Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UMKM
2.2 Peluang-peluang UMKM
2.3 Ruang lingkup UMKM
2.4 Peran UMKM dalam perekonomian
2.5 Permasalan UMKM di Indonesia
2.6 Perkembangan Jumlah Unit dan Tenaga Kerja di UMKM
2.7 Nilai Output dan Input
2.8 Peran UMKM dalam Ekspor Nonmigas
2.9 Mengapa UMKM Lebih Mampu dan Bertahan
2.10 Prospek UMKM Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh dinamika perekonomian daerah,
sedangkan perekonomian daerah pada umumnya ditopang oleh kegiatan ekonomi bersakala
kecil dan menengah. Unit usaha yang masuk dalam kategori Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan urat nadi perekonomian daerah dan nasional. Sektor Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang tangguh di tengah krisis ekonomi. Saat ini
sekitar 99% pelaku ekonomi mayoritas adalah pelaku usaha UMKM yang terus tumbuh secara
signifikan dan menjadi sektor usaha yang mampu menjadi penopang stabilitas perekonomian
nasional.
Pentingnya UMKM bagi berbagai pihak membuatnya seringkali menjadi objek kajian
dan riset yang banyak membahas tentang pengembangannya. Bisa dibayangkan bila sektor
UMKM terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan kualitas (manajemen,
keuangan, output produk, dan pemasaran), ia akan menjadi motor penggerak perekonomian
nasional yang sudah teruji kebal terhadap krisis ekonomi global. Meski terkadang masih
dipandang sebelah mata, eksistensi dan kontribusi UMKM bagi perekonomian nasional tetaplah
vital dan strategis.
Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berencana untuk
menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah masa yang
menjanjikan begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan terwujud apa yang dimimpikan
para pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali Concord II. Suatu komunitas ekonomi
ASEAN, yang peredaran produk-produk barang dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara,
akan terwujud. Kondisi ini membawa sisi positif sekaligus negatif bagi UKM. Menjadi positif
apabila produk dan jasa UKM mampu bersaing dengan produk dan jasa dari negara-negara
ASEAN lainnya, namun akan menjadi negatif apabila sebaliknya. Untuk itu, kiranya penting bila
pemerintah mendesain program yang jelas dan tepat sasaran serta mencanangkan penciptaan 20
juta UKM sebagai program nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari UMKM !
2. Bagaimankah peluang-peluang UMKM ?
3. Apa saja ruang lingkup UMKM ?
4. Bagaimana peran UMKM dalam perekonomian ?
5. Apa saja permasalan UMKM di Indonesia ?
6. Bagaimanakah Perkembangan Jumlah Unit dan Tenaga Kerja di UMKM ?
7. Bagaimana Nilai Output dan Input ?
8. Bagaimana peran UMKM dalam Ekspor Nonmigas ?
9. Mengapa UMKM Lebih Mampu dan Bertahan ?

10. Bagaimakanah Prospek UMKM Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui tentang pengertian dari UMKM.
2. Mengetahui peluang-peluang UMKM.
3. Mengetahui ruang lingkup UMKM.
4. Mengetahui peran UMKM dalam perekonomian .
5. Mengetahui permasalan UMKM di Indonesia.
6. Mengetahui perkembangan Jumlah Unit dan Tenaga Kerja di UMKM.
7. Mengetahui Nilai Output dan Input.
8. Mengetahui peran UMKM dalam Ekspor Nonmigas.
9. Mengetahui UMKM Lebih Mampu dan Bertahan.
10. Mengetahui Prospek UMKM Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
Sektor UMKM selalu mendapat perhatian khusus dari banyak kalangan termasuk
pemerintah. Pasalnya, peran dan andil UMKM dalam perekonomian nasional terbilang strategis
bila diteropong dari jumlah unit usahanya yang mendominasi, tingginya penyerapan tenaga
kerja, besarnya kontribusi dalam pembentukan produk domestic bruto (PDB) nasional dan
sumbangannya terhadap nilai ekspor. Dari Badan Pusat Statistik (BPS) hingga 2012, jumlah unit
UMKM mencapai 56.534.592 unit atau 99,9% dari total unit usaha di Indonesia. Tenaga kerja
yang mampu diserap oleh UMKM lebih dari 107.657.509 orang atau sebesar 97,16% dari
angkatan kerja. Kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB mencapai Rp 4.870 triliun atau
sebesar 59,08%. Terkait dengan sumbangan dalam pembentukan nilai ekspor, UMKM
menyumbang sebesar Rp 167 triliun atau sebesar 14,06%.

2.1 Pengertian UMKM


UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut undangundang Nomor 20 Tahun 2008, tepatnya dinyatakan dalam pasal 1, UMKM dapat dijelaskan
secara berikut ini:
Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Masih dalam undang-undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang
tepat mengenai UMKM, yaitu:
Kriteria Usaha Mikro. Ada dua kriteria usaha ini, yakni:
Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000000,00.
Kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha ini meliputi:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan Rp
2.500.000.000,00.

Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria usaha Menengah, yaitu:


Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai dengann paling banyak Rp
10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00.
Meski demikian, dalam kriteria-kriteria UMKM ini, nilai nominalnya dapat diubah sesuai
dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan peraturan presiden, (Oscar, dkk, 2010,
3). Sejak krisis yang terjadi pada tahun 1997, hampir 80 % usaha besar mengalami
kebangkrutan dan melakukan PHK terhadap karyawan secara besar-besaran. Namun, berkat
dorongan pemerintah, sektor UMKM telah menunjukkan perkembangan yang positif dalam
menopang perekonomian negara ini pada saat-saat yang memprihatinkan.
Di samping mengurangi tingkat pengangguran, baik pada tingkat lokal maupun nasional,
produk-produk UMKM setidaknya telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional karena tidak sedikit produk-produk UMKM itu mampu menembus pasar
internasional. Konkretnya, UMKM telah meningkatkan PDB dan juga memberikan sumbangan
kepada devisa negara dengan nilai ekspor yang cukup tinggi.

2.2 Peluang-peluang UMKM


Peluang-peluang UMKM dapat diukur oleh dua indikator. Pertama, adanya potensi pasar.
Kedua, adanya kebijakan pemerintah mengenai jenis usaha ini. Berikut akan dijelaskan peluang
tumbuhnya jenis usaha di Indonesia, yaitu:
a. Potensi pasar
UMKM memiliki potensi pasar yang besar. Dengan banyaknya jumlah populasi penduduk
Indonesia, yang mencapai 250 juta lebih, maka basis pelanggan dari UMKM pun besar. Sejalan
dengan ini, para pelaku UMKM harus pandai melihat peluang pasar yang ada dan berkembang
saat ini. Spirit keatif dan inovatif dikembangakan agar muncul produk unik yang akan dilirik
banyak konsumen.
Lima tahun ke depan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang disegani.
Indonesia mempunyai pasar domestik yang kuat, sumber daya manusia yang banyak, dan sumber
daya alam yang melimpah. Potensi domestik yang melimpah tampaknya belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh jutaan pelaku UMKM di Indonesia. Produk kerajinan industri ekonomi
kreatif UMKM yang tersebar di berbagai wilayah, belum terekspos secara merata karena
terbentur persoalan pemasaran.
Konstribusi industri ekonomi kreatif pada tahun 2008 telah mencapai 6,3 % GDP nasional
(produk domestik bruto). Sektor ini juga menyumbang 10,6 % dari total ekspor nasional. Nilai
ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konstribusi ekspor industri kreatif Singapura (total
ekspor 2,8 %) dan Inggris (total ekspor 7,9 %). Berdasarkan laporanUnited Nations Conference
on Trade and Development (UNCTAD), pertumbuhan perdagangan barang dan jasa berbasis
industri kreatif rata-rata 8,7 % per tahun. Oleh sebab itu, Indonesai belum menjadi pemain
penting dalam produk keseluruhan industri kreatif. Mungkin baru seni lukis yang mendapat
posisi ketiga, setelah Cina dan Thailand dengan total ekspor 83 juta dolas pada tahun 2005.

