Ecase THT
Ecase THT
HIDUNG
Bentuk
Cavum Nasi
Konka Inferior
Discharge
Septum Nasi
Dx
Simetris
Sempit (tampak polip)
Hipertrofi
(+ bening)
Deviasi (-)
Sn
Lapang
Eutrofi
(-)
Dan pemeriksaan rontgen sinus paranasal PA- Waters didapatkan kesan : menyokong gambaran
polip nasi dextra, tak tampak deviasi septum nasi, sinus paranasal yang tervisualisasi dalam batas
normal, Sehingga dari semua pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan foto
polos SPN posisi PA- Waters) tersebut kita dapat mendiagnosis polip nasi dextra.
Diagnosis
Polip nasi dextra
Terapi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Methylprednisolone 2x125 mg
- Inj. Ketorolac 3x1 amp
- Inj. Asam traneksamat 2x1 gr
- Rencana operasi PE (Polipektomi)
Diskusi
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan hidung sebelah kanan tersumbat
dirasakan sejak tahun yang lalu, pilek (+) ingus meler berwarna bening dan terasa meler ke
tenggorokan, pipi sebelah kanan terasa kemeng, nyeri kepala (+), mimisan (-), nyeri telan (+),
demam (-), malaise (-),napas berbau (-), batuk (-), telinga berair (-), riwayat berobat (+) tetapi
tidak membaik. Riwayat penyakit dahulu : pasien merokok (+) sejak masih muda tetapi 2 tahun
terakhir ini sudah berhenti, alergi (-), hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-). Pemeriksaan fisik
didapatkan Ku: cm, sedang Vital sign : TD: 120/ 70 mmHg, N : 80 x/ menit, t: 36,3 C, RR : 22
x/ menit. Pemeriksaan status THT didapatkan bentuk simetris, cavum nasi dextra sempit (tampak
polip), sinistra lapang, konka inferior dextra hipertrofi, sinistra eutrofi, discharge dextra (+ bening)
sinistra (-), septum deviasi (-).Dan pemeriksaan rontgen sinus paranasal PA- Waters didapatkan
hasil polip nasi dextra. Sehingga dari semua pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan foto polos SPN posisi PA- Waters) tersebut kita dapat mendiagnosis polip nasi
dextra. Dari pemeriksaan fisik kita harus dapat membedakan antara polip dan concha, untuk
membedakan polip dan concha sebagai berikut:
Polip
-
Konka
Bertangkai
Tidak
bertangkai
Mudah
digerakkan
-
digerakkan
Konsistensi
lunak
ditekan
-
Nyeri
ditekan dengan pinset
bila
Mudah
berdarah
Tidak
mudah
berdarah
-
Sukar
Tidak mengecil
pada
pemakaian
vasokonstriktor
(kapas
adrenalin)
Dapat
mengecil
pada
pemakaian
vasokonstriktor (kapas adrenalin).
Polip nasi adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang merupakan penonjolan keluara dari
mukosa hidung atau sinus paranasalis, massa lunak, bertangkai, bulat, berwarna putih atau keabuabuan yang terdapat di dalam rongga hidung. Penyebab polip nasi belum diketahui dengan pasti
tetapi terjadinya polip nasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal: umur, alergi, infeksi dan
inflamasi dominasi eosinofil. Faktor predisposisi terjadinya polip antara lain: alergi terutama
rinitis alergi, sinusitis kronik, iritasi dan sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi
septum dan hipertrofi konka.
Prinsip pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif. Polip yang masih kecil dapat
diobati dengan konservatif. Terapi konservatif yaitu kortikosteroid sistemik secara aman sebanyak
3-4 kali setahun, terutama untuk pasien yang tidak dapat dilakukan operasi, kortikosteroid spray
sangat efektif pada pemberian postoperatif untuk mencegah kekambuhan, leukotrin inhibitor
menghambat pemecahan asam arakidonat oleh enzyme 5- lipooxygenase yang akan menghasilkan
leukotrin yang merupakan mediator inflamasi. Terapi operatif dilakukan pada kasus polip yang
berulang atau polip yang sangat besar, sehingga tidak dapat diobati dengan terapi konservatif.
Tindakan operasi yang dapat dilakukan meliputi: polipektomi intranasal, antrostomi intranasal,
ethmoidektomi intranasal dan ekstranasal serta Caldwell- Luc (CWL).
Pada pasien ini dilakukan operasi polipektomi intranasal karena polip nasi yang sudah masif dan
tergolong polip nasi grade 3 menurut Mackay dan Lund (1997) yaitu polip sudah menyebabkan
obstruksi total. Medikamentosa pada kasus ini diberikan bertujuan untuk persiapan operasi dan
pasca operasi. Medikamentosa yang diberikan yaitu cefotaxime, methylprednisolon, ketorolac dan
asam tranexamat. Prognosis dari polip nasi adalah polip hidung sering tumbuh kembali, oleh
karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang
paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.
Kesimpulan
Pada kasus diatas pasien didiagnosis polip nasi dextra, hal ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (foto polos SPN posisi PA- Waters). Anamnesis
didapatkan adanya keluhan utama hidung kanan tersumbat, pilek dengan runny nose dan dari
pemeriksaan fisiknya didapatkan cavum nasi dextra sempit karena didapatkan polip yang sudah
menyebabkan obstruksi total. Dilakukannya foto polos SPN PA- Waters dengan hasil polip nasi
dextra juga mendukung ditegakkanya diagnosis polip nasi dextra. Pengobatan pasien diatas juga
sudah sesuai.
Referensi
1. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip Hidung. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000: 97-99
2. Staf Pengajar Bagian Anatomi. Materi Kuliah Anatomi: organum sensuum. FK Undip, 2000
3. Heilger PA, 1997.Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam : Boies Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Calderon, Devalia, Davies. Biology of Nasal Epithelium dalam Nasal Polyposis.
Copenhagen: Munksgaard, 1997. 31-41
5. Drake Lee AB. Nasal polyps. In: Scott Browns Otolaryngology, Rrhinology. 5th ed. Vol 4
(Kerr A, Mackay IS, Bull TR edts). Butterworths. London. 1987: 142- 53
6. Soetjipto D , Wardani RS. 2007. Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta. FKUI
Penulis
Nurul Masruroh (20080310214), Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, RSUD
KOTA SALATIGA