Anda di halaman 1dari 3

Kategori

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorok


Judul
Polip Nasi Dextra pada Laki- laki Usia 51 Tahun
Abstrak
Polip nasi adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang merupakan penonjolan keluara dari
mukosa hidung atau sinus paranasalis, massa lunak, bertangkai, bulat, berwarna putih atau keabuabuan yang terdapat di dalam rongga hidung. Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus
eitmoidalis, biasanya multipel dan dapat bilateral. Etiologi polip nasi belum diketahui secara pasti.
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung, rinore (mulai
dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder) dan post nasal drip. Diagnosis polip nasi
dapat ditegakkan dari anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi nasal dan sinus dan foto polos
sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell dan lateral). Prinsip pengelolaan polip adalah dengan
operatif dan non operatif. Polip yang masih kecil dapat diobati dengan konservatif. Terapi operatif
dilakukan pada kasus polip yang berulang atau polip yang sangat besar, sehingga tidak dapat
diobati dengan terapi konservatif.
Isi
Pasien laki- laki umur 51 tahun datang dengan keluhan hidung sebelah kanan tersumbat dirasakan
sejak tahun yang lalu, pilek (+) ingus meler berwarna bening dan terasa meler ke tenggorokan,
pipi sebelah kanan terasa kemeng, nyeri kepala (+), mimisan (-), nyeri telan (+), demam (-),
malaise (-),napas berbau (-), batuk (-), telinga berair (-), riwayat berobat (+) tetapi tidak membaik.
Riwayat penyakit dahulu : pasien merokok (+) sejak masih muda tetapi 2 tahun terakhir ini sudah
berhenti, alergi (-), hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-). Pemeriksaan fisik didapatkan Ku: cm,
sedang Vital sign : TD: 120/ 70 mmHg, N : 80 x/ menit, t: 36,3 C, RR
:
22
x/
menit.
Pemeriksaan status THT didapatkan

HIDUNG
Bentuk
Cavum Nasi
Konka Inferior
Discharge
Septum Nasi

Dx
Simetris
Sempit (tampak polip)
Hipertrofi
(+ bening)
Deviasi (-)

Sn
Lapang
Eutrofi
(-)

Dan pemeriksaan rontgen sinus paranasal PA- Waters didapatkan kesan : menyokong gambaran
polip nasi dextra, tak tampak deviasi septum nasi, sinus paranasal yang tervisualisasi dalam batas
normal, Sehingga dari semua pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan foto
polos SPN posisi PA- Waters) tersebut kita dapat mendiagnosis polip nasi dextra.
Diagnosis
Polip nasi dextra

Terapi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Methylprednisolone 2x125 mg
- Inj. Ketorolac 3x1 amp
- Inj. Asam traneksamat 2x1 gr
- Rencana operasi PE (Polipektomi)
Diskusi
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan hidung sebelah kanan tersumbat
dirasakan sejak tahun yang lalu, pilek (+) ingus meler berwarna bening dan terasa meler ke
tenggorokan, pipi sebelah kanan terasa kemeng, nyeri kepala (+), mimisan (-), nyeri telan (+),
demam (-), malaise (-),napas berbau (-), batuk (-), telinga berair (-), riwayat berobat (+) tetapi
tidak membaik. Riwayat penyakit dahulu : pasien merokok (+) sejak masih muda tetapi 2 tahun
terakhir ini sudah berhenti, alergi (-), hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-). Pemeriksaan fisik
didapatkan Ku: cm, sedang Vital sign : TD: 120/ 70 mmHg, N : 80 x/ menit, t: 36,3 C, RR : 22
x/ menit. Pemeriksaan status THT didapatkan bentuk simetris, cavum nasi dextra sempit (tampak
polip), sinistra lapang, konka inferior dextra hipertrofi, sinistra eutrofi, discharge dextra (+ bening)
sinistra (-), septum deviasi (-).Dan pemeriksaan rontgen sinus paranasal PA- Waters didapatkan
hasil polip nasi dextra. Sehingga dari semua pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan foto polos SPN posisi PA- Waters) tersebut kita dapat mendiagnosis polip nasi
dextra. Dari pemeriksaan fisik kita harus dapat membedakan antara polip dan concha, untuk
membedakan polip dan concha sebagai berikut:
Polip
-

