Bidang Studi
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Ahmadi, A & Prastya, J.T (2005:52) dalam (http://digilib.uinsby.ac.id/),
metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk
menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau
secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
murid dengan baik.
B. Menentukan teknik dari metode tertentu
Metode pembelajaran ada bermcam-macam, salah satunya
adalah metode
pembelajaran Number Head Together atau yang biasa disebut metode NHT. Number
Head Together adalah suatu Metode pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai
sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali
dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Metode NHT adalah bagian dari metode
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tersebut dikembangkan
sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan
terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang
telah dilontarkan. Suasana seperti ini menciptakan suasana aktif dalam kelas, karena para
siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
peneliti (Tryana, 2008).
Penjelasan tipe ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota
kelompok diberi nomor kepala. Selanjutnya di setiap kelompok dilakukan diskusi untuk
menjawab permasalahan atau untuk melakukan suatu kegiatan. Dari hasil kegiatan
tersebut guru mengundi nama kelompok dan nomor anggota kelompok yang harus
menjawab pertanyaan atau mempresentasikan kegiatan. Berkaitan dengan hal ini, maka
setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja sama karena jawaban atau presentasi
dari perwakilan anggota kelompok akan menjadi generalisasi kemampuan atau nilai
kelompok.
Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik NHT adalah saat pemanggilan siswa untuk
menjawab atau melakukan sesuatu yang dipanggil adalah nomor kepala dari salah satu
kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan
penghargaan diberikan jika jawaban bwnar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan
memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan
ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Menurut Bobbi De Porter (2001) siswa akan belajar paling baik dalam lingkungan kerja
sama. Belajar yang menekankan kerja sama diantara sesama siswa dalam suatu
komunikasi belajar dapat lebih menyenangkan.
C. Fakto-faktor dalam menentukan metode pembelajaran
Menurut Anitah dkk (2007:5.6) bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan penggunaan strategi/metode belajar adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Pembelajaran atau Kompetensi Siswa
Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa merupakan faktor
utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Ada beberapa
tingkatan dalam tujuan pembelajaran, tujuan yang paling tinggi yaitu Tujuan
Pendidikan Nasional (TPN), kemudian dijabarkan pada Tujuan Satuan Pendidikan
(institusional), Tujuan Bidang Studi/Mata Pelajaran, dan Tujuan Pembelajaran
(Instruksional).
Tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar merupakan pernyataan yang diharapkan
dapat diketahui, disikapi dan atau dilakukan siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Rumusan tersebut sebagai dasar acuan dalam melakukan pembelajaran.
Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar harus berdasarkan pada tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai siswa. Tujuan institusional adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, misalnya SD, SMP, SMA,
SMK dan seterusnya. Tujuan bidang studi adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu
mata pelajaran atau suatu bidang studi, sedangkan tujuan pembelajaran yaitu tujuan
yang harus dicapai dalam suatu pokok bahasa.
2. Karakteristik Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode mengajar adalah
karakteristik bahan pelajaran. Ada beberapa aspek yang terdapat dalam materi
pelajaran, aspek tersebut terdiri dari :
a. Aspek konsep (concept), merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan
dengan pengertian, atribut, karakteristik, label atau ide dan gagasan sesuatu.
Artinya, guru akan memilih metode mana yang dianggap sesuai jika akan
mengajarkan tentang konsep, begitu juga dengan aspek yang lainnya.
b. Aspek fakta (fact), merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa yang lalu, data-data yang memiliki esensi objek dan waktu,
seperti nama dan tahun yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah.
c. Aspek prinsip (principle), merupakan substansi isi pelajaran yang berhubungan
dengan aturan, dalil, hukum, ketentuan, dan prosedur yang harus ditempuh. Aspek
apabila guru dan siswa akan menggunakan alat atau fasilitas maka guru bersangkutan
sebelum pembelajaran harus mempersiapkan terlebih dahulu. Media pesan lisan
(bahasa) harus dapat dipahami siswa sehingga siswa tidak menimbulkan verbalisme.
Pemberdayaan media maupun bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa.
D. Hubungan antara Metode dan Prinsip Pembelajaran
Dalam hal ini, jenis metode yang digunakan adalah metode Numbered Heads Together
(NHT). Berikut adalaha hubungan antara metode dan prinsip pembelajaran:
1. Prinsip perhatian dan motivasi
Perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, jika peserta didik
mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari maka peserta didik
dapat mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah
yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada maslaah yang harus
diselesaikan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Peserta didik yang
memiliki minat terhadap sesuatu di bidang studi tertentu akan cenderung tertarik
perhatiannya, dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Hubungan metode NHT dengan prinsip ini yaitu peserta didik akan termotivasi untuk
memusatkan perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru di kelas, karena
metode ini mengharuskan semua peserta didik untuk bersiap saat guru memberikan
masalah kemudian peserta didik bertugas untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Prinsip keaktifan
Banyak sekali peserta didik yang aktif dalam melakukan proses belajar,
keaktifan tersebut tidak hanya berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun
kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik misalnya membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya
membandingkan suatu konsep yang satu dengan yang lainnya, menyimpulkan hasil
percobaan dan lain sebagainya.
Dalam metode ini semua peserta didik dipandang sama artinya guru tidak
memilih peserta didik yang harus memecahkan masalah secara subjektif, melainkan
guru mengacak nomor dari masing-masing peserta didik sehingga siapapun bisa
memecahkan masalah yang diberikan, tidak hanya peserta didik yang biasanya aktif
di kelas namun peserta didik yang juga kurang aktif bisa mendapat kesempatan untuk
tampil.
3. Prinsip keterlibatan langsung / pengalaman
Pembelajaran harus diciptakan secara unik dan menarik sehingga peserta didik
dapat mengikuti proses belajarnya dan dapat melihat, serta mencobanya langsung
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau
tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga
setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa
di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu,
dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa
di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
F.
Gambar di atas adalah contoh silabus dan kompetensi yang akan dicapai oleh
peserta didik. Untuk mencapai kompetensi tersebut, guru menggunakan metode
Numbered Heads Together (NHT).
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di ruangruang kelas). Jakarta: Gramedia Widiaswara.
http://digilib.uinsby.ac.id/8516/3/Bab.%20II.pdf
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-08%20Metode%20dalam%20Proses
%20Pembelajaran%20-%20Kamsinah.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112001IHAT_HATIMAH/FAKTOR_PEMILIHAN_METODE_PEMBELAJARAN.pdf
http://akhmuhammadarifin.blogspot.co.id/2013/05/faktor-faktor-yang-perlu.html
http://zukizukazuku.blogspot.co.id/2013/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Ismail, (2002). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah LanjutanTingkat
Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas