KESETARAAN GENDER
Oleh :
Nama
NIM
: 1208305016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
KASUS 1
Jumat, 23/01/2009 10:44 WIB
Perdagangan, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan, Siti Fadhilah sebagai Menteri
Kesehatan, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Muthia Hatta, merupakan bukti
kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan perempuan di Indonesia.
Sementara kepemimpinan parpol perempuan pun bertambah. Setelah Megawati
Soekarnoputri (PDI Perjuangan), ada Muthia Hatta yang memimpin partai PKPI, dan Amelia
Yani memimpin partai PPRN, menunjukkan kemampuan memimpin para perempuan.
Di beberapa daerah kepala pemerintahan sudah dipegang oleh perempuan. Gubernur Banten
dimenangi oleh Ratu Atut. Provinsi Jawa Tengah kemenangan Bibit Waluyo
(Gubernur) juga dinilai disebabkan faktor Rustriningsih (Wagub), yang sebelumnya dinilai
berhasil pada saat memimpin Kabupaten Kebumen sebagai Bupati.
Dalam Pilgub Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tampil sebagai salah satu kandidat
perempuan. Kiprah peran politik perempuan akan semakin ramai, misalnya, ada parpol lain
yang berani memunculkan nama calon presiden dan wapres untuk bertarung dalam Pemilu
2009.
Sesungguhnya masih ada waktu untuk melakukan sosialisasi pencalonan seseorang. Berbagai
bentuk komunikasi politik dan publik bisa dilakukan untuk mengangkat citra seorang tokoh
perempuan agar bisa lebih dikenal publik pemilih.
Pro dan Kontra
Kiprah politik perempuan di ranah publik agaknya masih belum dapat dilepaskan dari pro
dan kontra. Kepemimpinan perempuan, khususnya jabatan politik, masih menjadi sesuatu
yang "debatable". Dalam negara demokrasi seperti Indonesia sudah seyogianya perempuan
mempunyai kedudukan dan hak yang sama dalam membangun bangsa sebagaimana yang
tercantum dalam UUD 1945.
Pemberdayaan dan pendidikan dalam dimensi apa pun bagi perempuan adalah suatu
keharusan. Dalam partisipasi di ruang publik segala macam hambatan yang dikhawatirkan
dapat meminimalisir peran dan kiprah perempuan untuk mengaktualisasikan diri seharusnya
direformasi total.
Dalam realitanya ideologi, psikologi, dan minimnya sumber daya manusia perempuan kerap
dijadikan senjata ampuh untuk menyerang eksistensi perempuan di ranah publik. Padahal,
dari sisi ideologis, misalnya, tidak ada satu pun dalil yang bisa menjadi landasan kuat
melarang kiprah politik perempuan.
Bahkan, dalam pandangan Islam, hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak politik perempuan
tertera dalam Al Quran, di antaranya pada surat At-Taubah: 71, yaitu: "Orang-orang yang
beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang
lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang maruf, mencegah yang munkar, mendirikan
sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
Rumusan Masalah :
Selama ini keberadaan perempuan sangat dikesampingkan sekali. Geraknya tidak pernah
dijadikan perhatian. Tapi, ketika semua orang mengetahui potensi besarnya perempuan
merupakan pusat hal yang diperhatikan. Kemajuan peran perempuan di dalam kepemimpinan
di Indonesia sungguh luar biasa. Keinginan para perempuan untuk mendapatkan jatah lebih
besar di dalam kancah politik pun akhirnya terakomodasi. Hadirnya sosok perempuan ke
kancah dimensi publik baik itu orang nomor satu di Indonesia dan di daerah-daerah
membawa kecenderungan baru dalam konteks kekinian. Perempuan ingin dunia
memperlakukan kaumnya secara proporsional. Kecenderungan inilah yang salah satunya
berimplikasi pada terstimulusnya kaum perempuan bersaing dengan kaum laki-laki untuk
menjadi pemimpin.
Solusi :
Solusi dari kasus di atas adalah perkembangan zaman dan juga karena adanya emansipasi
wanitalah yang membuat wanita-wanita zaman sekarang bias disejajarkan denga kaum lakilaki. Zaman sekarang persamaan gender sudah menjamah seluruh dunia, karena di masa
sekarang hal tersebut sudahlah umum dan bukan kaum laki-laki saja yang bias menempati
kedudukan yang tinggi. Ini dikarenakan kaum wanita yang mulai ingin berkarier dan tidak
ingin berdiam diri saja menunggu bantuan kaum lelaki. Hal ini mungkin agak sedikit
bertentangan dengan peran utama seorang wanita, kaena pada umumnya laki-lakilah yang
seharusnya menjadi seorang pemimpin. Namun diharapkan dari perkembangan kaum
perempuan yang mulai bias menyeimbangi kaum laki-laki dalam hal kedudukan sebagai
pemimpin, kaum wanita tidak boleh melupakan hakekat mereka sebagai seorang ibu dan
sebagai seorang istri.
Dan seoarang wanita walaupun status gendernya sudah sederajat dengan pria, tidak boleh
melanggar kodratnya sebagai kaum yang patut dilindungi dan diayomi oleh kaum laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
http://politik.kompasiana.com/2013/02/24/layak-kah-wanita-menjadi-pemimpin536796.html
http://www.referensimakalah.com/2012/06/wanita-sebagai-kepala-negaradalam.html