Acara 3
ACARA III
I.
Judul
Cartometric (Gradient of Slope and Relative Relief)
II.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
Bahan
Peta Rupabumi Indonesia Sendangagung Lembar 1408-232 skala 1:25.000
Peta kontur hasil deliniasi lembar Sendangagu skala 1:25.0000
IV.
Dasar Teori
Bentuk permukaan bumi tidak rata, ada yang berbentuk dataran rendah, dataran tinggi,
dan perairan. Permukaan bumi juga memiliki ketinggian yang berbeda-beda antara daerah
satu dengan yang lainnya. Bentuk muka bumi juga disebut relief/ topografi. Definisi dari
relief adalah bentuk/konfigurasi nyata permukaan bumi yang berupa perbedaan ketinggian
dan kemiringan permukaan bumi. Relief direpresentasikan dalam peta dengan menggunakan
garis kontur dengan cara countouring (Hidayati, 2011).
Cartometric adalah pengukuran dimensi geometrik baik berupa titik, garis, maupun
area yang terdapat di dalam peta. Ada dua level konsep dalam cartometric, yaitu konsep
pengukuran keruangan dasar yang meliputi pengukuran panjang/jarak, luas area, dan volume
secara tepat. Konsep kedua menyangkut bentuk obyek, ketinggian, dan perubahan keruangan
(Sukwardjono dan Sukoco, 1997). Konsep pengukuran keruangan sekunder dibangun dan
ditopang oleh konsep pengukuran keruangan dasar sebagai fondasinya.Perubahan keruangan
1
Acara 3
terutama perubahan secara vertikal pada permukaan bumi sangat berpengaruh terhadap
aktivitas manusia. Salah satu cara dalam menyatakan kondisi perubahan keruangan adalah
dengan gradient.
Gradient of Slope
Gradien adalah kemiringan lereng dari suatu permukaan. Gradien menggambarkan
perubahan permukaan bumi secara tiga dimensi meliputi kemiringan lereng dan arah azimuth
serta kemiringan secara dua dimensi. Sehingga gradient dapat dikatakan lebih spesifik
dibandingkan dengan slope. Gradien dapat dihitung dengan mengetahu magnitude kemiringan
lereng dan arah/ azimuth gradient. Perhitungan magnitude kemiringan lereng dapat
menggunakan bantuan koordiant kartesian. Sedangkan arah azimuth dinyatakan dengan ,
dimana adalah sudut dari sumbu utara vertikal yang dinyatakan dalam derajat. Sedangkan
arctangent adalah kependekan dari sudut pada tangent... Jika benilai negative arah
gradient diukur berlawanan arah jarum jam dafi sumbu utara. Sebaliknya jika bernilai
positif arah gradient diukur searah jarum jam dari sumbu utara.
Relative Relief
Kondisi permukaan bumi sangat variatif. Terdapat banyak metode untuk menampilkan
kesan relief pada peta. Keberadaan garis-garis kontur dapat digunakan sebagai dasar
interpretasi relief relative. Interpretasi dilakukan dengan memperhatikan skala peta, keraptan
garis kontur, dan pola pengelompokkan garis kontur yang terlihat secara visual. Garis-garis
kontur yang memiliki pola yang homogeny dikelompokkan menjadi satu klasifikasi sehingga
terpisah dengan pola yang lain.
Salah satu unsur yang dicari dalam relief relative adalah perbedaan ketinggian.
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena permukaan laut
dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya
pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan relief, seperti perbukitan,
pegunungan atau dataran. Secara umum ada 7 tipe bentuk konfigurasi permukaan bumi seperti
datar (flat), berombak (undulating), bergelombang (rolling), berbukit kecil, berbukit sedang
(hillocky), berbukit (hilly), dan bergunung (mountainsious). Relief relatif merupakan turunan
dari peta kontur. Relatif relative berfungsi untuk mengetahui variasi bentuk wilayah yang
selanjutnya disajikan dalam zonasi wilayah. Bentuk wilayah memiliki arti penting dalam
keperluan perencanaan wilayah. Pengetahuan yang baik tentang bentuk suatu wilayah akan
mendukung ketepatan dalam pengambilan keputusan.
2
V.
