Suara Muhammadiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta
e-mail: redaksism@gmail.com
website:
www.suaramuhammadiyah.com
ISBN: 978-602-9417-40-1
Kesempurnaan
konsep apapun, termasuk sistem
perkaderan dan prosesnya, tentu tidak akan terjadi dengan
sendirinya. Baik konsep sistem maupun proses perkaderan,
semuanya merupakan hasil dari pergumulan yang panjang dan
tidak sekali jadi. Sistem Perkaderan IPM (SPI) sejak perumusan
seminar Tomang Jakarta dan Makassar maupun sesudahnya lahir
dan berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya secara
berkesinambungan. Pelaksanannya pun demikian, mengalami
perjalanan yang tidak mengenal lelah dan berhenti. Di sana terjadi
dialektika atau dinamika. Terdapat koreksi, penyempurnaan, dan
pembaruan. Terdapat pula kesinambungan plus perubahan dan
pengembangan. Semuanya berlangsung sebagai proses yang
niscaya dalam membangun sistem dalam konteks pergerakan
yang dinamis guna mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Konsep dan pemikiran yang datang kemudian boleh jadi
dianggap lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun seiring
dengan perjalanan waktu datang lagi konsep dan pemikiran
generasi baru yang jauh lebih baik lagi, sehingga yang semula baru
dan dipandang ideal pun menjadi lama dan terkesan kurang.
Itulah hukum dinamika perubahan yang memang selalu terjadi
secara Sunatullah, tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu
sendiri. Allah bahkan mengingatkan, perubahan itu terjadi atas
kehendak para pelakunya, sebagaimana firman-Nya yang artinya
"Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum
itu yang mengubah keadaanya sendiri" (QS Ar-Rad [13]: 11).
Sistem Perkaderan IPM (IPM) pun terkena hukum
perubahan itu. Dari satu periode ke periode berikutnya terjadi
revisi dan penyempurnaan konsep, sekaligus pembaruan. Tidak
ada yang yang stagnan, termasuk tidak ada satu fase dianggap
lebih baik konsepnya ketimbang fase sebelumnya, semuanya
terikat hukum perubahan itu. Hal yang penting ialah prinsipprinsip dan esensi yang terkandung dalam SPI itu mampu
Bidang Perkaderan
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Periode 2012-2014
Ketua,
Sekretaris,
dto
dto
Azaki Khoirudin
NBA: 00.00.15776
negara. Imbasnya,
proses pengkaderan di IPM dengan semangat zaman. Karena proses pengkaderan merupakan sebuah proses yang terlepas dari
realitas sekitarnya.
Secara umum SPI Biru banyak menonjolkan hal yang baru
dari SPI Merah. SPI Biru merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan gerakan pelajar yang lain di masa itu. Keunggulan
SPI ini antara lain, komprehensif, terukur dan banyak mengadopsi
perkembangan dalam ilmu pendidikan. Akan tetapi, SPI ini bukan
tanpa celah. Sifatnya yang mencakup semua itulah yang membuatnya sangat gemuk, menggelembung dan kurang sistematis. Selain
itu, terdapat celah empiris dan teoretis, seperti antara terget, tujuan, materi dan metode pengkaderan banyak ditemui inkonsistensi. Kurang menerapkan model pendidikan orang dewasa dan
partisipatoris (El Hujjaj, 2006). Oleh karena itu, SPI ini pun segera
diminta untuk dievaluasi dan menjadi amanat PP IRM periode
2000-2002 untuk menyempurnakannya. Akhirnya, SPI baru pun
akhirnya lahir yang kemudian disebut sebagai SPI Hijau.
Masyarakat) dan sangat sosialis. Selain itu, timbul beberapa anggapan bahwa SPI Hijau ini hanya cocok diterapkan di Jawa yang
kadernya cerdas-cerdas didukung dengan akses bacaan dan
sumber daya manusia yang memadai. Anggapan lainnya, SPI Hijau
adalah komoditi bagi orang-orang kota, tidak untuk orang dusun
nan di pelosok.
Khittah berisi tentang etos perjuangan IPM. Pertama, DasarDasar Kepercayaan IPM, bahwa Tauhid adalah inti dari setiap
ajaran Islam dan keimanan yang benar kepada Allah. Adapun
prinsip ketuhanan, yaitu: Kesatuan penciptaan (Unity of creation),
Kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), Kesatuan pedoman
hidup berdasarkan agama wahyu (unity of guidance), Kesatuan
tujuan hidup (unity of the purpose of life). Implementasi tauhid
ditafsirkan sebagai jalan menuju: Pencerahan, Pembebasan, dan
Kesemestaan/Universality.
Dalam mengolah, menata dan menentukan sikap gerakan
IPM, Islam sebagai penjelasan kerangka nalar dari pola wujud
asas organisasi ditransformasikan dengan titik tekan atas;
Seperangkat komponen atau unsur (materi, metode, evaluasi, dan lain sebagainya) yang membentuk proses dalam kaderisasi IPM. Karena perkaderan adalah proses kaderisasi, maka
segala aktivitas kader mengarah kepada tujuan IPM dan menyukseskan gerakan IPM. Ada perbedaan konsekuensi antara kader
dan anggota. Karena kader ialah manusia elite dan terpilih. Di
siniah letak urgensi SPI dirumuskan untuk membentuk bagaimana desain kader yang dibangun sesuai dengan cita-cita gerakan.
1.
Sosialisasi SPI
2.
Distribusi SPI
3.
4.
Pengawasan Pendampingan
nyambut
gawe
kanggo
Moehammadijah.
untuk
mengandung
tiga
Muhammadiyah.
makna
Pesan
filosofis
tersebut
sebagai
dasar
Kedua, kata
kesel
anggomu
nyambut
gawe
kanggo
lebih
integratif dan interkonektif sesuai dengan perkembangan paradigma masyarakat dan tubuh IPM sendiri.
split
personality
Tujuan perkaderan adalah batas akhir yang dicitacitakan dalam usaha perkaderan IPM, yaitu mewujudkan
tujuan gerakan IPM. Dengan ditunjukkan adanya
perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses
perkaderan, baik pada akhlak individu, dalam kehidupan
pribadi atau kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Keislaman
Al-Quran dan al-Hadits
Ibadah
Akhlak dan Tasawuf
Kemuhammadiyahan
Sejarah Muhammadiyah, Pemikiran dan Ajaran KH.
Ahmad Dahlan
Manhaj Tarjih Muhammadiyah
Masailul Khomsah (Masalah Lima) Muhammadiyah
Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
(MKCHM)
Dakwah Kultural Muhammadiyah
Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)
Khittah Perjuangan Muhammadiyah: Palembang,
Denpasar, dan Ponorogo
Tafsir 12 Langkah Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Zhawhir al-Afkr al-Muhammadiyyah Abra Qarn min
al-Zamn
Ke-IPM-an
Sejarah IPM
Identitas Gerakan IPM
Tiga T (Tertib Ibadah, Tertib Belajar, dan Tertib
Berorganisasi)
Khittah Perjuangan
Muqaddimah AD/ART
Kepribadian IPM
Lokus Gerakan dan Basis Massa
Kepribadian Kader
Manifesto Gerakan Kritis-Transformatif
Gerakan Pelajar Kreatif: Strategi Kreatif
Gerakan Pelajar Berkemajuan: Paradigma Gerakan
Ilmu
Filsafat Ilmu
Filsafat Umum
Filsafat Islam
Gerakan Sosial Baru
Teori Sosial
Metodologi Analisis Sosial
Riset Pendekatan Apresiatif Inquiry
Teori-teori Pendidikan
Muatan Lokal
Firqah-firqah Islam
Mengenal Pemikiran Tokoh
a.
Pendekatan Paedagogis-Apresiatif
Metode Paedagogis pada prinsipnya menekankan pada pengisian materi atau bahan yang telah direncanakan secara lebih sepihak dari fasilitator dan
penceramah kepada peserta. Dalam bahasa umum
disebut dengan pendekatan yang menekankan pada
internalisasi (ideologisasi), pengetahuan, nilai-nilai,
pola-pola sikap dan perilaku, serta keterampilan
dari subyek pendidik (fasilitator) kepada obyek didik (peserta). Ciri-ciri metode Paedagogis antara
lain:
Bersifat indoktrinasi
Materi yang disajikan merupakan paket yang
direncanakan
Teknik yang diterapkan lebih sepihak, yakni dari
fasilitator atau pemateri untuk peserta/ sasaran
b.
Pendekatan Andragogis-Partisipatif
Metode Andragogis adalah kebalikan dari paedagogis, yakni metode yang lebih menekankan pada
pengembangan peserta secara lebih partisipatif
sesuai dengan potensi, kebutuhan dan masalah yang
dihadapi oleh peserta. Jadi sifatnya merangsang keterlibatan aktif (partisipasi) peserta, bukan indoktrintif. Ciri-ciri metode andragogis antara lain:
Bersifat partisipasi, artinya peserta secara maksimal terlibat aktif dalam proses perkaderan
Materi direncanakan sendiri oleh peserta secara
musyawarah/diskusi aktif
Hubungan antara pelatih/instruktur dan peserta/
partisipasipan bersifat pelayanan, dalam hal ini
peserta dipandang sebagai manusia dewasa yang
berpotensi
Tehnik yang diterapkan bersifat demokrasi, yakni
dari peserta untuk peserta.
c.
