Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
PENDAHULUAN
Peningkatan program ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk usaha
pemerintah dalam hal pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada
tahun 2014 mengenai prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Fakta di Indonesia
menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif sebagai salah satu bentuk
peningkatan gizi bayi cenderung menurun pada 3 tahun terakhir ini (Depkes,
2011).
ASI merupakan makanan yang utama dan paling sempurna bagi bayi.
Dimana ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan
kubutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Perinasia, 2004).
Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa pemberian ASI harus
dilakukan secara eksklusif, yakni pemberian ASI selama 6 bulan pertama
kehidupan bayi tanpa disertai makanan tambahan apapun (Roesli, 2011).
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
berfluktuasi dan cenderung menurun 3 tahun terakhir (Depkes, 2011). Di Jawa
Barat sendiri jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun hanya
sekitar 24% saja (Siswandi, 2010).
Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi
merupakan proses produksi dan sekresi ASI (Johnson & Wendy, 2005). Secara
fisiologis, laktasi bergantung pada 4 proses, yaitu proses pengembangan jaringan
penghasil ASI dalam payudara, proses yang memicu produksi ASI setelah
melahirkan, proses untuk mempertahankan produksi ASI dan proses sekresi ASI.
Proses-proses ini berlangsung dari masa kehamilan hingga melahirkan dan
akhirnya menyusui (Farrer, 2001).
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Melihat proses fisiologi dari laktasi itu sendiri yakni produksi dan sekresi
ASI, maka faktor-faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi
dan fiksasi bayi yang benar pada payudara serta frekuensi dan durasi menyusui
(Johnson & Wendy, 2005). Selain itu, nutrisi, keadaan kesehatan ibu baik fisik
maupun psikis serta keadaan payudara juga mempengaruhi proses laktasi. Karena,
proses laktasi merupakan hasil interaksi kompleks antara status nutrisi, keadaan
kesehatan serta keadaan payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada
produksi dan pengeluaran ASI (Carpenito, 2009).
Banyak faktor yang menyebabkan pemberian ASI khususnya ASI
eksklusif tidak terlaksana dengan baik. Salah satunya adalah kesalahan pada tata
laksana laktasi, yang menyebabkan penurunan produksi ASI (sindrom ASI
kurang).
gangguan fisik melainkan lebih banyak karena kesalahan tata laksana laktasi.
Infant Feeding Survey pada tahun 200 menyebutkan bahwa sebesar 35% ibu
menyusui melaporkan mengalami masalah menyusui antara lain puting susu yang
luka dan masalah penempelan mulut bayi ke payudara. Sementara itu, sebagian
besar ibu yang berhenti menyusui di minggu kedua setelah melahirkan bukan
karena faktor fisik dan psikologi ibu melainkan karena masalah-masalah seperti
adanya nyeri payudara saat menyusui, bayi sulit menghisap karena kesalahan
posisi, serta penjadwalan pemberian ASI karena menganggap bahwa menyusui
merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu (Carlson, 2008).
Kesalahan-kesalahan
tersebut
merupakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi proses laktasi yang dijalani ibu dimana pada akhirnya membuat
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Sementara itu, lembar observasi yang digunakan merupakan lembar check list
berskala guttman dengan pilihan jawaban dilakukan dan tidak dilakukan.
Proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-11 Juni 2012 di Desa
Cibeusi 2012 dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan observasi menganai
kondisi payudara, tata cara menyusui, posisi menyusui serta pemijatan payudara.
Observasi dilakukan sebanyak 1-2x pada masing-masing ibu.
Teknik analisa data yang digunakan adalah dikategorikan menjadi 2
kategori yakni baik dan kurang menggunakan skor rata-rata (mean) dengan
ketentuan
baik
jika
skor
>
mean,
dan
kurang
jika
skor
<
mean
BAIK
Frekuensi
Persentase
(f)
(%)
23
46,93
KURANG
Frekuensi
Persentase
(f)
(%)
26
53,07
22
27
28
44,89
55,11
57,14
27
22
21
55,11
44,89
42,86
30
61,22
19
38,78
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu 26 orang
(53,07%) dan 27 orang (55,11%) menunjukkan kondisi payudara dan
perawatannya serta teknik menyusui yang kurang baik. Sementara itu, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 27 orang (55, 11%), 28 orang (57,14%) dan 30
orang (61,22%) menunjukkan posisi, frekuensi dan durasi menyusui serta status
Sri Handini Pertiwi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang)
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
nutrisi selama menyusui pada rentang kategori baik. 30 orang (61%) secara umum
menunjukkan status nutrisi yang baik selama menyusui.
Keadaan Payudara dan Perawatannya Pada Ibu dengan Bayi Usia 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki kondisi
payudara dan perawatannya yang kurang baik. Payudara ibu selama menyusui
harus dalam kondisi yang baik karena payudara yang baik akan berpengaruh pada
porses laktasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Sholichah (2011) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara perawatan payudara pada ibu
postpartum dengan kelancaran pengeluaran ASI, dimana ibu yang memiliki
kondisi payudara dan perawatannya baik, pengeluaran ASInya pun baik. Hal ini
dikarenakan bahwa salah satu proses yang mempengaruhi proses laktasi adalah
proses pengembangan jaringan penghasil (Farrer, 2001). Sehingga jika kondisi
payudara ibu selama menyusui dalam kondisi tidak baik, dalam hal kebersihan,
kondisi fisik maupun perawatannya maka sedikit banyak dapat mengganggu
proses laktasi.
Oleh karena itu, petugas kesehatan sebagai health educator memegang
peranan penting dalam memberikan pengetahuan dan penerangan yang benar serta
menyeluruh kepada para ibu menyusui akan pentingnya perawatan payudara
selama menyusui serta mengajarkannya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan payudara yang dapat
dimodifikasi dengan berbagai metode seperti diskusi, membentuk kelompokkelompok kecil agar dapat berbagi pengalaman, informasi dan saran dalam hal
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
Frekuensi dan Durasi Menyusui Pada Ibu dengan Bayi usia 0-6 Bulan
Sebagian besar ibu menunjukkan frekuensi dan durasi yang baik selama
menyusui. Pada dasarnya setiap bayi mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda
dan bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut (Suririnah, 2009) bahwa pemberian
ASI sebaiknya dilakukan sesuai dengan keinginan bayi atau on-demand.
Menurut Bobak (2005) frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap
akan mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi. Hal ini dikarenakan stimulus
isapan bayi akan mengirimkan pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis
anterior untuk melepas prolaktin dan akan terjadi peningkatan produksi ASI oleh
sel-sel alveolar. Dengan kata lain, bahwa semakin sering menyusui maka produksi
ASI kan semakin meningkat, sehingga kebutuhan bayi akan selalu terpenuhi dan
laktasi pun berjalan dengan lancar
Status Nutrisi Selama Menyusui Pada Ibu dengan Bayi usia 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu memiliki status nutrisi
yang baik selama menyusui. Sebagian besar ibu makan lebih banyak
dibandingkan saat sebelum mereka menyusui. Ibu mengalami peningkatan nafsu
makan dikarenakan sebagian besar ibu sering lapar. Selain itu, normalnya
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
10
peningkatan rasa haus pun terjadi sama halnya dengan rasa lapar, yang
menyebabkan ibu sering minum.
Nutrisi ibu selama menyusui merupakan hal penting yang harus
diperhatikan selama masa menyusui. Nutrisi akan berpengaruh pada produksi dan
kualitas ASI yang akan ibu hasilkan. Menurut Carpenito (2009) nutrisi merupakan
hal yang penting bagi ibu menyusui karena akan berpengaruh pada produksi dan
pengeluaran ASI. Selama menyusui, pada umumnya setiap ibu akan merasakan
rasa lapar yang meningkat jika dibandingkan dengan saat dimana ibu tidak sedang
menyusui. Hal ini terjadi karena selama menyusui, ibu memproduksi ASI yang
akan digunakan sebagai nutrisi bagi bayi, itu artinya bahwa nutrisi yang ibu
makan akan digunakan bukan hanya untuk ibu, tapi juga untuk bayi. Sehingga
kebutuhannya pun akan meningkat. Menurut Wiryo (2002) ibu menyusui
memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan yang tidak hamil bahkan
lebih banyak dari kebutuhan saat hamil. Selama menyusui ibu memproduksi
sekitar 800cc air susu yang mengandung 600 kkal. Karena ibu menyusui
membutuhkan tambahan 800 kkal yaitu 600 kkal untuk produksi ASI dan 200
kkal untuk aktivitas ibu selama menyusui. Oleh karena itu, untuk mencukupi
kebutuhan kalori ibu menyusui, biasanya ibu makan lebih banyak dari biasanya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Kusmiyati (2002) yang menyatakan bahwa
peningkatan frekuensi makan berhubungan dengan tingkat kecukupan energi dan
status gizi pada ibu menyusui.
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
11
SIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
sebagian besar ibu menyusui dengan bayi usia 0-6 bulan memiliki kondisi
payudara dan perawatannya serta teknik menyusui kurang baik.
Sebagian besar ibu telah menunjukkan posisi, frekuensi, durasi serta status
nutrisi selama menyusui yang baik
SARAN
Peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.
2.
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
12
Untuk itu,
2.
3.
Para kolektor data yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data
dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D.Y & Sutomo, B. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D. 2005. Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC
Carlson, C. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinis.
Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2011. Available at http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658
(diakses tanggal 16 Maret 2012)
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Henderson, C. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Johnson, R & Taylor, W. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Kusmiyati. 2002. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Tingkat kecukupan
Gizi Dengan Status Gizi ibu Menyusui Pada Keluarga Miskin Di Daerah
Pertanian kelurahan Sonorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Sukorejo.
Thesis Fakultas Kesehatan MasyarakatnUniversitas Diponegoro.
Available at http://eprints.undip.ac.id/13178/ (diakses tanggal 1 Juli 2012)
Nurhidayah, D.S. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Primipara Tentang
Menyusui dengan Teknik menyusui di Ruang Rawat Inap Postnatal RSUP
Fatmawati. Skripsi Prodi Keperawatan Fakultas ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Available at
www.library.upnvj.ac.id/pdf/1010712036/pdf (diakses tanggal 5 Juli 2012)
Perinasia. 2004 Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru
Lahir Sehat cetakan ke dua. Jakarta. Perinasia
Sri Handini Pertiwi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor-Sumedang)
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
13
Email: dini.pertiwi23@yahoo.com
14
Filename:
Directory:
Template:
artikel ilmiah.docx
C:\Users\Ratna\Documents
C:\Users\Ratna\AppData\Roaming\Microsoft\Template
s\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author:
HP mini
Keywords:
Comments:
Creation Date:
27/07/2012 23:04:00
Change Number:
21
Last Saved On:
03/08/2012 14:18:00
Last Saved By:
Ratna
Total Editing Time:
478 Minutes
Last Printed On:
03/08/2012 14:18:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 14
Number of Words: 3.374 (approx.)
Number of Characters:
19.233 (approx.)