Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Laut merupakan bagian dari kehidupan karena laut adalah sesuatu yang menjadi salah satu
sumber mata pencaharian sebahagian dari manusia yang di dalamnya banyak terdapat
potensi-potensi yang bisa dijadikan sebagai nilai ekonomi. Seiring dengan perjalanan waktu,
mulai dari abad SM sampai sekarang banyak hal yang dialami manusia yang merupakan
bagian dari pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup itulah yang menjadi sebuah pelajaran
dan penelitian dari waktu kewaktu yang sekarang kita kenal dengan istilah ilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang dipercaya pada masa sekarang bahwa ilmu itu berasal dari dua sumber
yaitu dari pengalaman hidup manusia itu sendiri dan dari wahyu sebagai kepercayaan bagi
makluk yang beragama. Sebagai contoh, dalam agama islam jauh sebelum abad sekarang Alquran telah diturunkan kepada umat nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai pedoman
dalam kehidupan selama hidup di dunia.
Mengenai ilmu yang berasal dari wahyu kita bisa melihat salah satu dari ayat Al-quran yang
menjelaskan mengenai suatu potensi yang bisa di manfaatkan oleh manusia dari laut yaitu
terdapat dalam (Q.S Al -maaidah.5;96)
@m& N3s9 | st79$# mB$ysur $YtFtB N39 ou$=9ur (
96. Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai
makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.
Dalam ayat diatas jelas bahwa dalam lautan itu terdapat sumber makanan bagi
kehidupan manusia. Sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan, wajib kita syukuri
bahwa tuhan telah memberikan dunia sebagai fasilitas bagi kehidupan kita, oleh sebab itu
tugas kita sebagai manusia adalah menjaga dan selalu melakukan upaya konservasi terhadap
lingkungan agar satu sama lain selalu memberi dari berbagai sisi. Karena alam merupakan
lingkungan yang harus di jaga maka kita harus melakukan perbaikan terhadap alam tersebut
salah satunya dengan cara mengamati dan mengambil pelajaran dari fenomena yang ada.
Di laut banyak halyang bisa kita peroleh, dari segi perikanan sebagai bagian dari biota
laut maka kita harus mengetahui bagaimana sirkulasi yang terjadi dalam laut. Apa dan
bagaimana biota itu tetap bertahan, maka kita harus mengamati pergerakan dari
kehidupannya. Dengan begitu kita akan mengetahui bagaimana cara untuk tetap selalu
menjaga kelestariannya. Salah satu caranya adalah kita mempelajari kaitan dan hubungan
yang terdapat dalam kehidupan biota laut itu sendiri. Agar lebih mendalam maka kita akan
membahasnya satu persatu terhadap apa yang berpengaruh terhadap lingkungannya,
khususnya adalah Pengaruh Upwelling dan Sinking Terhadap Biota Laut.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mempelajari dan memahami sirkulasi massa air
di lautan. Bagaimana proses terjadinya dan apa yang menjadi faktor yang berpengaruh dalam
sirkulai massa air dan hubungannya dengan upwelling dan downwelling.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ARUS LAUT
Ada 2 (dua) gaya yang berperan dalam arus yaitu: gaya-gaya primer
dan gaya-gaya sekunder. Gaya primer berperan dalam menggerakkan
arus dan menentukan kecepatannya. Gaya primer ini antara lain adalah:
stress angin, ekspansi termal dan kontraksi dari air (akibat pemanasan
dan pendinginan), serta perbedaan densitas di antara lapisan-lapisan air.
Stress angin yang bekerja di permukaan laut akan mendorong air di
permukaan membentuk arus permukaan. Pola arus permukaan mengikuti
pola
angin
permukaan.
Ekspansi dan kontraksi air terjadi di daerah tropis dan lintang menengah
dan tinggi. Pemanasan yang jauh lebih besar di daerah tropis akan
membuat massa air di daerah tropis mengalami ekspansi termal.
Akibatnya permukaan air naik, sementara di lintang menengah dan tinggi
efek pendinginan membuat massa air berkontraksi (densitasnya
membesar), akibatnya permukaan air menjadi turun. Proses ekspansi
termal dari kontraksi air diantara daerah tropis dan lintang menengah dan
tinggi akan menyebabkan slope muka air yang menurun ke arah lintang
tinggi. Perbedaan tinggi muka air di daerah tropis 8 cm lebih tinggi dari
pada muka air di lintang tinggi. Adanya slope muka air di antara daerah
tropis dan lintang tinggi menyebabkan timbulnya arus yang bergerak dari
daerah tropis kelintang tinggi.
2.2 Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam
ke lapisan permukaan. Angin yang mendorong lapisan air permukaan
mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal
dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Gerakan naik
ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zatzat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Upwelling merupakan
Fenomena yang biasa terjadi di suatu wilayah perairan yang salah
satunya ada di lautan atau samudra dan dipengaruhi oleh wind-driven
motion (angin bergerak) yang kuat, dingin yang biasanya membawa
massa air yang kaya akan nutrien ke arah permukaan laut. Selain itu
upwelling juga dapat diartikan sebagai fenomena naiknya massa air laut.
Gerakan naiknya massa air ini juga diakibatnya karena adanya stratifikasi
seperti lapisan yang memiliki perbedaan densitas pada setiap lapisannya
karena dengan bertambahnya kedalaman perairan maka suhunya akan
semakin turun dan densitas meningkat hal ini menimbulkan energi untuk
menggerakkan massa air secara vertikal.