Pendekatan Dialogis-Inklusif
Dialogis karena tidak ada lagi guru atau murid,
maka proses yang berlangsung bukan lagi proses
mengajar-belajar yang bersifat satu arah, tetapi
proses multi-komunikasi (intersubyektif) dalam
berbagai bentuk kegiatan dan media yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua
orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut.
b.
c.
d.
e.
a.
Master of Training:
Merumuskan kerangka acuan pelaksanaan program training sebagai arah dan strategi training.
Merancang jadwal kerja dan persiapan teknis
lainnya.
Mengkoordinasikan implementasi arah dan strategi training.
Mengatur fungsionalitas kerja tim.
Mengendalikan program training sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan.
Mengevaluasi dan memberikan laporan kepada
pihak-pihak yang terkait.
b.
Imam of Training:
Penanggung jawab pembinaan pelaksanan ibadah
madhah (tertib beribadah).
Penanggung jawab pembinaan akhlak peserta.
b.
Anggota Fasilitator:
Menyiapkan instrument
Memimpin acara dan membantu peserta dalam
memahami isi materi
Membuat berita acara dalam setiap sesi.
Membimbing peserta dan mengamati
perkembangannya.
Membina ukhuwah antar peserta.
Mengevaluasi
a.
b.
c.
d.
Untuk kriteria jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) peserta pada masing-masing komponen dan jenjang perkaderan ditentukan berdasar kekhususan dan
kepentingan masing-masing.
Iman
Yakni aspek kejiwaan dan spiritual. Antara lain;
aspek semangat, motivasi, kesungguhan, keberanian,
kesadaran, tanggung jawab dan aspek-aspek mental
serta sikap lainnya.
b.
Akhlak
Yakni aspek tingkah laku atau tindakan sehari-hari.
Antara lain; moral lisan atau perkataan, perbuatan,
disiplin, hubungan antar sesama, kreatifitas, sopan
santun dan lain-lain.
c.
Amal
Yakni aspek kemampuan berketrampilan (skill)
antara lain; ketrampilan memimpin, memecahkan
masalah, manajemen, berolahraga, berkomunikasi,
dan keterampilan yang bersifat teknis lainnya.
d.
Ilmu
Yakni aspek nalar atau intelektualitas, penguasaan
pengetahuan dan informasi. Antara lain; kecerdasan
berfikir, ketajaman pengamatan, ketepatan analisa,
daya kritis dan lain-lainnya. keluasan wawasan, perbendaharaan ilmu keagamaan, keorganisasian dan
ke-Muhammadiyahan serta bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan informasi lain yang sifatnya
umum.
a.
b.
c.
d.
rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus. Komponen ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan kecakapan
khusus. Komponen perkaderan khusus terdiri dari:
a.
b.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
Wewenang Panitia
Bertanggung jawab dalam bidang kepanitiaan
Bertanggung jawab kepada pemberi mandat/
penanggung jawab.
b.
Tugas Panitia
Pengadaan makalah
Penyiapan fasilitas sarana dan prasarana
Pengadaan dan pelayanan konsumsi
Penyediaan logistik
1.
Keluarga
2.
Sekolah
3.
Masyarakat
4.
Masjid
Proses perkaderan IPM adalah aspek yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan perkaderan IPM. Dalam
hal ini dikenal adanya tiga tahapan proses yang antara satu
dengan yang lainnya merupakan kesatuan yang sangat erat
dan saling mempengaruhi. Ketiga tahapan proses tersebut
meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut
(follow up).
a.
b.
Menyusun
rencana
pengelolaan
perkaderan
a.
b.
c.
a. Prinsip-Prinsip Pendampingan
1. Pemberdayaan (Empowering).
2. Kesetaraan
3. Partisipasi (Participation).
4. Kegiatan (Activity).
b. Tugas Pendamping
1. Pemungkinan (enabling), fasilitator pendamping
menjadi model (uswah), melakukan mediasi dan
negosiasi, membangun kesepahaman bersama, dan
mengelola sumberdaya bersama.
2. Penguatan (capacity building). Fungsi ini berkaitan
dengan
pendidikan
dan
pelatihan
guna
memperkuat kapasitas komunitas. Pendamping
berperan aktif dalam sebagai agen yang memberi
masukan positif-apresiatif, serta membangkitkan
kesadaran komunitas, menyampaikan informasi,
dan menyelenggarakan pelatihan bagi komunitas
adalah beberapa yang berkaitan dengan fungsi
penguatan. Sedangkan pertukaran informasi
(sharing) pada dasarnya merupakan bentuk
pendidikan.
