Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KEPERAWATAN

ANALISA KUALITATIF URINE

Kelompok I
Winda Ayu Fazraningtyas

I1B108201

Fatimah Meirany

I1B108202

Dina Wulansari

I1B108210

Herda Salfia

I1B108211

Gusti Herry Masdiqa

I1B108212

M. Lutfi Assidiqi

I1B108218

Rizky Ariani

I1B108219

Nurfida Giaty

I1B108221

Aisyah

I1B108235

Rizani Pahmi

I1B108239

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
Mei, 2009

JUDUL PRAKTIKUM
Analisa Kualitatif Urine
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini terbagi dalm dua tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
a. Mengenal fungsi homeostasis ginjal
b. Mengenal sifat dan dan susunan urine
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan peranan ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh dan asam basa
b. Menyimpulkan sifat fisik urine serta factor yang mempengaruhinya
c. Menggambarkan susunan urine normal
d. Menggambarkan kelainan sifat dan susunan urine pada penyakit tertentu
METODE PRAKTIKUM
Prinsip pada praktikum analisa kualitatif urine ini adalah dengan menggunakan
beberapa pengujian. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah di dalam urine ada
mengandung kalsium, fosfat, sulfat, amoniak, dan klorida. Pada pengujian ini kalau urine
tersebut mengandung kalsium, maka akan terbentuk endapan putih. Apabila urine
mengandung fosfat, maka akan terbentuk warna kuning jernih atau endapan kining jernih.
Pengujian urine yang mengandung sulfat, maka akan tebentuk endapan seperti putih susu
atau endapan putih tebal. Urine yang mengadung amoniak, apabila dilakukan pengujian akan
terbentuk lapisan tipis yang berwaran merah muda pada dinding tabung reaksi. Sedangkan
urine yang mengandung klorida akan terbentuk endapan putih. Kita mengetahui kalau urine
merupakan cairan ekskresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan ginjal. Sebagian besar
produk sisa tersebut dibuang melalui urine yang mengandung senyawa-senyawa organic dan
anorganic. Praktikum ini juga bertujuan fungsi homeostasis dari ginjal dimana fungsi dari
ginjal itu sendiri dapat mempertahankan keseimbangan dari cairan tubuh dan asam basa
dalam tubuh. Analisa kualitatif urine ini juga untuk mengetahui sifat fisik dari urine normal
serta factor-factor yang mempengaruhi dari sifat fisik tersebut.
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:

1. Tabung reaksi
2. Tabung Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Lampu Bunsen
5. Penjepit tabung reaksi
6. Corong
7. Pipet
B. Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Sampel urine
2. Larutan NH4OH pekat
3. Larutan Kalsium Oksalat
4. Larutan HNO3 pekat
5. Larutan Amonium Molibdat
6. Larutan HCl pekat
7. Larutan BaCl2
8. Fenolftalein
9. Larutan NaOH
10. Larutan AgNO3
C. Cara Praktikum
1. Persiapan Urine
a. Sampel urine yang digunakan adalah urine selama 24 jam
b. Amati dan catat sifat fisik dari urine yang meliputi volume, warna, dan bau
c. Catat pH urine dengan menggunakan kertas lakmus atau pH indicator
2. Uji Kualitatif
a. Uji Kalsium
Ke dalam 15 ml urine tambahkan 3 ml NH4OH pekat lalu didihkan. Kalsium
dan magnesium fosfat diendapkan, saring dan cuci endapannya dengan
aquadest. Larutkan endapan tadi ke dalam asam asetat encer. Kemudian ambil
3 ml larutan tersebut dan tambahkan 1 ml kalsium oksalat. Terbentuknya
endapan putih (kalsium oksalat) menunjukkan adanya kalsium.
b. Uji Fosfat
Ke dalam 3 ml larutan (dari endapan pada uji 1) tambahkan 3 ml HNO 3 pekat
dan 3 ml ammonium molibdat. Panskan sampai mendidih. Terjadinya

