Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal
itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi saluran
kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikaran jika terdapat 100.000
atau lebih bakteri/ml urin. Namun, jika hanya terdapat 10.000 atay kurang bakteri/ml urin, hal itu
menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.
Prevelensi penyakit saluran kemih (ISK) antara usia 15-60 tahun jauh lebih banyak.
Wanita menderita ISK bagian bawah dengan perbandingan kurang lebih dua kali sekitar pubertas
dan lebih dari 10 kali pada usia 60 tahun.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah bentukan selaput
mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini mempunyai fungsi sebagai
antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan ini lenyap
sehingga pada wanira yang sudah mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih.
Proteksi terhadap infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifar alami
urin yang asam dan berfungsu sebagai antibakteri. Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi,
pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostitis atau
hyperplasia prostat.
1.2 Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami
tentang infeksi saluran kemih (ISK) atau yang disebut dengan uretra traktus infection (UTI).

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1

Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi
manusia setiap tahunnya. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang kedua paling
banyak ditemukan setelah infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner &
Suddarth, 2002).
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri paling sering dijumpai pada kehamilan
(Cunningham., 2005).
Infeksi saluran kemih adalah bila ada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang
jumlahnya lebih dari 10.000 per ml.urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dari fungsi suprasimpisis (Saifudin., 2007).

2.2 Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:


1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam
kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.
2. uretra (uretritis)
Uretra (uretritis) Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis
yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum.
3.ginjal (pielonefritis)
2

Ginjal (pielonefritis) Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal
4.prostatis
Prostat ini debedakan menjadi dua, ada yang akut dan kronik. Prostatis akut di sebabkan
oleh infeksi akut pada seluruh kelenjer prostat dengan gejala demam dan nyeri daerah
prostat. Infeksi ini sering berkaitan dengan gonorrhea atau raja singa (kencing nanah )
yaitu infeksi yang di tularkan melalui hubungan seksusal. Prostatis kronis dapat di
sebabkan oleh penyakit inflamsi maupun noninflamsi dan juga bias di sebabkan oleh
bakteri. Misalnya refluks di dalam prostat, paparan kuman terus menerus, penyakit
autoimun, metabolic urin yang bersifat iritatif atau nyeri neuropatik
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1.

ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,

anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita
wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2.

ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit

diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi
berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
2.3. Macam-macam ISK antara lain:
1. ISK Primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua:
3

a. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.


b.

ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang

sering digunakan yaitu amoksisilin.


a. ISK sekunder
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang
merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan ISK yang tidak tepat.
Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK
sekunder biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih,
pembesaran prostat, dan striktur uretra).
Bakteriuriuria asimtomatik:
Ditemukan bakteri sebanyak > 100.000 per ml air seni dari sediaan air seni mid stream
Angka kejadian Bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wanita usia
reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2 10%.
2.4

Etiologi
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah escheriucia (80 % kasus).
E. Coli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juga dapat
menyebabkan ISK adalah: golongan proteus, klebsiela, pseudomonas, enterokokus dan
stophylokokus.
Factor factor resiko yang menyebabkan ISK, antara lain:
1. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
4. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
5.
6.
7.
8.
9.

yang kurang efektif


Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

2.5. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka rasio
kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki laki dan perempuan
4

pada awal kehidupan bayi adalah antara 3:1 dan 5:1. setelah masa bayi, anak perempuan lebih
sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki laki yaitu dengan rasio L/P 1:4
untuk infeksi yang simtomatis dan 1:25 untuk infeksi yang asimtomatis. Prevalensi pada anak
perempuan berkisar 3 5% sedangkan anak laki-laki 1%.
Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun pertama
dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka kekambuhan sekitar 1520% pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang ditemukan kekambuhan. ISK yang
terjadi nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak,
hal ini terjadi biasanya karena pemakaian kateter urin jangka panjang.
Dewasa wanita rentan terhadapa ISK Karena, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran
yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek
(sekitar 3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga
kuman sulit masuk

2.6 . Patofisiologis
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila
bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran
kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering
menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya,
urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri
naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan
terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka
bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah
pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun
infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli,
kedua kuman ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
5

mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan
ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
1)

Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending) yaitu :
a. Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan
alat kedalam traktus urinarius (pemasangan kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
b.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus.
Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan
di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas
deferens testis (pada pria) buli-buli ureter, dan sampai ke ginjal

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman
di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada
dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.
2)

Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah

penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi

ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total urine
yang dapat mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut.
3)

Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus

dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui
uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.
Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga
dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu
yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal; uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea plasma urelytikum.
2.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada
keadaan yang disebut bakteriuria tanpa gejala (BTG).
Gejala yang lazim ditemukan adalah: disuria, polakisuria, dan terdesak kencing
(urgency), yang semuanya sering terdapat bersamaan. Rasa nyeri biasa didapatkan di daerah
supra pubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar
sewaktu kencing, atau dapat juga di luar waktu kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung
kemih tidak dapat menampung kencing lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang
meradang sehingga sering kencing. Rasa terdesak kencing dapat sampai menyebabkan seseorang
penderita ISK ngompol, tetapi gejala ini juga didapatkan pada penderita batu atau benda asing di
dalam kandung kemih.
7

Gejala lain yang yang juga didapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing yang
susah dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut; tenesmus yaitu rasa nyeri
dengan keinginan mengosongkan kandung kencing meskipun telah kosong; nokturia yaitu
kecenderungan buang air kencing lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas kandung
kencing yang menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan volume urin yang
kurang.
Kolik ureter atau ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostate dapat juga menyertai
gejala ISK.

2.8. Komplikasi
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan sebagai berikut
1.

Hipertensi

2. parut ginjal,
3. gagal ginjal kronik (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi).
4. Isk kronik
5. Isk akut
2.9 Pencegahan
ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk
membersihkan saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih
ditekankan lagi karena ISK dapat menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria
cenderung untuk menahan kemih, padahal menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK.
Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi.
Ada beberapa upaya lain yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih
ini, antara lain :
1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
2. Segera buang

air

kecil

sebelum

dan

sesudah

melakukan

hubungan

seksual. Bersihkan alat kelamin saat akan berhubungan intim.


8

3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran
dari dubur tidak masuk ke dalam saluran kemih.
4. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan
dpaat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak.
5. Hindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin. Cairan
ini dapat mengiritasi urethra.
2.10 . Penatalaksanaan
Pengelolaan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah
atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya dihindarkan atau dikurangi.
Dengan demikian tujuan dapat berupa:
a.

Mencegah atau menghilangkan gejala, bakteriema, dan kematian akibat ISK

b.

Mencegah dan mengurangi progesi kearah gagal ginjal terminal akibat ISK sendiri

atau komplikasi manipulasi saluran kemih


c.

Mencegah timbulnya ISK nyata (bergejala) pada semester akhir kehamilan.

Ada beberapa cara metode pengobatan ISK yang ladzim dipakai yang disesuaikan dengan
keadaan atau jenis ISK, yaitu:
a.

Pengobatan dosis tunggal, obat diberikan satu kali

b.

Pengobatan jangka pendek, obat diberikan dalam waktu 1-2 minggu

c.

Pengobatan jangka panjang, obat diberikan dalam waktu 3-4 minggu

d. Pengobatan profilaktik, yaitu dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3-6 bulan atau lebih.
Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK ini pemilihan antibiotic penting, untuk
mendapatkan hasil yang optimal, dengan berdasarkan:
a.

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: Kandung kemih (sistitis), uretra

(uretritis), prostat (prostatitis), ginjal (pielonefritis)


b.

Pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu dan terapi

menjelang diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan


c.

Keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi dan efek obat dan

kemungkinan terjadinya akumulasi atau efek samping / toksik obat.