3. Perlindungan (protection). Fungsi ini berkaitan
dengan interaksi antara pendamping dengan
lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
kepentingan komunitas dampingannya. Seorang
pendamping dapat bertugas mencari sumbersumber, melakukan pembelaan (advocacy),
menggunakan media, meningkatkan hubungan
masyarakat, dan membangun jaringan kerja
4. Pendukungan (mobilization). Fungsi pendamping
yang dituntut tidak hanya mampu menjadi
pendorong
perubahan
kelompok,
mampu
b.
a.
Fungsi administrasi:
Berguna sebagai penyusunan laporan perkaderan.
b.
Fungsi Kelembagaan:
Sebagai laporan dari pengelola kepada penanggung jawab.
c.
Fungsi Peserta:
Sebagai ukuran tingkat penguasaan bahan/
materi yang telah didapat sebagai bahan untuk
mengetahui tingkat perkembangan diri peserta.
Sebagai bahan perbaikan lebih lanjut dalam
peningkatan kualitas peserta.
Sebagai bahan untuk mengidentifikasi kualitas
peserta.
Sebagai dasar penentuan kelulusan/keberhasilan
peserta.
d.
Fungsi Fasilitator:
Sebagai bahan untuk menilai tingkat keberhasilan pengelolaan
Sebagai bahan-bahan umpan balik untuk pengelolaan berikutnya.
e.
Fungsi Pelaksana:
Sebagai bahan untuk menilai tingkat keberhasilan tugas-tugas kepanitiaan.
Sebagai umpan balik bagi kepanitiaan berikutnya.
a.
Peserta:
Penilaian dapat digunakan secara lisan dan tulis.
Penilaian non-test bisa berupa paper, partisipasi
kelas, laporan, presentasi, portofolio, performance,
dan project.
Ada empat domain yang dievaluasi dalam proser
perkaderan IPM, yaitu ilmu amal, akhlak, dan iman,
sebagaimana dalam tabel berikut:
Pembicara:
Penguasaan materi
Bobot materi yang disampaikan
Cara penyajian
c.
Fasilitator:
Penguasaan Materi
Kepemimpinan dan Keteladanan
Kemampuan Komunikasi
d.
Panitia:
Ketepatan Jadwal
Penyediaan Sarana & Prasarana
Manajemen Kerja Panitia Pelaksana
a.
b.
c.
d.
karakter
kepemimpinan
profetik.
Kedua,
Pertama, need
Terjadinya proses transformasi nilai kader sebagai perwujudan Islam dalam kehidupan sehari-hari, dimulai
dari kesa-daran akan pribadi, kelompok dan masyarakat.
2.
3.
Al-Islam
Al-Quran dan Al-Hadits
Fiqih Ibadah (Thaharah dan Shalat)
Ke-Muhammadiyah-an
Sejarah Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
Ke-IPM-an
Sejarah IPM
Tiga Tertib (Ibadah, Belajar dan Berorganisasi)
Kepribadian IPM
Nilai-Nilai Perjuangan dan Kepribadian Kader
Psikologi Remaja
Sejarah Peradaban Islam 1
Entrepreneurship
Manajemen dan kepemimpinan organisasi
Lingkungan hidup
Manajemen forum
Pada dasarnya Pelatihan Kader Taruna Melati I ini ditujukan bagi semua pimpinan atau calon pimpinan IPM di tingkat
ranting atau cabang. Akan tetapi, idealnya pelatihan maksimal 50 peserta dan rasio peserta dengan Fasilitator diharapkan 1 : 10.
a.
b.
a.
b.
c.
2.
3.
10 orang anggota
2.
Proses Belajar
Proses belajar dalam pelatihan ini menggunakan
gabungan antara azas pendidikan orang dewasa
(andragogy) dan paedagogi (pendidikan anak-anak) dan
mengikuti pendekatan apresiatif. Fasilitator dalam hal
ini adalah sebagai trainer yang memiliki kemampuan
untuk menggali gagasan, mengkodifikasi masalah, dan
mampu memotivasi untuk membangkitkan semangat
serta menjadi teladan. Di samping itu fasilitator harus
mampu menciptakan suasana belajar di antara sesama
peserta dan mampu memotivasi peserta agar berperan
aktif dalam/selama proses belajar untuk meningkatkan
pengalaman dan penghayatan terhadap suatu materi
yang dibahas.
3.
Metode Belajar
Metode belajar yang digunakan dalam pelatihan ini
di antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Diskusi Pleno: Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling tukar pengalaman dan
analisa hasil karya pribadi/kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama
g.
h.
Curah pendapat/sharing: Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
i.
Ice Breaker: Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat pelatihan berlangsung.
4.
