Anda di halaman 1dari 13

BAB I

A. Latar Belakang
Telah menjadi rahasia umum bahwa manusia adalah mahluk yang unik. Munculnya
anggapan seperti itu karena berdasarkan suatu realita, bahwa tidak ada manusia yang
memiliki kepribadian yang sama. Sehingga hal itulah yang kadang-kadang menimbulkan
kesulitan untuk mengerti kepribadian seseorang. Namun jika ditelusuri lebih jauh
bagaimana sesungguhnya pembentukan kepribadian seseorang, maka hal itu bukanlah
merupakan sesuatu yang aneh.
Pembentukan kepribadian seseorang dapat dibentuk melalui interaksi sosial Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada
reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok
vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara
individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial (
terjadinya hubungan, sambungan atau sentuhan sosial antara dua orang atau lebih ) dan
Komunikasi Sosial ( proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak
komunikator ke pihak lain komunikan dengan menggunakan symbol berupa kata-kata,
suara, gerak isyarat, benda, dsb. )
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
1. Tujuan dari penulisan ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh nilai tugas mata kuliah Character Building
2. Dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami
kepribadian individu lain dengan baik
3. Belajar membuat makalah tentang MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI
INTERAKSI SOSIAL
2. Manfaat
1. Dengan makalah ini diharapkan kita mampu membentuk kepribadian yang lebih
baik
2. Mengetahui kepribadian individu lain dengan baik dengan melalui interaksi
social
C. METODE dan PROSEDUR
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari kuisioner yang dilaksanakan di kampus BSI Cikarang
yang beralamat Jl. Cibarusah No.108 Cikarang Square, kepada setiap Mahasiswa/i yang
berada di sekitar kampus BSI Cikrang. Contoh kuisioner seperti berikut :

BAB II
DASAR PEMIKIRAN
A. Kepribadian
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin: pesona. Pada
mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain
sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang
diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang
umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal
seseorang dengan melalui interaksi sosialnya.
A.I. Tipe-Tipe Kepribadian
Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain.
Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita
mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi
menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
1. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram,
pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2. Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu
gembira, dan bersikap optimistis.
3. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orangorang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis,
pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4. Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,
sifatnya garang dan agresif.
A.II. Faktor faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda,
Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas,
rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan Sedangkan menurut hasil riset
tahun 2007 Kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi
dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.

2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan
pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat
mempengaruhi kepribadian. Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan
anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun
pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan
dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973).
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari
Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa
kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen
tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila
kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian
dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan
tidak dapat dirubah. Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan
kepribadian. Kepribadian itu sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan
ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa
pertumbuhan kita.
B. Interaksi Sosial
Interaksi terjadi jika satu individu melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi
pada individu-individu yang lain. Karena itu interaksi terjadi dalam kehidupan sosial.
Dengan kata lain interaksi dapat diartikan hubungan timbal balik atau saling
mempengaruhi diantara gejala aneka kehidupan yang dilakukan oleh manusia. Interaksi
sosial merupakan sarana atau alat dalam mencapai kehidupan sosial. Adanya interaksi
sosial merupakan naluri manusia yang sejak lahir membutuhkan pergaulan dengan
sesamanya(gregoriousness).
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak
terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia.
Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang
dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah,
perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang
ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,
indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor
meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana
ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh.
Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang
kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang
mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan
kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh
foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.

Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban
bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif
dan disasosiatif. Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi
(kerjasama) (Intinya interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasi
dll). Contoh kerja sama antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom
dalam program Hardiknas.
Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang
tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul
anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis
dengan cara membentak.
B.I. Macam Macam Interaksi Sosial
a. Interaksi antara individu dan individu
Dalam interaksi itu individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan, atau stimulus
kepada individu lainnya. Sebaliknya, individu yang terkena pengaruh itu akan
memberikan reaksi, tanggapan, atau respons. Wujud interaksinya dapat berupa kerlingan
mata, jabat tangan, saling menyapa, bercakap-cakap, atau mungkin bertengkar, interaksi
social dapat terjadi tanpa berbincang-bincang, misalnya, orang yang sedang marah, tidak
menyapa terhadap temannya, saling berdiam diri atau orang yang bertingkah aneh yang
mengundang perhatian orang banyak.
b. Interaksi antara individu dan kelompok
Dalam interaksi itu seorang individu berinteraksi sosial dengan kelompok. Contohnya,
seorang ketua kelas yang sedang memberlkan penjelasan di depan teman-temannya
mengenai pembagian tugas piket kelas, atau seorang mahasiswa praktek kerja lapangan
(PKL) yang sedang mengajar didepan kelas. Interaksi antara kelompok dan kelompok
Dalam interaksi ini kepentingan individu-individu dalam kelompok merupakan satu
kesatuan, dan berhubungan dengan kepentingan individu-individu dalam kelompok lain.
Contohnya, kelompok dasawisma dalam suatu RT mengundang dasawisma kelompok
lain dalam rangka syukuran atas kemenangannya pada lomba simulasi P-4. Ciri-ciri
Interaksi Sosial
B.II. Ciri-ciri Interaksi sosial ada empat macam:
a. Pelakunya lebih dari satu orang.
b. Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas terlepas dari sama atau tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan oleh pelakunya.
d. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang akan
menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

BIII. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


a. Proses-proses social yang asosiatif
Artinya adalah proses-proses social yang mengarah pada kesatuan yang terwujud dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Kerja sama (cooperation)
Ada empat bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut.
Tawar menawar(bargaining) adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
Kooptasi(cooptation) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghundari kegoncangan dalam organisasi.
Koalisasi(coalitation) adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama.
Joint Venture adalah kerja sama dalam mengusahakan proyek-proyek tertentu.
2) Akomodasi (accomodation)
Akomodasi yaitu cara untuk menyelesaikan pertentengan tanpa menghancurkan pihak
lawan. Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, sebagai berikut :
Koersi (coertion) yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya terjadi karena adanya
paksaan dari pihak yang lebih kuat.
Kompromi yaitu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibatn masing-masing
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaiannya.
Arbitrase yaitu penyelesaian pertentangan oleh pihak ketiga yang dipilah oleh kedua
belah pihak.
Mediasi yaitu hampir sama dengan arbitrase tetapi pihak ketiga netral, hanya sebagai
penasihat.
Konsiliasi yaitu suatu usaha mempertemukan pihak-pihak yang berselisih bagi
tercapainya persetujuan bersama.
Toleransi yaitu suatu usaha untuk menghindarkan diri dari perselisihan dengan
membiarkan atau menghormati pihak lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Stalemate yaitu suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang bertentangan
mempunyai kekuatan yang seimbang sehingga berhenti pada titik tertentu tanpa bias
maju ataupun mundur.
Adjudikasi yaitu suatu penyelesaian perkara melalui pengadilan.

3) Asimilasi (asimilation)
Asimilasi yaitu suatu proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia.
Proses asimilasi dapat terjadi apabila:
a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda budayanya.
b) Saling bergaul langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri.

BAB III
PEMBAHASAN
A. MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI INTERAKSI SOSIAL
Apa yang didapatkan dari lingkungan sosialnya menjadi modal utama bagi pembentukan
kepribadiannya kelak. Dalam hal ini, bagaimana pengaaruh lingkungan keluarga,
masyarakt dan kebudayaan.
Pembentukan kepribadian seseorang merupakan hasil perpaduan dari berbagai faktor
yang saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan berbagai proses pendukungnya.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting di dalam hal ini adalah interaksi
sosial. Karena pada dasarnya manusia selama hidupnya mengalami interaksi sosial, yang
memungkinkan manusia yang bersangkutan berkembang. Lalu apakah sesungguhnya
yang diseut dengan interaksi sosial.
W.A. Gerungan merumuskannya sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih individu.
Dimana pribadi individu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki prilaku individu
yang laian, atau sebaliknya. (W.A. Gerungan, Psikolgi Sosial, 1978). Dengan pengertian
tersebut, akan memudahkan kita untuk memahami pembahasannya lebih lanjut.
Jika ditelusuri sejarah kehidupan seseorang, akan semakin nyatalah peranan interaksi
sosial di dalam rangkan pembentukan kepribadiannya. Sifat-sifat kemanusiaan
manusiapun terbentuk melalui interaksi sosial. Karena di dalamnya terkandung unsurunsur manusiawi dengan lingkungan manusiawi. Proses berlangsung kait-mengait,
dengan tahapan-tahapan sistematis.
B. PEOSES MEMBENTUK KEPRIBADIAN MELALUI INTERAKSI SOSIAL
Prosesnya bermula dari lingkungan keluarga, yang berlanjut di dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan maupun di dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas.
Untuk memperjelas bagaimana sesungguhnya kepribadian individu, akan dijelaskan
secara terperincibagaimana proses berlangsungnya.