Acara 3
Cara Kerja
Peta RBI Lembar
Sendangagung skala 1:25.000
Menyalin kontur-Peta
kontur
Pembuatan
Gradient of Slope
Perhitunga
Tabel
n
Klasifkasi
amplitudo
Relief Van
Zuidam
Klasifkikas
i relief
Keterangan :
VI.
VII.
Pembuatan
Relief Relative
Hasil
perhitung
an
Gambar
gradien
Input
Proses
Tabel
Klasifkasi
Relief Relatif
Output
Pembuata
n relief
zonasi
Peta Zonasi
Relief
Relatif
Peta Relief
Bentuk
Wilayah
Hasil Praktikum
1. Gradient of Slope (terlampir)
a. Peta kajian 8x8 cm beserta gambar kontur
b. perhitungan kemiringan lereng parsial
c. perhitungan magnitudo kemiringan lereng
d. perhitungan arah gradien dan gambar arah gradien
2. Relative Relief (terlampir)
a. Peta zonasi kontr relief
b. Perhitungan amplitudo masing-masing zonasi relief
c. Tabel klasifikasi Van Zuidam
d. Tabel hasil klasifikasi relief relatif
Pembahasan
Ekstraksi informasi yang dpat diperoleh dari peta RBI atau pata RBI sangatlah banya,
salah satunya informasi dari garis kontur. Manfaat dari analisis lebih lanjut dari garis kontur
meliputi informasi DEM, hillshade, intervisibility,cut and fill, intervensi igir, pola aliran, arah
hadap lereng, kemiringan lereng, dan bentuklahan. Informasi kemriningan lerneg dapat
dianalisis lagi untuk mendapatkan informasi turunan seperti gradient of slope atau gradien
dari lereng dan relief relative atau tipe-tipe relief permukaan bumi yang dapat
direpresentasikan beda tingginya. Informasi tersebut bermanfaat untuk pengambilan
keputusan seperti kajian dalam pembangunan wilayah, menentukan wilayah strategis, tata
Acara 3
ruang wilayah, pembangunan fasilitas, penentuan kawasan lindung, konservasi air, dan
analisis bencana.
Gradient of slope adalah kemiringan lereng yang dihitung dari permukaan bumi dan
berbentuk tiga dimensi, dimana susunan dari gradient terdiri dari jarak horisontal, vertikal,
kemiringan lereng, dan arah azimuthnya. Sedangkan slope terbatas pada jarak horisontal dan
benda tinggi sehingga menghasilkan kemiringan lereng tanpa adanya arah azimuth.
Perhitungan gradien terdiri dari perhitungan kemiringan parsial, magnitudo, dan arah gradien.
Perhitungan tersebut berprinsip pada metode koordinat kartesian, dengan abis x1 dan x2 dan
ordinat y1 dan y2. Kemiringan gradien dari kontur yang sudah dibatasi dengan jarak 8x8cm
pada peta menghasilkan nilai x-slope -237,5 dan y-slope 237,5. Hal itu menunjukkan bahwa
gradien jarak horisontal dan vertikal berada pada kuadran 2 (-,+). Berdasarkan nilai tersebut
diperoleh nilai magnitudo kemiringan lerengnya atau besaran energi gradien yaitu hasil
perhitungan phytagoras yaitu sebesar 335,86 m/km. Nilai dengan satuan m/km menunjukkan
nilai dari beda tinggi per jarak hosintal, jadi beda tinggi kemiringan 335,86m dalam jarak 1
km. pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan luasan yang besar dan sempit, dimana
semakin sempit kajian maka semakin detail nilainya baik dari parsial dan magnitudonya
karena apabila wilayahnya luas maka gradiennya menghasilkan nilai secara general.
Kemiringan parsial dan magnitudo sebenarnya merupakan persamaan matematis yang
digunakan untuk menurunkan nilai garis singgung gradient pada kontur dan untuk analisis
geometri. Selian itu, hasil dari x dan y dapat diperoleh sudut dari gradien tersebut yaitu -45 0
yang menunjukkan bahwa arah gradien berlawanan dengan arah jarum jam karena nilai sudut
negatif yaitu di kuadran 2 serta arah dimulai kea rah kuadran 4 karena nilai x2 dan y2 lebih
tinggi dibandingkan dengan nilail x1 dan y2 dan azimuthnya adalah 3150. Nilai -450
merupakan strike yang merupakan arah, sedangkan 3150 merupakan dip yang merupakan
derajad atau sudut yang dibentuk oleh bidang kemiringan dengan bidang horizontal dan
diuukur pda bidang vertical yang arahnya tegak lurus strike. Pemanfaatan dari perhitungan
dan penentuan sudut/ arah tersebut adalah untuk analisis lebih lanjut tentang kemiringan
lereng untuk kajian penggunaan lahan terkait dengan bayangan sinar matahari seperti untuk
kajian permukiman, pertanian, bangunan, dan lain sebagainya, serta mitigasi bencana. Selain
itu dapat ditentukan bidang struktur geologi wilayah dan potensi yang ada di dalamnya,
misalnya mineral dan tambang.
Kemiringan lereng memiliki zonasi klasifikasi tersendiri karena setiap obyek memiliki
beda tinggi yang berbeda-beda. Semakin besar beda tinggi maka semakin terjal suatu wilayah,
dan sebaliknya semakin kecil beda tinggi maka semakin datar wilayahnya. Kajian tersebut
4
Acara 3
terkait dengan relief relatif yang dilihat dari jenis kerapatan kontur, semakin rapat kontur
maka semakin terjal/ curam dan sebaliknya. Relief relatif dibuat dari hasil zonasi kemiringan
lereng berdasarkan tingkat kerapatan kontur dan untuk praktikum ini digunakan 7 klasifikasi
relief dari van Zuidam (1985) dengan kelas datar/ hampir datar (<5m), berombak (5-25m),
bergelombang (26-75m), berbukit (76-200m), bergunung (201-500)m, bergunung curam
(501-1000m), dan terjal (>1000m). klasifikasi diperoleh dari hasil perhitungan amplitude atau
selisih antara titik kontur tertinggi dengan terendah pada zonasi yang dianggap homogen.
Berdasarkan deliniasi dan perhitungan relief pada sebagian daerah Sendangagung diperoleh
19 zonasi yang dikelaskan menjadi 4 klasifikasi, yaitu kelas bergelombang (N), berbukit (B,
E, K, Q, dan R), bergunung (A, D, F, G, H, I, J, L, P, dan S), dan bergunung curam (C dan M).
Zonasi yang tergabung tersebut dapat digenaralisasi menjadi kelas klasifikasi relief yang luas
dan dapat dibentuk peta bentuk wilayah. Perbedaan kelas zonasi tersebut menunjukkan bahwa
permukaan bumi sangat bervariasi dengan beda tinggi yang bervariasi pula, dimana setiap
perbedaan tinggi dan raptnya kontur sangat mempengaruhi proses-proses yang ada di
permukaan bumi, misalnya erosi, limpasan air hujan, denudasi, pelapukan, bencana, dan lain
sebagainya. Manfaat dari peta zonasi relief relatif adalah untuk mengetahui variasi beda tinggi
permukaan bumi, untuk kajian erosi, analisis bencana, peta arahan penggunaan lahan, dan
lain-lain dimana manfaat dari peta tersebut inti paling utama adalah untuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan pembangunan dan tata ruang wilayah.
VIII.
Kesimpulan
1. Gradien of slope menggambarkan perubahan permukaan bumi secara tiga dimensi
meliputi kemiringan lereng dan arah azimuth. Pengukurannya dihitung dari kemirigan
parsial, magnitude, dan arah gradient. Kemiringan parsial merupakan titik x dan y kontur
(-237.5, 237,5) pada kuadran 2, magnitudonya 335,86 m/km, dan arah gradient -45 0 serta
arah gambar dari kuadran 2 ke 4.
2. Relief relatif menunjukkan zonasi wilayah dengan beda tinggi yang berbeda-beda dilihat
dari kerapatan kontur dan nilai amplitudonya. Semakin rapat kontur semakin terjal, dan
semakin renggang kontur maka semakin datar kontur. Berdsarkan relief tersebut maka
dapat diinterpretasi dari variasi permukaan bumi, dimana hasil interpretasi dapat
diperoleh informasi untuk analisis lereng lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Iswari Nur.2011. Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
5
Acara 3