Media Belajar
Media belajar yang dipergunakan untuk kelancaran
pelatihan
taruna
melati
dengan
pendidikan
Pelatihan Kader Taruna Melati I dilaksanakan di ranting, desa atau kecamatan. Pemilihan lokasi/tempat pelatihan
mempertimbangkan fasilitas yang memungkinkan untuk proses pelatihan.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
Bersama trainer menyiapkan materi, media dan sarana yang akan digunakan dalam penyajian materi
pelatihan
e.
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi proses kegiatan trainer sejak awal sampai akhir
f.
Manual pelatihan disusun berdasarkan alur logis perencanaan dan pengelolaan pelatihan. Adapun perencanaan dan
pengelolaan Pelatihan Kader Dasar TM I dapat diikuti melalui
Pelatihan Fasilitator dan Pendamping I. Adapun contoh dari
susunan manual acara sebagaimana berikut:
Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah menetapkan surat keputusan bagi pendamping pasca pelatihan
berdasarkan usulan dari warga belajar.
Pendamping pasca-pelatihan agar mengikuti prosedur dalam melaksanakan pendampingan sebagai berikut:
a.
Melakukan aktifitas pendampingan dengan berinteraksi baik langsung maupun tidak langsung kepada warga belajar secara kontinyu berdasarkan tujuan dan target PKD TM I.
b.
c.
Temu warga belajar untuk memberikan perkembangan informasi masing-masing sebagaimana dalam rencana follow up.
b.
Menilai calon warga belajar berdasarkan analisis kebutuhan kader yang disesuaikan dengan kapasitas
kemampuan kader dalam menyerap materi dan
kebutuhan calon warga belajar.
b.
b.
merupakan
pegangan
bagi
fasilitator
dan
pendamping tingkat I. Pada pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut berdasarkan
analisis kebutuhan kader setempat. Pedoman ini wajib digunakan melalui metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu harus digunakan secara disiplin dan
konsisten. Sifatnya yang lentur menuntut masing-masing
level pimpinan dan fasilitator kreatif mengelola pelatihan
dengan tetap berpegang pada target dan tujuan masingmasing level pelatihan kader.
1.
2.
Terjadinya kesadaran kritis dalam melihat struktur masyarakat sekitar dan memiliki kerangka metodologis berpikir yang kritis dan progresif untuk menganalisis dan
melakukan perubahan sosial masyarakat.
Al-Islam
Al-Quran dan Al-Hadits
Fiqih Ibadah (Puasa)
Ke-Muhammadiyah-an
Muqaddimah AD/ART Muhammadiyah
MKCH
12 Langkah Muhammadiyah
Ke-IPM-an
Gerakan Pelajar Berkemajuan
Gerakan Pelajar Kreatif (Strategi Kreatif)
Muqaddimah AD/ART
Kepribadian Kader
Analisa Sosial
Apresiatif Inquiry
Sejarah Peradaban Islam 2
2.
3.
4.
2.
3.
8 orang anggota
Pemanasan
Metode ini berfungsi untuk membina suasana forum
yang hangat dan gembira untuk menarik perhatian
peserta terhadap topik yang dibahas.
b.
c.
Diskusi Kelompok
Berfungsi sebagai arena saling bertukar informasi
dan memecahkan masalah serta arena cipta dan
daya analisa.
d.
Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta mengembangkan daya analisa dan pengamatan peserta
e.
Simulasi
Berfungsi sebagai ekspresi spontanitas peserta dan
penumbuh daya analisa
f.
Diskusi Pleno
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling tukar pengalaman dan analisa hasil
karya pribadi/kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama
g.
Studi Kasus
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan
memecahkan masalah bersama
h.
Curah Pendapat/Sharing
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
i.
Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat
pelatihan berlangsung.
j.
Praktek Lapangan
Berfungsi untuk menguji kemampuan mengolah
forum peserta dengan praktek di lapangan
pelatihan
dengan
pendidikan
partisipatori
andragogi ada-lah:
Bahan/materi yang berhubungan
Lembar peraga
Poster/gambar
Lembar tugas, pengamatan
Buku pegangan
Alat permainan/game
Alat tulis menulis
Manual pelatihan disusun berdasarkan alur logis perencanaan dan pengelolaan pelatihan.
Pendamping pasca-pelatihan agar mengikuti prosedur dalam melaksanakan pendampingan sebagai berikut:
a.
Melakukan aktifitas pendampingan dengan berinteraksi baik langsung maupun tidak langsung kepada warga belajar secara kontinyu berdasarkan
tujuan dan target PKM TM II.
b.
Mendorong warga belajar membentuk jaringan informasi berdasarkan agenda yang telah disepakati
(leaflet, buletin, jaringan) berkaitan dengan pengembangan wacana dan aktivitas warga belajar untuk
mencapai target PKM TM II.
c.