1. Interaksi Sosial di dalam Keluarga


Keluarga merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai rangkaian proses interaksi
sosial yang dialami individu selama hidupnya. Hal tersebut dimungkinkan, karena
kedudukan keluarga sebagai komponen terkecil dari struktur masyarakat, merupakan
tempat pertama bagi individu mengenal manusia lain diluar dirinya. Di samping itu juga
di dalam keluargalah anak mulai mengenal peranan dirinya sebagai manusia.
Proses terjadinya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga dimulai sejak kelahiran.
Saat anak mulai merasakan dunia lain dari dunia kandungan yang selama ini dikenalnya
sebelum kelahiran. Sedangkan kelahiran itu sendiri merupakan prasyarat bagi seseorang
untuk berkembang dan memiliki kepribadian sendiri.

Pada tahapan pertama, apa yang diberikan oleh keluarga merupakan potensi-potensi atau
kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang. Pada perkembangan lebih lanjut hal
tersebut menadapatkan rangsangan dan pengarahan dari lingkungan keluarganya
sehingga lebih berkembang.
Agar perkembangan yang dicapai dapat berjalan dengan normal dan ideal, peranan
keluarga sebagai suatu lingkungan keluarga yang menyediakan segala sarana yang
memungkinkan terjadinya perkembangan sangat menentukan.
Peranan keluarga yang dimaksud dalam hal ini, tidak hanya menyangkut pemenuhan
segala kebutuhan anak yang berwujud materi, tetapi juga menyangkut pemenuhan
kebutuhan psikologis dan sosiaologis. Bahkan dua kebutuhan tersebut seharusnya
mendapatkan porsi yang lebih besar. Karena mengingat pengaruhnya yang cukup besar
pada perkembangan selanjutnya yang dialami anak pada masa-masa mendatang.
Kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosiologis anak meliputi penghayatan-penghayatan
rohani psikis dan sosial yang dialami anak sebagai suasana, sikap pergaulan, antara
manusia yang mengikat anak didalam keluarganya, yang kemudian menjadi dasar untuk
pergaulannya dengan masyarakat sosial yang lebih luas. Wujud yang nyata dari hal itu
dibnerikan dalam bentuk kasih sayang yang memberi anak rasa nyaman., rasa diterima
serta rasa diakui keberadaanya. Dengan demikian interakasi sosial yang pertama kali
dirasakan anak adalah perlakuan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, terutama
dari ibunya. Pada saat anak sepenuhnya tergantung dari kedua orang tuanya untuk
memenuhi segala kebutuhannya, baik yang berupa fisik ataupun psikis.
Dengan semakin bertambahnya usia anak yang diikuti oleh berfungsinya organ-organ
tertentu dari tubuhnya, nteraksi sosial yang dialami anak semakin berkembang. Anak
sudah dapat melakukan komunikasi dengan orangtuanya, meskipun masih dalam
bentuk-bentuk yang sangat sederhana dan bersifat simbolik. Jawaban-jawaban yang
diberikan yang diberikan orang tuanya sebagai pengertian terhadap komunikasi simbolik
anak, akan dirasakan sebagai suatu interaksi sosial, sehingga dengan jawaban-jawaban
tersebut anak akan menentukan sikap yang dianggap sesuai dengan jawaban orang
tuanya.
Dengan berfungsinya organ-organ bicara pada anak, komunikasi dengan orang tuanya
berkembang dengan penggunaan bahasa, sehingga interaksi sosialpun semakin
menampakkan bentuk yang nyata. Anak telah mampu mengungkapkan perasaan yang
sebenarnya kepada orangtuanya dan sebaliknya orang tuapun dapat mengerti secara
benar perasaan anak. Dalam situasi yang demikian kemungkinan terjadinya hubungan
saling pengaruh mempengaruhi antara orang tua dan anak sangat besar.
Setelah anak mampu menggunakan kognisinya yang didukung dengan berfungsinya
secara sempurna keseluruhan inderanya, anak mulai mengerti wujud yang sebenarnya
dari pola-pola interaksi sosial yang berlaku didalam keluarganya.
Pengertian anak didalam hal ini, terutama didasarkan paa pengalaman-pengalamannya
dengan kedua orang tuanya. Karena itulah keharmonisan hubungan antara suami dan
istri sangat diperlukan, sehingga hal itu memberikan suatu gambaran yang baik kepada
anak. Keduanya harus mempunyai keseragaman didalam cara dan tekhnik-tekhnik
melaksanakan hubungan dengan anak. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan bahwa
untuk perkembangan kepribadiannya, anak memerlukan kedua orangtuanya sebagai
pembimbing, pendidik serta sebagai pengayon.

