Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN

PENETAPAN KADAR ALBUMIN DALAM URIN


(METODE ESBACH)

Kelompok VI
Ema Dessy Naediwati

I1B109006

Desy Ratna Sari

I1B109013

Enny Zahratunnisa

I1B109018

Elfanizar Yusandi

I1B109201

Muhlisoh

I1B109206

Adi Sucipto

I1B109215

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
April, 2010

JUDUL PRAKTIKUM
Penetapan Kadar Albumin dalam Urin
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
-

Melakukan uji kualitatif urin

Mengetahui kandungan albumin dalam urin


METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Tabung albuminometer
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Indikator pH
5. Pipet
6. Aspirator
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Reagen Esbach
2. Reagen asam asetat encer
3. Sampel urin
C. Cara Praktikum
Jika urin dalam suasana basa maka buatlah urin dalam suasana asam,
dengan menambahkan beberapa tetes asam asetat kemudian masukan urin yang
akan ditentukan ke dalam tabung albuminometer sampai tanda U, lalu tambahkan
reagen Esbach sampai tanda R.

Tutup alat albuminometer dengan penutupnya (karet) dan kocok dengan


membolak-balikkan alat beberapa kali. Biarkan semalam kemudian baca endapan
yang terjadi pada hari berikutnya.
PERHITUNGAN
Skala yang ada pada albuminometer menunjukkan gram albumin perliter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum
a. Identitas Probandus
Nama

: Elfanizar Yusandi

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 19 tahun

BB/TB

: 56 kg / 150 cm

Suku/Bangsa

: Banjar/ Indonesia

b. Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut:
pH urin : 7
Urin yang diperoleh (-) : tidak terdapat albumin dalam urin.

B. Pembahasan
Ginjal merupakan organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam
mengatur keseimbangan air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolisme
tubuh yang tidak dibutuhkan serta sebagai tempat pembentukan hormon yang
mengatur tekanan darah dan proses pematangan sel darah merah (eritrosit). Fungsi
tersebut dilakukan oleh unit fungsional ginjal yang disebut nefron, yang
jumlahnya kurang lebih satu juta untuk setiap ginjal [1].
Ginjal memiliki bagian-bagian tertentu yang melakukan fungsi tertentu,
sehingga

ciri-ciri

dan

lokasi

penyakit

ginjal

dapat

diketahui

dengan

memperhatikan aspek-aspek cara pembentukan urin dan cara pengaturan


metabolisme [2].
Urin merupakan cairan ekskresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan
ginjal. Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urin yang
mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik. Komposisi urin sangat
bervariasi dan terutama tergantung pada sifat alami diet yang dilakukan oleh
individu. Komposisi urin normal mengandung senyawa yang dinamakan
komponen normal. Dalam keadaan patologis, senyawa-senyawa lain dapat
dijumpai dalam urin (komponen abnormal). Perubahan yang besar dapat terjadi
pada komponen urin normal [2].
Albumin (69 kDa) merupakan protein utama dalam plasma manusia
(kurang-lebih 3,4-4,7 g/dL) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
Sekitar 40% dari albumin terdapat dalam plasma, dan 60% lainnya ditemukan
dalam ruang ekstraselular. Hati menghasilkan sekitar 12 gram albumin per hari
yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein hepatic dan separuh dari
seluruh protein yang disekresikan organ tersebut. Albumin pada mulanya
disintesis sebagai preproprotein. Peptide sinyalnya dilepaskan ketika preprotein
melintas ke dalam sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida pada
ujung terminal-amino yang dihasilkan itu kemudian dipecah lebikh lanjut di
sepanjang lintasan sekretorik [3].

