BAB I
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura
akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit.
Akibat adanya cairan yang cukup banyak dalam
rongga
pleura, maka kapasitas paru akan berkurang dan di samping itu juga
menyebabkan pendorongan organ-organ mediastinum, termasuk
jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga
dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
Penatalaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan
tindakan invasive untuk mengeluarkan udara atau cairan yaitu
dengan menggunakan Water Sealed drainage (WSD).
Water sealed drainage (WSD) adalah sistem drainase yang
kedap air (water sealed) untuk mengalirkan udara dan/atau cairan
dari
rongga
pleura.
Tujuan
pemasangan
WSD
adalah
untuk
rongga
tersebut.
bertujuan
untuk
BAB II
ISI
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Sebelum memahami lebih jauh mengenai kelainan atau penyakit di
dinding toraks dan pleura, ada baiknya memahami anatomi dan fisiologi
dari dinding toraks serta pleura. Semua organ tubuh yang terletak atau
melalui rongga toraks harus dianggap sebagai organ vital, karena cedera
toraks berbeda dengan cedera ekstremitas. Ancaman kematian pada
cedera toraks sangat tinggi. Secara objektif harus dikenali anatomi serta
fisiologi mengenai toraks dan pleura. Seperti diketahui, dada berisi organ
vital paru dan jantung. Pernapasan dapat berlangsung dengan bantuan
gerak dinding dada. Dinding dada sendiri tersusun dari tulang dan
jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah 10 pasang
tulang iga yang berakhir dianterior dalam segmen tulang rawan dan 2
pasang yang melayang, 12 columna vertebralis torakalis, sternum, tulang
klavikula dan skapula. Jaringan lunak yang membentuk dinding dada
adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah interkostalis
dan torakalis interna. Muskulus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi,
trapezius, rhomboideus dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk
lapisan muskulus posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pectoralis
mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior. Inspirasi terjadi karena
kontraksi otot pernapasan, yaitu m.interkostalis dan diafragma, yang
menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap
masuk melalui trakea dan bronkus.2
Jaringan paru sendiri terdiri dari jutaan alveolus yang dapat
mengembang
dan
mengempis.
Tergantung
mengembang
atau
didalam
Kekuatan
toraks
tiupan
harus
bersamaan
melebihi
dengan
mengembangnya
kelenturan
dinding
dada,
2.2.1. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura
akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan yang berlebihan dari
permukaan pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara
selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada, diantara permukaan
viseral dan parietal. Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya
mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan
tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai
pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hidrostatik, tekanan koloid, dan daya tarik elastis. Sehingga cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil
lainnya (10-20%) mengalir ke pembuluh limf sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter seharinya.
1,2
kapiler yang utuh). Misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis karena tekanan
osmotik koloid yang menurun. Eksudat (ekstravasasi cairan kedalam
jaringan atau kavitas) dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan
infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein
dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah.1,2
Bagan 1. Efusi Pleura
Transudat (protein < 30 gram/L;BJ < 1015)
Gagal jantung
Peninggian tekanan
Sirosis
hidrostatik
Tekanan osmotik koloid
hepatis
Eksudat (protein >
Keganasan
Infeksi
rendah
30 gram/L; BJ >1015)
Obstruksi limf dan vena
Permeabilitas
kapiler
Penyakit
meningkat
Reaksi inflamasi
Kolagen
Infark Paru
Kerusakan kapiler
2.2.2. Etiologi
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi,
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Menurut Brunner & Suddart, terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2
faktor, yaitu :1,2
1. Infeksi
Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh afek primer
sehingga berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Penyakit ini
kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru melalui
fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Pergeseran antara kedua pleura yang meradang menyebabkan
nyeri. Suhu badan mungkin hanya subfebril, kadang ada demam.
untuk
biopsi
pleura.
Pada
penanganannya
selain
esofagus
langsung
ke
rongga
pleura
akan
cairan
dirongga
jika
tumor
menembus
atau
atau,
karsinomatosa.
dengan
Cairan
nama
yang
yang
biasanya
kurang
cukup
tepat,
banyak,
pleuritis
sering
terhadap
jaringan
nekrosis,
tetapi
tidak
tertutup
2.2.3. Diagnosis
Diagnosis
dapat
ditegakan
dengan
anamnesa
yang
baik,
radiologi lengkung diafragma hilang. Biasanya cairan berjumlah sekurangkurangnya 300 ml.2,6
Cairan pleura dapat diperiksa untuk menentukan berat jenis, kadar
protein, kadar glukosa, dan gambaran sitologinya. Pada infeksi biakan
cairan pleura biasanya positif dan umumnya menentukan diagnosa.
Demikian juga pemeriksaan sitologi biasanya positif pada kanker primer
atau
sekunder.
Cairan
kilotoraks
dapat
dikenal
dari
tampilannya.
2.2.4. Pengobatan
Pengobatan efusi ditujukan kepada penyebabnya. Aspirasi sedapat
mungkin dihindari karena tidak akan berhasil jika penyebabnya tidak
ditiadakan. Tambahan lagi, bahwa aspirasi eksudat menyebabkan tubuh
kehilangan banyak protein. Walaupun demikian, aspirasi diperlukan untuk
menegakan diagnosis, demikian juga jika penderita terlalu terganggu oleh
efusi yang banyak. Pada efusi akibat keganasan tentu harus dipikirkan
pengobatannya.
Kadang
juga
perlu
dipertimbangkan
melakukan
tetrasiklin,
menggunakan
pipa
penghubung
untuk
10
Istirahat
760
760
Inspirasi
760
757
Ekspirasi
760
763
er
Intrapleural
756
750
756
2.3.2 Tujuan2,5
1 Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderitanya jatuh dalam syok.
2 Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang berkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga mechanic of
breathing dapat kembali seperti yang seharusnya.
3 Preventif :
Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga mechanic of breathing tetap baik.
2.3.3 Indikasi Pemasangan WSD2,3,5
1. Pneumotoraks
o Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
o Luka tusuk tembus
o Klem dada yang terlalu lama
o Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2. Hemotoraks :
o
Robekan pleura
o
Kelebihan antikoagulan
o
Pasca bedah toraks
3. Hemopneumotoraks
4. Torakotomi :
o Lobektomi
o Pneumoktomi
5. Efusi pleura
6. Empiema
7. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
8. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
2.3.4 Kontra Indikasi Pemasangan WSD2
11
1.
Hematotoraks
masif
yang
belum
mendapat
penggantian
cairan/darah
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
3. Perlekatan pleura yang luas.
2.3.5 Tempat Pemasangan WSD2,4
1. Bagian Apeks paru
Yaitu pada anterolateral intercosta 1-2 garis midclavicula yang
berfungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
2. Bagian Basal
Yaitu pada posterolateral intercosta 5-6 atau ke 8-9 garis midaxilaris yang berfungsi untuk mengeluarkan cairan (darah, pus)
dari rongga pleura.
12
13
botol
water
seal
(2),
dan
sebuah
botol
kontrol
sebuah
selang
kontrol
manometer
dibawah
14
selang
Tube
pendek
diatas
batas
air
15
16
3.
Lakukan anestesi lokal lapis demi lapis dari kulit hingga pleura
parietal menggunakan lidocain solusio injeksi, jangan lupa
melakukan aspirasi sebelum mengeluarkan obat pada setiap
lapisan. Anestesi dilakukan pada daerah yang akan di pasang
4.
WSD atau pada intercostalis 4-5 anterior dari mid axillary line
Langsung lakukan punksi percobaan menggunakan spuit
5.
anestesi tersebut
Lakukan sayatan pada kulit memanjang sejajar intercostalis
6.
7.
8.
9.
1)
2)
3)
4)
17
tidak
terganggu
dengan
bergeraknya
pasien,
18
torakotomi.
bertambah/berkurang,
Jika
perhatikan
banyaknya
juga
secara
hisapan
bersamaan
keadaan pernapasan.
8. Observasi setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
9. Observasi banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
10. Perlu sering dicek, apakah tekanan negativ tetap sesuai
petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien
dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyebabnya misal : slang
tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak,
atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding
paru.
11. Perawatan slang dan botol WSD/ Bullow drainage.
12.
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
13. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan
dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
14. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara
masuk yaitu mengklem slang pada dua tempat dengan kocher.
15.
Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan
sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
16. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja
diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
17. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatif dalam
rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena
kesalahan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan didalam rongga pleura
akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan yang berlebihan dari
permukaan pleura. Pada kasus efusi pleura dapat dilakukan tindakan
sederhana seperti pemasangan WSD. Dengan ketepatan dan kecepatan
tindakan, secara tidak langsung akan menurunkan angka mortalitas
akibat kelainan ini.
WSD
merupakan
tindakan
invasive
yang
dilakukan
untuk
20
2,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Rachmad KB. Toraks. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI;
2006. Hlm 199-222.
2. Karnadihardja W. Dinding Toraks dan Pleura. Dalam : Sjamsuhidajat
R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC; 2004.
Hlm 403-9.
3. Grace PA, Borley N. Trauma Mayor. Dalam : At a Glance Ilmu Bedah.
Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga Medical Series; 2007. Hlm 88-90.
4. IKABI.
MC,
dkk.
Blunt
Chest
Trauma.
Diunduh
dari
27 Oktober 2014.
21