Sejauh ini, industri kreatif di Indonesia tumbuh dan berkembang hanya mengandalkan ideide personal. Pemerintah belum memberi dukungan memadai untuk pengembangan industri
kreatif secara permanen. Industri kreatif baru dijalani orang-orang muda kreatif yang kerap
menghadapi tantangan, terutama masalah modal. Selain itu, perkembangan industri kreatif
dihadapkan pada lemahnya pengembangan kapasitas dan pemasaran permanen.
Hal paling penting adalah mempermudah pemasaran semua produk lokal. Adanya Klinik
Industri Ekonomi Kreatif UMKM sebagai bentuk pembinaan bagi para pelaku UMKM yang
tentunya difasilitasi lembaga pemerintah setidaknya dapat membantu industri kreatif dalam
persoalan pemasaran ekspor. Sayangnya, klinik ini belum merata ada di setiap daerah sehingga
agak sulit dilakukan penataan secara permanen. Padahal, klinik ini penting sebagai media untuk
menghubungkan para pelaku UMKM dengan investor.
Komoditas perkebunan, termasuk rempah sangat diminati negara-negara maju.menurut
sejarah pun, Indonesia dijajah Belanda dan Portugis karena kaya akan rempah dan produk
perkebunan lainnya. Oleh karena itu, apabila 10 % saja komoditas perkebunan ini dikelola secara
organik untuk memenuhi permintaan pasar dunia, tentu akan memberikan sumbangan devisa
yang cukup besar. Premium yang diperoleh dari produk organik ini akan berlipat ganda karena
dihargai dengan kurs valuta asing. Selain kopi, beberapa produk perkebunan, seperti jambu
mente dan vanilli organik juga diminati masyarakat Eropa.
b. Kebijakan pemerintah
Kementerian Negara Koperasi dan UMKM menyatakan bahwa Indonesia saat ini memiliki
hampir 50 juta unit UMKM, (Oscar, dkk, 2010, 9). Dapat diperkirakan bahwa ada sekitar 99 %
lebih dari total unit usahayang ada. Dari UMKM yang ada tersebut, yang paling banyak adalah
usaha mikro dengan jumlah 47.702.310 atau sekitar 95 % lebih. Dengan kata lain, dapat
dikatakan bahwa usaha mikro merupakan mayoritas usaha yang ada di Indonesia. Berdasarkan
data BPS, UMKM memiliki beberapa kelemahan dan permasalahan, yakni meliputi:
Kurangnya permodalan;
Kesulitan dalam pemasaran;
Persaingan usaha yang ketat;
Kesulitan bahan baku;
Kurang teknis produksi dan keahlian;
Kurangnya keterampilan manajerial (SDM); dan
Kurangnya pengetahuan dalam masalah manajemen, termasuk dalam keuangan dan akuntansi.
Untuk menjawab kesulitan-kesulitan tersebut, dalam UU No. 20/2008 tentang UMKM,
khususnya dalam pasal 7, ayat 1 sangat jelas dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah
daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang meliputi aspek :
Pendanaan;
Sarana dan prasarana;
Informasi usaha;
Kemitraan;
Perizinan usaha;

Kesempatan berusaha;
Promosi dagang; dan
Dukungan kelembagaan.
Faktor-faktor utama yang menentukan besar kecilnya peluang bagi seorang pengusaha/sebuah
perusahaan, sebagai berikut :

Selanjutnya, mengenai dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijaksanaannya


dipertegas lagi dalam pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal
7, ayat (1) huruf a ditujukan untuk:
Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
dapat akses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;
Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh
UMKM;
Memeberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak
diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
Membantu para pelaku UMKM.
Peran pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang mendukung perkembangan
UMKM di Indonesia sangat penting karena tujuan UMKM adalah pemberdayaan masyarakat
kelas menengah ke bawah agar kehidupan ekonomi mereka ditingkatkan. UMKM bertujuan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Lebih dari itu, tujuan adanya
pemberdayaan UMKM ini adalah:
Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri; dan
Meningkatkan peran UMKM dalam membangunan daerah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

2.3 Ruang lingkup UMKM


Ruang lingkup UMKM meliputi sektor manufaktur, agroindustri, dan industri kreatif.
Ketiganya merupakan upaya pengembangan kompetensi inti daerah dalam rangka meningkatkan
kemampuan UMKM yang berjalan dan melahirkan UMKM baru berbasis teknologi. Berikut
penjelasan ketiga bidang tersebut:
a. Sektor Manufaktur
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan perlatan dan suatu medium
proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual, (Oskar, dkk, 2010,
13). Proses ini meliputi (1) perancangan produk, (2) pemilihan material, (3) tahap-tahap proses
dimana produk tersebut dibuat. Bagi kebanyakan negara industri, manufaktur merupakan tulang
punggung perekonomian. Sebagai aktivitas ekonomi, manufaktur menyumbangkan 20% hingga
30% nilai dari produk dan jasa yang dihasilkan di suatu negara.

Dalam suatu kesempatan, Sri Mulyani pernah menyatakan bahwa pada tahun 2010,
pemerintah telah melakukan revitalisasi industri manufaktur. Revitalisasi akan diprioritaskan
mengingat sejak masa orde baru, sektor ini tidak banyak disentuh. Pemerintah memproyeksikan
pertumbuhan industri manufaktur akan melejit hingga 4,55%, meskipun industri dalam negeri
masih berada di tengah ancaman serbuan produk impor Cina melalui perdagangan bebas AseanCina. Untuk mencapai target pertumbuhan industri 4,55%, pemerintah akan menempatkan
beberapa sektor unggulan di antaranya makanan dan minuman, tembakau, percetakan, semen,
dan beberapa logam.
b. Sektor Agroindustri
Agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian
sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Dengan demikian, agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian, dan industri jasa sektor
pertanian.
Berbeda dengan industri lain, agroindustri tidak harus mengimpor sebagian besar bahan
bakunya dari luar negeri karena telah tersedia di dalam negeri. Dengan mengembangkan
agroindustri secara tidak langsung telah membantu meningkatkan perekonomian para petani
sebagai penyedia bahan baku untuk industri. Pada tahun 2004, ada sekitar tiga juta unit IKM
(industri Kecil Menengah) yang mampu menyerap lebih dari 12 juta tenaga kerja, sedangkan
konstribusi ekspor nonmigas nasional, IKM baru menyumbang devisa sekitar 10% dari total
nonmigas per tahun.
Meskipun sampai saat ini masih ditemukan hambatan-hambatan dalam mengembangkan
sektor ini, akan tetapi sektor ini masih memiliki peluang untuk berkembang secara meyakinkan
apabila dikelola secara arif dan bijaksana. Ada beberapa peluang yang mendukung
berkembangnya sektor agroindustri, yakni:
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin besar merupakan aset nasional dan sekaligus
berpotensi menjadi konsumenproduk agroindustri.
Berlangsungnya era perdagangan bebas berskala internasional telah semakin membuka
kesempatan untuk mengembangkan pemasaran secara ekspor.
Penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan stabilitas politik antara
pemerintah daerah dan investor.
Dari sisi suplai seumberdaya, agroindustri masih memiliki bahan baku yang beragam, berlimpah
dalam jumlah dan tersebar di seluruh tanah air.
Dalam proses produksinya, bahan baku agroindustri tidak bergantung pada komponen impor.
c. Sektor Industri Kreatif
Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan
kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan
pekerjaan dengan mengahasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut. Sektor industri ekonomi kreatif meliputi 14 subsektor, yakni periklanan, arsitektur,
pasar barang seni, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
layanan komputer dan peranti lunak, televisi, dan radio, serta riset dan pengembangannya.

Saat ini, ekonomi industrial telah beralih ke ekonomi kreatif dan korporasi berada di simpang
jalan. Daya yang paling penting saat ini adalah tumbuhnya kekuatan ide. Itulah sebabnya,
sebagian besar tenaga kerja kini berada pada sektor jasa atau menghasilkan produk abstrak,
seperti data, software, berita, hiburan, periklanan, dan lain-lain.