Pola kuman khususya sifat resistensinya terhadap antibiotic yang terjadi dan pola kuman
penyebab ISK sesuai jenis ISK akan berperan dalam keberhasilan pengobatan ISK, oleh karena
dengan mengetahui dua dasar keadaan tadi, akan dapat dipilih cara dan antibiotic mana yang
harus dipakai dalam pengobatan ISK ini, dalam menentukan pola kuman ini, sangat penting
peranan bagian mikrobiologi untuk menyebarkan hasil pemeriksaan resistensi tes kuman-kuman
penyebab ISK yang disampaikan secara periodic, sehingga dapat diketahui para klinisi.
Pola resistensi perlu untuk menentukan pengobatan pertama sebelum ada hasil biakan
urin, khususnya memilih antibiotic yang masih sensitive terhadap kuman penyebab ISK. Dalam
hal ini perlu dipertimbangkan keadaan resistensi kuman yang mungkin sebagai penyebab ISK
terhadap antibiotic yang tersedia dinegara kita ini, dan akibat mudahnya penggunaan oleh dokter
praktek.
Tentang jenis infeksi dan fungsi ginjal dapat diduga dengan gejala klnis yang didapatkan
pada penderita melalui pemeriksaan jasmani dan bila perlu dengan pemeriksaan penunjang.
Maka pendekatan klinis pengobatan ISK umumnya adalah sebagai berikut:
a. ISK bawah tanpa komplikasi adalah dosis tunggal dan bila perlu jangka pendek
b. ISK bawah dengan komplikasi terapi dapat diteruskan sampai 14 hari
c. ISK atas tanpa komplikasi obat diberikan untuk 14 hari
d. ISK atas dengan komplikasi harus dengan jangka panjang
e. ISK kambuh bila terjadi disamping harus dibedakan relaps (kuman yang sama) atau
reinfeksi (kuman yang lain) setelah terapi jangka panjang biasanya harus diikuti terapi
pencegahan atau profilaktik
Dalam pemilihan antibiotic setelah jenis infeksi ditentukan, harus diperhatikan hal-hal
antara lain: sensitivitas, kadar dalam urin tinggi, efeksamping sedikit, murah dan tidak
menimbulkan kuman resisten dan mengubah flora usus dan vagina. Obat yang nefrotik harus
hati-hati pemberiannya dengan memperhaikan fungsi ginjal, dan bila fungsi ginjal menurun
maka antibiotic dapat diberikan dengan mengurangi dosis dengan interval seperti normal, atau
dengan dosis tetap tetapi interval diperpanjang.
Bila terjadi relaps setelah terapi yang adekuat, harus dilakukan pengobatan profilaktik
yaitu dengan antibiotic yang efektif terhadap kuman pathogen urin, bentuk aktif dalam urin
tinggi, tidak menyebabkan kuman bermutasi menjadi kebal, tidak mempengaruhi flora usus dan

10

vagina, sedikit efek samping, dan murah. Antibiotic yang sering dipakai dalam hal ini adalah:
golongan sulfonamide, nitrofurantoin, kuinolon, ampisilin dan metanamin.
Hal penting lain yang harus dikerjakan pada terapi ISK ini adalah bila mungkin
mengoreksi kelainan yang didapatkan yang kemungkinan sekali sebagai penyebeb relaps, yaitu
dengan dilatasi ureter bila ada penyempitan, ureterostomi kalau perlu, meninggikan klirens
dengan minum yang cukup kurang lebih 2 L/Hari, dsb.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu:
a. Data biologis meliputi :
1.Identitas klien
2.Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1.Riwayat infeksi saluran kemih
2.Riwayat pernah menderita batu ginjal
3.Riwayat penyakit DM, jantung.
c.

Pengkajian fisik :
1.Palpasi kandung kemih
2.Inspeksi daerah meatus
a). Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b). Pengkajian pada costovertebralis

d.

Riwayat psikososial
11

1. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan


2.Persepsi terhadap kondisi penyakit
3. Mekanisme koping dan sistem pendukung
4. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
a).Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
b). Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi med
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.

Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.


Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur

traktus urinarius lain.


3.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
3.3

Intervensi
1.Infeksi yang berhubungan dengan penurunan sistem imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1)

Tanda vital dalam batas normal

2)

Nilai kultur urine negatif

3)

Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi :
1 . Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50C
Rasional: Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2. Catat karakteristik urine
Rasional: Mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
3. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional: Untuk mencegah stasis urine
4. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
12

Rasional: Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.


5. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
6. Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional: Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi
uretra.
2..Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur tr
aktus urinarius lain.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman dan
nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1.Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2.Kandung kemih tidak tegang
3.Pasien nampak tenang
4.Ekspresi wajah tenang
Intervensi:
1. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan
pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: Mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
3. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
4.Berikan perawatan perineal
Rasional: Mencegah kontaminasi uretra
5. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
6. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
13

Rasional: Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.


7. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri.
3.Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
1.Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2. Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3.Klien dapat BAK dengan berkemih
Intervensi:
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional: Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: Peningkatan hidrasi membilas bakteri.
3. Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung
kemih/ginjal)
4. Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik
pada susunan saraf pusat
5. Kolaborasi:
a.Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
b. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri
dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin.
Rasional: Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah
dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

14

4.Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda
gelisah
Kriteria Hasil :
1. Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan,
dan tindakan perawatan diri preventif.
2. Klien tidak gelisah
3.Klien tenang
Intervensi:
1.Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang
penyakitnya.
Rasional: Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya.
2.Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi.
3.Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan
pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan yang
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda tanda penyakit mereda.
Cairan dapat menolong membilas ginjal.
5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
Rasional: Mendeteksiisyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik

15

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi
manusia setiap tahunnya. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang kedua paling
banyak ditemukan setelah infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama penulis. Mohon kritiik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini dilain kesempatan.

16

17

DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-infeksi-saluran-kemih.html
Doenges E, Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
Carpenito,L.J. 2001.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC.
Mansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta:Media
Aesculapius.
Nurarif,Amin dkk.2002.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction.
Wilkinson,M Judith.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai