Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI BUAH KEBEN (Barringtonia asiatica) DENGAN METODE MASERASI

Ynry Ani Simanungkalit 230210130038


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat 45363
ynryanism@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari Praktikum Pembuatan Ektrak Bahan Hayati adalah
mampu mengetahui dan melaksanakan pembuatan ektrak bahan hayati
dengan menggunakan prinsip metode maserasi, yaitu perendaman
simplisia menggunakan pelarut yang selanjutnya pemisahan pelarut dan
senyawa menggunakan rotary evaporator dengan menggunakan prinsip
memisahkan pelarut pada titik didihnya. Pada praktikum kali ini sampel
yang digunakan adalah buah Keben (Barringtonia asiatica) yang
merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia, namun
pemanfaatan buah Keben belum banyak dimaksimalkan. Metode ekstraksi
adalah salah satu cara untuk melihat senyawa aktif yang dapat
dimanfaatkan pada buah Keben yang digunakan sebagai sampel kali ini.
Terdapat dua metode maserasi yaitu maserasi tunggal dan maserasi
bertingkat dengan beda perlakuan adalah waktu yang digunakan 1x24
jam dan 2x24 jam. Dengan menggunakan pelarut metanol, n-heksan, dan
etil asetat. Hasil metode tunggal dengan perlakuan 2x24 jam dengan
perbandingan 1:5 filtrat yang didapat sebanyak 77 ml.
Kata Kunci : Maserasi, ekstraksi, Barringtonia asiatica, metanol,
ABSTRACT
The goal of Practical Preparation of Biological Materials extract is
able to know and carry out the manufacture of extracts of biological
material by using the principle of maceration method, which uses solvent
immersion simplicia solvent and subsequent separation of compounds
using a rotary evaporator using the principle of separating the solvent at
its boiling point. At this time the lab sample is Keben fruit (Barringtonia
asiatica) which is a plant that grows in Indonesia, however utilization
Keben fruit has not been maximized. Extraction method is one way to look
at the active compounds which can be used in fruit Keben used as
samples this time. There are two methods, namely maceration
maceration and maceration single storey with a time difference of
treatment is used 1x24 and 2x24-hour clock. By using methanol, nhexane, and ethyl acetate. A single method of treatment results with
2x24 hours with a ratio of 1: 5 filtrate obtained by 77 ml.
Keywords: maceration, extraction, Barringtonia asiatica, methanol,

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara dengan kekayaan hayati terbesar
yang memiliki lebih dari 30.000 spesies
tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini
tercatat 7000 spesies tanaman telah
diketahui khasiatnya namun kurang dari
300 tanaman yang digunakan sebagai
bahan baku industri farmasi secara reguler.
WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa
68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional
yang mayoritas melibatkan tumbuhan
untuk menyembuhkan penyakit dan lebih
dari 80% penduduk dunia menggunakan
obat herbal untuk mendukung kesehatan
mereka.
Keben atau Barringtonia asiatica
yang merupakan tumbuhan yang banyak
tumbuh di Indonesia, namun pemanfaatan
buah
Keben
belum
banyak
dimaksimalkan.. Salah satu metode yang
digunakan
untuk
penemuan
obat
tradisional adalah metode ekstraksi.
Pemilihan metode ekstraksi tergantung
pada sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi.
Metode ekstraksi ialah merupakan
proses pemisahan suatu zat dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berbeda dari
komponen-komponen tersebut. Ekstraksi
biasa digunakan untuk memisahkan dua
zat berdasarkan perbedaan kelarutan.
Didalam metode ekstraksi dilakukan
dengan cara maserasi.

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara


ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun
skala industri. Prinsip dari metode ini
adalah penyarian zat aktif dengan
perendaman pelarut tertentu pada suhu
kamar dan terlindung dari cahaya.
Kerugian utama dari metode maserasi ini
adalah memakan banyak waktu, pelarut
yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang.
Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja
sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun
di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa
yang bersifat termolabil.
Proses ekstraksi khususnya untuk
bahan yang berasal dari tumbuhan adalah
sebagai berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan
(daun, bunga, dll), pengeringan dan
penggilingan bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan
sebagainya.
4.Pelarut
semipolar:
etil
asetat,
diklorometan, dan sebagainya.
5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum
eter, kloroform, dan sebagainya.
Pelarut yang digunakan ialah
methanol, n-heksan, etil asetat. Pada
maserasi tunggal digunakan pelarut
metanol, sedangkan pada maserasi
bertingkat digunakan ketiga pelarut.
Tujuan
dari
Praktikum
Pembuatan Ektrak Bahan Hayati

adalah mampu mengetahui dan


melaksanakan pembuatan ektrak
bahan
hayati
dengan
memisahkan
senyawa
dari
simplisia.
METODE
Alat
yang
digunakan
pada
praktikum kali ini adalah Rotary
epavorator, untuk menguapkan pelarut
Medium botol/ botol Erlenmeyer, pipet
tetes, gelas ukur, corong saring, kertas
saring.
Sedangkan bahan yang digunakan
adalah pelarut non-polar yaitu n-heksan,
pelarut semipolar yaitu etil asetat, pelarut
polar yaitu metanol dan sampel yang
digunakan yaitu biji buah Keben
(Barringtonia asiatica) yang berupa
simplisia seberat 5. 0111 gram.
Metode yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah metode maserasi
tunggal dan maserasi bertingkat. Tiap
kelompok memiliki beda perlakuan dalam
praktikum kali ini. Terdapat beda
perbandingan pelarut yaitu 1:3 dan 1:5,
beda waktu yaitu 1x24 jam dan 2x24 dan
juga beda jenis pelarut yang digunakan
pada metode maserasi tunggal pelarut yang
digunakan adalah pelarut polar yaitu
metano,
sedangkan
pada
maserasi
bertingkat pelarut yang digunakan yaitu
ketiga jenis pelarut non-polar yaitu nheksan,
pelarut semipolar yaitu etil
asetat, pelarut polar yaitu methanol.
Pada ekstraksi tunggal sampel
dimasukan kedalam pelarut. Pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi tunggal adalah
metanol. Sampel sebanyak 5 g dimasukan
ke dalam botol yang sudah berisi metanol
15 ml kemudian dikocok. Perendaman
dilakukan sesuai waktu yang telah
ditentukan pula. Setelah itu dilakukan
penyaringan dan ekstrak kembali direndam
pada pelarut metanol di wadah lainnya.
Pada ekstraksi bertingkat dilakukan
dengan memasukkan sampel sebanyak 5 g
ke dalam botol berisi n-heksan dengan
volume yang telah ditentukan 15 ml
kemudian dilakukan perendaman sesuai

waktu yang telah ditentukan pula. Setelah


itu dilakukan penyaringan selanjutnya
ekstrak kembali direndam pada pelarut etil
asetat dengan volume dan waktu
perendaman yang sama, dan yang terakhir
dilakukan perendaman dengan prosedur
yang sama pada pelarut metanol.
Filtrasi
dilakukan
dengan
menggunakan kertas saring, corong dan
gelas ukur. Rendaman simplisia yang
sudah dilarutkan sesuai waktu yang
ditentukan lalu disaring dan filtrat yang
didapat disatukan dalam satu tempat
setelah keempat hasil filtrat didapat
volume filtrat dihitung pada gelas ukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari Praktikum Pembuatan
Ektrak Bahan Hayati dengan sampel biji
buah Keben (Barringtonia asiatica)
menggunakan metode maserasi tunggal
dan maserasi bertingkat dapat dilihat pada
tabel diatas. Metode yang didapat oleh
kelompok kami adalah metode maserasi
tunggal dengan perbandingan volume
pelarut 1:5 dan lama perrlakuan yaitu
2x24 jam dan pelarut yang digunakan
adalah pelarut polar yaitu metanol. Dari 4
kali penyaringan dengan jumlah metanol
100 ml hasil filtrat yang didapat sebanyak
77 ml, hal ini dapat terjadi karena pelarut
metanol adalah salah satu pelarut yang
mudah menguap sehingga berkurangnya
jumlah filtrat disebabkan karena terjadinya
penguapan pelarut.
Maserasi tunggal merupakan teknik
maserasi dengan hanya menggunakan satu
jenis pelarut saja. Maserasi tunggal
dilakukan jika kandungan yang ada pada
sampel telah diketahui. Jika senyawa
bioaktif pada sampel sudah diketahui,
maka pelarut yang digunakan dapat
ditentukan
sesuai
dengan
sifat
kepolaranya. Pada filtrasi pertama hasil
filtrat coklat dan setelah dilakukan
penyaringan kembali hingga sebanyak
empat kali hasil filtrat yang didapat
semakin berwarna bening