2.4 Peran UMKM dalam perekonomian

Ditinjau dari segi kuantitatif, jumlah pelaku usaha di Indonesia tahun 2001 mencapai 40,2
juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99,86% di antaranya adalah usaha kecil (40,1 juta), dan
97,6% di antaranya adalah usaha mikro. Sedang jumlah usaha berskala menengah sebanyak 58
ribu atau 0,14% dan usaha besar hanya 0,005% atau berjumlah 2 ribu saja. UMKM Indonesia
yang mampu menyerap 85,4 juta tenaga kerja atau 96,19% dari total tenaga kerja secara
nasional. Dalam PDB UMKM menyumbang 59,08% (BPS 2007).
Dari fakta di atas, menjadi jelas bahwa perusahaan kecil mempunyai peranan yang sangat
penting, walaupun dengan segala kelemahannya tetap merupakan salah satu sendi kehidupan
ekonomi Indonesia, di antaranya:
Menyediakan lapangan kerja untuk berjuta-juta rakyat Indonesia.
Ikut membayar pajak.
Merupakan ujung tombak industri nasional.
Menjadi pedagang perantara dan pengumpul hasil panen petani.
Memproduksi banyak sektor kebutuhan pokok rakyat.
Tedapat di setiap sudut Indonesia yang jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan besar.
Selama ini, telah banyak usaha pemerintah yang dilakukan dalam membantu
perkembangan UMKM, melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan.
Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah dilakukan melalui jalur kelembagaan yang bersifat
formal (resmi) yaitu melalui departemen ataupun dinas, serta melalui jalur nonformal, yaitu
melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun lembaga kemasyarakatan lainnya.
Perencanaannya sejak tahun 2005 sebagai tahun pembiayaan mikro merupakan bentuk komitmen
pemerintah Indonesia dalam mendorong sektor UMKM supaya mampu berperan leih besar lagi
dalam percaturan bisnis baik secara domestik maupun internasional.

2.5 Permasalan UMKM di Indonesia

UMKM di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun 2011 sebanyak
55.206.444 unit usaha, kemudian pada tahun 2012 sebanyak 56.534.592 unit usaha.
Pertumbuhannya mencapai 2,41% atau sebanyak 1.328.147 unit usaha. Namun pertumbuhan unit
usaha ini tidak diikuti oleh pertumbuhan sumbangan ekspor UMKM. Pada tahun 2011, UMKM
menyumbangkan sebesar Rp 187 triliun kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi Rp 167
triliun, atau mengalami penurunan sebasar Rp 20 triliun yakni sebesar 11,1%.
Tumbuhnya unit usaha UMKM tidak diiringi dengan tumbuhnya tingkat eskpor yang
disumbangkan oleh UMKM kepada Negara. Padahal, pada tahun 2015 Indonesia menjadi
Negara peserta pasar bebas di kawasan ASEAN. Menurut Jurnal Transnasional Vol. 3 No. 2
Februari 2012 yang berjudul Peran Pemerintah dalam Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor
Studi Kasus: Klaster Kasongan dalam Rantai Nilai Tambah Global oleh Irdayanti, Sektor yang
saat ini dianggap kurang memiliki kemampuan untuk memenuhi prasyarat memasuki pasar
global adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Jika perusahaan besar atau
korporasi mampu berperan secara efektif dalam perekonomian global, ditengarai disebabkan
karena korporasi ditunjang dengan ketersediaan modal yang massif, penguasaan teknologi maju
dan informasi dan sistem informasi, sistem manajerial yang efektif dan efisien, serta penguasaan
terhadap sumber daya (alam dan manusia), maka lain halnya dengan apa yang dimiliki UMKM.
UMKM dihadapkan mulai dari permasalahan permodalan, penguasaan teknologi dan informasi
yang minim, tenaga kerja yang kurang terampil serta akses terhadap pasar global. Kalaupun
UMKM bisa menembus pasar global, posisinya sangat rentan karena kemampuan kompetisi
yang minim.
Mengenai pertumbuhan UMKM ditinjau dari kinerjanya hingga saat ini, relatif berjalan cukup
lambat dan kurang memiliki keunggulan untuk bersaing, sehingga belum mampu untuk

berkiprah ditingkat internasional. Hal ini, disebabkan sistem pembinaanya kurang mengarah
kepada pembentuk diri yang bersifat spiritual untuk lebih mampu dalam mengahadapi
lingkungan. Dipihak lain, kurang adanya dukungan oleh pihak-pihak terkait dalam menciptakan
suasana kondusif dan perlindungan hukum yang memberikan kepastian agar dapat mengestimasi
untuk jangka panjang.
Dari data Global Financial Inclusion Index 2012 Bank Dunia, baru sekitar 20% penduduk
Indonesia berusia di atas 15 tahun, yang telah menikmati akses jasa keuangan, memiliki rekening
di lembaga keuangan formal, sisanya sekitar 80% merupakan unbanked people. Padahal, di
China 64% dan India sekitar 35%. Inklusi keuangan di Indonesia praktis masih sangat terbatas.
Indonesia juga kalah dalam inklusi keuangan jika dibandingkan dengan sesama negara anggota
ASEAN. Padahal, sebentar lagi akan berlangsung Masyarakat Ekonomi ASEAN awal tahun
2015. Persentase orang dewasa yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal di Malaysia
66%, Filipina 26%, Thailand 77%, dan Vietnam 21%. Terbatasnya orang di Indonesia yang
mengenal bank merupakan hal ironis melihat peranan bank sebesar 75,80% dari total aset
pembiayaan di Indonesia. Pembiayaan UMKM di Indonesia masih relatif rendah, yakni 20,1%
dari total kredit perbankan. Total pembiayaan UMKM Rp 612 triliun.
Menurut Made Sudiarsa terdapat permaslahan klasik dalam peningkatan UMKM di
Indonesia; pertama, masih rendahnya tingkat profesionalisme dan kemampuan kewirausahaan
UMKM, karena sebagian besar usaha kecil masih berpendidikan SD. Kedua, rendahnya akses
UMKM pada sumber daya ekonomi produktif terutama untuk meningkatkan kemampuan
permodalan, meningkatkan akses dan pangsa pasar, teknologi, kualitas, produktivitas dan daya
saing produk, karena lebih dari 97% UMKM masih merupakan usaha mikro yang dihadapkan
oleh berbagai keterbatasan. Ketiga, iklim usaha bagi UMKM belum kondusif, karena peraturan
perundangan dan kebijakan yang ada banyak yang belum sinkron, pembinaan belum terpadu,
komitmen dan keberpihakan rendah, sistem perizinan masih berbelit dan biaya tinggi.
Faktor lingkungan lain yang juga mempunyai andil kurang berkembangnya UMKM
adalah: perilaku beli masyarakat yang ada di dalam negeri ini. Pada umumnya, mereka lebih
bangga terhadap produk-produk dari luar negeri, sehingga berjuta-juta dolar dari masyarakat
Indonesia telah terserap oleh negara lain. Berarti, masyarakat Indonesia turut berperan dalam
menumbuhkan perekonomian bagi negeri lain yang sebagian besar adalah kelompok negara yang
telah maju dan makmur.
Berdasarkan uraian tentang permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka dapat
diklasifikasikan menjadi permasalahan internal yang sangat mendasar, terutama tentang mental
maupun pengetahuan dari pengusahanya sendiri dan masalah eksternal yang kurangnya
dukungan dari publik serta lingkungan bisnis yang kurang kondusif, secara ringkasnya dapat
diungkapkan
sebagai
berikut:
2.6 Perkembangan Jumlah Unit dan Tenaga Kerja di UMKM

Jumlah unit UMKM bervariasi menurut sektor, dan terutama UK terkonsentrasi di pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tahun 1997, jumlah UK di sektor tersebut tercatat
22.511.588 unit, dan tahun 1998 jumlahnya meningkat menjadi 23.097.871 unit, atau tumbuh
2,6% (dibandingkan UM yang tumbuh 1,2%). Walaupun tidak ada studi-studi empiris yang dapat
mendukung, namun dapat diduga (hipotesis) bahwa kenaikan jumlah unit UK tersebut erat

kaitannya dengan boom yang di alami oleh beberapa subsektor pertanian, khususnya perkebunan
sebagai efek positif dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Distribusi jumlah unit usaha menurut skala usaha dan sektor menunjukkan bahwa di satu
sisi, UKM memiliki keunggulan atas UB di pertanian, dan di sisi lain, dilihat dari jenis produk
yang dibuat, jenis teknologi dan alat-alat produksi yang dipakai, dan metode produksi yang
diterapkan, UKM di Indonesia pada umumnya masih dari kategori usaha primitif.

