BAB 1
PENDAHULUAN
2
kecacatan dapat diakibatkan dari perdarahan intrakranial, seringkali setelah
terjadi perdarahan pada umbikal ataupun membran mukosa.1
Angka kejadian HDN pada bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis
diberbagai Negara dilaporkan berbeda-beda. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kejadian HDN lebih sering didapatkan pada bayi-bayi yang mendapat air
susu ibu (ASI) dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Angka
kejadian HDN berkisar antara 1 tiap 200 sampai tiap 400 kelahiran pada bayibayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis.
Survey di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi, 81% diantaranya ditemukan
komplikasi perdarahan intrakranial. Angka kejadian ini juga menurun setelah diperkenalkannya
pemberian profilaksis vitamin K pada semua bayi baru lahir. 2
Di Thailand angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 berkisar
1:1.200 sampai 1:1.400 kelahiran hidup. Angka tersebut dapat turun menjadi 10:100.000 kelahiran
hidup dengan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Data PDVK secara nasionl di
Indonesia belum tersedia.2
Tujuan penulisan pada tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui dan Memahami
etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan dari Hemorrhagic Disease of the
Newborn (HDN).
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic Disease
of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan Acquired Prothrombin Complex Deficiency
(APCD). HDN adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan karena penurunan
aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas
faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit, masih dalam batas normal. Kelainan
ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.1
2.2
Etiologi
Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari empat fase yaitu fase
vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase trombosit (timbul aktifitas trombosit), fase
plasma (terjadi interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di dalam darah) dan fase
fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat proses ini terganggu, maka
akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang manifestasi klinisnya adalah perdarahan.1
Secara umum gangguan pembekuan darah masa anak disebabkan oleh beberapa keadaan
seperti pada tabel di bawah ini;
4
Tabel Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak
2.3
Epidemiologi
Angka kejadian HDN berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak
mendapat vitamin K profilaksis. Di Amerika Serikat, frekuensi HDN dilaporkan bervariasi antara
0,25-1,5% pada tahun 1961, dan menurun menjadi 0-0,44% pada 10 tahun terakhir dengan adanya
program pemberian profilaksis vitamin K. Di Jepang, insiden HDN mencapai 20 25 per 100.000
kelahiran.16 Danielsson pada tahun 2004 melaporkan bahwa insidens HDN di Hanoi Vietnam sangat
tinggi, sebesar 116 per 100.000 kelahiran. Angka kematian akibat HDN di Asia mencapai 1:1200
sampai 1:1400 kelahiran. Angka kejadian tersebut ditemukan lebih tinggi, mencapai 1:500
kelahiran, di daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi
baru lahir.2,3
Di Indonesia, data mengenai HDN secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004
5
didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU
Dr Soetomo Surabaya.
2.4
Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya HDN antara lain obat-obatan yang
mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti antikonvulsan
(karbamasepin,
fenitoin,
fenobarbital),
antibiotika
(sefalosporin),
antituberkulostik
(INH,
rifampicin) dan antikoagulan (warfarin). Faktor resiko lain adalah kurangnya sintesis vitamin K
oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika berlebihan, gangguan fungsi hati (koletasis),
kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, serta malabsorbsi vitamin
K akibat kelainan usus maupun akibat diare.2,4
2.5
Klasifikasi
Meskipun terdapat beberapa kontroversi mengenai rentang waktu antara kelahiran sampai
terjadinya perdarahan awal, vitamin K deficiency bleeding diklasifikasi menjadi tiga periode waktu
setelah kelahiran, antara lain4:
6
mungkin terlalu terlambat untuk mencegah penyakit ini, terutama jika suplementasi vitamin K tidak
disediakan selama kehamilan. 4
Obat ibu banyak dan / atau paparan racun selama kehamilan berhubungan dengan
perdarahan kekurangan vitamin K pada neonatus (misalnya, antikonvulsan: fenitoin, barbiturat,
karbamazepin, obat antitubercular: rifampisin, isoniazid, vitamin K antagonis: warfarin,
phenprocoumon). 4
7
Tabel Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K
Dini
Klasik
Umur
< 24 jam
1-7 hari
(terbanyak 3-5
hari)
Penyebab &
Faktor Resiko
Obat yang
diminum selama -Pemberian
makanan
kehamilan
terlambat
-Intake Vit K
inadekuat
-Kadar Vit K
rendah pada
ASI
Lambat (APCD)
2 minggu - 6
bulan (terutama
2-8 minggu)
Segala usia
-Intake Vit K
inadekuat
-Obstruksi bilier
-Kadar Vit K
rendah pada
ASI
-Tidak dapat
profilaksis Vit K
-Tidak dapat
profilaksis Vit K
Frekuensi
< 5% pada
0,01-1%
4-10 per
kelompok resiko (tergantung pola 100.000
tinggi
makan bayi)
kelahiran
(terutama di
Asia Tenggara)
Lokasi
Perdarahan
Sefalhematom,
umbilikus,
intrakranial,
intraabdominal,
GIT, intratorakal
GIT, umbilikus,
hidung, tempat
suntikan, bekas
sirkumsisi,
intrakranial
Pencegahan
Penghentian/pe
nggantian obat
penyebab
Secondary PC
deficiency
-Asupan vit K
yang adekuat
-Penyakit hati
-Malabsorbsi
-Intake kurang
(nutrisi
parenteral)
8
2.6
Selanjutnya faktor Xa akan mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor
IIa). Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer dengan bantuan kompleks
protrombinase yang terdiri dari fosfolipid sel trombosit, ion Ca, faktor V dan Xa. Faktor V
merupakan kofaktor dalam pembentukan kompleks protrombinase. Seperti faktor VIII, faktor V
teraktivasi menjadi faktor Va dipivu oleh adanya trombin. Selain itu trombin juga mengubah faktor
XIII menjadi faktor XIIIa yang akan membantu pembentukan cross-linked fibrin polymer yang
lebih kuat.2
2.6.2 Perkembangan Hemostasis Selama Masa Anak
Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar protein
koagulasi lebih rendah. Kadar dari sistem prokoagulasi seperti protein prekalikrein, High Molecular
Weight Kininogen (HMWK), faktor V, XI dan XII serta faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
(II, VII, IX, X) pada bayi cukup bulan lebih rendah 15 20% dibandingkan dewasa dan lebih
rendah lagi pada bayi kurang bulan. Kadar inhibitor koagulasi seperti antitrombin, protein C dan S
juga lebih rendah 50% dari normal. Sedangkan kadar factor VIII, faktor von Willebrand dan
fibrinogen setara dengan dewasa.3,8
Kadar protein prokoagulasi ini secara bertahap akan meningkat dan dapat mencapai kadar
yang sama dengan dewasa pada usia 6 bulan. Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
10
berangsur kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada bayi baru lahir rendah
mungkin disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu serta tidak adanya cadangan flora normal usus
yang mampu mensintesis vitamin K.3
Selain itu kadar inhibitor koagulasi juga meningkat dalam 3 6 bulan pertama kehidupan
kecuali protein C yang masih rendah sampai usia belasan tahun.2 Meskipun kadar beberapa protein
koagulasi lebih rendah, pemeriksaan prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin
time (aPTT) tidak jauh berbeda dibandingkan dengan anak dan dewasa. Namun didapatkan
pemanjangan pemeriksaan bleeding time terutama pada usia < 10 tahun, sehingga interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara hati-hati.4,8
11
Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah dibandingkan dengan susu formula
yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain itu pada usus bayi yang mendapat susu formula, mengandung
bakteri bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. Sedangkan pada bayi dengan
ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Lactobacillus yang tidak dapat memproduksi vitamin
K.2
2.7
Diagnosis
Pendekatan diagnosis HDN melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan, pola
pemberian makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan. Pemeriksaan
fisik ditujukan untuk melihat keadaan umum bayi dan lokasi perdarahan pada tempat-tempat
tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya. 2
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II, VII, IX, dan X
12
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia. Terdapat pemanjangan waktu
pembekuan, Prothrombin Time (PT) dan Partial Thromboplastin Time (PTT), sedangkan Thrombin
Time (TT) dan masa perdarahan normal. Pemeriksaan lain seperti USG, CT Scan atau MRI dapat
dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial.
Selain itu respon yang baik terhadap pemberian vitamin K memperkuat diagnosis HDN.2,3,8
HDN harus dibedakan dengan gangguan hemostasis lain baik yang didapat maupun yang
bersifat kongenital. Diantaranya gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan gangguan sintesis
faktor-faktor pembekuan darah, sehingga memberikan manifestasi klinis perdarahan. Tabel dibawah
memperlihatkan gambaran laboratorium kedua kelainan tersebut.2
Tabel Gambaran laboratorium HDN dan Penyakit Hepar
Komponen
Morfologi eritrosit
HDN
Normal
Penyakit
Sel target
PTT
Memanjang
Memanjang
PT
Memanjang
Memanjang
Normal
Normal/naik sedikit
Trombosit
Normal
Normal
II,VII,IX,X
I,II,V,VII,IX,X
2.8
Diagnosis Banding
Pada kasus HDN ini, terdapat beberapa diagnosis banding antara lain seperti
13
Dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis. Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu :
1. Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam sayuran hijau
2. Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal
3. Vitamin K3 (menadione), vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan karena dilaporkan
dapat menyebabkan anemia hemolitik.2
Pemberian vitamin K per oral sama efektifnya dibandingkan pemberian intramuskular dalam
mencegah terjadinya HDN klasik, namun tidak efektif dalam mencegah timbulnya HDN lambat.
Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan phytonadione, suatu sintesis analog vitamin K1
yang larut dalam lemak, diberikan secara i.m. 2,9
Thailand sejak tahun 1988 merekomendasikan pemberian vitamin K 2 mg per oral untuk
bayi normal dan 0,5 1 mg i.m untuk bayi prematur atau tidak sehat. Ternyata mampu menurunkan
angka kejadian VKDB dari 30 70 menjadi 4 7 per 100.000 kelahiran. Sejak tahun 1999 Vitamin
K 1 mg i.m harus diberikan pada semua bayi baru lahir dan diberikan bersama imunisasi rutin.5
Kanada sejak tahun 1997 merekomendasikan pemberian vitamin K1 intramuskular 0.5mg
(untuk bayi < 1500g) dan 1 mg (untuk bayi > 1500g) diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir.
Untuk orang tua yang menolak pemberian secara i.m., vitamin K1 diberikan per oral dengan dosis
2mg segera setelah minum diulang pada usia 2-4 minggu dan 6-8 minggu. AAP pada tahun 2003
merekomendasikan pemberian vitamin K pada semua bayi baru lahir dengan dosis tunggal 0.5mg1mg i.m. departemen kesehatan RI pada tahun 2003 mengajukan rekomendasi untuk pemberian
vitamin K1 pada semua bayi baru lahir dengan dosis 1mg i.m (dosis tunggal) atau secara per oral 3
kali @ 2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun.10
Untuk ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat profilaksis
vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg i.m pada 24 jam sebelum melahirkan.
Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg i.m dan diulang 24 jam kemudian.2
Meskipun ada penelitian yang melaporkan hubungan antara pemberian vitamin K i.m
14
dengan meningkatnya angka kejadian kanker pada anak, namun penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Mc Kinney pada tahun 1998 tidak membuktikan adanya peningkatan resiko terjadinya kanker
pada anak yang mendapatkan profilaksis vitamin K i.m.1
Neo K ampul merupakan vitamin K yang sering digunakan pada bayi yang baru lahir yang
diberi secara i.m. untuk pencegahan dan pengobatan pada penyakit hemorragic pada bayi baru lahir.
Neo K ampul mempunyai kandungan Phytonadione, dengan kemasan 1 ampul 2 mg/ ml. Dosis
pemberian 0,5 1 mg i.m, 1 6 jam setelah kelahiran. Efek samping Neo K ini apa bila diberikan
secara berlebihan akan menyebabkan Hiperbilirubinemia, dan terjadi reaksi hipersensitif termasuk
syok anafilaktik dan kematian.12
15
Adapun hal-hal yang perlu diingat dalam penatalaksanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut;
1. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya
perdarahan dan membaiknya masa protrombin.
2. Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh
frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang
menyebabkan Hb turun (12 mg/dL ) diberikan packed red cells (PRC).
3. Jika
terjadi
perdarahan
yang
mengancam
jiwa
(perdarahan
prothrombin complex-concentrates
(PCCs).
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada HDN ini adalah perdarahan intrakranial, dan komplikasi
pemberian vitamin K antara lain reaksi anafilaksis bila diberikan secara IV, anemia haemolitik,
hiperbilirubinemia dalam dosis tinggi, dan hematoma pada lokasi suntikan.12,13
2.11
Pencegahan
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun 2003
1. Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1
2. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masingmasing 2 mg pada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur
1-2 bulan
3. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1
secara oral
4. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat
vitamin K 5 mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum
melahirkan diberikan vitamin K 10 mg/IM, kepada bayinya diberikan
vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian.
16
2.12
Prognosis
Prognosis HDN ringan pada umumnya baik, setelah mendapat vitamin K1 akan membaik
dalam waktu 24 jam. 9 Angka kematian pada HDN dengan manifestasi perdarahan berat seperti
intrakranial, intratorakal dan intraabdominal sangat tinggi. Pada perdarahan intrakranial angka
kematian dapat mencapai 25% dan kecacatan permanen mencapai 50 65%.2,8
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic
Disease of the Newborn (HDN), dahulu lebih dikenal dengan Acquired Prothrombin
Complex Deficiency (APCD). HDN adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang
disebabkan karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K
(faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen,
dan jumlah trombosit, masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik
dengan pemberian vitamin K.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya HDN antara lain obat- obatan yang
mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan,
seperti
antikonvulsan. Proses koagulasi atau kaskade pembekuan darah terdiri dari jalur intrinsik
17
dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik dimulai saat darah mengenai permukaan sel endotelial,
sedangkan jalur ekstrinsik dimulai dengan pelepasan tissue factor (Faktor III) pada tempat
terjadinya luka.
Pendekatan diagnosis HDN melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Anamnesis dilakukan untuk mencari informasi tentang onset perdarahan, lokasi perdarahan,
pola pemberian makanan, serta riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan aktifitas faktor II, VII, IX, dan X
sedangkan faktor koagulasi lain normal sesuai dengan usia.
Penatalaksanaan HDN dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis. Ada
tiga bentuk vitamin K, yaitu : Vitamin K1 (phylloquinone), terdapat dalam sayuran hijau),
Vitamin K2 (menaquinone), disintesis oleh flora usus normal), dan Vitamin K3 (menadione).
Selain itu pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi dengan
perdarahan yang luas.
18
BAB
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mupanemunda, RH, Watkinson, M. Key Topic In Neonatology. 1999. Bios
Scientific Publishers.Oxford.
2. Pansatiankul, B., Jitapunkul, S. 2008. Risk factors of Acquaired Prothrombin
Complex Deficiency Syndrome: A Case-Control Study. Journal Med Assoc Thai
91:S1-8. Available from: http://www.medassocthai.org/journal [Accesed on July
7th 2015].
3. Prof. DR. dr. Sudigdo Sastroasmoro Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K, Buku
Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2007: 279-281.
19
5. Hagstrom JN, 2003. Hypoprothrombinemia. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/956030 [Accessed on February
11th 2013].
11. Lee, Kimberley G., Dkk. 2010. Hemorrhagic Disease of The Newborn.
MedlinePlus. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007320.htm [Accessed on
February 11th 2013].
12. Tulchinsky, TH. 2007. Vitamin K Prophylaxis for Newborn: A Position Paper.
Braun School of Public Health. Available from:
http://archives.who.int/eml/expcom/expcom16/COMMENTS/VitK.pdf [Accessed
on February 11th 2013].
20
13. Kementerian kesehatan Anak, Pentingnya Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru
Lahir. Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2011.
http://www.kesehatananak.depkes.go.id. [Accessed on March 05th 2013].