Anda di halaman 1dari 6

Praktikum II: Pemeriksaan Fisik Lanjutan

A. Dasar Teori
Kesehatan hewan sangat penting karena nilai ekonominya setara dengan tabungan
pemiliknya, Untuk menjaga kesehatan hewan perlu dilakukan pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, klinis dan laboratorium. Namun terkadang dari hasil pemeriksaan secara
fisik maupun klinis tidak menunjukkan gejala penyakit yang membahayakan dan bisa
berdampak fatal sehingga dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosa
awal (Dharmawan, 2002).
Di Indonesia sendiri telah diperoleh tolak ukur kebugaran sederhana melalui
pengukuran yang mudah dilakukan seperti pemeriksaan fisik tubuh (termometri), frekwensi
nafas (pengamatan visual), dan frekwensi denyut jantung (palpasi dan telemetri).
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada saat hewan sedang istirahat sebelum-sewaktu-sesudah
mengadakan kerja fisik (pada yang berlari atau yang melakukan banyak gerakan)
(Sastradipradja dkk., 1999).
Triakoso (2009) mengatakan dalam melakukan diagnosis penyakit pada ternak
seringkali tidak cukup menggali informasi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik semata,
tetapi juga harus melakukan evaluasi terhadap lingkungan atau kawanan seperti kualitas
kandang, ventilasi, kondisi lantai, kebersihan, jumlah ternak yang dipelihara, kepadatan
populasi ternak, sumber air dan pakan, jumlah kawanan yang terserang penyakit a tau
menderita dan lain-lain, selain pemeriksaan pendukung yang lain (misal, pemeriksaan darah)
bila memang diperlukan.

B. Hasil dan Pembahasan


Hasil yang didapat pada praktikum pemeriksaan fisik lanjutan diperoleh dari sttus
praesen sapi, dengan data sebagai berikut.
1. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi gizi temperamen dan habitus
Gizi: sangat baik
Temperamen: jinak
Habitus: Kifosis (Tulang bagian vertebre sapi melengkung keatas)
2. Frekwensi nafas: 17 x/menit
Frekwnsi Pulsus: 44 x/ menit
Suhu Tubuh: 370C
3. Kulit dan Bulu: Normal
4. Selaput Lendir: Normal
5. Kelenjer limfe: Normal
6. Alat Pernapasan: Normal
7. Alat Perdaran darah: Normal
8. Alat Pencernaa: Normal
9. Alat Kelamin dan Perkencingan: Normal
10. Urat Saraf: Normal
11. Anggota Gerak: Normal
Pembahasan
Teknik /cara melakukan pemeriksaan fisik hewan saat praktikum meliputi:
1. Inspeksi. Adalah memeriksa dengan cara mengamati atau melihat.
2. Palpasi. Adalah memeriksa pasien dengan cara meraba untuk mengetahui adanya
benjolan-benjolan ataupun kebengkaan abnormal dari suatu organ (kelenjar lymfe) bisa juga
untuk memperkirakan suhu pasien.
3. Perkusi. Adalah pemeriksaan dengan memukul baik dengan jari maupun dengan alat
perkusi hummer. Ini dilakukan untuk mengetahui kepekaan /kenyaringan suara yang
dihasilkan dari hasil pukulan yang kita lakukan terhadap organ mengenai ketebalan ataupun
isi dari suatu organ yang kita maksud dalam pemeriksaan (ada perbedaan suara yang
ditimbulkan).

4. Auskultasi. Adalah memeriksa dengan alat pendengaran (stetoskop) untuk mendengarkan


normal atau tidaknya suara yang ada yang ditimbulkan oleh aktifitas fisiologis organ (suara
nafas, detak jantung, peristaltik usus, gerak rumen, dll).
Tabel. 1 Frekuensi pulsus normal beberapa spesies hewan.

5.Membau. adalah memeriksa dengan membau /penciuman. Bau adalah merupakan hal
penting dalam pemeriksaan karena ada beberapa penyakit yang dapat diketahui dari baunya
yang khas seperti distemper ataupun parvo. Ada pula beberapa penyakit lain karena baunya,
seperti: otitis ekstera, nekrose mulut, karies gigi, radang saluran pernafasan dll.
Pemeriksaan Status Praesen
Pemeriksaan Status Praesen adalah pemeriksaan fisik dengan ruang lingkup
pemeriksaan terhadap keadaan umum hewan: Sikap Berdiri, Turgor Kulit, Selaput Lendir
Mata, Cermin Hidung, Kondisi Bulu dan Kulit, Suhu Tubuh berapa derajat celcius, Frekuensi
Nafas setiap menit, Frekuensi Pulsus setiap menit dan jumlah Gerak Rumen setiap 5 menit.