Perkembangan UKM di Industri pengolahan dan perdagangan berdasarkan data


Deperindag menunjukkan bahwa secara umum jumlah unit industri kecil dan menengah (IKM)
dan dagang kecil dan menengah (DKM) selama periode 1998-2001 mengalami peningkatan
masing-masing dari 2,1 juta ke hampir 2,9 juta unit dan dari 8,3 juta ke hampir 9,7 juta unit. Di
dalam kelompok IKM, jumlah unit IK tumbuh rata-rata 11,1% per tahun, yang masing-masing
hanya sekitar 6% lebih; sedangkan jumlah unit DKM tumbuh rata-rata 5,13% per tahun, juga
lebih tinggi di bandingkan rekannya dari skala yang lebih besar. UKM di Indonesia sangat
penting terutama dalam penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, atau sumber pendapatan bagi
masyarakat/RT miskin. Hal ini di dasarkan pada fakta empiris yang menunjukkan bahwa
kelompok usaha ini mengerjakan jauh lebih banyak orang di bandingkan jumlah orang yang
bekerja di UB. Dalam kelompok UKM juga terdapat perbedaan yang besar antara tingkat
kepadatan L dari UK dibandingkan dari UM. Jumlah L yang di serap oleh UK tahun 2000
mencapai 63,5 juta orang dan naik menjadi hampir 65,3 juta orang tahun 2001. Sebagai
perbandingan, pada tahun 2000 UM dan UB hanya menyerap masing-masing 7 juta dan 300 ribu
orang lebih, dan pada tahun 2001 hampir mencapai 8 juta dan 400 ribu orang lebih.

Perkembangan UKM di Industri pengolahan dan perdagangan berdasarkan data


Deperindag menunjukkan bahwa secara umum jumlah unit industri kecil dan menengah (IKM)
dan dagang kecil dan menengah (DKM) selama periode 1998-2001 mengalami peningkatan
masing-masing dari 2,1 juta ke hampir 2,9 juta unit dan dari 8,3 juta ke hampir 9,7 juta unit. Di
dalam kelompok IKM, jumlah unit IK tumbuh rata-rata 11,1% per tahun, yang masing-masing
hanya sekitar 6% lebih; sedangkan jumlah unit DKM tumbuh rata-rata 5,13% per tahun, juga
lebih tinggi di bandingkan rekannya dari skala yang lebih besar. UKM di Indonesia sangat
penting terutama dalam penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, atau sumber pendapatan bagi
masyarakat/RT miskin. Hal ini di dasarkan pada fakta empiris yang menunjukkan bahwa
kelompok usaha ini mengerjakan jauh lebih banyak orang di bandingkan jumlah orang yang
bekerja di UB. Dalam kelompok UKM juga terdapat perbedaan yang besar antara tingkat
kepadatan L dari UK dibandingkan dari UM. Jumlah L yang di serap oleh UK tahun 2000
mencapai 63,5 juta orang dan naik menjadi hampir 65,3 juta orang tahun 2001. Sebagai
perbandingan, pada tahun 2000 UM dan UB hanya menyerap masing-masing 7 juta dan 300 ribu
orang lebih, dan pada tahun 2001 hampir mencapai 8 juta dan 400 ribu orang lebih.
Pentingnya UKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan kesempatan kerja di Indonesia
tidak hanya tercerminkan pada kondisi statis, yakni jumlah orang yang bekerja di kelompok
usaha tersebut yang jauh lebih banyak daripada yang diserap oleh UB, tetapi juga dapat dilihat
pada kondisi dinamis, yakni dari laju kenaikannya setiap tahun yang lebih tinggi daripada di
UB. Di dalam kelompok UKM juga terdapat perbedaan antara UK dan UM. Dengan laju
pertumbuhan L rata-rata per tahun di UK yang relatif lebih tinggi di bandingkan di UM dan UB,
maka secara relatif kontribusi penyerapan L di UK meningkat selama periode yang diteliti, dari
87,62% tahun 1997 ke 88,59% tahun 2001.
Informasi mengenai UK di industri pengolahan dari data BPS dalam publikasi
tahunannya statistik Indonesia 2001 menunjukkan bahwa jumlah unit IMI jauh lebih banyak di
bandingkan jumlah unit IK, dan ini memang merupakan salah satu karakteristik dari UK di
LDCs atau negara-negara berpendapatan rendah, dibandingkan di Dcs atau negara-negara
berpendapatan tinggi, di mana UK pada umumnya adalah usaha modern. Dan kelompok usaha
tersebut sangat dominan di industri-industri yang memproduksi barang-barang konsumsi
sederhana seperti makanan dan minuman, tekstil dan produk-produknya (TPT), dan produkproduk dari kayu, (Tambunan, 1996)

2.7 Nilai Output dan Input


Peran UKM di Indonesia dalam bentuk kontribusi output terhadap pembentukan atau
pertumbuhan PDB cukup besar, walaupun tidak sebesar kontribusinya terhadap penciptaan

kesempatan kerja. Kontribusi NO atau NT dari UK terhadap pembentukan PDB jauh lebih besar
dibandingkan kontribusi dari UM. Akan tetapi, perbedaan ini tidak dikarenakan tingkat
produktivitas di UK lebih tinggi daripada di UM, melainkan lebih di dorong oleh jumlah unit dan
L yang memang jauh lebih banyak di UK dibandingkan di UM (dan UB). Dari data BPS
(statistik Indonesia 2001) mengenai NO dan NT dari UK di sektor industri manufaktur menurut
kelompok industri. Ada beberapa hal yang menarik. Pertama, NO atau NT bervariasi menurut
subsektor, dan yang paling banyak (seperti juga yang di tunjukkan oleh data dari sumber-sumber
lain) terdapat di tiga subsektor, yakni makanan, minuman, dan tembakau, tekstil dan produkproduknya (TPT), dan kulit serta produk-produknya, dan kayu beserta produk-produknya, yang
lagi-lagi memberi suatu kesan bahwa IK dan IMI pada umumnya lebih unggul di ketiga
subsektor itu di bandingkan di subsektor-subsektor lainnya.
Kedua, dibeberapa kelompok industri No dan NT dari IMII lebih besar dibandingkan IK.
Sedangkan hasil SUSI 2000 menyajikan data mengenai nilai produksi bruto (NO), biaya antara,
dan upah serta gaji dari usaha tidak berbadan hukum. Terakhir, data Deperindag menunjukkan
bahwa dari NO total dari IDK sekitar 57,3 triliun rupiah. Tiga subsektor tersebut merupakan
pusat konsentrasi dari kegiatan produksi UK, (Tambunan, 1996).
dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kuantitas ekspor pada tahun 2013 mengalami kenaikan
pada sektor non migas.

2.8 Peran UMKM dalam Ekspor Nonmigas


Sebagian besar UMKM belum dikelola oleh SDM yang profesional, sehingga
pengelolaan usaha masih dilakukan secara tradisional. Mereka belum mengadministrasikan
aktivitas usahanya dengan baik, sehingga sangat sulit menemukan data tertulis mengenai
kinerjanya. Sejak 1999 sampai dengan 2009, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan
LPEI (dahulu BEI) sebanyak 4.191 UMKM dari berbagai provinsi di Indonesia berorientasi
ekspor serta calon eksportir pemula untuk menyusun laporan keuangan dalam pembiayaan
ekspor sebagai salah satu persyaratan teknis perbankan pemberi kredit.
Kontribusi perdagangan luar negeri di dalam perekonomian nasional semakin penting. Hal
ini terbukti bahwa peningkatan ekspor nasional tidak hanya berdampak pada stabilitas makro
ekonomi melalui peningkatan cadangan devisa, tetapi juga berdampak pada meningkatnya kapasitas
produksi nasional.
Dibandingkan banyak negara berkembang lainnya di wilayah Asia, Indonesia termasuk kecil
dalam ekspor UMKM. Seperti yang dapat dilihatdi Tabel 2, di industri manufaktur UMKM Indonesia
hanya mencatat sekitar 20 persen dari total ekspor manufaktur Indonesia, dibandingkan misalnya
China yang mancapai maksimum 64 persen, atau Taiwan yang tercatat antara 56 hingga 60 persen
dari total ekspor dari ekonomi tersebut. Posisi Indonesia sama seperti Vietnam yang UMKM-nya
juga tercatat hanya menyumbang sekitar 20 persen terhadap total ekspor negara tersebut. Masih
kecilnya peran UMKM Indonesia di dalam ekspor non-migas mencerminkan dua hal yakni kapasitas
produksi terbatas hingga tidak selalu mampu memenuhi permintaan ekspor dan daya saing yang
rendah dari produk-produk yang dihasilkan kelompok usaha tersebut.

