Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HUKUM PERBENDAHARAAN NEGARA


Dosen pengampu :
Wildan Humaidi, S.H.I., M.H.

Disusun oleh :
Kelompok 4
Chamim Chaerul Annas
:12380035
Shiviansauri
:12380047
Ihya Ulumuddin
:13380015
Salwa Faeha Hanim
:13380070
Ahmad Mushofi Hasan
:13380094

PROGRAM STUDI MUAMALAT


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk
mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban
Negara, yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
Negara. Pengelolaan keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 perlu
dilaksanakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) sebagai landasan
hukum pengelolaan keuangan Negara tersebut pada tgl 5 April 2003
telah diundangkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
keuangan Negara, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ini
menjabarkan aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke
dalam asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara, .
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 29 Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, dalam rangka pengelolaan
dan pertanggung jawaban keuangan Negara yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD, perlu ditetapkan kaidah-kaidah hukum administrasi
keuangan Negara.dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa perbendaharaan negara
adalah Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi, dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan di
dalam APBN dan APBD
Pengertian Ruang Lingkup dan Asas Umum perbendaharaan
Negara Undang-undang tentang perbendaharaan Negara ini
dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak
dan kewajiban Negara, yang perlu dikelola dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan Negara. Dalam Undang-undang
Perbendaharaan Negara ini ditetapkan bahwa Perbendaharaan Negara
adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
dalam APBN dan APBD.
Sesuai dengan pengertian tersebut dalam Undang-undang
Perbendaharaan Negara ini diatur ruang lingkup dan asas umum
Perbendaharaan Negara. kewenangan pejabat perbendaharaan
Negara, pelaksanakan pendapatan dan belanja Negara/daerah
2

pengelolaan investasi dan barang milik Negara/daerah penatausahaan


dan pertanggungjawaban APBN/APBD, pengendalian intern
pemerintah, penyelesaian kerugian Negara/daerah serta pengelolaan
keuangan badan layanan umum.
Berdasarkan pengertian diatas Perbendaharaan Negara secara
umum adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
Negara. Termasuk Investasi, dan kekayaan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat kami rumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari perbendaharaan negara?
2. Apa Dasar Hukum dalam Perbendaharaan Negara ?
3. Bagaimanakah asas umum perbendaharaan negara?
4. Siapa sajakah yang menjadi pejabat perbendaharaan Negara?
5. Apa Ketentuan mengenai Larangan Penyitaan Barang dan
Uang Negara?
6. Bagaimanakah ketentuan dalam ganti rugi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perbendaharaan Negara
2. Untuk mengetahui ruang lingkup perbendaharaan Negara
3. Untuk mengetahui asas umum perbendaharaan Negara
4. Untuk mengetahui pejabat perbendaharaan Negara
5. Untuk mengetahui ketentuan larangan penyitaan barang dan
uang Negara dalam perbendaharaan Negara
6. Untuk mengetahui ketentuan ganti rugi dalam
perbendaharaan Negara

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbendaharaan Negara


Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun
2004 adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/APBD). Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan
keuangan negara, dirasakan semakin pentingnya fungsi
perbendaharaan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan
pemerintah yang terbatas secara efisien. Sejalan dengan
perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara, dirasakan
semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan
sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien 1.
Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi:
1. perencanaan kas yang baik;
2. pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan
penyimpangan;
3. pencarian sumber pembiayaan yang paling murah; dan
4. pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) untuk
meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan2.