Adalah satu faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial adalah faktor identiikasi,
khususnya didalam rangka pembentukan ego dan superego anak. Timbulnya identifikasi
tersebut didasarkan pada suatu rasa kagum anak terhadap perbuatan orang tuanya
bahkan menyamainya. Disamping itu juga timbulnya identifikasi disebabkan usaha anak
untuk menghindari hukuman-hukuman yang mungkin diberikan oleh orang tuanya,
sehingga anak berusaha mempersatukan dirinya dengan larangan-larangan yang
ditentukan oleh orang tuanya. Dengan demikian identifikasi dapat dijadikan alasan
mengapa anak-anak cenderung menyerupai orang tua mereka.
Jika keluarga dianggap sebagai suatu lingkungan, masyarakat yang kecil, maka
peranannya di dalam rangka pembentukan ego sangat menentukan. Jika mengingat
bahwa ego merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi antara lingkungan
dengan garis-garis perkembangan yang ditetapkan oleh keturunan. Begitupun di dalam
rangka pembentukan superego anak, keluarga memegang peranan yang menentukan.
Bahkan dalam dalam rangkan pembentukan superego inilah keluarga sangat menonjol.
Superego merupakan kode moral seseorang yang berkembang dari ego, sebagai akibat
perpaduan yang dialami anak dengan ukuran orang tuanya mengenai apa yang baikl, apa
yang salah, serta apa yang buruk. Dengan memperpadukan kewibawaan tersebut dengan
kewibawaan moril orang tuanya, anak akan mengganti kewibawaan tersebut dengan
kewibawaannya sendiri.
Dengan menuangkan kekuasaan orang tuanya ke dalam batinnya sendiri, anak akan
dapat menguasai kelakuannya sesuai dengan keinginan orang tuanya, dan dengan
bertindak seperti itu anak akan mendapatkan persetujuan dan mencegah kegusaran
mereka.
Atau dengan kata lain, anak akan belajar bahwa ia bukan saja harus tunduk kepada
prinsip kenyataan untuk mendapatkan kesenangan, tetapi ia juga harus mencoba
berkelakuan sesuai dengan perintah-perintah moril dari kedua orangtuanya.
2. Interaksi Sosial di dalam Lingkungan Kemasyarakatan
Apa yang didapatkan anak dari lingkungan keluarganya sebagai dasar-dasar untuk
menjalani interaksi sosial yang lebih kompleks di dalam lingkungan masyarakatnya.
Dengan semakin banyaknya manusia yang dikenal anak, menyebabkan pergaulan anak
semakin meluas. Akibatnya apa yang diberikan oleh keluarganya sebagai dasar tersebut
juga akan lebih berkembang, sehingga hal itu akan lebih menyempurnakan interaksi
sosialnya.
Anak akan lebih banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan keragaman prilaku
yang ditemuinya didalam lingkungan masyarakatnya. Dimana dari penyesuaian diri
tersebut, anak mendaptkan pengalaman-pengalaman baru yang menjadi masukanmasukan yang sanagt berharga bagi anak untuk pengemangan kepribadian lebih lanjut.
Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi dorongan bagi anak untuk lebih mengaktifkan
diri menjalani interaksi sosialnya. Akhirnya pengalaman-pengalaman tersebut berubah
menjadi simbol-simbol yang memiliki nilai tersendiri bagi anak.