Industri menengah-kecil juga berperan besar dalam menganekaragaman produk-produk


ekspor Indonesia. Sekalipun dilihat dari per komoditi nilai ekspornya masih relatif kecil, namun
kemunculan produk-produk baru yang semakin beragam serta dengan daya jangkau pasar yang luas
patut memperoleh perhatian lebih jauh dari kalangan-kalangan Pembina usaha perbankan.

Hingga saat ini belum ada bukti empiris mengenai daya saing UMKM diASEAN, terkecuali satu
penelitian untuk wilayah APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), yang dilakukan oleh
Pusat Inovasi UMKM APEC terhadap 13 ekonomi anggota APEC pada tahun 2006 (APEC,
2006), yang hasilnya menunjukkan bahwa UMKM Indonesia berdaya saing rendah di bawah 4.
Selain itu, menurut hasil studi ini, Indonesia juga tercatat sebagainegara dengan pendanaan
paling rendah untuk pengembangan teknologi.
Sebagaimana diketahui, kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bagi
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,5 persen atau senilai Rp 1.451,4 triliun sedangkan
sisanya berasal dari usaha besar. UMKM juga dikabarkan menyerap tenaga kerja sangat
signifikan yakni sebanyak 97,2 persen (107 juta orang) sedangkan usaha besar hanya sebesar 2,8
persen.

2.9 Mengapa UMKM Lebih Mampu dan Bertahan


Salah satu prinsip yang mendasari agenda pemberdayaan ekonomi rakyat adalah nestapa
yang dialami oleh UMKM di masa lalu. (Basri, 2002), Sepanjang pemerintahan orde baru,
usaha-usaha besar sangat diberika keleluasaan dalam berbagai hal, termasuk dalam penyaluran
kredit. Menurut para pendukung argument ini, kinilah giliran UMKM dan koperasi. Karena jelasjelas usaha besarlah yang telah membangkrutkan perekonomian Indonesia, sedangkan UKM dan
koperasi yang justru selama ini dikesampingkan oleh kebijakan-kebijakan Orde Baru bias
bertahan, (Basri, 2002, 202).
Sektor UMKM telah terbukti tangguh, ketika terjadi Krisis Ekonomi 1998, hanya sektor
UMKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru
tumbang oleh krisis. Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21
Oktober 2008 mengemukakan bahwa UMKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive
karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan
karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi
ekspor. Selama 1997-2006, jumlah perusahaan berskala UMKM mencapai 99% dari keseluruhan
unit usaha di Indonesia. Sumbangan UMKM terhadap produk domestik bruto mencapai 54%57%. Sumbangan UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96%. Sebanyak 91%
UMKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga eksportir/pedagang perantara. Hanya
8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli/importer yang bertempat
tinggal/berkewarganegaraan luar negeri.
Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan di tengah krisis moneter 1997 lalu.
Pertama, sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas
permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat
tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan
tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. Kedua, sebagian besar UMKM
tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku

bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah,
maka UMKM ikut terganggu kegiatan usahanya. Sedangkan usaha berkala besar dapat bertahan.
Di Indonesia, UMKM mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap
perbankan sangat rendah.
Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UMKM hadir sebagai suatu
solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UMKM merupakan salah satu sektor industri yang
sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti
ini, jelas bahwa UMKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan
stabilisasi sistem ekonomi yang ada.

1.

2.

3.

4.

5.

Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang
tinggi. Berbeda dengan usaha kecil yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan cenderung
bertambah. Beberapa alasan kenapa usaha kecil bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya
pada masa krisis adalah :
Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas
permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak
banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat
pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan.
Sebagian besar usaha kecil tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor
perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda usaha skala
besar yang banyak tergantung kepada perbankan, jika sektor perbankan bermasalah, maka ikut
terganggu kegiatan usahanya, sedangkan usaha kecil dapat bertahan. Di Indonesia, usaha kecil
biasanya menggunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat
rendah.
Usaha kecil mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing. Dampaknya usaha kecil
mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk
pindah dari usaha yang satu ke usaha lain, hambatan keluar-masuk tidak ada.
Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu dihilangkan, usaha
kecil mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku. Akibatnya biaya produksi
turun dan efisiensi meningkat. Akan tetapi, karena bersamaan dengan terjadinya krisis ekonomi,
maka pengaruhnya tidak terlalu besar.
Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak
memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para penganggur tersebut memasuki sektor informal,
melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.
Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha kecil dapat bertahan dan mempunyai
potensi untuk berkembang. Dengan demikian, usaha kecil dapat dijadikan andalan untuk masa yang
akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalanpersoalan yang menghambat usaha-usaha pemberdayaan usaha kecil harus dihilangkan.

Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan di tengah krisis moneter 1997 lalu.
Pertama, sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas
permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat
tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan
tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. Kedua, sebagian besar UMKM

1.

2.

3.

4.

5.

tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku
bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini. Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah,
maka UMKM ikut terganggu kegiatan usahanya. Sedangkan usaha berkala besar dapat bertahan.
Di Indonesia, UMKM mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap
perbankan sangat rendah. Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UMKM
hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UMKM merupakan salah satu
sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda
dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UMKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan
kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada.
Untuk memajukan usaha kecil-menengah tidak cukup dengan kemitraan, apalagi dengan
sekadar menunggu uluran tangan dari pengusaha besar seperti inisiatif Kelompok Jimbaran.
Seharusnya dengan adanya niat baik pemerintah dalam hal ini dibentuknya Kementerian
Koperasi dan UMKM, mampu menumbuh kembangkan Koperasi di tanah air sebagai lembaga
keuangan berbasis kerakyatan yang tangguh dan berdaya. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan UMKM, Produk Dalam Negeri serta Koperasi ini dapat kita rangkum
sebagai berikut :
Mulai menanamkan jiwa patriotisme dimulai dari bangku sekolah dan instansi pemerintah
tentang pentingnya ekonomi kerakyatan yang dibangun dari UMKM, Koperasi dan Cinta atas
Produk Dalam Negeri.
Mencetak jiwa jiwa wirausaha melalui bangku sekolah dan kursus-kursus yang lengkap dan
komprehensif dengan harapan siswa-siswa mampu meresapi, memikirkan dan mengolah ilmu
yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari
Koperasi mulai diberdayakan secara komprehensif dan re design sistem pengelolaannya
sehingga tidak hanya jalan di tempat tetapi mampu untuk maju dan memberikan manfaat sebesar
besarnya bagi anggota ataupun masyarakat sekitar.
Membuat masterplan untuk membuat satu lini usaha bersama dan keterkaitan antara UMKM,
Produk Dalam Negeri dan Koperasi, semisal di kantor di wajibkan pegawai menjadi anggota
koperasi, wajib membeli produk dari koperasi utamanya produk dalam negeri hasil UMKM.
Membuat payung hukum yang kuat namun bukan hanya peraturan macan ompong, payung
hukum peraturan yang didasari atas semangat patriotisme, cinta tanah air dan dedikasi bersama
untuk memajukan ekonomi kerakyatan dan memutus ketergantungan dari produk import.

6. menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi usaha kecil melalui penetapan peraturan perundangundangan dan kebijakan: pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha
dan perlindungan.
7. melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil bersama-sama dunia usaha dan masyarakat
terutama dalam bidang: produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia dan teknologi.
8. menyediakan pembiayaan bagi pemberdayaan usaha kecil bersama-sama dunia usaha dan
masyarakat, berupa: kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura,
pinjaman dari penyisihan sebagian laba BUMN, hibah dan jenis pembiayaan lainnya.
9. memfasilitasi kemitraan usaha kecil dengan usaha menengah dan besar melalui pola: inti-plasma, subkontrak,
dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk kemitraan lainnya.

10. menugaskan Menteri yang membidangi usaha kecil untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
pemberdayaan usaha kecil.

11. melaksanakan sanksi pidana dan administratif kepada usaha menengah dan besar yang merugikan
pemberdayaan usaha kecil.

Beberapa hal tersebut memang mudah dituliskan namun cukup sulit untuk diuraikan dan
direalisasikan, namun seperti kata pepatah "tetesan air yang terlihat lemah bisa saja
menghancurkan sebuah karang yang angkuh", intinya adalah bukan sebuah kemustahilan untuk
direalisasikan, meskipun berat dan butuh waktu lama, apabila didasarkan semangat nasionalisme
tinggi, kita pasti berhasil untuk merealisasikan harapan pendiri bangsa kita Bapak Ir Soekarno Moh Hatta , menjadi bangsa yang bangga Berdikari.