1 Dikutip dari internet 08/02/2015


05.55https://kuwatslametgemiadi.wordpress.com/2012/08/07/ruang-lingkupperbendaharaan-negara/
4

Dilihat dari sudut tugasnya, yaitu;


1. bendaharawan umum, adalah bendaharawan yang
mempunyai tugas untuk menerima pendapatan negara yang
terkumpul dari masyarakat, kemudian dari persediaan yang
ada akan dikeluarkannya lagi untuk kepentingan umum.
Contohnya kepala kas negara , bank Indonesia, kepala kantor
pos dll
2. bendaharawan khusus, adalah bendaharawan yang mengurus
pengeluaran negara dari persediaan uang yang ada padanya
dan diterima dari bendaharawan umum. Untuk itu ia
diharuskan membuat pertanggungjawaban atas pengeluaran
yang telah dilakukannya dengan mengirimkan surat
pertanggungjawaban (SPJ) yang dibuat tiap-tiap bulan3
B. Dasar Hukum Perbendaharaan Negara
Mengenai perbendaharaan negara diatur dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang memberikan
landasan hukum di bidang administrasi keuangan yang mengatur;
1. Ruang lingkup perbendaharaan negara, menurut UndangUndang No. 1 Tahun 2004 Pasal 2 tentang Perbendaharaan Negara
meliputi:4
a. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
b. Pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
c. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
d. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
e. Pengelolaan kas;
f. Pengelolaan piutang dan utang negara/ daerah;
g. Pengelolaan investasi dan barang milik negara/ daerah;
h. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen
keuangan negara/ daerah;
i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD;
j. Penyelesaian kerugian negara/daerah;
k. Pengelolaan Badan Layanan Umum;
2 Dikutip dari internet 08/02/2015 05.35 http://nugrahacorporation.blogspot.com/2011/10/keuangan-negara-dan-perbendaharaan.html
3 W.Riawan Tjandra. Hukum Keuangan Negara. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.,hlm.20
4 Pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004.
5

l. Perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang


berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD.5
2. Asas umum perbendaharaan negara, yang meliputi :
(1)Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah
Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara.
(2)Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi
Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan dan
pengeluaran daerah.
(3)Setiap pejabat dilarang melakuakan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika tidak bersedia untuk
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia.
(4)Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai
dengan APBN.
(5)Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan
lainnya yang sesuai dengan program pemerintah daerah,
dibiayai dengan APBD.
(6)Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya
mendesak dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian
anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah.
(7)Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan
denda dan/atau bunga. 6
Serta asas-asasnya adalah sebagai beikut
a. Asas kesatuan, yaitu agar semua Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran;
b. Asas universalitas, yaitu agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
secara utuh dalam dokumen anggaran;
c. Asas tahunan, yaitu membatasi masa berlakunya anggaran untuk
suatu tahun tertentu;
d. Asas spesialitas, yaitu agar kredit anggaran yang disediakan terinci
secara jelas peruntukannya.
5 Dikutip dari internet 08/02/2015 05.53 http://prodip-stan.info/ruang-lingkupperbendaharaan-negara
6 Pasal 3 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004.
6

Dari adanya asas-asas ini, dimaksudkan agar memperkokoh landasan


pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, atas wewenang yang
telah diberikan kepada kepala daerah serta pemberian dana untuk
menyelenggarakan wewenang tersebut. 7
C. Pejabat Perbendaharaan Negara
1. Pengguna Anggaran atau Barang
Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah. Sedangkan pengguna barang adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan barang milik negara/daerah
Pejabat Perbendaharaan Negara di lingkungan Kementerian
Keuangan yaitu:
a. Bendahara Umum Negara (BUN), dan
b. Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN)
Sedangkan Pejabat Perbendaharaan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga yaitu:
a.
b.
c.
d.

Pengguna Anggaran (PA),


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM),
dan
e. Bendahara (Pengeluaran, Penerimaan, dan Pengeluaran
Pembantu)8
Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas
untuk dan atas nama negara/daerah menerima, menyimpan dan
membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barangbarang negara/daerah.
1.1. Menteri atau Pimpinan Lembaga Selaku Pengguna
Anggaran/Barang
Menteri/pimpinan lembaga adalah pengguna
anggaran/barang bagi kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya. Selaku pengguna anggaran/barang tersebut
berwenang:
7 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Rajawali Pers, Jakarta,
2008,hlm. 303.
8 Dikutip dari internet 26/11/2015
20.46http://www.luckypermana.com/2013/11/pejabat-perbendaharaan-negara.html
7

a. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran


b. Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
c. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan Negara
d. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengelolaan
utang dan piutang
e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengujian dan perintah pembayaran
1.2.