2.2.1 Penyebab Downwelling Dan Upwelling


Upwelling adalah pergerakan vertikal air dingin, dalam, kaya nutrisi
ke permukaan; downwelling adalah gerakan vertikal air permukaan ke
bagian lebih dalam dari laut. Kerekan upwelling air dingin ke permukaan.
Air dingin ini, kaya nutrisi, menciptakan produktivitas yang tinggi
(kelimpahan alga mikroskopis), yang menetapkan dasar dari web
makanan dan, pada gilirannya, mendukung nomor luar biasa dari
kehidupan laut yang lebih besar seperti ikan dan paus.

Divergen Air Permukaan

Divergence saat ini terjadi ketika air permukaan pindah dari suatu daerah
di permukaan laut, seperti di sepanjang khatulistiwa Current Equatorial
Selatan menempati daerah sepanjang ekuator geografis sedangkan
khatulistiwa meteorologi biasanya terjadi beberapa derajat lintang ke
utara. Sebagai pukulan angin perdagangan Tenggara di wilayah ini, Ekman
transportasi menyebabkan permukaan air laut sebelah utara ekuator
membelok ke kiri (selatan) Hasil bersih adalah perbedaan dari arus
permukaan sepanjang ekuator geografis, yang menyebabkan upwelling air
dingin, nutrisi kaya.. Karena jenis upwelling adalah umum di sepanjang
khatulistiwa, khususnya di Pasifik-itu disebut upwelling khatulistiwa dan
menciptakan daerah produktivitas tinggi yang beberapa arounds nelayan
paling produktif dunia.

GAMBAR 7.10 upwelling.As Khatulistiwa angin perdagangan tenggara


melewati khatulistiwa geografis untuk khatulistiwa meteorologi, mereka
menyebabkan air dalam Khatulistiwa Selatan Sekarang: utara khatulistiwa
membelok ke kanan (utara) dan air selatan khatulistiwa untuk membelok
ke kiri (selatan) Jadi,. divergen air permukaan yang menyebabkan
upwelling khatulistiwa.

konvergen permukaan air

Konvergensi saat
ini terjadi
ketika permukaan
air bergerak
menuju kesemua tempat. Di utara Samudera Atlantik,misalnya, Gulf
Stream, Arus
abrador,dan Greenland timur sekarang
semua
datang bersama-sama
dalam
arus vicinity.Arus yang
sama bertemu, tumpukan air dan telah tidak ada tempat untuk pergi
tetapi downward.