2.10 Strategi Pemberdayaan UMKM


Peran penting keberadaan UMKM di Indonesia semakin terasa dalam proses pembangunan
ekonomi nasional di Indonesia. Pada awalnya, keberadaan UMKM dianggap sebagai sumber penting
dalam penciptaan kesempatan kerja dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi daerah di
pedesaan. Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dan pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Dengan dilandasi dengan asas
kekeluargaan, upaya pemberdayaan UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional
untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dan pembangunan perekonomian
nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Dengan dilandasi dengan asas kekeluargaan,
upaya pemberdayaan UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia
Pemberdayaan usaha kecil pada akhirnya diharapkan dapat memberikan ruang bagi tumbuhan
kreativitas kegiatan usaha masyarakat luas. Pemberdayaan usaha kecil di tengah tantangan
meningkatkan daya saing ekonomi (daerah dan nasional) tidak berarti mengabaikan peran
pemerintah dalam ekonomi. Peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha kecil akan sangat
ditentukan oleh kualitas intervensi pemerintah dalam mendorong kegiatan ekonomi yang sehat.
Pemberdayaan usaha kecil sebagai bagian dari upaya menggerakan kekuatan ekonomi dan
memperluas lapangan kerja juga menuntut dukungan sosial-budaya, seperti: penyetaraan gender,
serta kepedulian sosial. Penyetaraan gender dan kepedulian sosial merupakan aspek penting dalam
demokrasi. Pada akhirnya pemberdayaan usaha kecil sebagai strategi untuk mengatasi kemiskinan
juga sangat memerlukan dukungan masyarakat yang luas.
Upaya pemberdayaan masayarakat dapat ditinjau dari tiga sisi, pertama, menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Kedua, memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim atau suasana. Penguatan ini meliputi langkahlangkah nyata dan

menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang
akan membuat masyarakat makin berdaya. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah kuat,
Program pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam RPJM adalah sebagai berikut
1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM;
Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara
ekonomi, sehat dalam persaingan, dan non-diskriminatif bagi kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha
UMKM, sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha maupun
meningkatkan
rata-rata
skala
usaha,
mutu
layanan
perijinan/pendirian
usaha,
dan
partisipasi stakeholders dalam pengembangan kebijakan UMKM.
2. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM; Tujuan program ini adalah mempermudah,
memperlancar dan memperluas akses UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan
kesempatan yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan
tuntutan efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui pengembangan lembaga pendukung/penyedia jasa
pengembangan usaha yang terjangkau, semakin tersebar dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM
terhadap pasar dan sumber daya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar, teknologi, dan
informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM.
3. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM; Tujuan program ini adalah
untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing UKM sehingga
pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas meningkat, wirausaha baru berbasis
pengetahuan dan teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam produk-produk unggulan UKM semakin
berkembang.
4. Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro; Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro,
terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap, melalui
upaya peningkatan kapasitas usaha sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap
untuk tumbuh dan bersaing. Program ini akan memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan
keterampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan
usaha.
5. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi; Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan
kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat
sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh efisiensi
kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan demikian diharapkan kelembagaan dan
organisasi koperasi di tingkat primer dan sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur
pendukung pengembangan koperasi

2.11 Prospek UMKM Indonesia


Ditengah pemulihan ekonomi yang masih lambat ini, perekonomian nasional
dihantui pula dengan ambisi nasional untuk melakukan otonomi daerah dan desentralisasi. Selain
itu, adanya komitment nasional untuk melaksanakan perdagangan bebas multilateral (WTO),
regional (AFTA), kerjasama informal APEC, dan bahkan ASEAN Economic Community
(AEC) tahun 2020 merupakan tambahan pekerjaan rumah yang harus pula disikapi secara serius.

Dengan pergeseran yang terjadi pada tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada
persaingan bebas, dapat dikatakan bahwa UMKM sesungguhnya mengahadapi situasi yang
bersifat double squeze, yaitu 1. situasi yang datang dari sisi internal (dalam negeri) berupa
ketertinggalan dalam produktivitas, efisiensi dan inovasi dan 2. situasi yang datang dari
ekstermal pressure. Salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian dari kombinsi
situasi yang dihadapi ini adalah masalah ketimpangan struktur usaha seperti yang diungkapkan
diawal dan juga kesenjangan antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah. Sedikitnya
terdapat tiga keadaan yang membentuk terjadinya kesenjangan antar skala usaha di
Indonesia. Pertama, akses usaha/industri besar terhadap teknologi dan menajemen modern jauh
lebih besar daripada UMKM. UMKM masih bertahan pada teknologi dan manajemen yang
sederhana bahkan cenderung tradisionil. Bahkan industri menengah yang dalam data BPS
digabungkan dengan industri besar masih menunjukkan ciri dan karakter usaha kecil dalam hal
akses teknologi dan manajemen usaha. Kedua, akses usaha skala besar terhdap pasar (termasuk
informasi pasar) juga lebih terbuka, sementara UMKM masih berkutat pada bagaimana
mempertahankan pasar dalam negeri ditengah persaingan yang ketat dengan usaha
sejenis. Ketiga, kurangnya keberpihakan kebijakan dan keputusan strategis pemerintah pada
UMKM pada masa lalu yang lebih menjadikan UMKM sebagai entitas sosial dan semakin
memperburuk dua kondisi diatas.
UMKM memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi
jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(Menegkop & UKM), usaha-usaha kecil termasuk usaha-usaha rumah tangga atau mikro (yaitu
usaha dengan jumlah total penjualan setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar), pada tahun 2000
meliputi 99,9 % dari total usaha-usaha yang bergerak di Indonesia. Sedangkan usaha-usaha
menengah (yaitu usaha-usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp.1 Milyar
dan Rp. 50 Milyar) meliputi hanya 0,14 % dari jumlah total usaha. Dengan demikian, potensi
UMKM sebagai keseluruhan meliputi 99,9 % dari jumlah total usaha yang bergerak di Indonesia.
Besarnya peran UMKM ini mengindikasikan bahwa UMKM merupakan sektor usaha dominan
dalam menyerap tenaga kerja. Apalagi pada saat sekarang banyak berdiri lembaga keuangan
yang menyediakan kredit bagi masyarakat yang ingin membuka usaha dengan bunga dan cicilan
yang ringan. Sehingga sektor UMKM berkembang pesat.

Kredit usaha rakyat menjadi salah satu program yang sangat membantu gerak laju perekonomian
mikro terutama tujuan mulianya yakni meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan rentan
miskin. Di masa mendatang tantangan dari program KUR ini yakni bisa diakses oleh semua
pemilik usaha mikro,kecil dan menengah dengan fasilitas pelatihan dan bimbingan manajemen
wirausaha.
UMKM menjadi roda penggerak perekonomian nasional Indonesia yang terbukti tahan
banting terhadap badai krisis keuangan di beberapa tahun yang lalu. UMKM diyakini akan

