Anda di halaman 1dari 11

1.

Perbedaan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan ISPB (Infeksi


Saluran Pernapasan Bawah)
Saluran napas atas dan saluran napas bawah dipisahkan oleh plica
vocalis yang terdapat di larynx. Dengan kata lain, infeksi dari nares,
pharynx, dan larynx masuk ke dalam infeksi saluran pernapasan atas
sedangkan infeksi pada trachea, bronkus, bronkiolus, pulmo, dan pleura
masuk ke dalam infeksi saluran pernapasan bawah.
Pada infeksi saluran pernapasan atas, biasanya diakibatkan oleh
infeksi virus. Virus-virus yang sering menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas adalah respiratory virus, adenovirus, dan influenza virus.
Virus-virus biasanya menimbulkan manifestasi klinis demam dan batuk
kering. Mekanisme demam timbul karena reaksi imun tubuh terhadap
virus yang akan menghasilkan interleukin I untuk merangsang pemecahan
asam arachkidonat menjadi prostaglandin I dan II dengan bantuan
sikloogsigenase. Kemudian manifestasi klinis batuk kering terjadi karena
dirangsangnya reseptor batuk pada saluran napas atas. Biasanya infeksi
karena virus ini tidak menimbulkan prognosis yang buruk dan dapat segera
ditangani.
Infeksi saluran pernapasan bawah sering disebabkan oleh bakteri.
Biasanya menimbulkan manifestasi klinis yang lebih berat dan prognosis
yang lebih buruk. Bakteri-bakteri yang bisa masuk ke dalam saluran napas
bawah hanya bakteri dengan ukuran kurang dari 5 mikron. Pada infeksi
bakteri ini, biasanya akan menimbulkan respon demam, batuk produktif,
chest pain, sesak napas, bahkan hingga batuk berdarah. Bakteri yang
menginfeksi biasanya masuk ke dalam golongan bakteri Gram positif.
Bakteri Gram positif ini sebenarnya merupakan bakteri flora normal yang
ada di tubuh. Bakteri-bakteri ini tidak menimbulkan penyakit apabila
respon imun tubuh baik dan jumlah bakteri tidak berlebihan. Ketika respon
imun tubuh buruk maka flora-flora normal tersebut dalam menimbulkan
infeksi. Pada orang dengan immunocompromised atau mengalami lesi dan
trauma pada saluran pernapasan, maka flora-flora normal tersebut yang
terdiri dari 80% flora anaerob dan 20% flora aerob dapat menginfeksi
masuk. Infeksi saluran pernapasan bawah yang berhasil menginfeksi
parenkim paru disebut penumonia.
Ada beberapa faktor resiko pada infeksi saluran napas, contohnya
dilihat dari faktor resiko umur pada anak yang kurang dari 3 bulan, dia
akan lebih susah terinfeksi karena dia masih memiliki antibodi maternal
yaitu IgG dari ibu. Sedangkan seiring berkembangnya usia, maka akan
lebih mudah terinfeksi. Lalu faktor resiko lain adalah ukuran saluran
pernapasan. Pada anak kecil maka saluran napasnya lebih kecil sehingga

sesuai teori kecepatan pembuangan nikroba akan lebih cepat dibuang pada
saluran napas yang lebih kecil. Pada beberapa kasus, kuman dapat
mengalami resistensi yaitu dia dapat melawan sistem imun. Contoh-contoh
yang dapat membantu resistensi kuman tersebut adalah pada orang asma
dan perokok. Pada orang asma, penderita diberi anti-inflamasi dan
immunosupresan agar asmanya tidak kambuh, akan tetapi hal tersebut
dapat mengakibatkan bakteri atau agen penginfeksi lain lebih mudah
menginfeksi. Bahkan pada orang perokok, cillia pada saluran pernapasan
dapat rusak. Faktor resiko yang lain contohnya adalah variasi iklim. Pada
negara dengan 4 iklim, maka infeksi saluran napas lebih sering terjadi
pada musim gugur dan musim dingin. Sedangkan pada negara seperti
Indonesia, paling sering pada 2 musim yaitu musim kemarau dan musim
pancaroba. Infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus dapat dicegah
dengan pemberian vaksinasi. Akan tetapi, pada virus-virus seperti
influenza, antigen permukaannya yaitu antigen-H dan antigen-N sering
mengalami perubahan sehingga saat ini dikembangkan vaksinasi yang
menyerang komponen virus di bagian dalam.
Contoh-contoh infeksi saluran pernapasan atas adalah common
cold, laryngitis, pharyngitis/tonsilitis, acute rhinitis, acute rhinosinusitis,
dan acute otitis media. Contoh infeksi saluran pernapasan bawah adalah
acute bronchitis, bronchiectasis, bronchiolitis, tracheitis, dan
exacerbation of COPD.

2. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari
paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari
atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi
karena bakteri,virus,jamur atau parasit.
Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan
fisik dari paru paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain
seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi
batuk,nyeri dada demam,dan sesak nafas. Alat diagnosa meliputi
sinar-x dan pemeriksaan sputum. Pengobatan tergantung penyebab
dari pneumonia seperti pneumonia kerena bakteri diobati dengan
antibiotika.
Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada semua
kelompok umur, dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua

dan orang dengan penyakit kronik.Tersedia vaksin tertentu untuk


pencegahan terhadap jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang
berbeda tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan yang tepat,
ada tidaknya komplikasi dan kesehatan orang tersebut.
a. Gejala
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak,
sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan
menggigil. Disertai nafas yang pendek,nyeri dada seperti pada
pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk.Salah satu nyeri atau
kesulitan
selama bernafas dalam atau batuk. Orang dengan pneumonia, batuk
dapat disertai dengan adanya darah,sakit kepala,atau mengeluarkan
banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu
makan,kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau
otot.Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi
gejala yang lain. Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh
Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare, pneumonia
karena Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan
berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari
pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih
banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau
kehilangan nafsu makan.
b. Diagnosa
Untuk diagnosa suatu pneumonia,perawatan berdasarkan gejalagejala dari pasien dan penemuan dari pemeriksaan fisik.Informasi
dari foto thorax,pemeriksaan darah dan kultur sputum sangat
membantu. Foto thorax khususnya di gunakan di rumah sakit dan
beberapa klinik dengan fasilitas sinar x.Bagaimanapun pengaturan
dalam masyarakat (praktek umum) pneumonia biasanya didiagnosa
berdasarkan gejala dan pemerikasaan fisik sendiri.Diagnosa
pneumonia sulit pada beberapa orang,khususnya mereka yang
mempunyai penyakit lain.Kadang dengan CT scan atau tes yang lain
yang diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.
c. Pemeriksaan Fisik

Individu dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis.


Pemeriksaan fisik untuk perawatan kesehatan menunjukan demam
atau kadang-kadang suhu tubuh menurun,peningkatan frekwensi
pernapasan(RR),penurunan tekanan darah,denyut jantung yang
cepat,atau saturasi oksigen yang rendah, dimana jumlah oksigen
dalam darah yang diindikasikan oleh pulse oximetri atau analisis gas
darah. Orang yang kesulitan bernafas, bingung atau dengan
sianosis(kulit berwarna biru) memerlukan pertolongan segera.
Mendengarkan paru-paru dengan stetoskop(auskultasi) akan
menunjukan beberapa hal.Hilangnya suara nafas normal, adanya
suara retak(rales),atau peningkatan suara bisikan(whispered
pectoryloqui) dapat mengenali daerah pada paru yang keras dan
yang penuh cairan yang dinamakan konsolidasi.Pemeriksa dapat
juga merasakan permukaan dada(palpasi) dan mengetuk dinding
dada(perkusi)
untuk
mengetahui
lebih
jauh
lokasi
konsolidasi.Pemeriksa juga dapat meraba untuk meningkatkan
getarandari dada ketika berbicara(fremitus raba).
d. Foto Thorax,Kultur Sputum Dan Tes-Tes Lain
Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak
jelas ialah dengan foto thorax. Foto thorax dapat menampakan
daerah opak(terlihat putih) yang menggambarkan konsolidasi.
Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x.selain karena
penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai
bagian paru tertentu yang sulit dilihat dengan sinar x. Dalam
beberapa kasus CT(computed tomography) dapat menunjukan
pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax sinar x. Sinar x
dapat menyesatkan, karena masalah lain,seperti parut pada paru dan
gagal jantung kongestif dapat menyerupai pneumonia pada foto
thorax sinar x. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi adanya
komplikasi dari pneumonia. Jika seseorang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik atau jika teliti dan peduli mengenai diagnosa,
permintaan kultur sputum dari orang tersebut. Kultur sputum
umumnya memerlukan kurang lebih dua sampai tiga hari, jadi
sebagian besar dari sputum digunakan untuk konfirmasi antibiotika
yang sudah diberikan dan sensitif terhadap infeksi itu. Pada contoh
darah dapat dikultur dengan cara yang sama untuk mencari infeksi

dalam darah(kultur darah). Setiap bakteri yang teridentifikasi


kemudian di uji untuk melihat antibiotik mana yang paling efektif.
Hitung darah lengkap akan menunjukan jumlah sel darah putih yang
meningkat,indikasi adanya suatu infeksi atau inflamasi. Pada
beberapa orang dengan masalah pada sistem imun ,jumlah sel darah
putih menunjukan hasil seperti normal. Tes darah digunakan untuk
menilai fungsi ginjal(penting jika ingin memberikan resep
antibiotika tertentu) atau untuk mencari sodium darah yang
rendah.Sodium darah yang rendah pada pneumonia sering diartikan
sama dengan ADH ekstra yang diproduksi ketika paru-paru terkena
penyakit. Tes serologi darah yang spesifik untuk bakteri lain
(Mycoplasma, Legionella, dan Chlamydophila) dan tes urine untuk
antigen Legionella yang tersedia. Sekresi dari pernapasan dapat juga
dicoba untuk menunjukan virus seperti influenza,virus syncyal
respiratory dan adenovirus.
e. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru
oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.
Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang
bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang
menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit. Virus
menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup
melalui mulut dan hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan
nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel,
sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe
penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun
merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru. Sel
darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis
sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan
dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi
pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari
proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan
kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga

dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan


ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari
pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya
disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV), adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes
simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru
lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko
terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang
berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru
melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung, mulut, dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup
menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim
neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin,menyebabkan
aktivasi umum dari sistem imun. Hal ini menyebabkan
demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang
disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius
atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah
dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan
jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru
dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang
dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram
negatif dan bakteri atipikal. Penggunaan istilah Gram positif dan
Gram negatif merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah)
ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan
Gram. Istilah atipikal digunakan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan pneumoni yang
kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri

yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan


pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat.
Streptococcus pneumoniae, sering disebutpneumococcus adalah
bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia
kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari
pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif
penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.
Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni
termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae,
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella
catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri
atipikal yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila
pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan Legionella pneumophila.
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini
mungkin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang
disebabkan AIDS, obat-obatan imunosupresif atau masalah
kesehatan lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh
jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum,Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada
lembah sungai Missisipi, dan Coccidiomycosis paling sering
ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya. Beberapa
varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini
secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.
Setelah memasuki tubuh, mereka berjalan menuju paruparu,biasanya melalui darah. Terdapat seperti pada pneumonia tipe
lain, kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel
darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi
parasit. Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia
eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari
pneumonia yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang
dapat
menyebabkan
pneumonia
adalah
Toxoplasma
gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.

Tipe Pneumonia
Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yang
berbeda. Ahli patologi mengklasifikasikan mereka berdasarkan
perubahan anatomi yang ditemukan pada paru-paru selama otopsi.
Setelah lebih dikenal mengenai mikroorganisme penyebab
pneumonia, ahli mikrobiologi mengklasifikasikan kembali dan
dengan adany x-ray ,ahli radiologi mengklasifikasikan sebagaimana
dikembangkan. Sistem klasifikasi lain yang penting digunakan untuk
pneumonia
adalah
klasifikasi
klinis
kombinasi,yang
mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia,faktor resiko untuk
beberapa mikroorganisme, adanya penyakit paru yang mendasari
dan penyakit sistemik yang mendasari, dan apakah dia baru-baru ini
menjalani rawat inap di rumah sakit.
Skema klasifikasi awal
Deskripsi awal dari pneumonia difokuskan pada anatomi atau
penampakan patologi dari paru-paru,baik melalui inspeksi langsung
pada waktu otopsi atau melalui mikroskop. Pneumonia lobarik
adalah infeksi yang hanya melibatkan satu lobus atau bagian dari
paru. Pneumonia lobarik sering disebabkan Streptococcus
pneumoniae. Pneumonia multilobar melibatkan lebih dari satu lobus
dan sering merupakan penyakit yang lebih berat dari pneumonia
lobarik. Pneumonia interstisial melibatkan area di antara alveoli dan
munkin disebut sebagai pneumonia interstisial. Pneumonia
interstisial lebih sering disebabkan oleh virus atau oleh bakteri
atipikal. Penemuan x-ray membuat menjadi mungkin untuk
menentukan anatomi tipe dari pneumonia tanpa pemeriksaan
langsung dari paru pada otopsi dan mengarah pada perkembangan
dari klasifikasi radiologi. Penyelidikan awal membedakan antara
pneumonia lobar dan atipikal (contoh:Chlamydophila) atau
pneumonia yang disebabkan oleh virus menggunakan lokasi,
distribusi dan penampakan dari opasitas yang mereka lihat pada foto
x-ray. Penemuan x-ray dapat digunakan untuk membantu
memprediksi bagian dari penyakit, meskipun tidaklah mungkin
untuk secara jelas menentukan penyebab mikrobiologi dari
pneumonia didasarkan hanya pada x-ray. Dengan datangnya

mikrobiologi modern, klasifikasi yang berdasar penyebab


mikroorganisme menjadi mungkin.Menentukan mikroorganisme
mana yang menjadi penyebab pneumonia pada masing-masing
individu merupakan langkah penting dalam menentukan jenis
perawatan dan lamanya. Kultur sputum, kultur darah, tes pada secret
pernapasan dan tes darah spesifik digunakan untuk menentukan
klasifikasi mikrobiologi. Karena beberapa tes laboratorium
umumnya memakan waktu beberapa hari, klasifikasi mikrobiologi
biasanya tidak mungkin pada saat awal diagnosis.
Skema klasifikasi kombinasi
Umumnya klinisi telah mengklasifikasi pneumonia berdasar
karakteristik klinis,membagi mereka menjadi akut (kurang dari tiga
minggu) dan kronik. Hal ini berguna karena pneumonia kronik
cenderung untuk lebih tidak infeksisus,atau mycobakterial, jamur
atau gabungan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi jalan
napas.
Pneumonia
akut
lebih
jauh
dibagi
menjadi
bronchopneumonnia klasik (seperti Streptococcus pneumoniae),
pneumonia atipikal (seperti pneumonitis interstisial dari
Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydia pneumoniae)dan
sindroma aspirasi pneumonia. Kombinasi klasifikasi klinis adalah
pola klasifikasi yang paling sering digunakan sekarang ,usaha untuk
mengenali faktor resiko seseorang ketika dia pertama kali datang
untuk perhatian medis. Keuntungandari pola klasifikasi ini
dibandingkan dengan sebelumnya adalah dapat membantu
menunjukkan pilihan terapi awal yang tepat bahkan sebelum sebab
mikrobiologi dari pneumonia diketahui. Terdapat dua kategori besar
dari pneumonia didalam skema ini: Community acquired pneumonia
dan hospital acquired pneumonia. Community acquired pneumonia
(CAP) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit baru-baru ini.CAP adalah tipe
pneumonia yang paling sering. Penyebab paling sering dari CAP
berbeda tergantung usia seseorang, tetapi mereka termasuk
Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus
influenzae. Di atas semuanya itu , Streptococcus pneumoniae adalah
penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.Bakteri gram negatif
menyebabkab CAP pada populasi beresiko tertentu. CAP adalah