2.2.2 Proses Terjadinya Upwelling


Angin menyebabkan pergerakan arus secara vertikal disamping arus
permukaan secara horisontal. Untuk memahami pergerakan air secara
vertikal tersebut, kita harus tinjau Spiral Ekman. Transport netto lapisan
permukaan (dikenal dengan Transport Ekman) adalah 900 ke arah kanan
di belahan bumi utara. Normalnya, air permukaan menanggapi gaya
tersebut dengan bergerak seperti suatu irisan.
Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan
kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari
kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan
oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu
air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung
larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung
banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan
di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Rendahnya temperatur permukaan laut menyebabkan hilangnya panas
dan mengubah iklim local. Air bawah permukaan yang dibawa ke
permukaan dari kedalaman 100-200 meter kaya akan nutrien, yang
mendukung pertumbuhan. Daerah upwelling ini mendukung pertumbuhan
organisme laut yang menyediakan sekitar setengah perikanan dunia.
2.2.3 Tipe Tipe Upwelling
Setidaknya ada lima tipe upwelling yaitu coastal upwelling, largescale wind-driven upwelling in the ocean interior, upwelling associated
with eddies, topographically-associated upwelling, and broad-diffusive
upwelling in the ocean interior.
1. Coastal Upwelling

Coastal upwelling adalah tipe yang paling banyak memiliki


hubungan dengan aktivitas manusia dan memberikan banyak pengaruh
terhadapa produktivitas perikanan di dunia, seperti ikan pelagis kecil
(sardines, anchovies, dll.). Laut dalam kaya akan nutrien termasuk nitrate
and phosphate, yang merupakan hasil dari dekomposisi materi organik
(dead/detrital plankton) dari permukaan laut. Ketika sampai ke
permukaan, nutrien tersebut digunakan oleh fitoplankton, beserta CO2
terlarut dan dan energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan
organik melalui proses fotosintesis. Daerah Upwelling memiliki
produktivitas yang tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Hal ini
berkaitan dengan rantai makanan, karena fitoplankton berada pada level
dasar pada rantai makanan di laut. Daearah dari upwelling antara lain
pantai Peru, Chile, Laut arab, western South Africa, eastern New Zealand,
southeastern Brazil dan pantai California. Adapun rantai makanan di laut
adalah sebagai berikut : Phytoplankton -> Zooplankton -> Predatory
zooplankton -> Filter feeders -> Predatory fish Karena ini menjadi sebuah
rantai makanan, ini berarti bahwa setiap spesies adalah spesies kunci
dalam zona upwelling. Bagian kunci dari oseanografi fisika yang
menimbulkan coastal upwelling adalah efek Coriolis yang didorong oleh
wind-driven yang derung diarahkan ke sebelah kanan di belahan bumi
utara dan ke arah kiri di belahan bumi selatan.

2. Equatorial Upwelling
Fenomena yang sama terjadi di ekuator. Apapun lokasinya ini
merupakan hasil dari divergensi, massa air yang nutrien terangkat dari
lapisan bawah dan hasilnya ditandai oleh fakta bahwa pada daerah
ekuator di pasifik memiliki konsentrasi fitoplankton yang tinggi. Southern
Ocean Upwelling. Upwelling dalam skala besar juga terjadi di Southern
Ocean. Di sana, dipengaruhi angin yang kuat dari barat dan timur yang
bertiup mengelilingi Antarctika, yang mengakibatkan perubahan yang
signifikan terhadap aliran massa air yang menuju ke utara. Sebenarnya
tipe ini masih termasuk ke dalam coastal upwelling. Ketika tidak ada
daratan antara Amerika Selatan dengan Semenanjung Antartika,
sejummah massa air terangkat dari lapisan dalam. Dalam banyak
pengamatan dan sintesis model numerik, upwelling samudra bagian
Selatan merupakan sarana utama untuk mengaduk material lapisan
dalam ke permukaan.Beberapa model sirkulasi laut menunjukkan bahwa
dalam skala luas upwelling terjadi di daerah tropis, karena didorong
tekanan air mengalir berkumpul ke arah lintang rendah dimana terdifusi
dengan lapisan hangat dari permukaan.
3. Tropical cyclone upwelling