perubahan warna menjadi kuning jernih atau endapan kuning jernih


menunjukkan adanya fosfat.
c. Uji Sulfat
Ke dalam 5 ml urine tambahkan 1 ml HCl pekat (untuk mencegah
pengendapan fosfat) dan 2 ml BaCl2. Terbentuknya endapan seperti putih susu
atau endapan putih tebal disebabkan terbentuknya BaSO 4 yang tidak larut
dalm HCl pekat dan hal ini menujukkan adanya sulfat.
d. Uji Amoniak
Ke dalam 15 ml urine tambahkan 4 tetes fenolftalein. Kemudian tambahkan
NaOH tetes demi tetes sampai didapatkan larutan berwarna merah muda.
Didihkan urine. Masukkan sebuah tabung gelas ke dalam fenolftalein dan
peganglah di atas uap urine. Lapisan tipis pada tabung menunjukkan warna
merah muda disebabkan adanya kotak uap amoniak (dalam urine) dengan
fenolftalein.
N.B. Pada pH ini (sekitar 8,5) urea tidak dapat menjadi amoniak. Jika NaOH
kuat ditambahlkan dan diperoleh pH yang lebih tinggi, urea sendiri akan
mengalami dekomposisi dan menghasilkan amoniak. Karena itu pengaturan
pH pada warna merah muda dengan fenolftalein (pH 8,5) adalah diperlukan.
e. Uji Klorida
Ke dalam 15 ml urine ditambahkan 1 ml HNO3 pekat (mencegah pengendapan
urat oleh AgNO3). Kemudian tambahkan 1 AgNO3. Endapan putih dari AgCl
menunjukkan adanya klorida. Endapan tersebut larut dalam NH4OH dan tidak
larut dalam HNO3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Sebelum hasil dari pengujian yang telah dilakukan, kita amati dulu sifat fisik dari urine yang
meliputi:
a. Volume urine

= 100 ml

b. Warna urine

= Kekuning-kuningan

c. Bau urine

= Mempunyai bau khas urine normal

d. pH urine

=7

Setelah itu hasil dari pengujian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Analisa Kualitatif Urine

N
o

Uji

Campuran

Kalsiu
1
m

15 ml urine + 3 ml NH4OH pekat


(kalsium dan magnesium fosfat
diendapkan) + asam asetat encer + 1
ml kalsium oksalat

2 Fosfat

3 ml larutan (endapan dari uji 1) + 3


ml HNO3 + 3 ml amonium molibdat

3 Sulfat

5 ml urine + 1 ml HCl pekat + 2 ml


BaCl2

Amoni
ak

15 ml urine + 4 tetes fenolftalein +


NaOH tetes demi tetes

5 Klorida

15 ml urine + 1 ml HNO3 + 1 ml
AgNO3

Hasil
Terbentuk
endapan putih
Terjadi warna
kuning jernih atau
endapan
Terbentuk
endapan seperti
air susu
Terbentuk lapisan
tipis pada tabung
setelah
dididihkan
Terbentuk endapn
putih

B. Pembahasan
Urine adalah cairan eksresi utama yang dikeluarkan lewat perantaraan ginjal.
Sebagian besar produk sisa tersebut dibuang melalui urine yang mengandung senyawasenyawa oraganik maupun anorganik.[1]
Komposisi urine sangat bervariasi dan terutama tergantung pada sifat alami diet yang
dilakukan oleh berbagai individu. Komposisi urine normal mengandung senyawa yang
dinamakan dengan komponen normal. Dalam keadaan patologis, senyawa-senyawa lain dapat
dijumpai dalam urine (komponen abnormal). Perubahan yang besar dapat tejadi pada
komponen normal urine (komponen abnormal).[1]
Senyawa-senyawa anorganik yang terdapat dalam urine antara lain natrium, kalium,
karbonat, klorida (klorin), fosfat, sulfat, flourida, nitrat, silikat, hydrogen peroksida, amoniak.
[1]
Natrium dan kalium selalu terdapat dalam urine terutama sebagai klorida, bikarbonat,
sulfat dan fosfat. Banyaknya kalium yang dieksresi per hari pada orang dewasa adalah sekitar
3,2 g K2O dan natrium sekitar 5,2 g Na2O. Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) lebih banyak
diekskresi tiap hari sangat bervariasi, normal 10-200 mg Ca dan Mg antara 80-100 mg.
Banyaknya besi (Fe) yang diekskresikan tiap hari antara 0,6-10 mg. [1]
Karbonat pada umumnya terdapat hanya dalam jumlah sedikit pada urine manusia.
Reaksi alkali dalam urine disebabkan oleh eksresi alkali karbonat dalam jumlah besar.
Sampel urine pada waktu itu kalau dikeluarkan akan ada dalam keadaan keruh.[1]

Klorida (klorin) adalah anion utama dalam urine dan umumnya diperkirakan dalam
bentuk NaCl (dengan asumsi bahwa semua klorin sebagai NaCl) walaupun terdapat juga
klorida dari kalium, ammonium, dan magnesium. Banyaknya klorida yang dieksresi setiap
hari sekitar 12 g NaCl atau sekitar 7 g klorin.[1]
Asam fosfat terdapat dalam urine sebagai fosfat dar Na, NH 4 (fosfat alkali), serta Ca
dan Mg (fosfat tanah). Asam fosfat membentuk 3 macam garam, yaitu garam normal, garam
mono hydrogen, dan garam dihidrogen. Dalam bentuk kombinasi organik, fosfor terdapat
sebagai asam gliserolfosfat. Rata-rata dalam 24 jam, fosfor yang dikeluarkan kira-kira 2,5 g
dalam bentuk P2O5.[1]
Sulfat dieksresi melalui urine dalam bentuk sulfur yang tak teroksidasi atau sulfur
netral. Sulfur teroksidasi seperti sulfat dari Na, K, Mg, Ca, dan sejumlah kecil sebagai sulfat
etereal yaitu dalm bentuk kombinasi dengan senyawa-senyawa aromatic seperti phenol, indol,
skatol, kresol, dan lain-lain. Dalam keadaan normal, sekitar 2,5 g H 2SO4 (dalam bentuk SO3)
dieksresi per hari. Dalam keadaan patologis, ekskresi sulfat meningkat pada penderita yang
mengalami demam akut dan penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh stimulasi
metabolisme. Ekskresi sulfat menurun pada penyakit-penyakit yang disertai dengan
penurunan nafsu makan dan pada aktifitas metabolism yang menurun.[1]
Flourida, nitrat, silikat, dan hydrogen peroksida juga ditemukan dalam urine normal.
Nitrat diperoleh melalui perantaraan air dan makanan. Ekskresi rata-rata dari nitrat sekitar 0,5
g/hari dan paling banyak dijumpai pada individu yang diet sayuran dan paling sedikit pada
diet daging. Nitrat banyak ditemukan jika terjadi dekomposisi atau fermentasi amoniak dan
terbentuk dari amoniak. Hydrogen peroksida juga dijumpai dalam urine, tapi tidak memiliki
arti fisiologis.[1]
Amoniak merupakan senyawa nitrogen terpenting dari hasil metabolisme protein
selain dari urea. Amoniak diekskresi rata-rata sekitar 0,7 g/hari. Urine normal mengandung
amoniak sebagai klorida, sulfat, dan fosfat dari amoniak. Dalam bentuk ini nitrogen tidak
diubah menjadi urea dalam tubuh organism, oleh sebab itu setelah pemasukan garam-garam
ammonium, ekskresi amoniak juga meningkat. Penyakit-penyakit yang disertai dengan
peningkatan atau metabolism protein yang tidak sempurna, maka akan meningkatkan asam
asetoasetat adan asam--hidroksi butirat ditemukan dalam bentuk kombinasi dengan
amoniak.[1]
Selain senyawa-senyawa anorganik, urine yang normal juga mengandung senyawasenyawa organic. Senyawa-senyawa yang penting terdiri dari urea, asam urat (2-6-8
Tioksifurin), kreatin dan kreatinin, asam hipurat, basa purin, dan pigmen urine.[1]

Pada manusia, sebagian besar nitrogen diekskresi dalam bentuk urea. Ekskresi total
urea sekitar 30 g/hari. Ekskresi urea menurun pada keadaan tertentu, misalnya kelaparan, diet
rendah protein, kelainan hepar, diabetes yang disertai dengan asidosis dimana presentasea
amoniak relative tinggi.[1]
Asam urat (2-6-8 Tioksifurin) merupakan komponen penting urine, dimana nitrogen
diekskresikan. Ekskresi total asam urat pada keadaan normal sekitar 0,7 g/hari. Senyawa ini
tidak larut dalam air, sehingga diekskresikan sebagai urat. Ekskresinya sangat bervariasi,
terutama tergantung pada diet dan keadaan patologik. Asam urat merupakan Kristal dengan
bentuk bervariasi. Kristal tersebut ditemukan dalam dua bentuk garam, yaitu garam netral dan
garam asam. Kalium dan litium urat netral dapat larut dalam air, sedang ammonium sukar
larut. Logam-logam alkali urat-asam lebih tidak larut, sedangkan logam-logam alkali tanah
urat-asam sangat tidak larut dan mereka ini membentuk sedimen urine. Asam urat memiliki
sifat mereduksi, yaitu dapat mereduksi AgNO3 dan Cu(OH)2(CuSO4 basa). Tetapi asam urat
tidak dapat mereduksi bismuth dalam larutan alkali (larutan Nylander). Hal ini yang
membedakannya dari gula-gula mereduksi. Pada keadaan patologik, ekskresi asam urat
memiliki variasi yang luas. Pada leukemia ekskresinya sangat meningkat. Pada penyakit
ghout, kadarnya dalam darah meningkat (dari 2-3,5 mg menjadi 4-10 mg/100 ml darh). Pada
kasus-kasus kerusakan ginjal berat, kadarnya dalam darah juga meningkat. Kadar urat dalam
urine penting sebagai petunjuk adanya pembentukkan batu asam urat. Senyawa-senyawa
tersebut menurunkan keasaman urine, oleh sebab itu menaikkakn kelarutan urat. Litium
mempunyai kelarutan lebih tinggi.[1]
Kreatin merupakan komponen normal dalam urine dan merupakan anhidrida-kreatin.
Pada keadaan normal, kadar keratin dalam urine sangat sedikit. Kadarnya akan meningkat
sesudah pemberian diet daging. Kreatin terdapat dalam jumlah besar hanya pada keadaan
normal, akan tetapi pada anak-anak dan wanita hamil hal ini dianggap normal. Kreatinin total
yang diekskresi per hari tergantung pada efisiensi otot individu. Pada orang dewasa normal
sekitar 1-1,25 g kreatinin diekskresikan per hari. Pada keadaan kelaparan dan demam
menyebabkan pemecahan jaringan, bnayaknya kreatinin yang diekskresi meningkat dan pada
umumnya diikuti dengan ekskresi kreatin. Penurunan ekskresi kreatinin ditemukan pada
anemia, paralisis, degenerasi ginjal yang akut, leukemia, dan lain-lain.[1]
Asam hipurat merupakan zat normal dalam urine.manusia. Pada manusia, sebagian
asam hipurat disintesis dalam hepar. Asam hipurat diekskresikan setelah uji pemakaian
natrium benzoate pada dosis tertentu yang digunakan untuk mengetahui fungsi hepar. Asam
hipurat disisntesis dari kondensasi asam benzoate dengan glisin. Reaksinya:

C6H5COOH+NH2-CH2COOHC6H5-CO-NH-CH2COOH+H2O
Asam benzoate berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran (yang biasanya
mengandung senyawa-senyawa aromatic) dan glisin berasal dari komposisi protein. Oleh
karena itu, jumlah ekskresi asam hipurat lebih banyak pada diet sayuran disbanding dengan
diet daging. Pada orang dewasa normal dengan diet campuran, sekitar 0,7 g asam hipurat
diekskresi setiap hari. Knaikan ekskresi asam hipurat ditemukan pada penderita diabetes,
disebabkan oleh meningkatnya pemasukan protein dan buah-buahan. Pada keadaan demam
dan kelainan ginjal, ekskresi asam hipurat menurun.[1]
Basa purin diekskresi dalam asam urat. Basa purin yang ditemukan dalam urine
adalah adenine, karnin, epiguanin, guanine, santin, hiposantin, heterosantin, dan metilsantin.
Dari senyawa-senyawa tersebut, adenine, xantin, dan hipoxantin merupakan zat paling
penting yang dibentuk sebagai hasil dari metabolism makanan dan niklein jaringan.
Heteroxantin, paraxantin, dan theobromin berasal dari kafein, kopi, teh, dan coklat. Ekskresi
basa purin per hari sangat sedikit sekitar 10-60 mg/hari.[1]
Pigmen urine yang terpenting dalam urine normal adalah urokrom, urobilin,
uroeritrin, koproporfirin, dan urorosein. Di antara semuanya itu, urokrom merupakan pigmen
terpenting dalam urine normal.[1]
Untuk analisa kualitatif urine diperlukan pengumpulan sampel selama 24 jam dan
kemudian analisa dilakukan untuk menentukan kadarnya. Untuk tujuan ini, kantun kemih
seseorang dikosongkan dalam jam tertentu (misal pukul 06.00 pagi) dan urine dibuang.
Kemudian semua urine yang dikeluarkan sesudah jam itu dikumpulkan dalam botol besar
yang mengadung 10 ml toluene sebabagi pengawet.
Harus diperhatikan bahwa apabila toluene yang digunakan dalam jumlah besar, maka
akan memberikan uji positif palsu (uji Heller) untuk albumin. Kantung kemih dikosongkan
pada waktu yang sama (jam 06.00) pada pagi hari berikutnya dan sampel ini juga dicampur
dengan urine yang dikumpulkan terlebih dahulu. Volume urine diukur kemudian diencerkan
dengan aquadest menjadi volume tertentu. Volume dari sampel yang terkumpul tersebut
digunakan untuk analisis.
Volume urine normal yang dikeluarkan oleh individu normal selam sehari adalah naik
turun dalam batas tertentu, pada umumnya sekitar 1000-1500 ml. Namun apabila pemasukan
cairan dalam tubuh lebih besar, maka akan meningkatkan volume urine, sedangkan kerja fisik
dapat menurunkan volume urine yang diekskresi.