Pada metode maserasi tunggal terdapat


empat perlakuan yang berbeda yaitu 1:3
dengan waktu 1x 24 jam dan 2x 24 jam;
terdapat empat perlakuan yang berbeda
yaitu 1:5 dengan waktu 1x 24 jam dan 2x
24 jam dengan hasil data yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 1.
Pada maserasi tunggal ini dapat
dilihat bahwa pada perlakuan waktu 2x24
jam hasil filtrat yang didapat lebih banyak
dibanding pada perlakuan waktu 1x24 jam.
Pada perlakuan waktu 2x24 jam volume
akhir filtrat yang didapat yaitu 231 ml dan
227 sedangkan pada perlakuan waktu 1x24
jam volume akhir filtrat yang didapat
sebanyak 96 ml dan 87.5 ml. Hal ini
menghasilkan filtat lebih banyak antara
perlakuan perbandingan 1:3 dan 1:5.
Sedangkan
pada
maserasi
bertingkat ada beberapa pelarut yang
digunakan seperti n-heksan, etil asetat dan
methanol dengan sifat kepolaran yang
berbeda. Maserasi bertingkat dilakukan
jika kandungan senyawa bioaktif yang
terkandung pada sebuah sampel belu
diketahui sehingga perlu dilakukan uji
pelarut yang sesuai dengan sifat kepolaran
sampel.
Perlakuan pada metode maserasi
bertingkat perlakuan yang memiliki hasil
volume filtrat paling banyak adalah
metode maserasi bertingkat dengan

kemungkinan
terjadi
karena
pada
perlakuan 2x24 jam proses perendaman
semakin lama, maka kontak antara sampel
dan pelarut semakin lama pula. Semakin
lama perendaman maka semakin banyak
metabolit sekunder yang larut dalam
metanol sehingga menghasilkan filtrat
yang lebih banyak dibanding dengan
perlakuan waktu yang hanya 1x24 jam
saja.
Namun pada perlakuan 2x24 jam dengan
perbandingan volume 1:3 terdapat
keanehan hasil filtrat hal ini dikarenakan
adanya kesalahan praktikan dalam
mengjitung volume akhir, sehingga tidak
dapat disimpulkan hasil filtrat mana yang
perlakuan 1:3 maupun 1:5 dengan lama
waktu 2x24 jam, sama halnya dengan
perlakuan pada metode maserasi tunggal
bahwa perendaman dengan waktu 2x24
jam memiliki hasil volume filtrat yang
lebih banyak. Perendaman yang lebih lama
memaksimalkan
transpor
metabolit
sekunder dari sampel menuju pelarut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada metode maserasi bertingkat dengan
perlakuan waktu 2x24 jam dengan
perbandingan pelarut 1:5 adalah perlakuan
yang paling efektif karena hasil filtrat yang
didapat adalah maksimal dibanding dengan
perlakuan yang lainnya.

Tabel 1. Pengamatan Hasil Ekstraksi Barringtonia asiatica

N
o

Perlakuan
Jenis
Maserasi

1
2
3

Perbandingan
Volume Pelarut
1 : 3'

Tunggal
1 : 5'

4
Bertingkat

Lama Perendaman

Volume Pelarut
(mL)

Pelarut

Volume
Filtrat (mL)

1 x 24

180

Metanol

96

2 x 24

180

Metanol

231

1 x 24

300

Metanol

87.5

2 x 24

300

Metanol

227

135

N-heksana

25

135

Etil Asetat

27

135

Metanol

28

135
135

N-heksana
Etil Asetat

39
50

1 : 3'

1 x 24

2 x 24

1 x 24
1 : 5'

2 x 24

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Pembuatan
Ektrak Bahan Hayati dengan metode
maserasi
yang
dilakukan
bahwa
perendaman dengan waktu 2x24 jam
adalah
perendaman
yang
dapat
memaksimalkan hasil filtrat yang didapat,
karena perendaman yang lebih lama
memaksimalkan
transpor
metabolit
sekunder dari sampel menuju pelarut . Dan
perbandingan volume pelarut 1:5 pada
metode maserasi bertingkat merupakan
perlakuan yang lebih efektif. Dilihat dari
hasil yang ada pada tabel hasil dari pelarut
lebih besar dibandingkan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

135

Metanol

51

225

N-heksana

12*

225

Etil Asetat

14*

225

Metanol

15

225

N-heksana

42

225

Etil Asetat

35

225

Metanol

39

Kristiana, Herlina. 2012 Ekstraksi


Pigmen
Antonosianin
Buah
Senggani
(Melastoma
malabathricum
Auct.nonLinn)
dengan Variasi Jenis Pelarut.
Jurnal Teknosains Pangan Vol 1
No. 1 .
Anonim,

2008, Farmakope Herbal


Indonesia, Departemen Kesehatan
RI, hal 150-154, 162-166 dan 175

Harborne.J.B,, 1996, Metode Fitokimia


Penuntun
Cara
Modern
Menganilisis Tumbuhan. Terbitan
Kedua. ITB, Bandung

LAMPIRAN

Gambar 1. Volume yang digunakan untuk


Maserasi

Gambar 2. Pelarut yang digunakan untuk


Maserasi Tunggal (Metanol)

Gambar 4. Proses Penyaringan

Gambar 3. Proses Pencampuran Bubuk


Buah Keben dengan Pelarut Metanol

Anda mungkin juga menyukai