Bendaharawan Umum/Daerah
Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi
tugas-tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum
Negara
A. Bendaharawan Umum Negara
Menteri keuangan adalah bendahara umum
negara. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara adalah pengelola keuangan dalam arti
seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus sebagai kasir,
pengawas keuangan, dan manajer keuangan.
Bendahara Umum Negara berwenang :
1) Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan
anggaran Negara.
2) Mengesahkan dokumen pelaksaan anggaran
3) Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran
Negara
4) Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran
kas Negara
5) Menunjuk bank/lembaga keuangan lainnya dalam
rangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
anggaran Negara
6) Mengusahakan dan mengatur dana yang
diperlukan dalam pelaksanaan anggaran Negara
7) Menyimpan uang Negara
8) Menempatkan uang negara dan mengelola
/menatausahakan investasi
9) Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan
pejabat pengguna anggaran atas beban rekening
kas umum Negara
10) Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan
atas nama pemerintah
11) Memberikan pinjaman atas nama pemerintah
8

12) Melakukan pengelolaan utang dan piutang


negara9
13) Mengajukan rancangan peraturan pemerintah
tentang standar akuntansi pemerintahan
14) Melakukan penagihan piutang Negara
15) Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan Negara
16) Menyajikan informasi keuangan Negara
17) Menetapkan kebijakan dan pedoman
pengelolaan serta penghapusan barang milik
Negara
18) Menentukan nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak
19) Menunjuk pejabat kuasa Bendahara Umum
Negara10
Menteri keuangan selaku bendahara umum negara
mengangkat kuasa bendahara umum negara untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah
ditetapkan. Tugas kebendaharaan yang dimaksud
meliputi: menerima, menyimpan, membayar atau
menyerahkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang serta surat berharga
yang berada dalam pengelolaannya. Kuasa bendahara
umum negara melaksanakan penerimaan dan
pengeluaran kas negara sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e.
Kuasa Bendahara Umum Negara sebagaimana
dimaksud terdiri atas :
a. Kuasa bendahara umum negara pusat
b. Kuasa bendahara umum negara di daerah
c. Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban
melaksanakan penagihan piutang negara

9 Dikutip dari internet 08/02/2015 05.54http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pdf


%281%29.pdf
10 Dikutip dari internet 08/02/2015
05.54http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/1TAHUN2004UU.htm
9

kepada pihak ketiga sebagai penerimaan


anggaran
d. Kuasa Bendahara Umum Negara berkewajiban
melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga
sebagai pengeluaran anggaran
Wewenang bendahara umum negara dalam
pengelolaan uang negara yang dilaksanakan oleh
kuasa bendahara umum negara pusat meliputi:
a. Menetapkan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas Negara
b. Menunjuk bank atau lembaga keuangan
lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran
Negara
c. Mengusahakan dan mengatur dana yang
diperlukan dalam pelaksanaan anggaran
Negara
d. Menyimpan uang Negara
e. Menempatkan uang Negara
f. Mengelola/menatausahakan investasi melalui
pembelian Surat Utang Negara
g. Melakukan pembayaran berdasarkan
permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum Negara
h. Menyajikan informasi keuangan negara11

2. Bendahara Umum Daerah


Bendahara umum daerah adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
Pada tingkat daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, yang ditunjuk
sebagai bendahara umum daerah adalah Kepala Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah pada daerah yang bersangkutan.
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan daerah selaku
bendahara umum daerah mempunyai kewenangan untuk :
a. Menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD
b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
11 Dikutip pada tanggal 10/02/2015 10.32
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Peraturan
%20Pemerintah/PP-No.- 39-Thn.-2007-Pengelolaan-Uang-Negara-Daerah.pdf
10