Memfasilitasi dan mendampingi proses kursuskursus pasca pelatihan seperti, Komunitas Politik,
Komunitas Tadarus Filsafat, Komunitas Ideologis,
Studi Tokoh dll., yang mendukung bagi pancapaian
target PKM TM II.
Temu warga belajar untuk memberikan perkembangan informasi masing-masing sebagaimana dalam rencana follow up.
b.
c.
b.
b.
a.
b.
bagi
fasilitator
dan
pendamping.
Pada
P e l a t i h a n Kader Taruna Melati III adalah proses prapurna dari perkaderan IPM. PKM TM III menekankan pada dua
aspek proses, yaitu pertama, pengkajian Islam secara progresif
dan kedua, pengembangan kemampuan metodologi berpikir
dan melakukan analisis terhadap problem-problem pelajar.
Maksud pengkajian Islam secara progresif adalah penguasaan
kha-zanah Islam klasik yang cukup, dan berupaya menafsir ulang
pemahaman agama (tradisi ijtihad, iqra) dengan menggunakan
perangkat metodologi ilmu-ilmu modern (natural sciences, social
sciences dan humanities) agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat Muslim kontemporer.
Kajian ini mempergunakan perangkat keilmuan integrasiinterkoneksi dalam memahami peta dan problematika masyarakat. Adapun maksud dari pengembangan kemampuan berpikir
progresif dan melakukan analisis adalah upaya pencerahan (enlightment), dan pembentukan konstruksi metodologi berpikir
kader berdasarkan analisa sosial dan appresiatif inquiry dalam
memahami peta sosial dan budaya di masyarakat menuju ke arah
kemajuan. Kemajuan dalam kata progresif adalah perubahan ke
arah yang lebih baik bagi dunia secara keseluruhan, yakni
keadilan
(al-adl)
dan
keindahan
(al-ihsan).
Kemajuan
Pelatihan Kader Madya Taruna Melati III dalam rangka mencapai tujuannya mengandung empat proses penting: Pertama,
need assessment kader di tempat masing-masing, kedua, sosialisasi dan rekruitmen, ketiga, proses pelatihan, dan keempat, follow
up. Masing-masing proses memiliki tahapan dan mekanismenya
sendiri-sendiri yang disesuaikan berdasarkan target dan tujuan
dari pelatihan dan jenjang pengkaderan IPM.
Pelatihan Kader Madya Taruna Melati III menggunakan
model pelatihan yang lebih menekankan pada aspek enlightment
atau pencerahan, yaitu pencerahan otak dan hati/jiwa dengan
pendekatan integratif-humanistik dan mengedepankan pembentukan karakter kader yang berkemajuan/progresif. Dengan demikian proses pelatihan ditekankan pada proses humanizing, workshop metodologi dan praktek untuk mencapai target dan tujuan.
2.
Terjadinya proses kesadaran progresif dengan pendekatan apresiatif inquiry dalam membaca dan memahami
realitas kehidupan sosial dan kebudayaan yang mendorong untuk melakukan transformasi dalam rangka
mendukung tujuan organisasi.
Al-Islam
Al-Quran dan Al-Hadits
Fiqih Ibadah (Zakat)
Epistemologi Islam Berkemajuan
Ke-Muhammadiyah-an
Kerangka Pikir Kiai Ahmad Dahlan
Pernyataan Pikiran Se-Abad Muhammadiyah
Ke-IPM-an
Khittah Perjuangan IPM
Manifesto Gerakan Kritis-Transformatif
Gerakan Pelajar Berkemajuan
Politik
Hukum Internasional
Demokrasi
Paket materi ditentukan berdasarkan hasil need assessment dan kualifikasi potensial atau kecenderungan ratarata peserta.
Jika terdapat peserta yang didiskualifikasi, maka harus
didaftar sebagai anggota dan dikelola dalam forum lain
untuk mengikuti pelatihan kader dasar selanjutnya.
Jika peserta kekurangan, maka peserta diskualifikasi diperbolehkan mengikuti forum dan jika memiliki perkembangan yang baik secara langsung bisa menjadi peserta.
a.
b.
a.
b.
c.
b.
Diskusi Kelompok
Berfungsi sebagai arena saling bertukar informasi
dan memecahkan masalah serta arena cipta dan
daya analisa.
c.
dan
Simulasi
Berfungsi sebagai ekspresi spontanitas peserta dan
penumbuh daya analisa.
e.
Diskusi Pleno
Berfungsi
sebagai
arena
saling
pemantapan
Studi Kasus
Curah Pendapat/Sharing
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
h.
Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat
pelatihan berlangsung.
i.