Upwelling juga bisa disebabkan oleh tropical cyclone yang melanda


suatu wilayah laut, biasanya apabila bertiup dengan kecepatannya kurang
dari 5 mph (8 km/h). Artificial Upwelling. Upwelling tipe jenis ini dihasilkan
oleh perangkat yang menggunakan energi gelombang laut atau konversi
energi panas laut untuk memompa air ke permukaan. Perangkat seperti
telah dilakukan untuk memproduksi plankton.
4. Non-oceanic upwelling
Upwelling juga terjadi di lingkungan lainnya, seperti danau, magma
dalam mantel bumi. Biasanya akibat dari konveksi.
2.2.4 Dampak Upwelling
Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter
yang dapat dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling
di suatu perairan (Birowo dan Arief, 1983). Dalam proses upwelling ini
terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara
dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kadar zat hara tersebut
merangsang perkembangan fitoplankton di permukaan. Karena
perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat
kesuburan perairan, maka proses air naik selalu dihubungkan dengan
meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti
dengan meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut.
Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya
fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan dapt digunakan sebagai
petunjuk produktivitas perairan. Berdasarkan penelitian Nontji (1974)
dalam Presetiahadi, (1994) nilai rata-rata kandungan klorofil di perairan
Indonesia sebesar 0,19 mg/m3, nilai rata-rata pada saat berlangsung
musim timur (0,24 mg/m3) menunjukkan nilai yang lebih besar daripada
musim barat (0,16 mg/m3). Daerah-daerah denga nilai klorofil tinggi
mempunyai hubungan erat dengan adanya proses penaikan massa air /
upwelling (Laut Banda, Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa), proses
pengadukan dan pengaruh sungai-sungai (Laut Jawa, Selat Malaka dan
Laut Cina Selatan).
2.2.5 Terjadinya arus upwellling

Karena posisi edar matahari di ekuator, menjadikan temperatur


permukaan bumi di lautan menjadi hangat. Air yang hangat ini
bergerak ke arah dimana temperaturnya lebih rendah yaitu di
bagian dalam lalu menyebar pergerakannya ke bagian permukaan
air dibelahan terjauh dari ekuator (equatorial upwelling).

Pertemuan atau lebih arus di permukaan yang saling bertentangan


arah. Kala pertemuan arus permukaan air itu saling bertemu, maka
mau tak mau arus air dari permukaan akan bergerak ke bawah
(downwelling).
Gerak angin yang terjadi di pesisir pantai bisa menyebabkan
terjadinya upwelling dan downwelling atau mempercepat akselerasi
perputaran siklus dari kedua fenomena itu (coastal upwelling and
coastal downwelling) apalagi jika distimulasi oleh pengaruh celestial
seperti daya gravitasi bulan dan gerak rotasi bumi yang berlawanan
maupun sebaliknya.
Kontur permukaan dasar laut juga bisa menjadi penyebab terjadinya
kedua fenomena itu, seperti terdapatnya dasar laut yang sangat
curam dan menyempit dimana arus gerak air semakin cepat
akselerasinya.

Gerak arus air bisa memberikan keuntungan maupun kerugian. Arus


siklus upwelling maupun downwelling yang terlalu ekstrim justru bisa
merugikan kelangsungan hidup suatu habitat ekosistem. Namun lewat
perkembangan teknologi maritim, siklus downwelling dan upwelling justru
bisa dimanfaatkan sebagai faktor pembangkit turbin bagi tenaga potensial
air yang digerakkan oleh kekuatan arus serta perbedaan temperatur yang
ekstrim.
2.2.6 Upwelling di Indonesia
Fenomena upwelling yang terjadi di Indonesia anatara lain
disebabkan oleh keadaan kontur dasar perairan laut Indonesia yang
sangat beragam hal ini dipengaruhi karena adanya banyak pulau,
penyempitan atau pelebaran selat dan juga banyak terdapatnya sill
(dataran lembah yang mencuat) di mulut cekungan laut. Persebaran
upwelling di Indonesia bagian timur seperti laut Banda, laut Arafura dan
laut Maluku. Hal ini terjadin karena pada musim timur, massa air di
lapisan atas perairan tersebut terdorong oleh angin timur sampai ke laut
Jawa, laut Natuna dan laut Cina selatan. Kekosongan air dilapisan inilah
yang diisi oleh massa air dari babwah yang kaya nutrien. Pada saat
terjadi upwelling, salinitas permukaan mencapai 34%0 dan temperatur
berkisar antara 26,4oC-27,8oC, kadar plankton dan unsur-unsur fosfat,
nitrat dan silikat naik dengan mencolok, sehingga tingkat produktivitas
tinggi. Sebaliknya pada downwelling terjadi penenggelaman air
permukaan sehingga menyebabkan produktivitas menurun.

Dampak positif upwelling yang terjadi di perairan selatan Jawa-Bali pada bula
agustus terjadi fenomena upwelling fitoplanktonnya sangat subur tetapi pada bulan febbruari
terjadi penurunan rendah.
Dua akibat utama yang patut diperhatikan pada fenomena upwelling :
1.
Upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang
mendukung pertumbuhan algae dan bloomng fitoplankton.
2.
Pada pergerakan hewan, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat asli,
sehingga mengurangi harapan hidupnya.
Hubungan upwelling pada budidaya perairan sistem KJA di danau/waduk
Berbeda dengan di perairan terbuka seperti lautan, upwelling memberikan dampak negatif
pada perairan danau, waduk dan tambak karena dapat mematikan kultivan yang ada di
dalamnya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya biota yang dibudidayakan di KJA
sehingga terjadi residu penumpukan sisa pakan buatan/pelet. Selain itu hasil metabolisme
dari kultivan seperti urine dan feses. Terakumulasinya bahan-bahan organik terrsebut
menyebabkan turunnya kadar oksigen dan meningkatnya kadar NH3, NO2 dan H2S yang
pada konsentrasi tertentu dapat mematikan ikan. Kotoran ikan dapat menimbulkan deposisi
yang meningkat di dasar perairan, selanjutnya mengakibatkan penurunan kadar oksigen di
bagian dasar. Sedangkan Upwelling sendiri adalah proses naiknya air di dasar danau/waduk
karena suhu air di permukaan lebih dingin daripada suhu di bawahnya. Fenomena upwelling
merupakan gejala alam yang terjadi secara rutin, khususnya di awal musim penghujan saat
cuaca mendung dimana intensitas cahaya matahri sangat rendah sehingga menyebabkan
rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen (O2) dalam air. Pada kondisi
hujan terus-menerus, suhu permukaan air rendah sehingga massa air di dasar danau/waduk
lebih hangat yang berakibat massa air (baik berupa padatan maupun gas) di bawah itu naik ke

atas yang membawa senyawa toksik (NH3 dan H2S) sehingga ikan-ikan sulit bernafas karena
konsentrasi oksigennya minim yang mengakibatkan kematian massal ikan. Fenomena ini
biasanya ditandai dengan mulai mabuk atau mengambangnya ikan di permukaan air, bahkan
lebih parah lagi matinya ikan yang hidup di dasar perairan.
Usaha untuk menanggulangi dampak upwelling yang sangat merugikan ini salah
satunya dengan cara adanya penataan ruang perairan, pengaturan jumlah unit KJA yang
beroperasi, teknik budidaya dan konstruksi KJA serta cara pemberian pakan akan sangat
menentukan kelestarian lingkungan perairan.

10

BAB III
ISI
3.1 Upwelling dan Pengaruhnya Terhadap Biota Laut
Sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa upwelling itu merupakan
arus laut yang terjadi sebagai akibat dari tiupan angin yang sejajar
dengan garis pantai sehingga membuat pergerakan arus atau
mengangkut masa air dari dasar ke permukaan.

Gambar b.1(proses upwelling)[1]

Dari gambar diatas terlihat bahwa proses terjadinya upwelling


sebagai akibat dari pergerakan angin yang sejajar dengan garis pantai
sehingga mempengaruhi keadaan arus permukaan, dimana arus
permukaan didorong ketengah laut yang mengakibatkat arus bawah atau
dasar bergerak menuju garis pantai sehingga seolah-olah arus bawah naik
ke permukaan dan setelah mencapa garis pantai berubah menjadi arus
permukaan dan menuju ke tengah laut.
Perlu diketahui bahwa upwelling terjadi sebagai akibat dari
pergerakan angin. Biasanya angin yang bergerak menuju atau sejajar
dengan garis pantai adalah angin yang berhembus akibat dari pergerakan
angin musiman sebagai pengaruh oleh rotasi bumi (putaran bumi pada
porosnya). Dan pergerakan angin yang akan mempengaruhi terjadinya
upwelling adalah angin yang berhembus dari bumi belahan selatan yang
sejajar dengan garis pantai dan menuju garis equator. Peruses Fenomena
upwelling ini terjadi seperti pada gambar b.1 diatas, dimana arah arus
laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia
Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara
musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak
dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari
arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores.
Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.