Konka
Bertangkai

Tidak
bertangkai

Mudah

digerakkan
-

digerakkan
Konsistensi

Tidak nyeri bila

lunak
ditekan
-

Nyeri
ditekan dengan pinset

bila

Mudah
berdarah

Tidak

mudah

berdarah
-

Sukar

Tidak mengecil
pada
pemakaian
vasokonstriktor
(kapas
adrenalin)

Dapat
mengecil
pada
pemakaian
vasokonstriktor (kapas adrenalin).

Polip nasi adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang merupakan penonjolan keluara dari
mukosa hidung atau sinus paranasalis, massa lunak, bertangkai, bulat, berwarna putih atau keabuabuan yang terdapat di dalam rongga hidung. Penyebab polip nasi belum diketahui dengan pasti
tetapi terjadinya polip nasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal: umur, alergi, infeksi dan
inflamasi dominasi eosinofil. Faktor predisposisi terjadinya polip antara lain: alergi terutama

rinitis alergi, sinusitis kronik, iritasi dan sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi
septum dan hipertrofi konka.
Prinsip pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif. Polip yang masih kecil dapat
diobati dengan konservatif. Terapi konservatif yaitu kortikosteroid sistemik secara aman sebanyak
3-4 kali setahun, terutama untuk pasien yang tidak dapat dilakukan operasi, kortikosteroid spray
sangat efektif pada pemberian postoperatif untuk mencegah kekambuhan, leukotrin inhibitor
menghambat pemecahan asam arakidonat oleh enzyme 5- lipooxygenase yang akan menghasilkan
leukotrin yang merupakan mediator inflamasi. Terapi operatif dilakukan pada kasus polip yang
berulang atau polip yang sangat besar, sehingga tidak dapat diobati dengan terapi konservatif.
Tindakan operasi yang dapat dilakukan meliputi: polipektomi intranasal, antrostomi intranasal,
ethmoidektomi intranasal dan ekstranasal serta Caldwell- Luc (CWL).
Pada pasien ini dilakukan operasi polipektomi intranasal karena polip nasi yang sudah masif dan
tergolong polip nasi grade 3 menurut Mackay dan Lund (1997) yaitu polip sudah menyebabkan
obstruksi total. Medikamentosa pada kasus ini diberikan bertujuan untuk persiapan operasi dan
pasca operasi. Medikamentosa yang diberikan yaitu cefotaxime, methylprednisolon, ketorolac dan
asam tranexamat. Prognosis dari polip nasi adalah polip hidung sering tumbuh kembali, oleh
karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang
paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.
Kesimpulan
Pada kasus diatas pasien didiagnosis polip nasi dextra, hal ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (foto polos SPN posisi PA- Waters). Anamnesis
didapatkan adanya keluhan utama hidung kanan tersumbat, pilek dengan runny nose dan dari
pemeriksaan fisiknya didapatkan cavum nasi dextra sempit karena didapatkan polip yang sudah
menyebabkan obstruksi total. Dilakukannya foto polos SPN PA- Waters dengan hasil polip nasi
dextra juga mendukung ditegakkanya diagnosis polip nasi dextra. Pengobatan pasien diatas juga
sudah sesuai.
Referensi
1. Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip Hidung. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2000: 97-99
2. Staf Pengajar Bagian Anatomi. Materi Kuliah Anatomi: organum sensuum. FK Undip, 2000
3. Heilger PA, 1997.Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam : Boies Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Calderon, Devalia, Davies. Biology of Nasal Epithelium dalam Nasal Polyposis.
Copenhagen: Munksgaard, 1997. 31-41
5. Drake Lee AB. Nasal polyps. In: Scott Browns Otolaryngology, Rrhinology. 5th ed. Vol 4
(Kerr A, Mackay IS, Bull TR edts). Butterworths. London. 1987: 142- 53
6. Soetjipto D , Wardani RS. 2007. Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta. FKUI
Penulis
Nurul Masruroh (20080310214), Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, RSUD
KOTA SALATIGA

Anda mungkin juga menyukai