menjadi tulang punggung yang kuat dan kokoh karena melibatkan partisipasi aktif secara massal
pendudukan Indonesia. Dari hasil penelitian USAID tahun 2010 tercatat ada 53.828.569 orang
yang bergerak di sektor UMKM dengan pertumbuhan 2,01 % per tahun, sehingga KUR
mempunyai peluang sekaligus tantangan untuk mengakomodasi kepentingan terhadap kebutuhan
permodalannya.
Dana CSR perusahaan-perusahaan luar negeri juga bisa membantu UMKM mengakses
modal. Salah satu yang cukup kami apresiasi adalah kewirausahaan oleh perempuan. Mereka
berkembang baik. Bahkan dilihat dari non performing loan (NPL) pinjaman mereka kebanyakan
justru di bawah 1%. Kondisi yang baik.
Belum lama telah keluar Peraturan Pemerintah (PP) No.46/2013 (tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu) itu salah satu bentuk insentif bagi UMKM karena pajak
dipungut hanya 1% dari omzet.Memang ada acuan lain untuk pajak tapi PP itu memudahkan
UKM. Kebijakan ini juga mendorong UMKM untuk lebih baik dalam proses pembukuan
usahanya.
Menyadari pentingnya peran UMKM bagi perekonomian Indonesia, pemerintah telah
melakukan beberapa usaha guna mendukung kelancaran dan pemberdayaan UMKM. Usahausaha tersebut antara lain : memfasilitasi UMKM, memberikan bantuan dari segi pemasaran dan
pengembangan jaringan kemitraan, mengembangkan keterampilan pelaku UMKM, serta
mengembangkan UMKM di bidang ekspor. Beberapa pencapaian utama yang cukup berhasil
dalam rangka pemberdayaan UMKM adalah:
Pengembangan lembaga-lembaga financial yang dapat memberikan akses terhadap sumber
modal yang transparan dan lebih murah
memfasilitasi perluasan akses pasar produk UMKM dengan membuka gerai, penyediaan kios,
dan memfasilitasi produk UMKM untuk masuk dalam jalur distribusi melalui pasar ritel modern,
Pembentukan aliansi strategis antara UMKM dan UMKM lainnya atau dengan usaha besar di
Indonesia atau di luar negeri. Berkembang atau matinya usaha kecil menengah dalam era
perdagangan bebas tergantung dari kemampuan bersaing dan peningkatan efisiensi serta
membentuk jaringan bisnis dengan lembaga lainnya.
Pemberian penghargaan kepada tiga kelompok UMKM (UMKM Ekspor, Pembangun
Merek Global, dan Eksportir Berkinerja) yang di lakukan secara rutin, yaitu dengan
menyelenggarakan pemberian Penghargaan Primaniyarta. Penyelenggaraan bimbingan teknis
pembiayaan dan bantuan penerapan ISO 9000, pengemasan, dan branding kepada UMKM yang
berorientasi ekspor.
Apabila kita melihat dari segi peningkatan PDB, tentu saja prospek UMKM pada tahun
2012 cukup cerah. Dengan birokrasi rumit dan berbelit-belit,serta ancaman krisis global pada
tahun lalu, namun UMKM masih tetap bertahan bahkan mengalami peningkatan, baik dari segi
hasil maupun pelaku. Apalagi pada saat sekarang, pemerintah mulai memperhatikan UMKM dan
berusaha memberdayakannya, maka prospek UMKM akan sangat bagus dan memiliki daya saing
tinggi.
Melihat potensi-potensi yang dimiliki, menjadi tak heran jika banyak pihak kemudian
mengharapkan UMKM juga dapat dijadikan benteng terakhir penyelamatan ekonomi

Indonesia dalam proyek Asian-China Free Trade Area (AC-FTA), yang belakangan banyak
dikeluhkan pihak Indonesia.Ternyata, lebih dari setengah pelaku UKM masih belum merasakan
dampak dari ACFTA. Hanya 15% dari mereka melihat bahwa ACFTA mengharuskan mereka
segera mengubah strategi bisnisnya, sedangkan 29% sisanya masih akan melakukan penyesuaian
dalam 2 samapai 3 tahun medatang.
Harapan ini tak berlebihan, mengingat prestasi yang sudah dicapai UMKM sebagaimana
telah disinggung di atas. Dalam setahun ini UMKM menjadi solusi keramat penyelamatan
ekonomi kita. UMKM sebagai salah satu bentuk usaha telah menjadikan semangat berdikari dan
kreatif dalam dirinya. Suatu hal yang sejalan dengan ajaran Marhaenisme Soekarno yang
menekankan semangat yang sama. Kreativitas dan keberanian berkarya dan berusaha menjadi
investasi paling mahal dalam dunia usaha yang semakin kompetitif. Sejalan dengan prediksi
Daniel H. Pink bahwa masa depan dunia hanya milik orang-orang yang mendayagunakan secara
optimal fungsi otak kanannya yang kreatif (Pink, 2007).
Sebanyak 69% Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia berpandangan positif terhadap
prospek pertumbuhan ekonomi. Optimisme pelaku usaha kecil Indonesia terus meningkat secara
konsisten. Optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan mereka dalam menambah belanja modal untuk ekspansi bisnis. Hampir
separuh atau 49% dari total responden akan mempertahankan belanja modal mereka, bahkan
34% berencana untuk meningkatkan tingkat modal yang akan mereka gunakan untuk perluasan
usaha. Dengan demikian 83% dari total responden masih optimis dalam ekspansi usaha
ditunjukkan dengan agresifitas mereka dalam belanja modal. Demikian halnya dengan
pandangan mereka terhadap masalah tenaga kerja, hampir semua responden (93%) mengatakan
tidak memiliki rencana untuk mengurangi karyawan mereka. Sebesar 74% berencana untuk
mempertahankan jumlah karyawannya, dan 19% berencana meningkatkan jumlah karyawannya
sebanyak seperlimanya atau lebih.
Ketua Komisi Tetap UMKM KADIN Sandiaga S Uno mengatakan melalui survey terbaru
HSBC, UMKM Indonesia sangat positif dalam menyikapi perkembangan ekonomi nasional dan
global. Faktor pembiayaan akan selalu menjadi faktor penting pada pengembangan UKM
Indonesia, tapi bantuan pelatihan teknis produk dan pemasaran menjadi faktor kunci lainnya
untuk UMKM Indonesia go-international. Perbankan seperti HSBC, bisa menjadi salah satu
pendorong utama pengembangan UMKM Indonesia melalui sharing best practice UMKM,
seperti pemasaran secara online.
Senyatanya prospek bisnis UKM terbuka luas dan menjanjikan. Berdasar pengamatan
penulis banyak usaha kecil /UKM yang demikian laris, namun manajemen bisnis mereka masih
sederhana. Hal ini dimaklumi oleh karena kebanyakan mereka menjalankan usaha dengan
"learning by doing", tidak memperoleh pendidikan khusus. Menjalankan usaha acapkali awalnya
karena situasi dan kondisi yang mengharuskan mereka untuk berbisnis dengan segala
keterbatasan yang ada. Bila saja pihak perbankan bisa menyalurkan kredit sekaligus membantu
mempertajam manajemen bisnis mereka, maka UMKM akan tumbuh-kembang secara
profesional. Sementara pihak perbankan pun akan menuai banyak manfaat dari kemajuan
UMKM tersebut. Ada semacam simbiosis mutualistis yang saling melengkapi.

Dalam prinsip ekonomi syariah, penopang utama perekonomian adalah sektor rill,
sedangkan sektor moneter hanya sebagai pendukung. Prinsip tersebut dapat terlihat pada kinerja
bank syariah yang memiliki tingkat FDR (Financing to Deposit Ratio) selalu di kisaran 100%,
dimana sebagian besar pembiayaan disalurkan pada sektor UMKM yaitu sebesar 40%. Bank
syariah bukanlah financial sector based banking sebagaimana bank konvensional.Dengan
menggunakan prinsip-pronsip syariah, diharapkan para pelaku UMKM tidak terlalu terbebani
dengan tingkat suku bunga bank konvensional.
A. UMKM Dapat Mengentaskan Kemiskinan
Di Indonesia, diakui secara umum bahwa sebagian besar perempuan dan laki-laki
memperoleh nafkah dan penghasilan dari UKM. Namun demikian, pengukuran kontribusi UKM
sudah bertahun-tahun tidak bisa dilakukan karena karena tidak adanya keseragaman definisi UKM
yang diakui oleh semua departemen dan instansi pemerintah, serta swasta. Tidak semua pekerja
atau pengusaha dalam ekonomi informal tergolong miskin, tetapi banyak di antara mereka yang
hidup dengan risiko tinggi yang bisa mendorong mereka ke jurang kemiskinan. Pekerjaan di sektor
informal sering dicirikan dengan keterampilan dan produktifitas rendah, penghasilan rendah atau
tidak tetap, jam kerja panjang, tempat kerja yang kecil dan tidak jelas, kondisi kerja yang tidak aman
dan tidak sehat, serta tidak mempunyai akses ke informasi, pasar, keuangan, pelatihan dan
teknologi.
Pekerja di ekonomi informal tidak diakui, tidak didaftar, tidak diatur atau tidak dijamin oleh
undang-undang perburuhan dan jaminan sosial, seringkali status hubungan kerja mereka tidak jelas.
Bagian terbesar dari mereka yang mengalami keadaan ini adalah perempuan dan anak-anak.
Masalah kemiskinan tidak saja menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia saja tetapi
juga telah menjadi perhatian pemerintah seluruh dunia yang tergabung dalam Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Untuk mencapai Tujuan Pembangunan yang pertama yaitu menghapuskan tingkat
kemiskinan dan kelaparan, Pemerintah Indonesia telah membuat berbagai kebijakan salah satunya
adalah pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam hal ini UMKM dan koperasi.
Peranan UMKM membantu perekonomian suatu daerah. Kehadiran UMKM tidak saja dalam
rangka peningkatan pendapatan tetapi juga dalam rangka pemerataan pendapatan. Pemberdayaan
UMKM merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan
perekonomian dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja
dan mengurangi kesenjangan serta mengurangi tingkat kemiskinan. Sektor UMKM memiliki
kontribusi yang besar bagi
penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja, (Supriyanto).
Pengembangan UMKM akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Jika pemberantasan kemiskinan adalah motif utama setiap
kebijakan pembangunan, maka upaya penyediaan lapangan kerja serta peningkatan penghasilan
orang miskin adalah tujuan terpenting semua kegiatan, dan peran usaha kecil termasuk industri
kecil kerajinan (UMKM) dapat diyakini sebagai pendukung utama perekonomian rakyat dalam motif
ini. (Prasetyo, 1998, 2007).
Diperlukan program yang tepat untuk pengembangan kemampuan bagi pemerintah daerah
dalam pengembangan program dan pembuatan kebijakan UKM. Upaya pengembangan kemampuan