11

Upwelling adalah fenomena oseanografi yang melibatkan winddriven motion yang kuat, dingin dan biasanya membawa massa air yang
kaya akan nutrien ke arah permukaan laut. Upwelling adalah fenoma atau
kejadian yang berkaitan dengan gerakan naiknya massa air laut. Gerakan
vertikal ini adalah bagian integrasi dari sirkulasi laut tetapi ribuan sampai
jutaan kali lebih kecil dari arus horizontal. Gerakan vertikal ini terjadi
akibat adanya stratifikasi densitas air laut karena dengan penambahan
kedalaman mengakibatkan suhu menurun dan densitas meningkat yang
menimbulkan energi untuk menggerakkan massa air secara vertikal. Laut
juga terstratifikasi oleh faktor lain, seperti kandungan nutrien yang
semakin meningkat seiring pertambahan kedalaman. Dengan demikian
adanya gerakan massa air vertikal akan menimbulkan efek yang signifikan
terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu.
Setelah kita memahami bahwa upwelling itu akan mempengaruhi
pergerakan arus bawah menuju tepi pesisir dan menjadi arus permukaan
otomatis keadaan ini akan mempengaruhi keadaan dan kondisi pada biota
laut itu sendiri. Pada proses upwelling, suatu proses massa air akan
didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin
yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di
bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan
kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman
lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan
oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu
air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung
larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung
banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan
di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan.
Artinya adalah fenomena upwelling ini akan mempengaruhi rantai
makanan biota laut. Lihat gambar .2

Gambar 2 (pengaruh upwelling pada biota laut)[2]

12

Dari gambar diatas dapat diamati bahwa salah satu tipe upwelling
yaitu Coastal upwelling adalah tipe yang paling banyak memiliki
hubungan dengan aktivitas manusia dan memberikan banyak pengaruh
terhadapa produktivitas perikanan di dunia, seperti ikan pelagis kecil
(sardines, anchovies, dll). Laut dalam kaya akan nutrien termasuk nitrate
and phosphate, yang merupakan hasil dari dekomposisi materi organik
(dead/detrital plankton) dari permukaan laut. Ketika nutrien sampai ke
permukaan, nutrien tersebut digunakan oleh fitoplankton, beserta CO2
terlarut dan dan energi cahaya matahari untuk menghasilkan bahan
organik melalui proses fotosintesis. Daerah Upwelling memiliki
produktivitas yang tinggi dibanding dengan wilayah lainnya. Hal ini
berkaitan dengan rantai makanan, karena fitoplankton berada pada level
dasar pada rantai makanan di laut. Adapun rantai makanan di laut adalah
sebagai berikut : Phytoplankton->Zooplankton -> Predatory zooplankton
-> Filter feeders -> Predatory fish.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa upwelling sangat
berpengaruh terhadap biota laut karena zona upwelling merupakan kunci
sebuah rantai makanan, ini berarti bahwa setiap spesies adalah spesies
kunci dalam zona upwelling. Bagian kunci dari oseanografi fisika yang
menimbulkan coastal upwelling adalah efek Coriolis yang didorong oleh
wind-driven yang cenderung diarahkan ke sebelah kanan di belahan bumi
utara dan ke arah kiri di belahan bumi selatan. Adapun beberapa Negara
yang terdapat zona upwelling adalah pantai Peru, Chile, Laut arab,
western South Africa, eastern New Zealand, southeastern Brazil dan
pantai California.

3.2 Sinking atau Downwelling dan Pengaruhnya Terhadap Biota


Laut
Fenomena sinking atau downwelling merupakan kebalikan dari
fenomena upwelling, karena proses terjadinya sinking adalah sebagai
akibat dari hembusan angin dari belahan bumi utara menuju selatan yang
searah dengan garis pantai sehingga hembusan angin tersebut
mengakibatkan arus luar mengarah kedaratan dan permukaan arus
daratan akan mengalir atau masuk ke bawah ketika arus yang
dihembuskan oleh angin dari utara mencapai garis pesisir. Fenomena ini
bisa dilihat pada gambar b.3

13

Gambar b.3 (proses Sinking/Downwelling)[3]


