Staphilococcus
3.
Haemalphilus influenza
4.
Streptococcus viridens
3.
Streptococcus pyogenes
4.
Staphilococcus
5.
Pneumococcus
6.
Virus
7.
Adenovirus
8.
ECHO
9.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk
membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga
pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh
detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul
perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai
dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala lain :
1.
Demam
2.
3.
Sakit kepala
4.
Muntah
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
3.
Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
4.
Laringitis
5.
Sinusitis
6.
Rhinitis
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
1.
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
2.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.
3.
Risiko
terhadapperubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh yang
berhubungan
dengan
penurunan
masukan
sekunder akibat nyeri
saat menelan.
No RM
: 282231
Tgl MRS
: 09 Juli 2012
Tgl pengkajian
: 10 Juli 2012
Diagnosa medis
: Tonsilitis
2. Riwayat keluhan
- Keluhan utama
Nyeri saat Menelan
- Riwayat keluhan utama
Klien mengeluh Nyeri saat menelan dan tenggorokkan terasa sakit, kering, nafsu
makan kurang dialami seja 2 minggu yg lalu dan disertai demam menggigil sejak 3
hari yg lalu.
- Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sudah lama mengalami hal yang sama sebelumnya, namn klien
menganggap itu hanya sakit tenggorokkan biasa,
- Riwayat kesehatan sekarang
Klien di diagnose tonsillitis , peradangan pada tonsil.
3. Pengkajian Primer
Airway
Adanya sumbatan dan rasa nyeri pada leher sehingga klien susah untuk makan dan
menelan.
Breathing
RR 22x / menit dengan irama tidak teratur dan dengan bunyi nafas normal
4.
5.
-
a.
Circulation
TD 120/80, N 68x/menit dengan teratur dan kuat, suhu 36,80 C dengan akral dingin,
Capillari refil < 3 detik.
Pengkajian sekunder
Keadaan umum
: Klien tampak sakit Sedang
Kesadaran
: Composmentis
TTV
: TD 120/80 mmHg, N 68x/menit, S 36,80C, P 22x/menit
Pre tindakan
Pesiapan klien
Klien di bawa di ruang oprasi pada jam 10.00 pagi, Sebelum di lakukan operasi klien
di haruskan puasa selama 12 jam
Persiapan alat
Linen steril
Doek lobang besar steril
Doek kecil
Kasa steril
Jas operasi
Kapas steril
Tapper
b.
c.
6.
7.
8.
1.
2.
Handscon steril
Instrument steril
Sponge holding forseps
Allis klem / penjepit Tonsil
Scalpel No. 3
Bisturi no. 11
Apparatus Suction Lurus 20 24 cm
Sikle Neck
Tampon tang 20 24 cm
Respatorium besar panjang 24 cm
Over klem 24 cm
Klem arteri bengkok panjang 24 cm
Koher bengkok 20 24 cm
Gunting benang 20 24 cm
Mouth gag
Doek klem
Alat pendukung lain
Elektrokauter set
Suction dan selang
Monitor EKG
Mesin anastesi
Tindakan
Sebelum di lakukan tindakan, klien di beri anastesi local dengan
menggunakan injeksi Milos, Ramus, petirin, Atra, Ketorolac, Lidocain HCL
Tindakan bedah berlangsung selama 45 menit
Post Tindakan
Airway
Terjadi penumpukan cairan dan darah pada mulut sehingga di lakukan suction
selama 15 menit
Breathing
Setelah di lakukan pembebasan jalan nafas, pernafasan normal
P 22x/menit, , Saturasi 98x/ menit,
Circulation
TD 120/80, N 88 x/menit dengan teratur dan kuat.
Disability
Klien belum sadar maksimal akibat pengaruh dari anastesi.
Prioritas Masalah Yang Muncul
Nyeri b/ d pembengkakan jaringan tonsil
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya penumpukkan cairan dan darah pada
mulut
DAFTAR PUSTAKA
Belden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 24 Juni 2003.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.
Saten S. Chalazion.
Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2007
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/tonsilitis.html