Anda di halaman 1dari 13

GOVERNANCE

Kelompok 4
Reni Tjahyadi
(0112U015)
Firna Sri Rezeki
(0112U267)
Prisillia Angel Tantri (0112U287)

1. PENGERTIAN DAN TUJUAN CORPORATE


GOVERNANCE

Corporate governance adalah rangkaian


proses terstruktur yang digunakan untuk
mengelola serta mengarahkan atau
memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi
dengan tujuan untuk meningkatkan nilainilai perusahaan serta komunitas usaha.
Terdapat beberapa pemahaman tentang
pengertian corporate governance.

Konsep Dasar Good Corporate Governance

Dua teori utama yang


terkait dengan corporate governance menurut
Chinn (2000) dan Shaw (2003) adalah
stewardship theory dan agency theori.
Stewardship theory dibangun di atas asumsi
filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa
manusia pada hakekatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggung
jawab, memiliki integritas dan kejujuran
terhadap pihak lain.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance


1. Keterbukaan Informasi (Transparency)
Transparency bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibilities)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian dan kepatuhan di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4. Kemandirian (Independency)
Independensi adalah suatu keadaan ketika perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Pelaksana
5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Kesetaraan dan kewajaran dapat didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan
yang berlaku.

3. Tujuan dan Manfaat serta Praktik Good


Corporate Governance
Secara umum manfaat
GCG dapat dilihat dari 2 cara
pandang, yaitu secara mikro dan
secara makro. Manfaat secara
mikro tersebut antara lain:
1.Menurunkan resiko
2.Meningkatkan nilai saham
3.Menjamin kepatuhan
4.Memiliki daya tahan
(sustainability)
5.Memacu kinerja
6.Membantu penerimaan negara

Sedangkan manfaat
secara makro yaitu terjadinya
pemulihan ekonomi yang akan
dirasakan oleh seluruh
masyarakat secara nasional
antara lain:
1.Pertumbuhan ekonomi
meningkat secara wajar
2.Kesempatan kerja semakin
besar dan
3.Daya saing lokal maupun
internasional meningkat.

4.. Contoh-contoh penerapan GCG


Hasil Penilaian Penerapan GCG Berdasarkan
Company Corporate Governance Scorecard
Aspek Pengujian

2009

(%

2011

Capaian)

Capaian)

I. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS

6,99

7,96

II. Kebijakan Good Corporate Governance

6,84

7,59

III. Penerapan Good Corporate Governance

A. Komisaris

19,42

25,42

B. Komite Komisaris

5,29

5,03

C. Direksi

22,21

25,27

D. Satuan Pengawasan Intern SPI

2,66

2,85

E. Sekretaris Perusahaan

2,70

2,73

IV. Pengungkapan Informasi (Disclosure)

6,64

5,92

V. Komitmen

8,05

9,11

Skor Keseluruhan

80,79

91,87

Peringkat Kualitas Penerapan GCG

BAIK

SANGATBAIK

(%

Hasil Penilaian Penerapan GCG Tahun 2011


Berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia.

5. Struktur Tata Kelola


Perusahaan
Organ utama GCG (GCG)

adalah:
1.Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) sebagai forum
pengambilan keputusan
tertinggi bagi Pemegang
Saham
2.Perseroan Dewan Komisaris
sebagai pengawas jalannya
pengelolaan Perseroan oleh
Direksi
3.Direksi sebagai pengelola
Perseroan

Elemen lain yang


mendukung struktur tata kelola
tersebut adalah :
1.Komite Audit yang membantu
Dewan Komisaris dalam
mengawasi kebijakan
keuangan
2.Sekretaris Perusahaan yang
menjadi penanggung jawab
untuk efektifitas penerapan
Tata Kelola Perusahaan di
Perseroan
3.Audit Internal dan Manajemen
Risiko

6. Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk membantu proses pengawasan terutama terkait
dengan pengendalian internal, manajemen risiko, pelaporan
keuangan dan aktvitas audit.
komite audit memiliki tanggung jawab kunci sebagai berikut:
1.Mengawasi proses penyusunan laporan keuangan yang dapat
dipercaya dan kredibel
2.Memastikan sistem pengendalian internal efektif.
3.Menyeleksi dan mengurus fee auditor eksternal.
4.Menyerap sebanyak mungkin informasi kunci.
5.Mengawasi manajemen risiko dan kepatuhan atas hukum dan
undang-undang yang mempengaruhi perusahaan.

7. Jenis Komite Audit


1. Komite Audit di Perbankan Indonesia
Dewan Audit dalam perbankan memiliki 6 (enam) tanggung jawab
sebagai berikut :
Menyetujui Internal Audit Charter , menanggapi rencana audit intern dan
masalah-masalah yang ditemukan oleh Auditor Intern serta menentukan
pemeriksaan khusus oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) apabila terdapat
dugaan terjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
Mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam hal auditee tidak
menindaklanjuti laporan Kepala SKAI.
Memastikan bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Bank
Indonesia serta Instansi lain yang berkepentingan telah dilakukan dengan
benar dan tepat waktu. Selain itu, Bank juga mematuhi ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Memastikan bahwa manajemen menjamin baik auditor ekstern maupun
intern dapat bekerja sama dengan standar auditing yang berlaku.
Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai prinsip
pengelolaan bank secara sehat.
Menilai efektivitas pelaksanaan fungsi SKAI.Seperti halnya komite audit di
perusahaan.

2. Komite Audit di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Pada pasal 14 ayat 1, antara lain disebutkan bahwa Komisaris / Dewan
Pengawas harus membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan
berfungsi membantu Komisaris / Dewan Pengawas dalam melaksanakan
tugasnya.
Pada pasal 22 ayat 2 butir e, juga disebutkan bahwa monitoring yang
merupakan salah satu bagian dari sistem pengendalian internal adalah proses
penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian internal termasuk fungsi internal
audit pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi BUMN, sehingga dapat
dilaksanakan secara optimal, dengan ketentuan bahwa penyimpangan yang
terjadi dilaporkan kepada Direksi dan tembusannya disampaikan kepada Komite
Audit.
Pada pasal 25, pasa 1 dan 2 disebutkan eksternal auditor harus ditunjuk oleh
RUPS / Pemilik Modal dari calon yang diajukan oleh Komisaris / Dewan
Pengawas berdasarkan usul Komite Audit. Komite Audit melalui Komisaris /
Dewan Pengawas wajib menyampaikan kepada RUPS / Pemilik Modal alasan
pencalonan tersebut dan besarnya honorarium / imbal jasa yang diusulkan untuk
external auditor tersebut.
Pada pasal 26, Komisaris / Dewan Pengawas dan Direksi harus memastikan
bahwa external auditor maupun internal auditor dan Komite Audit memiliki
akses terhadap informasi mengenai BUMN yang perlu untuk melaksanakan
tugasnya.

3. Komite Audit di Perusahaan Publik


Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa
Efek Jakarta No. SE-008/BEJ/12-2001 tanggal 7
Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit,
disebutkan bahwa :
Jumlah anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang, termasuk Ketua Komite audit.
Anggota Komite Audit yang berasal dari komisaris
hanya sebanyak 1 (satu) orang. Anggota Komite Audit
yang berasal dari komisaris tersebut harus merupakan
Komisaris Independen Perusahaan Tercatat yang
sekaligus menjadi Ketua Komite audit.
Anggota lainnya dari Komite Audit adalah berasal dari
pihak eksternal yang independen.

Thank You

Anda mungkin juga menyukai