Dari gambar diatas telah kita ketahui bahwa sinking merupakan
kebalikan dari upwelling yang dipengaruhi oleh hembusan angin belahan
utara menuju selatan. Itu artinya pada wilayah sinking sangat sedikit
ditemui kehidupan biota laut karena arus permukaan akan berbalik
menjadi arus dalam dan menuju pada zona abisal. Artinya adalah
phytoplankton yang menjadi kunci rantai makanan biota laut dibawa
menuju zona bathial sehingga memutuskan keadaan rantai makanan
biota laut itu sendiri.
Kesimpulannya adalah fenomena sinking adalah fenomena yang
terjadi akibat hembusan angin dari utara menuju selatan yang
mengakibatkan arus permukaan masuk atau menuju ke dalam laut
sehingga akan mempengaruhi penurunan biota pada laut itu sendri.

14

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari yang telah pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan :

Arus laut adalah massa air yang mengalir dari satu tempat ke tempat lain dan dapat dibagi
menjadi arus permukaan yang digerakkan angin arus kepadatan yang mendalam yang
didorong. Arus dapat diukur secara langsung atau tidak langsung
Arus permukaan dan di atas terjadi dalam pycnocline tersebut. Mereka terdiri dari
lingkaran-bergerak loop dari gyres air yang disebut, yang digerakkan oleh sabuk angin
utama dunia. Mereka dimodifikasi oleh posisi benua, efek Coriolis, dan faktor lainnya.
Ada lima gyres subtropis utama di dunia, yang berputar searah jarum jam di belahan bumi
utara dan berlawanan di belahan bumi selatan. Air didorong ke arah pusat gyres,
membentuk rendah "bukit" dari air.

Spiral Ekman pengaruh air permukaan dangkal dan disebabkan oleh angin dan efek
Coriolis. Aliran air bersih rata-rata terpengaruh oleh spiral Ekman menyebabkan air
bergerak pada sudut 90 derajat ke arah angin. Di tengah-tengah pilin, efek Coriolis
mengalihkan air sehingga cenderung untuk pindah ke bukit, sedangkan gravitasi bergerak
air menuruni bukit. Ketika gravitasi dan keseimbangan efek Coriolis, arus geostrophic
mengalir sejajar dengan kontur bukit didirikan.

Sirkulasi di samudera Pasifik terdiri dari dua gyres subtropis: Pasifik Utara Gyre
Subtropis dan Subtropis Pasifik Selatan Gyre, yang dipisahkan oleh arus berlawanan yang
mana berkembang dengan baik di perairan khatulistiwa.
Samudera Hindia terdiri dari satu Gyre yaitu Gyre Samudera Hindia Subtropis,yang
berpengaruh terutama di belahan bumi selatan. Sistem Angin muson, mempunyai
pengaruh dalam mengubah arah angin untuk mendominasi sirkulasi di Samudera Hindia.
Musim hujan bertiup dari timur laut di musim dingin dan dari barat daya di musim panas.

15

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E., 1979. Water Quality In Warm Fish Pond. Auburn University. Agriculture Exp. Auburn.
Dahuri R., 1998. Pembangunan Kawasan Pesisir dan Lautan, Tinjauan Aspek Ekologis dan
Ekonomi. Makalah pada Diskusi Agama dan Lingkungan, Kantor Menteri Lingkungan
Hidup. Jakarta.
Fauzi, A., dan Anna, Suzy., 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis
Kebijakan. Penerbit PT. Gramdeia Pustaka Utama. Jakarta. Tahun 2005
Haryanti, 2006. Hubungan kelimpahan plankton terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil di
Perairan Kabupaten Selayar. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Pasengo, Y.L., 1995. Studi Dampak Limbah Pabrik Polywood Terhadap Kelimpahan dan
Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Dangkang Desa Barowa Kecamatan Bua Kab.
Luwu. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Simbolon, D.F. dan Tadjuddah. T., 2008. Pendugaan Front dan upwelling melalui Interpretasi Citra
suhu permukaan laut dan Clorofil-a di Perairan Wakatobi Sulewesi Tenggara. Bulletin PSP.
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Diterbitkan atas kerjasama
Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT) dan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB Volume XVII.No.3
Hal.297-384. Desember 2008.

Anda mungkin juga menyukai