Proudly To Be A Pharmachist 2
Proudly To Be A Pharmachist 2
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan
produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi
farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab
apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal
pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin
luas. Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian,
laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis
industri meliputi industri obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka,
nutraseutikal, health food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat
serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan
pengabdian profesi kefarmasian.
PP 51/TH.2009:
di bagian terakhir makalah ini, penulis akan mencoba untuk memberikan ringkasan
kesimpulan dan juga saran.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan proudly to be pharmachist?
2. Apa saja keunggulan menjadi seorang ahli farmasi?
3. Apa saja upaya untuk meningkatkan rasa bangga menjadi seorang ahli
farmasi?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1.
2.
3.
farmasi.
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1
2.2
dan ketergantungan pada narkoba dan psikotropika merupakan tuntutan untuk dapat
mengawasi penggunaan obat tersebut, mencari/mensintesis obat yang lebih aman dan
mampu memberikan informasi tentang bahaya penyalah gunaan obat; farmasis sebagai
partner dokter memacu farmasis untuk menguasai lebih mendalam ilmu farmakologi
klinis dan farmakoterapi serta ilmu farmasi sosial dan komunikasi; farmasis sebagai
penanggung jawab pengadaan obat diapotek, rumah sakit, pedagang besar farmasi,
puskesmas dll. harus menguasai farmako ekonomi dan manajemen farmasi; tuntutan
farmasis untuk dapat berperan dalam perkembangan industri Farmasi perkembangan
drug delivery system, pengembangan cara produksi dan metode control kualitas;
farmasis untuk menempati bidang pemerintahan yang berfungsi dalam perizinan,
pengaturan, pengawasan, pengujian, pemeriksaan dan pembinaan; perkembangan
farmasi veteriner,perkembangan medical devices(alat kesehatan, pereaksi diagnostik).
Untuk dapat mengakomodasi semua tuntutan tersebut diperlukan sistem pendidikan
yang mampu memenuhi kebutuhan tenagafarmasi dengan bekal ilmupengetahuan
keprofesian yang mutakhir. Jumlah farmasis di Indonesia saat ini masih kurang dari
10.000 sehingga rasio terhadap penduduk Indonesia lebih kurang 1:20.000, sedangkan
di negara lain rasionya jauh lebih kecil, Jepang (1:660), Thailand (1:1.000), Perancis
(1:1.300), Amerika Serikat (1:1.430), Australia (1:1.700) dan Cina (1:5.000). Farmasis
di Thailand proaktifmemberikan informasi obat dari rumah ke rumah (family
pharmacist), untuk aktivitas seperti ini diperlukan jumlah tenaga farmasis yang cukup.
2.3
apoteker. Jadi farmasis berjasa mengubah benda berbahaya menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
6. Lapangan kerjanya banyak, bisa di Industri, Rumah Sakit, Apotek, Lembaga
diagnostik, BPOM, LPP POM, dinas kesehatan, Universitas, dan masih banyak
lagi. Bisa juga jadi konsultan.
7. Jurusan farmasi mempelajari berbagai sediaan obat dan zat aktif yang terkandung di
dalamnya. Kebanyakan orang hanya mengetahui merk obatnya saja tanpa
mengetahui zat yang berkhasiat dalam obat tersebut. Dengan kompetensi ini,
seorang farmasis dapat lebih leluasa memilih obat yang sesuai.
8. Disamping mempelajari zat kimia sintetis yang berkhasiat obat, jurusan farmasi
juga mempelajari bagian-bagian hewan dan tumbuhan yang mengandung zat-zat
yang berkhasiat obat.
9. Bidang farmasi dan kedokteran bekerja sama dalam memberikan terapi untuk
berbagai macam penyakit. Pada dasarnya tugas seorang dokter adalah mendiagnosis
penyakit sementara kewenangan untuk memutuskan obat dan terapi apa yang akan
diberikan sebagai penanganan penyakit serta pengawasan efektivitas terapi tersebut
berada di tangan seorang farmasis (apoteker).
10. Dengan pengetahuan kefarmasian, racun-racun kimia yang ada dapat diatur
sehingga dapat memberikan efek terapi yang efektif.
11. Secara kasat mata, bidang farmasi dan teknik kimia memang tampak serupa namun
bidang farmasi lebih terspesialisasi memproduksi bentuk sediaan obat sebagai hasil
riil.
12. Lapangan kerja bagi lulusan farmasi cukup luas mulai dari apotek, bagian
kefarmasian rumah sakit maupun puskesmas dan klinik, peneliti Badan dan Balai
POM, wirausaha mandiri, perusahaan industri (makanan, obat, kosmetik, dll) dan
tenaga pengajar (dosen).
2.4
Banyak masyarakat Indonesia yang kurang mengerti mengenai ilmu kesehatan dan
obat-obatan, oleh karena itu seorang ahli farmasi harusnya bangga karena hanya
sebagian masyarakat saja yang mampu menguasai bidang / teknik ilmu kefarmasian.
3. Tetap Berfikir Optimis
Karena dengan berfikir optimis kita selalu merasa bangga menjadi diri sendiri
sebagai seorang ahli farmasi.
2.5
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di Indonesia, seorang ahli farmasi/ apoteker terkadang memililki rasa kurang
percaya diri karena perbedaan kedudukan apoteker dan dokter. Apoteker hanya
memberikan saran atau rujukan kepada dokter untuk resep yang akan diberikan kepada
pasien. Dan juga letak kerja apoteker yang jarang nampak di depan umum/ pasien
terkadang membuat seorang apoteker terkadang direndahkan.
Pada kenyataannya, seorang ahli farmasi/ apoteker memiliki kelebihan yang tidak
dimiliki oleh profesi manapun. Yakni teknik meracik obat dan memiliki pengetahuan
yang luas mengenai dampak penggunaan obat. Oleh karena itu, seorang ahli farmasi /
7
Saran
Dalam upaya meningkatkan rasa kebanggan terhadap keprofesian apoteker atau
sebagai seorang ahli farmasi harusnya kita bersikap optimis dan selalu memberikan
pelayanan yang baik dan maksimal terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://mitainact.blogspot.com/2013_03_01_archive.html
http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf
sumber :id.wikipedia.org/wiki/Farmasi