Kemala Sari
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah, Darussalam-Banda Aceh
e-mail: kemalaa_sarii@yahoo.com
ABSTRAK
Pada praktikum yang berjudul Kecepatan Respirasi Pada Ikan bertujuan untuk
melihat kecepatan respirasi hewan pada perbedaan suhu, bobot tubuh, dan luas
permukaan tubuh.Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP
Unsyiah Darussalam Banda Aceh pada tanggal 01 April 2015. Respirasi merupakan
proses metabolisme yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 lewat permukaan
tubuh dan insangnya. Pengamatan dilakukan pada ikan nila (Oriochromis nilotichus)
yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Kecepatan respirasi ikan tergantung pada
ukuran tubuh, berat tubuh, jenis, suhu dan aktifitasnya. Ikan yang berukuran besar,
lebih lama melakukan respirasi dibandingkan dengan ikan yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan ikan besar memiliki metabolisme perberat badan lebih rendah
dibandingkan dengan yang kecil. Mekanisme ikan respirasi yaitu ketika rongga
mulut terbuka maka air disekitar masuk menuju insang. Di insang oksigen berdifusi
dan terjadi pertukaran gas. CO2 keluar dari insang melalui operculum.
Kata Kunci: Respirasi, Operculum, Bobot Tubuh
PENDAHULUAN
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah
melalui permukaan alat pernafasan organism dengan lingkungannya dinamakan
pernafasan (respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang.
Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh tubuhnya untuk
menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula (Triastuti et.al, 2009: 37).
Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi.
Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan
oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh pada tanggal 01 April
2015.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu water bath, termometer, tally counter, gelas beker
berskala, dan timbangan. Bahan yang digunakan yaitu aquadest, ikan berukuran
kecil, dan es
Metode Penelitian
Diisilah water bath
dengan aquadest lalu
diukur suhunya
Dimasukkan ikan
ke dalam water
bath.
Dimasukkan es ke dalam
air water bath, dibiarkan
suhu tetap. Dicatat
frekuensi permenit dan
dilakukan pengamatan
sampai 5 menit.
TABEL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pernapasan ikan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam empat pasang kantong
insang yang terletak disebelah pharinx dibawah operculum. Respirasi merupakan
proses metabolisme yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 lewat permukaan
tubuh dan insangnya. Pengamatan dilakukan pada ikan nila (Oriochromis nilotichus)
yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Kecepatan respirasi ikan tergantung pada
ukuran tubuh, berat tubuh, jenis, suhu dan aktifitasnya. Ikan yang berukuran besar,
lebih lama melakukan respirasi dibandingkan dengan ikan yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan ikan besar memiliki metabolisme perberat badan lebih rendah
dibandingkan dengan yang kecil. Mekanisme ikan respirasi yaitu ketika rongga
mulut terbuka maka air disekitar masuk menuju insang. Di insang oksigen berdifusi
dan terjadi pertukaran gas. CO2 keluar dari insang melalui operculum.
Pada pengamatan ikan kecil tidak memperlihatkan kecepatan respirasinya
lebih lambat dari ikan besar. Diketahui suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya
gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk
mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya. Terkadang
ikan yang di dalam suhu tinggi akan muncul ke permukaan untuk mencukupi
kebutuhan oksigen.
Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi
adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan berenang lebih
cepat. Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa semakin rendah suhu maka semakin
cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai
respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak kami temui pada perlakuan pada suhu
panas.
KESIMPULAN
Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan Ikan, suhu yang tinggi
menurunkan kelarutan gas oksigen dalam air sedangkan suhu yang rendah
menaikkan kelarutan gas oksigen dalam air. Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis
ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih
banyak membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air
tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan
persentase pengambilan O2 di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan
praktikan dalam menghitung bukaan mulut dari ikan dalam setiap interval waktu tiga
menit.