d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan


dan pengeluaran kas daerah
e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah
f. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD
oleh bank/lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk
g. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD
h. Menyimpan uang daerah
i. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola atau
menatausahakan investasi.
j. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat
Pengguna Anggaran atas beban rekening kas umum daerah
k. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan
atas nama pemerintah daerah
l. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah.
m. Melakukan pengelolaan utang piutang daerah
n. Melakukan penagihan piutang daerah
o. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah.
p. Menyajikan informasi keuangan daerah
q. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah
3. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran
Yang dimaksud bendahara penerimaan dan pengeluaran adalah
sebagai berikut
a. Bendahara penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan
kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
b. Bendahara pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawbkan uang untuk keperluan belanja
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah
Untuk memperlancar penerimaan dan pengeluaran keuangan
negara/daerah harus ditunjuk Bendahara Penerimaan/Pengeluaran.
Tugas kebendaharaan meliputi kegiatan menerima, menyimpan,
11

menyetor/membayar/menyerahkan, menatausahakan dan


mempertanggungjawabkan penerimaan/pengeluaran uang dan
surat berharga yang berada dalam pengelolaannya
Ketentuan mengenai pengangkatan Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran adalah sebagai berikut:
a. Menteri atau Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota
mengangkat Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
b. Menteri atau Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota
mengangkat Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja
pada kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah
c. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
sebagaimana dimaksud adalah Pejabat Fungsional. Persyaratan
pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh
Bendahara Umum Negara selaku Pembina Nasional Jabatan
Fungsional Bendahara
d. Jabatan Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh
dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Bendahara
Umum Negara
e. Bendahara Penerimaan atau Bendahara Pengeluaran dilarang
melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan
jasa atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut12

Pada dasarnya dikenal bendaharawan-bendaharawan :


a. Yang hanya mengurus uang Negara
b. Yang hanya mengurus barang milik Negara
c. Yang mengurus barang dan uang negara seperti pada penjualan
barang hasil produksi Negara
Disamping pembedaan bendaharawan tersebut, terdapat:
a. Bendaharawan umum (a.I. KPN, Bank Indonesia, Bank
Pemerintah)
12 Ibid..hlm.31
12

b. Bendaharawan khusus penerima (a.I. Bendaharawan Bea Cukai)


c. Bendaharawan khusus pengeluaran (Bendaharawan pemegang
U.U.D.P pada Departemen-departemen/lembaga non
departemen)13
Sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Menteri Keuangan
sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya
adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,
sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya
adalah Chief Operational Officer(COO) untuk suatu bidang tertentu
pemerintahan. Sesuai dengan prinsip tersebut Kementerian Keuangan
berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan
kewajiban negara secara nasional, sementara kementerian
negara/lembaga berwenang dan bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
Konsekuensi pembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para
menteri lainnya tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Untuk
meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling-uji
(check and balance)dalam proses pelaksanaan anggaran perlu
dilakukan pemisahan secara tegas antara pemegang kewenangan
administratif dengan pemegang kewenangan kebendaharaan.
Penyelenggaraan kewenangan administratif diserahkan kepada
kementerian negara/lembaga, sementara penyelenggaraan
kewenangan kebendaharaan diserahkan kepada Kementerian
Keuangan. Kewenangan administratif tersebut meliputi melakukan
perikatan atau tindakan-tindakan lainnya yang mengakibatkan
terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara, melakukan pengujian
dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian
negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut,
serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang
timbul sebagai akibat pelaksanaan anggaran.
Fungsi pengawasan keuangan di sini terbatas pada aspek
rechmatigheid dan wetmatigheid dan hanya dilakukan pada saat
terjadinya penerimaan atau pengeluaran, sehingga berbeda dengan
fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau postaudit yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional. Dengan
13 R.Soegijatno tjakranegara. Hukum Tata Usaha dan Birokrasi Negara.,hlm.103
13