Urine normal berwarna kekuning-kuningan. Intensitas warna ini sangat tergantung


dari densitasnya. Urine menjadi berwarna karena adanya pigmen urokrom. Urine normal
yang msaih baru merupakan cairan yang jernih tetapi bila dibiarkan akan menjadi keruh. Hal
ini disebabkan oleh mukerid yang mengandung sel-sel epitel.
Urine yang masih baru mempunyai bau yang khas. Bila urine dibiarkan, maka akan
terjadi penguraian oleh bakteri yang menyebabkan urine berbau amoniak. Dalam keadaan
normal, kumpulan urine selama 24 jam mempunyai pH 6 (reaksi asam). Bila urine dibiarkan
dalam jangka waktu lama dapat berubah menjadi basa yang disebabkan fermentasi amoniak.
Keasaman urine terutama disebabkan oleh asam folat dari natrium dan kalium serta asamasam organic lemah. Diet daging menyebabkan urine menjadi sangat asam oleh karena
terbentuknya asam sulfat dan asam fosfat.
Urine dalam keadaan normal mempunyai berat jenis antara 1012-1024 (air=1000).
Bila banyak minum (air, bir, dll) menyebabkan berat jenis akan turun sampai 1002. Sesudah
berkeringat yang banyak, berat jenis akan meningkat samapai 1040. Berat jenis dapat diukur
dengan menggunakan urinometer. Berat jenis dipengaruhi oleh adanya zat-zat abnormal
dalam urine.
Orang dewasa normal mengekskresikan sekitar 70 g zat padat per hari. Total zat padat
dalam urine dapat dihitung secara kasar dari koefisisen Long dan berat jenis urine selama 24
jam (urine yang dikumpulkan selama 24 jam).
Glukosa pada jaringan tertentu memilki kadar minimal seperti pada otak dan eritrosit.
Metabolisme glukosa memegang peranan penting dan berpengaruh terhadap metabolismemetabolisme senyawa lain, untuk mengetahui keadaan metabolisme glukosa dalam tubuh
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa dalam urine.[2]
Pada keadaan kadar glukosa tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan hiperglikemia
sedangkan pada keadaan kadar glukosa yang rendah dapat mengakibatkan hipoglikemia.
Salah satu kepentingan pemeriksaan glukosa dalam urine adalah pada penyakit diabetes
mellitus. Jika dalam darah banyak terdapat glukosa yang mencerminkan bahwa metabolisme
gula dalam tubuh terganggu, maka kemungkinan besar urine juga akan mengandung glukosa
atau gula lainnya.[3]

Glukosa dapat dibuang melalui urine jika kadarnya terlalu tinggi dalam tubuh. Pada
urine normal, kadar glukosanya sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Peningkatan kadar
glukosa urine terkait langsung dengan kadar glukosa dalam darah.[4]
Penyerapan kembali glukosa melawan gradien konsentrasinya berhubungan dengan
pengadaan ATP di dalam sel-sel tubulus. Kapasitas sistem tubulus untuk menyerap kembali
glukosa terbatas hingga sekitar 350 mg/menit. Kalau kadar glukosa darah naik, filtrat
glomerulus dapat mengandung glukosa lebih banyak daripada jumlah glukosa yang bisa
diserap kembali. Kelebihan ini akan dikeluarkan bersama urine sehingga menimbulkan gejala
glikosuria. Pada orang-orang normal, glikosuria terjadi kalau konsentrasi glukosa dalam
darah vena melampaui 9,5 10,0 mmol/L. Keadaan ini dinamakan ambang ginjal (renal
threshold) untuk glukosa. Konsentrasi glukosa dalam urine tidak hanya memperlihatkan
konsentrasi gula darah, tetapi juga rata-rata volume urine yang di keluarkan tiap waktu.[5]
Pada penderita diabetes mellitus biasanya dikarenakan kelenjar pankreas atau kelenjar
ludah perut tidak mampu atau tidak cukup memproduksi hormon insulin yang dibutuhkan
oleh tubuh, sehingga pembakaran karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna,
hal ini mampu mengakibatkan peninggian kadar glukosa (gula) dalam darah. Karena kadar
glukosa dalam darah lebih dari normal, maka akan dibuang melalui urine. Salah satu jenis
ciri dari diabetes mellitus adalah poliuri, yaitu volume urine yang besar dalam periode
tertentu. Ada juga poligipsi, yaitu individu tersebut sering mengalami haus walaupun sudah
minum banyak. Yang terakhir polipagi, yaitu individu tersebut mengalami lapar terusmenerus.[4]
Jika kadar glukosa darah naik hingga mencapai kadar yang relatif tinggi,
ginjal juga melakukan pengaturan. Glukosa yang memang disaring oleh glomerolus
secara terus menerus, namun kemudian akan dikembalikan seluruhnya ke dalam darah
melalui sintesis reabsorpsi tubulus ginjal. Penyerapan kembali glukosa melawan
gradien konsentrasinya berhubungan dengan pengadaan ATP di dalam sel-sel tubulus.
Kapasitas system tubulus untuk menyerap kembali glukosa terbatas hingga sekitar
350 mg/menit.[6]
Urine erat kaitannya dengan ginjal yang diperoleh dari proses hasil
metabolisme di dalam tubuh. Urine perlu diidentifikasi secara kimiawi guna
mengetahui apakah ada kandungan glukosa didalamnya dan secara klinis dapat
bermanfaat untuk mengetahui adanya suatu penyakit akibat penimbunan gula dalam

urine (glukosuria). Ginjal melakukan berbagai fungsi metabolik dan ekskretorik.


Selain membersihkan tubuh dari zat-zat sampah bernetrogen dan hasil metabolisme
lain, ginjal dengan cermat melaksanakan homeostatis cairan.[7]
Masalah yang berkaitan dengan gladula prostat untuk beberapa waktu ini
mencapai sekitar 2 juta pengunjung pasien rawat jalan di Amerika, sekitar 8% dari
semua pengunjung dan sekitar 1% untuk pencegahan fisik yang pertam kali.
Klasifikasi untuk sindrom prostat telah dilakukan penelitian oleh NIH (National
Institutes of Health).[8]
Inkontinensi dari saluran kemih sekarang sudah banyak dan sering muncul.
Sekitar 25% menyerang bagian kewanitaan yang awal dan sekitar 40% menyerang
bagian kewanitaan yang akhir mengalami gangguan urine. Inkontinensi ini berdampak
pada kualitas hidup, yaitu kesehatan seksual.[9]

PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat kita peroleh dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui fungsi homeostasis ginjal
2. Peranan ginjal dalam tubu sangat penting yaitu mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh dan asam basa dalam tubuh.
3. Mengenal sifat fisik dari urine normal
4. Urine normal itu mengandung senyawa-senyawa organic dan anorganik yang
banyak dan diekskresikan setiap harinya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Para praktikan harus hati-hati dalam melakukan praktikum ini karena bahan-bahan
yang digunakan sangat berbahaya.
2. Para praktikan hendaknya mengerjakan dengan baik dan sungguh-sngguh dalam
melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Modul Praktikum Biokimia Keperawatan. Banjarbaru: FK UNLAM;
2009
2. Anonymous. Buku Ajar Kimia Kedokteran II. Banjarbaru: FK UNLAM; 2006
3. Linder MC. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara Klinis.
Jakarta: FK UI; 1992
4. Montgomery, Conway, dan Spector. Biokimia: Berorientasi Pada Kasus Klinik.
Jakarta: Binarupa Aksara; 1993
5. Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi Kedua Lima. Jakarta: EGC; 2003
6. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC; 1990
7. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4.
Jakarta: EGC; 1995
8. Schaeffer AJ. Chronic Prostatitis and Chronic Pelvic Pain Syndrome. The New
England Journal of Medicine. 2006:355;1690-8
9. Rogers RG. Urinary Stress Incontinence in Women. The New England Journal of
Medicine. 2008:358;1029-36

Banjarbaru, 19 Mei 2009


Ketua Kelompok

Dosen Praktikum

Gusti Herry Masdiqa

dr. Edyson, M. Kes

NIM. I1B108212

NIP. 132163528

Anda mungkin juga menyukai