I.
Masalah Utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
II.
Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman tanpa ransang external (Cook dan Fontaine, 1987).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa dari seluruh pasien diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa
lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak
degresif dan aterium.
B.
Penyebab
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua yaitu :
1.
Faktor predisposisi
a.
Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
b.
Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan
Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
terakitvasinya
neurotrasmitter
otak.
Misalnya
tejadi
Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e.
Faktor presipitasi
3.
Perilaku
Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi
Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinai dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan.
c)
Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang
lain yang menyebabkan memburuk.
C.
D.
E.
Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan etiologi
III.
Asuhan Keperawatan
A.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan jenis
halusinasinya yaitu, sebagai berikut:
A.
Jenis halusinasi
1.
Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menyedengkan telinga kearah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : Mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara
yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
2.
Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.
Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau
monster.
3.
Halusinasi Penghidu
Data Objektif : Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu,
menutup hidung.
Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadangkadang bau itu menyenangkan.
4.
Halusinasi Pengecap
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subyektif : Merasakan rasa seperti darah, urin atau faeces.
5.
Halusinasi Perabaan
Data Objektif : Menggaruk-garuk permukaan kulit.
Data Subyektif : Mengatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik.
B.
Isi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang
tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
C.
D.
E.
Respon klien.
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.
1).
Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2).
Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
b.
1)
Data Subjektif
2)
1)
nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif
c.
2)
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain,
berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata
kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur
seperti janin (menekur)
d.
1)
Data Subyektif
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain.
2)
Data Obyektif
Tidak bisa mengambil keputusan, menarik diri dari realitas, merusak diri, rasa
bersalah dan khawatir
II.
a.
b.
c.
NO KLIEN
SP1P
1
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
KELUARGA
SPIK
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
klien.
5
6
8
1
dengan cara bercakap-cakap dengan orang Melatih keluarga melakukan cara merawat
lain.
SP3P
SP3K
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (discharge
planing ).
VI.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2011).
Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada perubahan persepsi
sensori : halusinasi yaitu :
1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenali halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi
5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan ba
ISOLASI SOSIAL
1. Masalah Utama
Isolasi Sosial
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
b. Penyebab
Menurut Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi).
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
c. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala ;
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
3. Pohon masalah:
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Core
Problem
Data Subjektif:
Data Objektif:
Disorientasi
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
Klien Perawat
Jelaskan tujuan
Buat kontrak