Praktik Lapangan
Berfungsi untuk menguji dan mengolah kemampuan
peserta dengan praktek di lapangan.
2.
3.
Manual pelatihan disusun berdasarkan alur logis perencanaan dan pengelolaan pelatihan. Adapun perencanaan dan
pengelolaan Pelatihan Kader Madya TM III dapat diikuti
melalui Pelatihan Fasilitator dan Pendamping II. Adapun
contoh dari susunan manual acara sebagaimana berikut:
Temu warga belajar untuk memberikan perkembangan informasi masing-masing sebagaimana dalam rencana follow up.
b.
Evaluasi
b.
b.
c.
Evaluasi Pasca-Pelatihan
Keberhasilan suatu pelatihan dalam definisi proses
justru sangat ditentukan oleh pasca pelatihan itu
sendiri. Evaluasi pasca-pelatihan ini meliputi:
Konsistensi antara agenda follow up yang
meliputi: 1) Tugas pribadi. 2) Tugas kelompok
dengan pendekatan integratif-humanistik dan mengedepankan pembentukan karakter kader yang berkemajuan/progresif. Dengan demikian proses pelatihan ditekankan pada
proses humanizing, workshop metodologi dan praktek
untuk mencapai target dan tujuan.
Agama
Ke-Muhammadiyah-an
Ke-IPM-an
Cultural Studies
Internasional Law
Praktek Sosial
Civil Society dan Global Society
a.
b.
c.
d.
Motivasi sendiri.
b.
Diskusi Kelompok
dan
Simulasi
Berfungsi sebagai ekspresi spontanitas peserta dan
penumbuh daya analisa.
e.
Diskusi Pleno
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling tukar pengalaman dan analisa hasil
karya pribadi/kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama.
f.
Studi Kasus
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan
memecahkan masalah bersama.
g.
Curah Pendapat/Sharing
Berfungsi membangkitnya keberanian peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
h.
Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat
pelatihan berlangsung.
i.
Workshop
Berfungsi untuk merumuskan masalah pasca target
materi telah didapat yang dilaksanakan di saat harihari akhir pelatihan berlangsung.
b.
c.
d.
e.
f.
Kurikulum pelatihan bersifat fleksibel. Sangat bergantung dari hasil proses need assessment, sosialisasi, dan
workshop kebutuhan materi PKP TMU.
pra-pelatihan
melalui
need
assessment
dan
b.
b.
Sebelum penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan pastikan semuanya sudah siap mulai dari peserta, pembicara/
fasilitator, tempat, bahan-bahan, dan sarana penunjang pelatihan seperti plano, spidol, alat peraga, dll., sampai dengan
konsumsi. Pada saat pelatihan berlangsung, penyelenggara
memantau jalannya pelatihan, menyiapkan daftar hadir dan
menyiapkan konsumsi pada saat istirahat. Selama pelaksanaan pelatihan sebaiknya dibuat foto dokumentasi untuk kejadian-kejadian yang mempunyai nilai dokumentasi yang baik,
misalnya pada saat simulasi, diskusi, acara pembukaan, dan
penutupan pelatihan.
pendamping
pasca-workshop
evaluasi
SPI.
Pada
Pelatihan Fasilitator dan Pendamping adalah komponen pendukung Sistem Pengkaderan IPM (SPI) yang diselenggarakan dalam kesatuan waktu tertentu untuk mempersiapkan fasilitator dan pendamping yang mampu mengelola
perkaderan IPM.
Perlu ada komponen pendukung SPI yang mempersiapkan fasilitator sebagai pengelola pelaksanaan kegiatan perkaderan.
b.
Jenjang Kedua
Penetapan waktu pelaksanaan pelatihan pada dasarnya sangat bervariasi dan tergantung kepada kondisi
sekolah. Dalam menentukan jadwal, sebaiknya mempertimbangkan pula berbagai kegiatan lain yang mungkin
dilaksanakan bersamaan dengan pelatihan, demikian
juga mengenai kondisi para peserta, pada saat mengikuti
kegiatan. Kegiatan sebaiknya tidak dilaksanakan pada
saat masa ujian, dll.
Sebelum penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan pastikan semuanya sudah dipersiapkan mulai dari peserta, pembicara/fasilitator, pejabat yang akan membuka/menutup
pelatihan (bila diperlukan), bahan-bahan dan sarana penunjang pelatihan sampai dengan konsumsi.
Pada saat pelatihan berlangsung, penyelenggara memantau jalannya pelatihan, menyiapkan daftar hadir dan menyiapkan konsumsi pada saat istirahat. Selama pelaksanaan pelatihan sebaiknya dibuat foto dokumentasi untuk kejadiankejadian yang mempunyai nilai dokumentasi yang baik,
misalnya pada saat simulasi, diskusi acara pembukaan dan
penutupan pelatihan.
