari ke-14.
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15
sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
14
Jenis obat
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
1-7
Kina
3x
3x1
3x2
3x3
1-14
Primakuin
Jenis obat
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
Klorokuin
3-4
Primakuin
Klorokuin
3-4
Primakuin
Klorokuin
1/8
Primakuin
14-14
Primakuin
Jenis obat
0-1 bln
2-11 bln
1-4 th
5-9 th
10-14 th
15 th
Klorokuin
3-4
II
Klorokuin
3-4
III
Klorokuin 1/8
d. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal
protection seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain.3
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka
kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan
laporan tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin
menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak
lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan
dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke
daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali.3
Tabel 8. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan umur (thn)
<1
1-4
5-9
10-14
>14
2.10 Prognosis
16
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan.3
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada
anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada
gangguan 2 atau lebih fungsi organ.3
17
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut
telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk
meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya.
Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya
perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
b. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan,
umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus
air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti
tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus
disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada
variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah
yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada
rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau
perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan dengan
bagan sebagai berikut:
Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada
hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui seperti
terlihat dibawah ini:
1. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu.
Nyamuk anopheles pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn
hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat
yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah
malam dan sampai pagi hari.
18
Apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam
dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada
dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah
diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah.
Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas:
antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk
lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai
pilihan tertentu.
d. Frekuensi menggigit.
Telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama
hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk
betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap
sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung
pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut
2.
siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
Perilaku Istirahat
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya
selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu
pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk
memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila
diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda.
Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus)
tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi
(An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah
hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang
baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding
3.
untuk beristirahat.
Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan
atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan
kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar
matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat
teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau
(campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena
perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang
19
2.12
serta masyarakat dalam mengatasi penyakit malaria untuk mewujudkan lingkungan yang
terbebas dari penularan malaria melalui peanggulangan yang bermutu untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat malaria. Malaria masih merupakan masalah kesehatan
20
masyarakat di Indonesia. Melalui Gebrak Malaria diharapkan dapat mengurangi resiko serta
penularan akibat malaria dengan cara pencegahan melaui pengobatan massal, survei demam,
penyemprotan rumah, penyelidikan vektor dan lainnya, seperti pengeringan tempat
berkembang biak potensial telah diterapkan dengan baik untuk menanggapi masalah Malaria.
Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk pengendalian malaria :
1. Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2. Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ACT
3. Pencegahan penularan malaria dengan kelambu (Long Lasting Insekticidal Net)
4. Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5. Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (POSMALDES)
Upaya pemberantasan lain berupa penemuan penderita, dengan cara :
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang ditandai dengan demam, anemia dan
21
pembesaran limpa. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu P.
falciparum, P. ovale, P. vivax, dan P. malariae. Malaria juga melibatkan hospes perantara
yaitu nyamuk anopheles betina.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk anopheles
betina dan fase aseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria akibat dari interaksi
kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Pada malaria berat berkaitan dengan
mekanisme transport membrane sel, penurunan deformabilitas, pembentukan knob,
sitoadherensi, resetting, dan lain-lain.
Manifestasi klinik dari penyakit malaria ditandai dengan gejala prodromal, trias
malaria (menggigil-panas-berkeringat), anemia dan splenomegali. Diagnosis malaria
ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gold standard adalah
menemukan parasit malaria dalam pemeriksaan sediaan apus darah tepi.
Pengobatan
untuk
artesunat+amodiakuin+primakuin,
malaria
lini
kedua:
falsiparum,
lini
pertama:
kina+dosksisiklin/tetrasiklin+primakuin.
Pengobatan malaria vivak dan ovale, lini pertama: klorokuin+primakuin, jika resistensi
klorokuin: kina+primakuin, jika relaps: naikkan dosis primakuin. Pengobatan malaria
malariae diberikan klorokuin. Untuk profilaksis dapat digunakan dosksisiklin dan klorokuin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum Terhadap Klorokuin.
MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997; Hal: 873.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX, tahun
XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
22
23