Anda di halaman 1dari 10

Definisi PJK

Menurut WHO (1997), Penyakit Jantung Koroner (coronary heart diseases)


merupakan ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik yang timbul karena
kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit
pada system nadi koroner.
Menurut American Heart Assosiation (AHA 1980), Penyakit Jantung Koroner
merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana
terdapat penebalan dalam dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak
yang mengganggu aliran darah ke otot jantung yang akibatnya dapat mengganggu
fungsi jantung.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran dalam
arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tak akan
timbul keluhan atau manifestasi klinik, dalam keadaan normal, dimana areteri
koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan
jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah, sebab aliran darah
koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan
cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada saat
melakukan aktifitas fisik, bekerja atau olah raga. Mekanisme pengaturan aliran
koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan terpenuhi,
sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Rilantono,
1996)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner
yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada
pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya atheroma atau
atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga suplai darah ke otot
jantung menjadi berkurang (Maulana,2008).
Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga tidak cukup
suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan nutrisi untuk
menggerakkan jantung secara normal (Soeharto,2004).
Penyakit janutng koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot
jantung (Soeharto, 2001).

Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)


PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK
meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65
tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada
tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap
akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).
(WHO, 2002)

Etiologi PJK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya arteroskelorsis (kekakuan arteri)
maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding
arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun.
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak
pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran, pembekuan darah, dan lain-lain yang kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran
darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina
Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal
dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi


Kadar Kolesterol HDL rendah
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Merokok
Diabetes Mellitus
Kegemukan
Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
Kurang olah raga
Stress

Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Orang bisa terkena penyakit
jantung koroner jika seseorang tersebut mempunyai berat badan yang berlebihan
(overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol
tinggi bisa juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok,
kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.

Patofisiologi PJK
Terjadinya PJK akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan
oksigen otot jantung, sehingga terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan
yang menurun, atau gabungan keduanya, yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Denyut jantung yang meningkat, kuat kontraksi yang meningkat, tegangan


dinding ventrikel yang meningkat merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan akan oksigen dari otot jantung. Sedangkan faktor yang
mengganggu penyediaan oksigen, antara lain tekanan pembuluh darah koroner
yang meningkat (salah satunya karena aterosklerosis yang mempersempit saluran
sehingga meningkatkan tekanan). Timbulnya penyakit jantung koroner disebabkan
aterosklerosis yang ditandai dengan pertumbuhan lemak yang progresif lambat
pada dinding arteri yang disebut plek.

Klasifikasi PJK
Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari:
1. Angina pektoris stabil (APS)
Sindroma klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu,
punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik atau stres emosional dan
keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau dengan obat nitrogliserin. Sindroma
2. Koroner Akut (SKA)
Sindroma klinik yang mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya
erosi, fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan trombosis
intravaskular yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan
oksigen miokard. Yang termasuk SKA adalah :
3. Angina pektoris tidak stabil (UAP, unstable angina pectoris), yaitu:
Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat
dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
Pasien dengan angina yang bertambah berat, sebelumnya angina stabil,
lalu serangan angina muncul lebih sering dan lebih lama (>20 menit), dan
lebih sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan
4. Infark miokard akut (IMA), yaitu Nyeri angina yang umunya lebih berat
dan lebih lama (30 menit atau lebih). IMA bisa berupa Non ST elevasi
infark miokard (NSTEMI) dan ST elevasi miokard infark (STEMI)

Manifestasi Klinis PJK

Nyeri dada: seperti tertekan, seperti diperas, atau seperti tertindih


benda berat
Sesak
Durasi biasanya > 30 menit
Menjalar ke lengan, leher, bahu, rahang
Keluhan lain: keringat dingin, mual, muntah

Pemeriksaan Penunjang PJK:


Tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana
sampai yang invasif sifatnya.

Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan
aktifitas
listrik
jantung,
atau
gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk
memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan
jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.

Foto Rontgen Dada


Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, adatidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah
berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut
pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat
membesar.

Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida
sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui
ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim
jantung.

Penatalaksanaan Medis
1. Rawat di ruangan intensif (ICU/ICCU)

2. Tirah baring
3. Terapi oksigen (4 lpm)
4. IV line (NaCl/ RL)
5. Diet
a. Puasa 8 jam pertama pada saat serangan
b. Makan cair 24 jam, dilanjutkan makan lunak
6. Monitoring EKG
7. Obat-obatan (Analgetic, Sedatif, Antiplatelet, Beta Adrenergic Bloking Agent,
Laxatif)
8. Terapi trombolitik
9. PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty)
10. CABG (Coronary Artery Bypass Graft Surgery)
11. Program rehabilitasi
12. Pendidikan kesehatan
Tatalaksana STEMI:
1. Primary PTCA (Pertcutaneus Transluminal Coronary Angioplasty
2. Trombolitik (bila mulai serangan < 12 jam)
3. Bila > 12 jam : heparin
Tatalaksanan NSTEMI:
1. Primary PTCA pada kelompok resiko tinggi
2. Heparin
3. Asrpirin
4. Nitrat
5. Obat penyekat beta
RENPRA
NO Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil

intervensi

keperawatan
Penurunan curah
jantung b/d respon
fisiologis otot
jantung,
peningkatan
frekuensi, dilatasi,
hipertrofi atau
peningkatan isi
sekuncup

NOC : Cardiac Pump


effectiveness Circulation
Status Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam
rentang normal
(Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan v
Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
Tidak ada penurunan
kesadaran

NIC : Cardiac Care


Evaluasi adanya
nyeri dada
(intensitas,lokasi,
durasi)
Catat adanya
disritmia jantung
Catat adanya
tanda dan gejala
penurunan cardiac
putput
Monitor status
kardiovaskulr
Monitor status
pernafasan yang
menandakan
gagal jantung
Monitor
abdomen sebagai
indicator
penurunan perfusi
Monitor balance
cairan
Monitor adanya
perubahan
tekanan darah
Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
Monitor toleransi
aktivitas pasien
Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan
stress Vital Sign
Monitoring

Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor adanya
pulsus paradoksus
Monitor adanya
pulsus alterans
Monitor jumlah
dan irama jantung
Monitor bunyi
jantung
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor suara
paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,

Intoleransi aktivitas NOC :


b/d curah jantung
Energy conservation
yang rendah,
Self Care : ADLs Kriteria
ketidakmampuan
Hasil :
memenuhi
Berpartisipasi dalam
metabolisme otot
aktivitas fisik tanpa disertai
rangka, kongesti
peningkatan tekanan darah,
pulmonal yang
nadi dan RR
menimbulkan
Mampu melakukan aktivitas
hipoksinia, dyspneu
sehari hari (ADLs) secara
dan status nutrisi
mandiri
yang buruk selama
sakit Definisi :
Ketidakcukupan
energu secara
fisiologis maupun
psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan
aktifitas yang
diminta atau
aktifitas sehari hari.

bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

NIC : Energy
Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien Activity Therapy
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social

Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

DAFTAR PUSTAKA

A.Muin Rahman. Penyakit Jantung Koroner Kronik. Manifestasi Klinis dan


Prinsip Penatalaksanaan. Hal. 1091
Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis,
Arief Mansyoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran . Jilid I Penerbit : Media
Aescolapius FK UI Jakarta : 2001.
H.M Syifulloh Noer dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Penerbit FK UI Jakarta :
1996..
Syaifuddin . Anatomi Fisiologi Untuk siswa Perawat. EGC Jakarta :1997
Nanda Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.2010.
Jakarta:EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

Anda mungkin juga menyukai