Tabel. 2 Suhu Tubuh Normal Hewan Sehat

Suhu Rata-rata 0C

Kisaran 0C

Sapi

38,6

38,0 39,3

Domba

39,1

38,3 39,9

Kambing

39,9

38,7 40,7

Babi

39,2

38,9 39,8

Nama Hewan

Dilihat dari hasil pemerikasaan fisik di teaching farm bahwa staus praesen pada sapi
cukup baik dan normal hanya ditemukan satu kelainan pada habitus yaitu sapi sedikit
mengalami kifosis (tulang vertenre sedikit melengkung ke atas)

Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Klinis adalah pemeriksaan fisik dengan ruang lingkup pemeriksaan
terhadap keadaan khusus hewan (kelainan organ) meliputi: Selaput Lendir (hidung, mulut,
dll), Alat Gerak, Saluran Pernafasan, Saluran Pencernaan, Saluran Genital /Perkencingan.
Ditinjau dari hasil didapat diperoleh kesimpulan bahwa sapi dalam kondisi sehat dan
normal, tanpa terlihat gejala klinis yang mengharuskan melakukan pemeriksaan laboratorium.
Tetapi kearutan kesehatan sapi sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium agar
mengetahui status kesehatan sapi dengan akurat secara internal.
Teknik pengambilan darah Sapi
Pengambilan darah (venesectio) merupakan salah satu hal yang terpenting dari
kegiatan peternakan. Tujuan pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar
suatu zat yang terkandung dalam darah ternak tersebut.
Pada dasarnya tekhnik pengambilan sampel darah pada berbagai jenis ternak hampir
sama. Perbedaan yang mendasar hanya pada tempat pengambilan sampel darah dan ukuran
jarum yang digunakan. Namun pada prosedur dan tehniknya hampir sama.

Pada praktikum pengambilan darah prosedur yang kami lakukan


yaitu mengambil darah pada V. Jugularis, pembuluh darah ini terletak pada
bagian ventrolateral leher. Tempat ini biasanya dilakukan pada hewan sapi, kuda, domba,
kambing dan babi dan juga beberapa pada hewan kecil, unggas dan reptil.
Alat suntik diposisikan secara tepat ketika pengambilan sampel darah. Bagian jarum
yang runcing berada di bawah (posisi jarum menengadah ke atas) sehingga fungsinya
berjalan dengan baik yaitu untuk menngambil darah supaya terhisap oleh tabung hisap. Selain
itu, ujung jarum usahakan masuk atau tertutupi sehingga darah akan mudah masuk pada
jarum tersebut. Alat suntik tersebut di suntikkan berlawanan arah dengan pembuluh darah dan
di masukkan dengan lurus tidak keluar dari pembuluh darah.

Pada saat jarum suntik telah masuk ke dalam pembuluh darah ternak, di usahakan
jangan menggerakan alat suntik karena bisa merobek pembuluh darah pada ternak dan dapat
mengakibatkan pembengkakan pada bagian tersebut akibat pembuluh darahnya pecah.
Apabila itu terjadi, maka dapat membahayakan ternak dan kesehatan ternak akan terganggu
akibat rasa sakit yang ditimbulkan dari daerah yang membengkak tersebut. Terdapat dua
metode untuk mengambil sampel darah pada ternak yaitu dengan menggunakan vacuum tube
dan dengan menggunakan suntikan.

Tabell. 3 Daftar Kondisi Fisik Hewan Sehat


Spesies

Frekuensi

Frekuensi

Sapi
Kuda

Nafas/menit
20-42
14-48

pulsus/menit
54-84
36-48

Suhu (0C)
37,6-39,2
37,0-39,5

Frekuensi gerak
rumen/ 5 menit
5-10

Kerbau
Domba
Kambing
Babi
Anjing
Kucing
Ayam
Itik

24-29
26-32
26-54
30-54
24-42
26-48
18-78
18-72

64-80
63-90
70-104
72-104
76-148
92-150
150-200
126-200

37,6-39,0
38,0-40,0
39,0-39,9
37,4-38,4
37,8-39,5
37,6-39,4
40,3-43,0
40,0-42,4

5-8
5-10
5-10

Daftar Pustaka
Dharmawan, N.S, 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, hematologi Klinik. Universitas
Udayana Denpasar.
Sastradipradja, D. I Ketut. S, dan I Gede. M. 1999. Fisiologi Kerja Pada Hewan Olahraga.
Media Veteriner 6(1): 23-29
Triakoso, N. 2009. Aspek Klinik dan Penularan pada Pengendalian Penyakit Ternak.
Departemen Klinik Veteriner Universita Airlangga

Anda mungkin juga menyukai