Albumin banyak ditemukan dalam plasma dengan titik isoelektrik 4,8;


berarti pada pH fisiologis albumin akan bermuatan paling negatif. Hal ini
menerangkan mobilitas albumin yang relatif tinggi pada elektroforesis. Albumin
merupakan protein globuler yang dibentuk oleh rantai polipeptida tunggal dengan
berat molekul 66.300 [4].
Albumin manusia yang matur terdiri atas satu rantai polipeptida yang
tersusun dari 585 asam amino dan mengandung 17 buah ikatan disulfide. Dengan
menggunakan enzim protease, albumin dapat dibagi lagi menjadi tiga domain
yang memiliki fungsi berbeda. Albumin mempunyai bentuk elips, yang berarti
protein ini tidak akan banyak meningkatkan viskositas plasma sebagaiman ayang
dilakukan oleh molekul berbentuk memanjang seperti fibrinogen [3].
Jenis-jenis protein plasma, dibagi menjadi tiga golongan utama, yaitu
albumin 4,5%, globulin 2,5% dan fibrinogen 0,3% [4].
Fungsi albumin yang penting adalah kemampuannya untuk mengikat
berbagai macam ligand. Ligand ini mencakup asam lemak bebas (FFA), kalsium,
hormone steroid tertentu, bilirubin, dan sebagian triptofan plasma. Di samping itu,
albumin memerankan peranan yang penting dalam transportasi tembaga dalam
tubuh manusia. Sejumlah obat, termasuk sulfonamide, penisilin G, dikumarol dan
aspirin terikat dengan albumin; hal ini mempunyai implikasi farmakologis yang
penting [2].
Selain itu, fungsi albumin adalah menyebabkan tekanan osmotik pada
membrane kapiler. Tekanan ini, disebut tekanan osmotik koloid, mencegah cairan
plasma keluar dari kapiler masuk ke dalam ruang interstitial [3].
Mikroalbuminuria merupakan sisa terbaik dari pengamatan yang bersifat
memprediksikan untuk penyebab penyakit diabetes nefropati yang jelas dan
menggambarkan

suatu

faktor

risiko

yang

independen

untuk

penyakit

kardiovaskular [5].
Untuk pasien dengan kencing manis dan hipertensi, dimana Keberadaan
dari mikro albuminuria mempunyai arti yang signifikan, tes strip (atau
laboratorium pengukuran urin dengan rasio P:C) yang mempunyai

hasil

sampingan makro proteinuria yang harus ada pada test untuk mikro albuminuria,

yang yang juga dapat dijadikan untuk poin tes kekhawatiran pada klinik atau
pembedahan. Idealnya, pengujian untuk mikro albuminuria mempergunakan
albumin: rasio creatinine harus menjadi prosedur dari pilihan di Pasien CKD
dengan kencing manis atau hipertensi [6].
Tekanan osmotik merupakan tenaga utama untuk menarik kembali cairan
interstitial ke dalam kapiler pada bagian ujung vena. Sifat koligatif seperti tekanan
osmotik tergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Muatan negatif yang
tinggi dari albumin pada pH 7,4 akan mengakibatkan air terkumpul pada
permukaan molekul-molekul albumin, yang menghasilkan efek osmotik yang
lebih besar daripada yang diperkirakan disebabkan oleh jumlah molekul yang
terdapat dalam larutan [2].
Globulin dibagi menjadi tiga bagian besar: globulin alfa, beta dan gamma.
Globulin alfa dan beta melakukan berbagai macam fungsi di dalam sirkulasi,
seperti mengangkut zat-zat lain dengan bergabung dengannya, bekerja sebagai
substrat untuk pembentukan zat lain, dan mengangkut protein sendiri dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Globulin gamma dan pada tingkat yang lebih
rendah, globulin beta, memegang peranan khusus dalam melindungi tubuh dari
infeksi, karena globulin inilah yang merupakan antibodi utama yang melawan
infeksi dan keracunan [3].
Fibrinogen plasma sangat penting dalam pembentukan darah. Fibrinogen
mengalami polimerisasi menjadi benang-benang fibrin panjang bercabang waktu
pembekuan darah, karena itu membentuk bekuan darah yang membantu
memperbaiki system sirkulasi yang bocor [3].
Pada hakekatnya, semua albumin dan fibrinogen dalam protein plasma,
serta sekitar 50% globulin, dibentuk dalam hati. Globulin lain dibentuk dalam
jaringan limfoid dan sel-sel system retikuloendotel lain. Globulin tersebut
terutama gamma globulin, yang merupakan antibodi [3].
Pada praktikum ini hasil yang didapatkan pada urin probandus yaitu
negative. Artinya tidak terbentuk endapan putih/kekuningan (albumin).Pada
keadaan normal, protein (yang bermolekul besar) tidak dapat melewati lubang
pori filter untuk proses filtrasi, sehingga adanya protein dalam urin dapat

merupakan petunjuk adanya kelainan pada ginjaal. Sesuai sifat ultrafilter ini,
maka banyaknya zat yang dapat tersaring pun dipengaruhi oleh tekanan
penyaringan (tekanan ultrafiltrasi yang besarnya tergantung pada tekanan darah)
[7].
Sistolik pada tekanan darah dapat dihubungkan dengan penghitungan
ekskresi albumin kandung kemih (UAER), bahkan pengeluaran albumin
inormalkan ketika pasien mengidap diabetes. Ketika dua pasien diabetes dengan
hipertensi yang tidak ketahuan telah menaikkan angka UAER, suatu kelaziman
yang

lebih

tinggi

dari

normal

ketinggian

albuminuria,

mikro

dan

makroalbuminuria, dan membuat pelebaran dinding dari ventrikular jika


dibandingkan dengan tensi normal pasien [8].

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :
1. Albumin (69 kDa) merupakan protein utama dalam plasma manusia (kuranglebih 3,4-4,7 g/dL) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
2. Albumin banyak ditemukan dalam plasma dengan titik isoelektrik 4,8; berarti
pada pH fisiologis albumin akan bermuatan paling negatif
3. Hasil yang didapatkan adalah negatif yaitu tidak terbentuk endapan.
B. Saran
Saat melakukan praktikum tentang penetapan kadar albumin dalam urin,
praktikan diharapkan dapat memperhatikan prosedur yang ada dalam buku
petunjuk praktikum. Hal ini mungkin dianggap mudah namun dapat berpengaruh
sekali terhadap hasil yang didapatkan pada praktikum. Oleh sebab itu,
pemahaman dari prosedur yang dijalankan dapat mengurangi kesalahan hasil
praktikum yang didapat. Ketelitian dan kerapian praktikan dalam mengerjakan
percobaan ini juga sangat diperlukan karena dapat mempengaruhi data yang
didapat. Selain itu, pembagian tugas saat praktikum juga harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan selesai
dalam waktu yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Linder, Maria. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan permakaian secara


klinis. Jakarta : Universitas Indonesia, 1992.

2. Murray, Robert K. Biokimia harper. Jakarta: EGC, 2003.


3. Montgomery, Conway, Spector. Biokomia berorientasi pada kasus-klinik.
Jakarta: Binarupa aksara, 1993.
4. Guyton. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: EGC, 1990.
5.

Leitao, C.B, Canani. Masked hypertension, urinary albumin excretion rat n


echocardiographic parameters in putatively normotensive type 2 diabetic
patients. Diabetes Care 2007; 30(5);1255-61.

6. Marcovecchio ML, Paivi HT, Carlo LA, Timothy GB, Julie E, Andrew N.
Maternal but not paternal association of ambulatory blood pressure with
albumin excretion in young offspring with type 1 diabetes. Diabetes Care
2010;33(2);366-72.
7.

Anonymous. Petunjuk praktikum farmakologi keperawatan. Banjabaru:


Bagian Farmakologi FK UNLAM, 2010.

8. Guy M, Ronald N, Joanna B, Phillip AK, Christopher P. Use of tehe first-line


urine protein-to-creatinin ratio strip test on random urines to rule out
proteinuria in patients with chronic kidney disease. Nephrol Dial Transplant
2009;24;1189-93.

Banjarbaru, 21 April 2010

Ketua Kelompok

Adi Sucipto
NIM. I1B109215

Dosen Praktikum

Dra. Fujiati M. Si.


NIP. 19640104 199403 2 001

Anda mungkin juga menyukai