Penyelenggara pelatihan adalah Bidang Perkaderan khusus yang berada di Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah IPM. Sedangkan dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh Korps Fasilitator sesuai dengan tingkatan
pimpinan setempat. Untuk kelancaran penyelengaraan
pelatihan penanggung jawab membentuk panitia penyelenggara terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan
pembantu serta menetapkan
Pendamping.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
Bersedia
menjadi
fasilitator
perkaderan
pada
c.
Materi
a.
b.
c.
Jenis Materi
a.
b.
c.
d.
Kefasilitatoran.
e.
f.
g.
Teknik Outbound.
h.
Teknik evaluasi.
i.
j.
Waktu penyelenggaraan
a.
b.
Pendekatan
PFP I menggunakan pendekatan andragogis pendidikan orang dewasa dan partisipatoris.
Metode
a.
Ceramah.
b.
Tanya jawab.
c.
Diskusi.
d.
Brainstorming.
e.
Role playing.
f.
Ice breaking.
g.
Studi kasus.
h.
Penugasan.
a.
Peserta
Daya serap terhadap materi
Sikap selama pelaksanaan
Tingkat perkembangan
Kemampuan bicara
Kemampuan komunikasi
b.
Penceramah
c.
Fasilitator
d.
Pelaksanaan
Panitia pelaksana
: Pimpinan Daerah atau Pimpinan Ranting dan Cabang yang dibentuk oleh
Pimpinan Daerah
b.
c.
Bersedia menjadi fasilitator perkaderan pada tingkat Pimpinan Wilayah dan Pusat secara tertulis.
d.
Kelompok Materi
a.
b.
c.
Jenis Materi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kefasilitatoran II.
g.
h.
i.
Psikologi Pendidikan.
j.
k.
l.
Pendekatan
Pelatihan Fasilitator Pendamping II menggunakan
pendekatan andragogis.
Metode
a.
Ceramah
b.
Tanya jawab
c.
Diskusi
d.
Brainstorming
e.
Role playing
f.
Ice breaking
g.
Studi kasus
h.
Penugasan
Peserta
Daya serap terhadap materi
Sikap selama pelaksanaan
Tingkat perkembangan
Kemampuan bicara
Kemampuan komunikasi
b.
Penceramah
c.
Fasilitator
d.
Pelaksanaan
a.
b.
c.
yang
Contoh Silabus
Pandangan Islam Berkemajuan
DESKRIPSI MATERI
Materi ini dirancang untuk peserta TM 3. Menyajikan bahasan
yang akan memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
peserta tentang Pandangan Islam Berkemajuan dengan mengacu
kepada Tanfidz Se-Abad Muhammadiyah, serta berbagai aplikasinya untuk nantinya bagi peserta dalam ber-IPM baik menjadi
seorang kader atau pimpinan. Selain itu, tidak kalah pentingnya
adalah bahwa melalui kemampuan manajerial akan mampu
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai insan kamil di
muka bumi.
Pembicara: Prof. Dr. Amin Abdullah
kuliah
ini
diharapkan
ACUAN PUSTAKA
1.
2.
3.
Mulkhan, Abdul Munir. 2010. Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial
dan Kemanusiaan. Jakarta: Kompas
___________. 2010. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah
Muhammadiyah. (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
____________. 1990. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal
Muhammadiyah. PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta
Markus, Sudibyo, dkk. 2011. Menuju Peradaban Utama: Membedah Peran
Muhammadiyah di Ruang Publik. Jakarta: Al-Wasat
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah
___________. 2011. Muhammadiyah Abad Kedua. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah
Pimpinan Pusat IRM. 2002. Tanfidz Keputusan Muktamar IRM XIV. PP
IRM: Jakarta-Yogyakarta.
Pimpinan Pusat IRM. 2004. Tanfidz Keputusan Muktamar IRM XV. PP
IRM: Jakarta-Yogyakarta.
Pimpinan Pusat IRM. 2006. Tanfidz Keputusan Muktamar IRM XV. PP
IRM: Jakarta-Yogyakarta.
Pimpinan Pusat IPM. 2008. Tanfidz Keputusan Muktamar IRM XVI. PP
IPM: Jakarta-Yogyakarta.
Pimpinan Pusat IPM. 2010. Tanfidz Keputusan Muktamar IPM XVII. PP
IPM: Jakarta-Yogyakarta.
Pimpinan Pusat IPM. 2012. Tanfidz Keputusan Muktamar IPM XVIII. PP
IPM: Jakarta-Yogyakarta.
Purno Aji, Subhan. Falsafah dan Genealogi Perkaderan IPM (Tidak
diterbitkan)