penyebab paling umum keempat kematian di United Kingdom dan


keenam di AS .Suatu istilah yang ketinggalan jaman,walking
pneumonia telah digunakan untuk mendeskripsikan tipe dari
Community acquired pneumonia yang lebih tidak ganas (karena itu
fakta bahwa pasien dapat terus berjalan daripada membutuhkan
perawatan rumah sakit). Walking pneumonia biasanya disebabkan
oleh virus atau bakteri atipikal. Hospital acquired pneumonia, juga
disebut pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang disebabkan
selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit
lain atau prosedur. Penyebabnya,mikrobiologi,perawatan dan
prognosis berbeda dari community acquired pneumonia. Hampir 5%
dari pasien yang diakui pada rumah sakit untuk penyebab yang lain
sesudahnya berkembang menjadi pneumonia. Pasien rawat inap
mungkin mempunyai banyak faktor resiko untuk pneumonia,
termasuk ventilasi mekanis,malnutrisi berkepanjangan, penyakit
dasar jantung dan paru-paru, penurunan jumlah asam lambung dan
gangguan imun.Sebagai tambahan, mikroorganisme seseorang yang
terekspos di suatu rumah sakit berbeda dengan yang dirumah.
Mikroorganisme di suatu rumah sakit mungkin termasuk bakteri
resisten seperti MRSA, Pseudomonas, Enterobacter, dan Serratia.
Karena individu dengan Hospital acquired pneumonia biasanya
memiliki penyakit yang mendasari dan terekspos dengan bakteri
yang lebih berbahaya, cenderung lebih mematikan daripada
Community acquired pneumonia. Ventilator associated pneumonia
(VAP) adalah bagian dari hospital acquired pneumonia. VAP adalah
pneumonia yang timbul setelah minimal 48 jam sesudah intubasi
dan ventilasi mekanis. Tipe lain dari pneumonia :
1. Severe acute respiratory syndrome (SARS)
SARS adalah pneumonia yang sangat menular dan
mematikan yang pertama kali muncul pada tahun 2002
setelah kejadian luar biasa di Cina. SARS disebabkan oleh
SARS coronavirus, sebelumnya patogen yang tidak
diketahui. Kasus baru dari SARS tidak terlihat lagi sejak
bulan juni 2003.
2. Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia (BOOP)

BOOP disebabkan oleh inflamasi dari jalan napas kecil dari


paru-paru. Juga dikenal sebagai cryptogenic organizing
pneumonitis (COP).
3. Pneumonia eosinofilik
Pneumonia eosinofilik adalah invasi kedalam paru oleh
eosinofil,sejenis partikel sel darah putih. Pneumonia
eosinofilik sering muncul sebagai respon terhadap infeksi
parasit atau setelah terekspos oleh tipe faktor lingkungan
tertentu.
4. Chemical pneumonia
Chemical pneumonia (biasanya disebut chemical
pneumonitis) biasanya disebabkan toxin kimia seperti
pestisida, yang mungkin memasuki tubuh melalui inhalasi
atau melalui konta dengan kulit. Manakala bahan toxinnya
adalah minyak,pneumonia disebut lipoid pneumonia.
5. Aspiration pneumonia
Aspiration pneumonia (atau aspiration pneumonitis)
disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung,entah ketika makan atau setelah muntah. Hasilnya
inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat
menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin
mengandung bakteri anaerobic atau penyebab lain dari
pneumonia. Aspirasi adalah penyebab kematian di rumah
sakit dan pada pasien rawat jalan, karena mereka sering
tidak dapat melindungi jalan napas mereka dan mungkin
mempunyai pertahanan lain yang menghalangi.
f. Terapi
Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus
menjalani rawat inap. Umumnya antibiotik oral,istirahat,cairan dan
perawatan rumah sudah mencukupi untuk kesembuhan sepenuhnya.
Bagaimanapun, seseorang dengan pneumonia yang memiliki
kesulitan bernapas ,orang dengan masalah kesehatan lain dan para
orang tua mungkin memerlukan perawatan yang lebih ahli. Jika
gejala-gejalanya bertambah buruk, pneumonia tidak bertambah baik
dengan perawatan di rumah atau muncul komplikasi, orang tersebut
harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Antibiotik digunakan

untuk mengobati pneumonia yang disebabkan bakteri.


Sebaliknya,antibiotik tidak berguna untuk pneumonia yang
disebabkan virus, meskipun kadang juga digunakan untuk
mengobati atau mencegah infeksi bakteri yang dapat muncul pada
kerusakan paru oleh pneumonia yang disebabkan virus. Pilihan
antibiotik tergantung dari sifat pneumonia, mikroorganisme yang
paling umum menyebabkan pneumonia berada pada daerah sekitar
dan status imun dan kesehatan dari masing-masing
individu.Pengobatan untuk pneumonia seharusnya didasarkan pada
mikroorganisme
penyebab
dan
sensitivitas
antibiotik.
Bagaimanapun, penyebab spesifik pneumonia diidentifikasikan pada
hanya 50% orang bahkan setelah evaluasi ekstensif. Karena
pengobatan secara umum seharusnya tidak ditunda pada seseorang
dengan pneumonia yang serius, pengobatan empiris biasanya
dimulai sebelum laporan laboratorium tersedia. Di United Kingdom
amoxicillin adalah antibiotik yang dipilih untuk sebagian besar
pasien dengan Community acquired pneumonia, kadangkala
ditambah dengan chlarithromycin:pasien yang alergi terhadap
penisilin diberi erithromycin,bukannya amoxicillin. Di Amerika
Utara dimana bentuk khas dari community acquired pneumonia
cocok dengan azithromycin,claritromycin dan flouroquinolon
menggantikan amoxicillin sebagai pengobatan tahap awal.
Pengobatan konservatif selama 7 sampai 10 hari,tetapi ada fakta
yang menunjukan dalam waktu yang singkat (diperpendek menjadi 3
hari) cukup. Antibiotik yang digunakan untuk hospital aquiredpneumonia meliputi vancomycin, sefalosporin generasi III dan IV,
carbapenem, flouroquinolon dan aminoglikosida. Antibiotikantibiotik ini diberikan secara intravena. Bermacam antibiotik dapat
diatur dengan kombinasi pada percobaan pengobatan yang mungkin
bisa untuk semua mikroorganisme penyebab. Antibiotik pilihan
berubah dari satu rumah sakit dengan rumah sakit yang
lain,mungkin disebabkan perbedaan daerah dari mikroorganisme dan
perbedaan kemampuan mikroorganisme melawan bermacam
antibiotik. Seseorang yang kesulitan bernapas karena pneumonia,
harus segera mendapatkan tambahan oksigen. Individu yang sakit
parah membutuhkan perawatan intensif,termasuk intubasi dan
ventilasi buatan. Pneumonia viral yang disebabkan oleh virus

influenza
A dapat
diobati
dengan
rimantadini
atau
amantadine,walaupun pneumonia viral karena influenza A atau B
dapat diobati dengan oseltamivir atau zanamivir.Pengobatan ini
hanya bermanfat bila mereka dengan permulaan gejala awal kurang
dari 48 jam.Banyak gejala dari H5N1 influenza A,juga dikenal
sebagai Avian influenza atau flu burung menunjukan kekebalan
terhadap rimantidine dan amantidine.Tidak diketahui pengobatan
yang
efektif
untuk
pneumonia
virus
karena
SARS,coronavirus,adenovirus,hantavirus,atau parainfluenza virus.
f. Komplikasi
Kadang-kadang pneumonia berperan penting dalam penambahan
masalah medis yang disebut komplikasi.Komplikasi yang paling
sering disebabkan oleh pneumonia karena bakteri daripada
pneumonia karena virus.Komplikasi yang penting meliputi : Gagal
nafas dan sirkulasi Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang
yang menderita pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak
mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar
tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu
seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam
kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator
dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat
menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon
inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat
kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan
penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi
mekanik yang dibutuhkan. Syok sepsis dan septik merupakan
komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena
mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun
melalui sekresi Sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia
karena bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu
penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit
perawatan intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan
infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan
darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat menyebabkan
kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering

menyebabkan kematian. Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada


paru-paru akan menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan
dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika
mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan
ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan
pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan
diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran
lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada. Pada
kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan.Jika cairan tidak
dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlangsung lama, karena
antibiotik tidak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.
Jarang, bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan
yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan
foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi
pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe
bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada
paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli
radiologi.
g. Prognosis Dan Mortalitas
Dengan pengobatan, sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri
dapat diobati dalam satu sampai dua minggu. Pneumonia karena
virus mungkin berakhir lama,pneumonia karena mycoplasma
memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama
sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia tergantung dari
bagaimana seseorang sakit,kapan dia didiagnosa pertama kalinya.
Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnya
pneumonia atau CURB-65 score, dimana memerlukan perhitungan
dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan umur. Skor ini dapat
membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di rumah sakit
atau tidak. Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia
pnemuccocal akan meninggal dunia. Dalam beberapa kasus dimana
pneumonia dapat berkembang menjadi racun di darah(bakteremia),1
dari
5
orang
akan
meninggal.
Angka
kematian
(mortalitas)tergantung juga penyebab utama dari pneumonia.
Misalnya pneumonia karena mycoplasma dihubungkan dengan
sedikit kematian. Bagaimanapun sebagian orang timbul methilcillin-