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam interaksi sosial didalam
lingkungan sosial kemasyarakatan ini adalah lembaga-lembaga sosial tersebut berperan
sebagai suatu respon kulturil dari kebutuhan dasar biologis dan psikologis manusia
untuk hidup berkelompok. Juga sekaligus berfungsi sebagai alat untuk
mengembangkandiri dan alat yang memberikan batas-batas tertentu, agar segala jenis
hubungan antar manusia dipelihara dalam keadaan equilibirium yang dinamis.
Disamping itu juga faktor waktu memegang peranan menentukan. Lamanya individu
menjalani inteaksi sosialnya, memberikan kesempatan kepada individu untuk
bekerjasama dan menemukan pola-pola tingkah laku dan sikap yang bersifat timbal
balik, serta menemukan teknik-teknik hidup bersama yang lebih baik.
Akibat lebih lanjut terbentuklah integrasi psikologik dan sosiologik di dalam masarakat
yang menyebabkan pola, sikap, relasi serta reaksi emosi dari anggota masyarakat
cenderung memiliki kesamaan.
Kenampakan dari integrasi tersebut akan terlihat sebagai kesamaan-kesamaan
kepribadian dari segenap individu yang hidup di dalam lingkungan sosial
kemasyarakatan tertentu.

3. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Interaksi Sosial


Proses terjadinya interaksi sosial, baik didalam lingkungan keluarga maupun di dalam
lingkungan sosial kemasyarakatan yang lebih luas, tidak dapat dilepaskan dari pola
kebudayaan yang berlaku didalam masyarakat tersebut. Karena lingkungan sosial dan
kulturil menetapkan syarat-syarat bagi individu dalam menetapkan bentuk pemuasan
kebutuhan yang mungkin dipilih oleh indiidu, termasuk didalamnya interaksi sosial.
Hal tersebut sangat mempengaruhi mekanisme kerja dari ego sebagai pembuat
keputusan. Ego berkewajiban menetapkan bentuk tingkah laku penyesuaian sebaikbaiknya dan sesuai dengan pola-pola kebudayaan yang berlaku, sehingga apa yang
diputuskan sebagai pemuasan kebutuhan akan baik baginya dan juga bagi lingkungan
masyarakatnya yang lebih luas. Atau dengan perkataan lain, kebudayaan mengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, serta menentukan
sikap jika berhubungan dengan orang lain. Karena keduanya sebenarnya merupakan
perwujudan atau abstraksi dari pada prilaku manusia dengan kepribadian sebagai latar
belakangnya.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembentukan kepribadian seseorang merupakan hasil perpaduan dari berbagai faktor
yang saling terkait satu dengan yang lainnya, dengan berbagai proses pendukungnya.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting di dalam hal ini adalah interaksi
sosial. Karena pada dasarnya manusia selama hidupnya mengalami interaksi sosial, yang
memungkinkan manusia yang bersangkutan berkembang.
B. SARAN
Dengan mengerti bagaimana proses serta pengaruh yang nyata dari interaksi sosial
terhadap pembentukan kepribadian seseorang, diharapkan kita dapat mengerti kepriadian
individu secara tepat dengan segala keunikannya. Sehingga dengan demikian diharapkan
kita dapat menentukan sikap yang sesuai dengan kepribadian seseorang. Hal mana akan
menentukan keberhasilan kita didalam berkomunikasi dengan individu lain sesama.

Anda mungkin juga menyukai