demikian, dapat dijalankan salah satu prinsip pengendalian intern yang


sangat penting dalam proses pelaksanaan anggaran, yaitu adanya
pemisahan yang tegas antara pemegang kewenangan
administratif (ordonnateur) dan pemegang fungsi
pembayaran (comptable).Penerapan pola pemisahan kewenangan
tersebut, yang merupakan salah satu kaidah yang baik dalam
pengelolaan keuangan negara, telah mengalami deformasi sehingga
menjadi kurang efektif untuk mencegah dan/atau meminimalkan
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran negara. Oleh karena itu, penerapan pola pemisahan
tersebut harus dilakukan secara konsisten.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, yang disebut dengan Pejabat Perbendaharaan Negara terdiri
dari :
a. Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara;
b. Menteri/pemimpin lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna
barang bagi kementerian Negara/ lembaga yang dipimpinnya.
c. Gubernur/bupati/walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah. 14
Di dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara menegaskan
bahwa Menteri Keuangan adalah Pejabat yang berwenang dan
bertanggungjawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara
nasional, atau sebagai pemegang kewenangan kebendaharaan.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengelola
keunangan seluruhnya, dan berfungsi sekaligus sebagai kasir,
pengawas keuangan dan manajer keuangan. Namun, dalam fungsi
pengawasan keuangan hanya terbatas pada aspek rechtmatigheid dan
wetmatigheid yang hanya dilakukan saat terjadinya penerimaan dan
pengeluaran.

Wewenang Menteri Keuangan :


a. Menciptakan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran
negara;
b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
14 Ibid., hlm. 303.
14

e. Menunjuk bank dan/ atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka


pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan anggaran negara;
g. Menyimpan uang negara;
h. Menempatkan uang negara dan mengelola/ menatausahakan
investasi;
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna
Anggaran atas beban rekening kas umum negara;
j. Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama
pemerintah;
k. Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l. Melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;
m. Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar
akuntansi pemerintah;
n. Melakukan penagihan piutang negara;
o. Menetapkan system akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
p. Menyajikan informasi keuangan negara;
q. Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik negara;
r. Menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam
rangka pembayaran pajak;
s. Menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara. 15
Bendahara Umum Negara tidak boleh melakukan pembayaran
atas beban APBN sebelum barang dan/ atau jasa diterima, sehingga
Bendahara Umum Negara mempunyai kewajiban untuk :
a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang
tercantum dalam perintah pembayaran;
c. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. Memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran Negara;
e. Menolak pencairan dana apabila perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 16
Menteri/ pimpinan lembaga adalah penyelenggaraan kewenangan
administratif yang berwenang melakukan perikatan atau tindakan15 Ibid., hlm. 304-305.
16 Ibid., hlm. 305.
15

tindakan lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau


pengeluaran negara, melakukan pengujian dan pembebanan tagihan
yang diajukan kepada kementrian negara/ lembaga dan
memerintahkan pembayaran atau tagihan penerimaan yang timbul
akibat pelaksanaan anggaran.17
Menteri/ pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran atau
Pengguna Barang bagi kementrian negara/ lembaga yang dipimpinnya,
berwenang;
a. Menyusun dokumen pelaksanaan negara;
b. Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/ Barang;
c. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan negara;
d. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang
dan piutang;
e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan
perintah pembayaran;
g. Menggunakan barang milik negara;
h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik negara;
i. Mengawasi pelaksanaan anggaran;
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementrian/
lembaga yang dipimpinnya.
Gubernur/ bupati/ walikota selaku Kepala Pemerintah Daerah,
berwenang:18
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. Menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara Penerimaan
dan/ atau Bendahara Pengeluaran;
c. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah;
d. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang
dan piutang daerah;
e. Menetapkan pejabat yag bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah;
17 Ibid., hlm. 305-306.
18 Ibid., hlm. 306.
16

f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas


tagihan dan memerintahkan pembayaran. 19
Gubernur/ bupati/ walikota menetapkan Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah yang berwenang;
a.
b.
c.
d.

Menyiapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;


Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh
bank dan/ atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
g. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD;
h. Menyimpan uang daerah;
i. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/
menatausahakan investasi;
j. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna
Anggaran atas beban rekening kas umum daerah;
k. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas
nama pemerintah daerah;
l. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah
m. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
n. Melakukan penagihan piutang daerah;
o. Melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
p. Menyajikan informasi keuangan daerah;
q. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah. 20
D. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, dirumuskan beberapa pengertian
berkaitan dengan Barang Milik Negara dan / atau Barang Milik Daerah:
1. Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atatu
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
19 Ibid., hlm. 306.
20 Ibid., hlm. 307.
17

2. Barang milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau


diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
3. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik Negara/daerah
yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangunan serba
guna/ bangun guna serah dengan tidak mengubah status
kepemilikan.
4. Sewa adalah pemanfaatan barang milik Negara/daerah oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang
tunai.
5. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antara
pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima
imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan
kembali kepada pengelola barang.
6. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik
Negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
peningkatan penerimaan Negara bukan pajak/pendapatan daerah
dan sumber pembiayaan lainnya. Ketentuan kerjasama
pemanfaatan ini diatur dalam pasal 26, antara lain : karena tidak
tersedia biaya operasional terhadap barang milik Negara/daerah
tersebut dalam APBN/APBD, mitra kerjasama ditetapkan melalui
tender, harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas umum
Negara/daerah, mitra kerjasama dilarang
menjaminkan/menggadaikan barang tersebut, jangka waktu
kerjasama paling lama 30 (tiga puluh) tahun, kecuali untuk
infrastruktur transportasi, jalan meliputi jalan told an jembatan tol,
sumber daya air, air minum, limbah, telekomunikasi,
ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi. Hal-hal tersebut paling
lama 50 (lima puluh) tahun.21
7. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik
Negara/daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
21 Pasal 1 angka 11 dan Pasal 26 PP No. 38 Tahun 2008
18

8. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik


Negara/daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan banguna dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan
setelah selesai pembangunanya diserahkan untuk didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati.
9. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik
Negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan atau pengelola
barang dari tanggung-jawab administrasi dan fisik atas barang yang
berada dalam penguasaannya.22
10. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
Negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara
dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal
pemerintah.
11. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
Negara/daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian
dalam bentuk uang. Penjualan dilaksanakan dengan pertimbangan
barang berlebihan, secara ekonomis lebih menguntungkan bagi
Negara jika dijual, dilakukan secara lelang dengan beberapa
pengecualian, misalnya barang bersifat khusus.23
12. Tukar-menukar adalah pengalihan kepemilikan barang milik
Negara/daerah yang dilakukan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, atau antara
pemerintah pusat/pemerintah daerah dengan pihak lain, dengan
menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya
dengan nilai seimbang.
13. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah
pusat/pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh
penggantian.
14. Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik Negara/daerah yang semula merupakan
kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan
untuk diperhitungkan sebagai modal/saham Negara atau daerah
22 Pasal 1 angka 14 dan Pasal 44 PP No. 38 Tahun 2008
23 Pasal 1 angka 16 dan pasal 51 PP No. 38 Tahun 2008
19