ini tidak hanya diperlukan oleh sector publik melainkan juga bagi semua mitra sosial. Dalam konteks
Program Strategi Pengentasan Kemiskinan (PRSP), ILO mendesak Pemerintah untuk:
1. Memperkuat kerangka koordinasi kebijakan
Untuk mendapatkan manfaat dari kesempatan meningkatkan inisiatif pengembangan UKM mutlak
diperlukan adanya koordinasi yang kuat dalam soal program dan kebijakan baik di antara para
pelaku nasional, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Lebih jauh lagi, yang lebih penting adalah
pemerintah menggunakan kewenangannya untuk menjamin bahwa semua kebijakan dan program
lokal sangat layak secara ekonomi dan sesuai dengan UKM. Inisiatif seperti itu secara sistematis
harus mengacu pada praktek bisnis yang baik (international best practice) dan keahlian para
pengusaha lokal dan dan asosiasi bisnis di daerah.
2. Menempatkan pengentasan kemiskinan dalam pokok-pokok kebijakan dan program
pengembangan usaha
Banyak kebijakan pengembangan usaha di masa lalu tidak menempatkan pentingnya penciptaan
lapangan kerja atau peningkatan mutu pekerjaan sebagai tujuan utama. Akibatnya, terjadilah
pembangunan yang tidak merata yang harus segera dibenahi. Karena itu, ada kebutuhan untuk
mengintegrasikan atau memposisikan perhatian (concern) dalam soal kemiskinan dan lapangan
kerja sebagai hal terpenting dalam berbagai perdebatan mengenai kebijakan sosial dan ekonomi.
3. Mendukung Koperasi untuk Mengambil bagian dalam Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan
Diketahui bahwa di seluruh dunia koperasi adalah salah satu organisasi yang paling layak
memerangi kemiskinan. Di Indonesia, karena pengalaman koperasi yang disponsori pemerintah di
masa lalu, dalam rangka mengembangkan nilai dan keuntungan organisasi koperasi dalam
pembangunan, masalah yang diwariskan tersebut harus diatasi, termasuk finalisasi proses
penyusunan kerangka kebijakan yang kondusif. Karenanya, koperasi haruslah dimiliki anggota,
organisasi yang demokratis dan otonomi, dan tetap bebas dari intervensi pemerintah. Tambahan
pula, koperasi perlu mendapat akses ke pelayanan dukungan, termasuk pelatihan manajemen,
pendidikan anggota, audit dan kredit, sehingga mereka dapat memainkan peranan lebih besar dalam
pengentasan kemiskinan di desa dan kota dan dalam ekonomi informal. Kerjasama dengan serikat
pekerja harus didorong untuk memperbaiki kondisi kerja dan mengurangi kemiskinan di sektor
informal.
4. Mengembangkan kemampuan untuk pembangunan ekonomi
Sebagian besar program UKM di masa datang akan didesentralisasi, sehingga upaya memperkuat
kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan di semua tingkatan menjadi sangat penting, untuk
memperkuat keuntungan potensial dari desentralisasi dan otonomi daerah yang pada gilirannya
akan menguntungkan masyarakat local dan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Diperlukan
program pengembangan kemampuan yang tepat untuk pemerintah daerah dan para mitra sosial
lainnya dalam pembuatan kebijakan dan program pembangunan Local Economic
Development (LED) atau Pengembangan Ekonomi dan Lapangan Kerja Daerah.

Usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian tugas
yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang
merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga
dan kerabat dekatnya. Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga
mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti
keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.
Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Ternyata
90,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan
perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma,
atau Koperasi).
Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari
seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau
diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan logam, industri tekstil, dan industri kayu,bambu,
rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan
UMKM
di
Indonesia
mengalami
beberapa
hambatan
dalam operasionalnya. Pengetahuan para produsen atau pemilik UMKM di Indonesiamengenai
teknologi masih jauh dari cukup. Kebenyakan produsen di Indonesia masih menggunakan
peralatan yang sifatnya masih tradisional. Sehingga biaya produksi malah menjadi lebih tinggi
dibandingkan jika paraprodusen menggunakan mesin-mesin modern.
Selain itu Indonesia juga dihadapkan pada kualiatas SDM yang masih jauh dari standar
yang ada.kendala yang banyak dialami adalah factor dana. Banyakcalon pengusaha yang
mengeluhkan mengenai keterbatasn dana.Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut ada
beberapa solusi yang dapat dilakukan, yaitu dengan memberikan pembekalan serta penyuluhan
untuk mengatasi masalah SDM, sehingga kualitas SDM yang dapat meningkat.
Sedangkan untuk mengatasi masalah kekurangan dana pemerintah telah mengeluarkan
program bagicalon pemilik UMKM yang mengalami kesulitan dalam maslah
pembiayaan.pemerintah memberikan bantuan berupa kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan
oleh beberapa Bank di Indonesia yang telah ditunjuk oleh pemerintah.Oleh karena itu,
pemerintah harus selalu memerhatikan keadaan UMKM di Indonesia.Supaya kelangsungan
perekonomian selalu terjaga, serta mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran yang ada.
Dengan adanya isu perdagangan bebas, UMKM seharusnya sudah mempersiapkan
strategi baru yang akan membawa mereka tetap bertahan dan mampu berekpansi di kancah
internasional. Sehingga sudah seharusnya dijalin integrasi hubungan antara pihak-pihak terkait
untuk memecahkan masalah yang masih menghambat UMKM.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya.

2012. Kiat-Kiat
Memajukan
UKM
Produk
Dalam
Negeri
dan
Koperasi. http://adityanuryuslam.blogspot.com/2012/07/kiat-kiat-memajukan-ukmproduk-dalam.html. diakses tanggal 4 Desember 2013.
Bahri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Iwantono, sutrisno. 2002. kiat sukses berwirausaha. jakarta: PT.grasindo.
Raja, Oskar, dkk. 2010. Kita Sukses Mendirikan & Mengelola UMKM. Jakarta: Penebar Swadaya.
Samuel,
2011. Peran
Sektor
UKM
pada
Ekonomi
Indonesia.http://samuelhasiholan.wordpress.com/2011/05/12/peran-sektor-ukm-pada-ekonomiindonesia/. Diakses tanggal 4 Desember 2013.
Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Penerbit Ghana
Indonesia
WWW. BPS.COM
Fatimah, Tjutju. Maret 2011.Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dalam
Menghadapi Globalisasi.
Sudrajat. 2010. Pemberdayaan UMKM dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Milenium
(Penanggulangan Kemiskinan)
Supriyanto. 2008. PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI
SALAH SATU UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Prasetyo, Eko. 2011.

PERAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
Antonym. Landasan Pemberdayaan KOperasi dan UMKM.
(Online).http://www.depkop.go.id/phocadownload/renstra/20042009/renstra_2004_2009_05_bab_04.pdf. diakses tanggal 25 Desember 2013
RUU No. 11 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknik Pemberian Pinjaman Kepada Usaha Kecil dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai