Anda di halaman 1dari 5

3

karena pada daerah yang curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan
mengakibatkan pengikisan lebih intensif dibandingkan dengan daerah yang
landai. karena erosi yang intensif, maka akan banyak dijumpai singkapan batuan
dan ini akan menyebabkan pelapukan yang lebih cepat. Batuan yang lapuk
mempunyai kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi
berkurang.
Struktur Geologi
Seperti patahan (sesar), kekar, perlapisan, perlipatan, ketidakselarasan.
Struktur geologi adalah merupakan hal yang penting didalam analisis
kemantapan lereng, karena struktur geologi adalah merupakan bidang lemah
didalam suatu masa batuan yang dapat menurunkan kemantapan lereng
Iklim,
Geometri Lereng
Gaya Luar
Gaya - gaya yang bekerja pada lereng secara umum

dapat

dikelompokkan

untuk

menjadi

dua

yaitu

gaya-gaya

yang

cenderung

menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke bawah dan gaya-gaya


yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi pergerakan atau
longsoran. Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebabpenyebab terjadinya longsoran menjadi dua kelompok yaitu penyebab eksternal
dan Internal.
Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya geser
yang bekerja sepanjang bidang runtuh, antara lain yaitu:

Perubahan geometri lereng


Penggalian pada kaki lereng
Pembebanan pada puncak atau permukaan lereng bagian atas.
Gaya vibrasi yang ditimbulkan oleh gempa bumi atau ledakan.
Penurunan muka air tanah secara mendadak
Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya kekuatan

geser material, antara lain yaitu:

2.2

Pelapukan
Keruntuhan progressive
Hilangnya sementasi material, dan
Berubahnya struktur material

Geometri Lereng

Geometri lereng yang dimaksud adalah parameter tinggi dan kemiringan


lereng. Dalam penentuannya ditentukan oleh factor keamanan (FK) dan tingkat
ekonomis dari suatu desain lereng tambang yang akan digunakan. Lereng yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan kondisi yang tidak mantap dan cenderung
lebih mudah longsor, demikian juga untuk sudut lereng yang mempunyai
kemiringan yang besar akan menjadikan lereng kurang mantap.
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah :

2.3

Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng


Tinggi dan kemiringan (tiap-tiap jenjang).
Lebar jenjang (Berm).

Longsoran
Kemantapan suatu lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya

penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya
yang berusaha untuk membuat lereng longsor, Gaya penahan adalah gaya-gaya
yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahan lebih
besar dari gaya penggerak, maka lereng tidak akan mengalami gangguan atau
beraarti lereng tersebut mantap.
Kemantapan lereng dapat dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan (F)
sebagai berikut:

dimana

F > 1.0
F = 1.0

= Lereng dianggap mantap


= Lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk longsor

kalau ada sedikit gangguan.


F < 1.0 = Lereng dianggap tidak mantap
Kemantapan lereng sangat erat hubungannya dengan
sudut geser dalam (),
kohesi (c) dan
berat jenis ().

Tega
ngan
geser

Sudut
geser
Tegangan
dalam

Teganga
normal

n geser
Kohe
si C

Teganga

n normal 2-1
Gambar

Hubungan antara tegangan geser


dengan tegangan normal

Gambar 1
Hubungan Tegangan Geser Dan Tegangan Normal
2.4

Analisis Kemantapan Lereng Open Pit


Metode Bishop
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan

memperhitungkan

gaya-gaya

antar

irisan

yang

ada.

Metode

Bishop

mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran. Pertama yang harus


diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang
luncur, serta letak rekahan. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang
luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik. Faktor
keamanan untuk metode Bishop dapat dirumuskan sebagai berikut.

Metode Janbu

Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya


tidak berbentuk busur lingkaran. Bidang longsor pada analisa metode janbu
ditentukan berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa batuan atau
tanah. Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu
yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk
mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah.

dimana:
X

: (c + (h - whw) tan )(1 + tan2 ) x

: tan . tan

: h x sin

: w Z2

Metode Hoeks
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam membangun kurva ini adalah :
Material pembentuk lereng dianggap homogen, bersifat lunak,
Shear strength material ditentukan oleh parameter kohesi c, dan sudut

geser dalam, sesuai rumus : = c + tan .


Longsoran terjadi melalui bidang longsoran berbentu circular melalui Toe.
Diasumsikan terdapat vertical tension cracks di belakang Crest atau di

permukaan lereng,
Lokasi tension cracks dan bidang longsoran terjadi pada nilai SF minimal

untuk suatu geometri dan kondisi air tanah tertentu,


Variasi kondisi level air tanah diasumsikan dari kering sampai fully
sarurated (modelnya terlampir di belakang).

Gambar 2
Urutan Penghitungan FK Dengan Hook Chart
2.5

Analisa Kemantapan Lereng Secara Grafis


Bila suatu lereng terdapat pada batuan luar yang mempunyai bidang-

bidang diskontinu, seperti misalnya bidang-bidang perlapisan, sesar, kekar, liniasi


dan lain-lain, maka analisisnya akan berbeda dengan bila berada pada tanah
biasa (soil).Dalam keadaan seperti ini, maka hal-hal yang sangat penting yang
perlu diperhatikan adalah:

Orientasi dari bidang diskontinu (jurus dan kemiringan).


Resistensi dari bidang-bidang diskontinu
Harga sudut geser dalam (interval friction angle)
Harga kohesi pada bidang diskontinu
Tekanan pori air pada bidang diskontinu
Posisi dari bidang diskontinu terhadap bidang yang lain dan terhadap
permukaan lereng.

Anda mungkin juga menyukai