pada badan usaha milik Negara/daerah, atau badan hukum lainnya


yang dimiliki Negara.
Pada dasarnya barang milik Negara/daerah yang diperlukan bagi
penyelenggaraan tugas pemerintahan Negara/daerah tidak dapat/
tidak boleh dipindahtangankan. Apabila pemindahtanganan dilakukan
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai
modal Pemerintah, maka harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan DPR/DPRD.24
Persetujuan DPR/DPRD tersebut diperlukan untuk :
a. Pemindahtanganan tanah dan/ atau bangunan;
b. Tanah dan/atau bangunan tersebut di atas, tidak termasuk tanah
dan/atau bangunan yang :
1. Tidak lagi sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
2. Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti
sudah disediakan dalam dokumen pelaksanaan anggaran;
3. Diperuntukkan bagi pegawai negeri;
4. Diperuntukkan bagi kepentingan umum;
5. Dikuasai Negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang jika status kepemilikannya
dipertahankan tidak lagi layak secara ekonomis;
c. Pemindahan barang milik Negara selain tanah dan/atau bangunan
yang bernilai lebih Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
Sedangkan yang bernilai lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000.000,- (seratus
milyar rupiah) dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
Namun tanah/bangunan yang nilainya hanya sampai Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.25
Khusus pemindahan barang milik daerah, selain tanah dan/atau
bangunan yang lebih dari Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)
harus memperoleh persetujuan DPRD. Namun, untuk pemindahan
barang milik daerah, selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai
24 Pasal 45 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
25 Pasal 46 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
20

Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) dilakukan setelah mendapat


persetujuan gubernur/bupati/walikota.26
E. Larangan Penyitaan Uang dan Barang Milik Negara/ Daerah
dan/ atau Yang dikuasai Negara/Daerah
Uang dan Barang milik negara / daerah dan / atau yang dikuasai
Negara/ daerah, tidak boleh atau dilarang untuk dilakukan penyitan
terhadapnya oleh pihak manapun. Uang dan barang tersebut terdiri
dari :
a. Uang atau surat berharga milik Negara/daerah baik yang berada
pada instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
b. Uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada Negara/daerah;
c. Barang bergerak milik Negara/daerah baik yang berada pada
instansi Pemerintah maupun pada pihak ketiga;
d. Barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik Negara/
daerah;
e. Barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh Negara/ daerah yang
diperlukan untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan;27
F. Ganti Rugi
a. Pengertian
Pasal 1 angka 1 PP No.43 Tahun 1991 tentang ganti rugi dan tata
cara pelaksanaannya pada PTUN disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan ganti rugi adalah :
Pembayaran sejumlah uang kepada orang atau badan hukum
perdata atas beban TUN berdasarkan putusan PTUN karena adanya
kerugian materiil yang di derita oleh penggugat.
Sehingga ganti rugi dalam PTUN dapat terjadi apabila gugatan
yang diajukan oleh penggugat di kabulkan oleh hakim, sehingga
badan atau pejabat TUN harus membayar ganti rugi yang telah
ditetapkan PTUN.28
b. Pengaturan Ganti Rugi
Pengaturan mengenai ganti rugi terdapat dalam :

26 Pasal 47 Undang-Undang No.1 Tahun 2004


27 S.F. Marbun, Hukum Administrasi Negara I, FH UII Press, Yogyakarta, 2012,
hlm.313
28 Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm
223
21

1. Pasal 53 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986, Seseorang atau badan


hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar KTUN
yang di sengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa di sertai tuntutan ganti rugi dan atau di rehabilitasi.29
Kerugian Negara/daerah dapat terjadi antara lain karena
Menteri/Pimpinan
c. Penyelesaian Ganti Rugi
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota melakukan penyimpangan
kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang
APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, sedangkan yang dimaksud
dengan kerugian Negara/ Daerah adalah kekurangan uang, surat
berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.30
Terhadap penyimpangan yang mengakibatkan kerugian
Negara/daerah tersebut dikenakan pidana penjara dan denda. Di
samping itu, Presiden dapat pula mengenakan sanksi
administrative,31dan mewajibkan mengganti kerugian tersebut.32
Perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian
keuangan Negara dapat dilakukan bendahara, pegawai negeri
bukan bendahara atau pejabat lain. Terhadap perbuatan tersebut
setiap pimpinan kementerian Negara/lembaga/kepala satuan kerja
perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti-rugi.33
Sebelumnya dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/ atau
pengakuan bahwa kerugian yang terjadi menjadi tanggungjawabnya dan bersedia mengganti kerugian Negara.34
29 Ibid, hlm 224
30 Pasal 1 angka 22 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
31 Pasal 34 Undang-undang No. 17 Tahun 2003
32 Pasal 35 Undang-undang No. 17 Tahun 2003
33 Pasal 59 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
34 Pasal 60 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
22

Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan


penyelesaian kerugian Negara/daerah kepada BPK selambatlambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya
kerugian Negara/daerah tersebut.35
Kewajiban membayar ganti rugi menjadi kadaluarsa jika dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau
dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak
dilakukan penuntutan terhadap pelaku..36 Putusan pidana tidak
membebaskan dari tuntutan ganti rugi.37

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun 2004
adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
35 Pasal 23 Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
36 Pasal 65 Undang-Undang No.1 Tahun 2004
37 Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 2004
23

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah


(APBN/APBD).
2. Ruang Lingkup Perbendaharaan meliputi:
a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah;
b. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah;
c. pengelolaan kas;
d. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
e. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
f. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen
keuangan negara/daerah;
g. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
h. penyelesaian kerugian negara/daerah;
i. pengelolaan Badan Layanan Umum;
j. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD.
3. Asas Umum Perbendaharaan Negara
Asas umum yang berlaku dalam perbendaharaan negara adalah
sebagai berikut:
a. Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah
Pusat untuk melakukan Penerimaan dan Pengeluaran Negara
b. Peraturan daerah tentang APBD dasar bagi pemerintah daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah
c. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN/APBD jika anggaran untuk
membiayai pengeluaran tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
d. Semua pengeluaran negara termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan
APBN.
Program pemerintah pusat dimaksud diusulkan di dalam Rancangan
Undang-Undang tentang APBN serta disusun sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan
dalam menghimpun pendapatan negara dengan berpedoman
kepada rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara
e. Semua pengeluaran daerah termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan
APBD.
Program pemerintah daerah dimaksud diusulkan di dalam
Rancangan Undang-Undang tentang APBD serta disusun sesuai
dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
24

kemampuan dalam menghimpun pendapatan daerah dengan


berpedoman kepada rencana kerja pemerintah dalam rangka
mewujudkan tercapainya tujuan bernegara
f. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak
atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri
yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah
g. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda
dan bunga
h. Pengguna Anggaran atau Barang dan Bendahara, Bendaharawan
Umum/Daerah, Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran
B. Saran
Dari pembahasan diatas terdapat kekurangan materi yang disampaikan
dikarenakan kurangnya pemahaman serta literatur yang kurang sehingga
bab ini tidak lengkap. Informasi yang terdapat pada makalah ini sendiri
jangan digunakan sebagai pedoman semata. Sehingga untuk lebih
memahami tentang kelompok dan tim dianjurkan melihat referensi yang lain
dan yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

25

Anggriani, Jum, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta,


2012
Atep Adya dan Bambang Trihartanto. Perbendaharaan dan
Pemeriksaan Keuangan Negara/Daerah. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta: 2005
http://nugraha-corporation.blogspot.com/2011/10/keuangan-negaradan-perbendaharaan.html
http://prodip-stan.info/ruang-lingkup-perbendaharaan-negara
http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pdf%281%29.pdf
http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/Peraturan
%20Pemerintah/PP-No.- 39-Thn.-2007-Pengelolaan-Uang-NegaraDaerah.pdf
http://www.luckypermana.com/2013/11/pejabat-perbendaharaannegara.html
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2004/1TAHUN2004UU.htm
https://kuwatslametgemiadi.wordpress.com/2012/08/07/ruang-lingkupperbendaharaan-negara/
Marbun, S.F., Hukum Administrasi Negara I, FH UII Press, Yogyakarta,
2012
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991
Riawan,W Tjandra. Hukum Keuangan Negara. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Saidi, Muhammad Djafar, Hukum Keuangan Negara, Rajawali Pers,
Jakarta, 2008
Soegijatno, R. Tjakranegara. Hukum Tata Usaha dan Birokrasi
Negara.PT Rineka Cipta. Jakarta: 1992
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

26

27

Anda mungkin juga menyukai