resistant Staphyloccocus aureus (MRSA) pneumonia melalui


ventilator akan meninggal. Pada daerah-daerah didunia tanpa
kemajuan sistem perawatan kesehatan, pneumonia merupakan
ancaman kematian. Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah
sakit, akses terbatas untuk sinar x, terbatasnya antibiotik pilihan dan
ketidakmampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak dapat
dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.
h. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya infeksi
pneumonia.Terapi tepat penyakit utama (seperti AIDS) dapat
mengurangi resiko seseorang terhadap pneumonia. Berhenti
merokok sangat penting tidak hanya membantu membatasi
kerusakan paru etapi juga karena asap rokok mengganggu sistem
pertahanan tubuh alami terhadap pneumonia. Penelitian menunjukan
bahwa banyak cara untuk mencegah pneumonia pada bayi baru lahir.
Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus,chlamydia
trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan untuk
pengobatan,mengurangi pneumonia pada bayi. Penghisapan melalui
mulut dan tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion berwarna
meconium mengurangi jumlah dari pneumonia karena aspirasi.
Vaksin penting untuk pencegahan pneumonia pada anak-anak dan
dewasa.Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus
pneumonia dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik
pada masa anak-anak. Vaksin terhadap streptococcus pneumonia
juga dapat diberikan pada orang dewasa. Di Amerika Serikat,
sekarang dianjurkan untuk semua orang yang sampi usia 65 tahun,
dewasa dengan emphysema,gagal jantung kongestif atau yang tidak
mempunyai limpa diwajibkan mendapat vaksinasi ulang setelah 510 tahun. Vaksin influensa akan diberikan sekali setahun pada orang
yang sama yang menerima vaksinasi terhadap streptoccocus
pneumonia. Disamping pekerja kesehatan perawat tetap,dan wanita
hamil yang dapat menerima vaksin. Bilamana terjadi penularan
influenza dapat diberikan obat-obatan amantadine, rimantadine dan
oseltamivir untuk membantu pencegahan terhadap influenza.
i. Epidemiologi

Pneumonia merupakan suatu penyakit yang terjadi pada semua


tempat di dunia. Merupakan salah satu kasus terbesar penyebab
kematian pada semua kelompok umur. Pada anak-anak,mayoritas
penyebab kematian yang terjadi pada saat kelahiran. Dengan lebih
dari 2 juta kematian dalam setahun meliputi seluruh dunia.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 3
kelahiran bayi meninggal akibat pneumonia. Kematian akibat
pneumonia umumnya berkurang pada umur paling hingga masa
dewasa. Orang lanjut usia,kadang-kadangada resiko khusus terhadap
pneumonia dan dihubungkan dengan kematian. Lagi pula kasus
pneumonia terjadi selama musim dingin daripada waktu lain
sepanjang tahun. Pneumonia biasanya sering terjadi pada laki-laki
daripada wanita, dan seringkali pada orang kulit hitam daripada
kaukasian.Individu dengan penyakit utama seperti penyakit
alzheimers, fibrosis kistik, emphysema, perokok tembakau,
alkoholisme atau masalah dengan sistem imun menambah resiko
terjadinya pneumonia. Individu-individu ini juga mungkin dapat
terjadi pneumonia yang berulang. Orang yang masuk rumah sakit
dengan sedikit alasan juga resiko tinggi terhadap pneumonia.
j. Sejarah
Gejala-gejala dari pneumonia yang digambarkan oleh Hippocrates
(c.460 BC-380BC): Peripneumonia dan pleuritis dapat diamati jika
demam akut, dan jika sakit pad salah satu bagian atau keduanya jika
bernapas,jika ada batuk dengan pengeluaran sputum berwarna
kemerahan atau kelabu kehitaman atau juga encer,berbusa dan
kemerah-merahan atau memiliki karakter lain yang berbeda dari
keadaan ketika pneumonia menjadi parah, kasus ini terlalu sulit
ditolong,jika dia tidak menyingkirkan, jika ada sesak dan sedikit
jumlah urine dan bau tajam, berkeringat sekitar leher dan kepala,
berkeringat seperti itu keadaan buruk beralih ke mati lemas, rales
dan memperoleh siksaan yang sangat dari penyakit tersebut.
Bagaimanapun, Hippocrates sendiri mengarahkan pneumonia
sebagai suatu penyakit istilah kuno. Dia juga melaporkan hasil
pengaliran empyema melalui pembedahan. Maimonides (1138-1204
AD) mengamatidasar gejala-gejala terjadinya pneumonia dan tidak
pernah ketinggalan meninjau,demam akut,pita perekat sakit pada

samping (pleuritis), laju nafas pendak,denyut yang bergerigi dan


batuk. Gambaran klinik ini sungguh mirip seperti ditemukan dalam
buku-buku modern, dan itu memperluas pemikiran tentang
pengetahuan kedokteran bertahun-tahun yang lalu ke dalam abad ke
19. Bakteri pertama kali ditemukan pada jalan nafas pada individu
yang meninggal karena pneumonia oleh Edwin Klebs pada tahun
1875.(16) Pertama kali teridentifikasi dua bakteri penyebab
Streptoccocus pneumonia dan Klebsiella pneumonia yang
menemukan Carl Friedlander dan Albert Frankel pada tahun 1882
dan 1884, berturut-turut. Friedlander pertama kali memperkenalkan
pewarnaan gram pada pemeriksaan dasar laboratorium masih
digunakan untuk mengidentifikasi dan membagi bakteri. Paper
Cristian Grams menguraikan cara ini pada tahun 1884 untuk
membantu membedakan antara dua bakteri yang berbeda dan
menunjukan yang dapat menyebabkan pneumonia dapat lebih dari
satu mikroorganisme. Sir William Osler,dikenal sebagaibapak
kedokteran modern menyadari morbiditi dan mortalitas dari
pneumonia,menggambarkan itu sebagaikapten dari manusia yang
sudah mati. Bagaimanapun, beberapa kunci perkembangan pada
tahun 1900 mengembangkan hasil untuk pneumonia. Dengan
perkembangan dari penicillin dan antibiotik yang lain,teknik
pembedahan modern, dan perawatan intensif dalam abad ke 20,
kematian dari pneumonia menurun dengan cepat pada negara
berkembang. Vaksinasi pada bayi terhadap haemophillus influenza
type B mulai tahun 1988 dan penurunan yang dramatik pada kasuskasus sesudahnya. Vaksinasi terhadap streptoccocus pneumonia pada
orang dewasa mulai tahun 1977 dan pada anak-anak mulai tahun
2000, hasilnya menunjukan penurunan yang sama.
3. Patofisiologi Dispnea (Sesak Napas)
Dispnea merupakan interaksi berbagai sinyal dan reseptor dealam
sistem saraf otonom, korteks motorik dan reseptor di saluran napas
atas, paru dan dinding dada. Kompleks pernapasan pada batang otak
diaktifkan oleh input aferen dari berbagai reseptor, emosi, latihan,
paru, saluran napas dan dinding dada. Input aferen ini dipersepsikan
sebagai dispnea oleh korteks sensorik primer pada otak. Informasi

aferen dari reseptor saluran napas, paru dan dinding dada umumnya
melalui batang otak sebelum mencapai korteks sensorik namun ada
kemungkinan informasi tadi langsung ke korteks sensorik melalui
mekanisme yang belum diketahui. Emosi, kognitif dan perilaku
langsung mempengaruhi pusat dispnea pada otak.
Komponen yang dapat menyebabkan dispnea yaitu stimulasi
kemoreseptor, latihan, emosi, kondisi paru, saluran napas, dinding
dada, kognitif dan perilaku. Sensasi usaha bernafas (sense of
respiratory effort) berasal dari batang otak menuju korteks sensorik
primer selanjutnya menuju korteks motorik primer. Sinyal tersebut
kemudian diteruskan ke otot-otot ventilasi sehingga dinding dada
mengembang, paru inflasi dan dan terjadi inspirasi.
Reseptor Dispnea
a. Kemoreseptor
Kemoreseptor adalah suatu reseptor yang berespons terhadap
perubahan komposisi kimia darah atau cairan lain di sekitarnya.
Faktor kimia yang berperan dalam menentukan besarnya ventilasi
(pernapasan) yaitu tekanan parsia karbondioksida (pCO2) , tekanan
parsial oksigen (pO2) dan konsentrasi ion Hidrogen (H+) darah arteri.
Kemoreseptor terdiri atas kemoreseptor sentral yang memonitor
konsentrasi H+ cairan serebrospinalis dan kemoreseptor perifer yang
sensitive terhadap penurunan O2 darah arteri. Perubahan pCO2 dan
pO2 dirasakan oleh kemoreseptor sentral di medulla dan oleh
kemoreseptor perifen di aorta dan arteri carotis. Sinyal dari
kemoreseptor dikirim kembali ke pusat pernapasan di batang otak
yang mengatur pernapasan untuk mempertahankan homeostasis
(keseimbangan) gas darah dan asam basa. Kemoreseptor terdiri
atas :
1) Hiperkapnia berarti jumlah CO2 yang berlebihan dalam tubuh dan
dapat menjadi penyebab dispnea. Hiperkapnia secara reflex
merangsang pusat pernapasan serta menyebabkan peningkatan
ventilasi yang mendorong eliminasi kelebihan CO2 ke atmosfer.
Hiperkapnia menyebabkan dispnea tanpa peningkatan aktivitas otot
pernapasan. Baik subjek normal maupun pasien dengan penyakit

paru menjadi sesak ketika CO2 ditambahkan pada gas yang mereka
hirup, tidak jelas bagaimana hubungan hiperkapnia dengan sesak
napas pada pasien tersebut. Pengaruh CO2terhadap dispnea terjadi
karena perubahan pH pada tingkat kemoreseptor pusat.

dan volume paru yang dihasilkan. Fenomena saerupa terjadi pada


pasien yang memakai ventilasi mekanik, dispnea terjadi karena
sistem ventilator yang dipilih oleh dokter mungkin tidak sesuai
dengan keinginan pasien.

2) Hipoksia berarti kekurangan oksigen, akan menyebabkan dispnea.


Dalam beberapa penelitian, subjek normal selama latihan menjadi
sesak saat menghirup gas hipoksik, sebaliknya sesak lebih berkurang
dengan menghirup oksigen 100% disbanding menghirup udara
biasa. Namun pada penelitian lain mendapatkan beberapa penderita
hipoksia tidak mengalami dispnea dan banyak penderita dengan
dispnea yang tidak hipoksia, juga ditemukan hanya sedikit
pengurangan sesak pada hipoksia yang dikoreksi.

d. Exercise

b. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor adalah reseptor yang berespons terhadap perubahan
mekanik. Reseptor ini terdapat pada saluran napas atas, paru dan
dinding dada. Reseptor iritan pada epitel saluran napas
menyebabkan terjadinya bronkokontriksi dan bertanggung jawab
terhadap perubahan mekanik dan dan rangsang kimia. Reseptor
iritan diaktifkan oleh rangsangan yang melewati saluran napas
seperti asap rokok, inhalasi debu udara dingin dan gas berbahaya.
Reseptor iritan ini berperan pada bronkokonstriksi serangan asma.
Mekanoreseptor sensitive terhadap perubahan bentuk saluran napas
atau perubahan tekanan transmural. Reseptor tersebut akan
mengirimkan informasi, melintasi dinding saluran napas, yang
menyebabkan dispnea. Mekanoreseptor di sendi, tendon dan otot
dada mengirim informasi ke otak dalam membentuk sensasi
pernapasan. Penambahan beban pernapasan eksternal diduga
berperan penting dalam menyebabkan sensasi dispnea.
c. Afferent mismatch
Afferent mismatch adalah teori ketidakimbangan antara panjang dan
keregangan yang dapat menyebabkan dispnea. Berdasarkan teori ini,
dispnea terjadi karena gangguan terhadap hubungan antara kekuatan
yang dihasilkan oleh otot pernapasan dengan perubahan panjang otot

Exercise (latihan) bisa menyebabkan dispnea, ditunjukkan dengan


peningkatan ventilasi. Factor yang berperan meningkatkan ventilasi
selama latihan adalah perubahan kimiawi dalam cairan tubuh selama
latihan termasuk peningkatan CO2, peningkatan H+ dan pewnurunan
O2. Gerakan tubuh selama latihan terutama lengan dan tungkai
meningkatkan ventilasi paru dengan cara merangsang
mekanoreseptor sendi dan otot, selanjutnya menjalarkan informasi
aferen ke pusat pernapasan. Hipoksia yang terjadi dalam otot selama
latihan menghasilkan sinyal aferen ke pusat pernapasan sehingga
juga merangsang pernapasan. Peningkatan ventilasi tersebut suatu
saat akan menyebabkan individu mulai merasakan bernapas pendek
sehingga dapat dikatakan sesak meningkat secara proporsional
dengan peningkatan ventilasi.
e. Persepsi
Persespsi adalah sensasi dispnea bisa dimodifikasi oleh sistem saraf
pusat yang lebih tinggi sehingga status emosional, pengalaman
sebelumnya dan fungsi kogniif individu mempengaruhi pengalaman
dispnea seseorang. Penelitian terbaru mendukung bahwa intensitas
dispnea dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya.

4. Penyebab demam tak kunjung sembuh


Pada kasus diskenario ini, pasien mengeluh demam tak kunjung
sembuh walaupun sudah diberi obat penurun demam. Hal ini dapat
disebabkan oleh pemberian obat lini pertama yang tidak tepat
sasaran. Sehingga agen pencetus demam tidak dapat terbunuh dan
tetap berkembang biak ditubuh walaupun sudah diberikan obat

penurun demam. Contohnya adalah jika demam disebabkan karena


bakteri gram (-) tetapi diberikan obat penicillin, yang fungsinya
membunuh dinding sel bakteri, dengan begitu agen penyebab
penyakit tidak mati dan demam pun tak kunjung turun. Beberapa
penyebab terjadinya demam, antara lain:
Infeksi virus
Pada infeksi virus, biasanya demam akan disertai beberapa keluhan
lain seperti batuk, pilek, tenggorokan sakit, otot dan badan terasa
pegal-pegal, diare, mual, muntah, dll. Infeksi akibat virus dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian antibiotik, tergantung
dari daya tahan tubuh penderita. Jika daya tahan tubuh baik, maka
keluhan hanya dirasakan selama beberapa hari, namun jika daya
tahan tubuh kurang baik maka keluhan dapat berlangsung selama
satu atau dua minggu. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengatasi
keluhan yang ada.
Infeksi bakteri
Infeksi bakteri dapat menyerang semua organ di dalam tubuh.
Keluhan-keluhan yang timbul menyertai demam tergantung dari
organ yang diserang oleh bakteri tersebut. Penyakit tipes, merupakan
infeksi yang disebabkan oleh kuman S.typhii pada usus. Karena itu,
disamping menimbulkan demam akan terdapat beberapa keluhan
saluran cerna lainnya seperti diare, mual, muntah, konstipasi, dll.
Infeksi bakteri ini baru dapat diatasi dengan pemberian antibiotik.
Tanpa pemberian antibiotik, penyakit sulit untuk disembuhkan dan
akan berlangsung lama bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang
tidak diinginkan.
Infeksi parasit, misal : malaria
Penggunaan obat-obatan, seperti procainamide, isoniazid, quinidin,
diphenilhidantoin,dll.

Penyakit-penyakit lain, seperti : penyakit gangguan sistem imun,


penyakit kolagen dan penyakit autoimun (Seperti penyakit lupus,
rheumatoid artritis, dll).
Untuk mengetahui penyebab timbulnya demam pada diri anda, perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan secara langsung dan mungkin
diperlukan juga beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti
pemeriksaan darah lengkap, tes widal, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai