Utang Pemerintah
Utang Pemerintah
Utang Pemerintah - Bila pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran dari pada
mengumpulkan dana melalui pajak, pemerintah akan meminjam dari sector swasta untuk mendanai
defisit anggaran. Bab ini membahas berbagai aspek debat terhadap efek ekonomi dari utang
pemerintah. Kita mulai saja dengan melihat angka-angka.
Utang
Pemerintah
Persentase
GDP
Negara
Utang
Pemerintah
Persentase
GDP
Jepang
158.9
Polandia
53,3
Italia
125,4
Finlandia
53,3
Yunani
108,1
Norwegia
51,7
Belgia
98,5
Denmark
49,7
Prancis
76,7
Spanyol
49,1
Portugal
76,5
Inggris
46,8
Jerman
69,9
Rep. Ceko
42,8
Kanada
69,3
Islandia
32,0
Austria
69,2
Irlandia
29,9
Amerika Serikat
63,8
Selandia Baru
26,0
Belanda
63,7
Korea
20,3
Hungaria
62,5
Australia
15,3
Swedia
61,5
Luxembourg
8,6
Rep. Slowakia
56,8
Sumber: OECD Economic Outlook.. Data berdasarkan estimasi utang pemerintah bruto dan COP untuk
tahun 2005.
Menurut sejarah, penyebab utama kenaikan utang pemerintah adalah perang. Rasio utang-GDP
meningkat tajam selama perang dan turun dengan lambat selama masa damai. Banyak ekonom
berpendapat bahwa pola sejarah ini adalah cara yang tepat untuk menjalankan kebijakan fiskal.
Satu contoh besamya kenaikan utang pemerintah di masa damai dimulai awal 1980-an. Sewaktu
Ronald Reagan terpilih sebagai presiden di tahun 1980, beliau melakukan penurunan pajak dan
meningkatkan belanja militer. Peningkatan utang pemerintah selama tahun 1980-an menimbulkan
keprihatinan diantara banyak pembuat kebijakan.
Pandangan yang Bermasalah dalam Kebijakan Fiskal
Ketika ekonom-ekonom ini melakukan proyeksi jangka-panjang terhadap bijakan fiskal,
mereka menyaksikan masa depan yang merisaukan. alasannya adalah demografi. Kemajuan
dalam teknologi kedokteran telah neningkatkan harapan hidup.
Terkait dengan gambaran fiskal yang bermasalah, adalah peningkatan biaya/perawatan kesehatan.
Pemerintah menyediakan perawatan kesehatan bagi penduduk usia lanjut melalui sistem Medicare
dan bagi penduduk miskin melalui Medicaid. Ketika biaya perawatan; kesehatan naik, pengeluaran
pemerintah pada program-program ini juga mengalami peningkatan.
Pertanyaan besamya adalah bagaimana penyesuaian fiskal akan dibagi antara peningkatan pajak
dan pengurangan pengeluaran. Beberapa ekonom yakin bahwa untuk rnembantu kornitrnenkomitmen ini, kita harus meningkatkan persentase pajak dari total GDP dengan jumlah yang cukup
besar. Ekonom lain yakin bahwa tingkat pajak yang begitu tinggi akan menyebabkan biaya yang
sangat besar bagi pekerja muda.
Masalah Pengukuran
Defisit anggaran pemerintah adalah selisih pengeluaran Pemerintah dengan penerimaan
pemerintah, yang sama dengan jumlah utang baru yang dibutuhkan pemerintah untuk
mendalami operasinya. Definisi ini tampaknya cukup sederhana, tetapi dalam kenyataannya
perdebatan mengenai kebijakan fiskal kadang-kadang mempersoalkan bagaimana defisit anggaran
seharusnya diukur. Dalam bagian ini kita akan membahas empat masalah dengan ukuran defisit
anggaran biasa.
1: Inflasi
Pengukuran yang paling tidak kontroversial adalah koreksi terhadap inflasi. Hampir seluruh ekonom
sepakat bahwa utang pemerintah seharusnya diukur dalam bentuk riil, bukan nominal defisit yang
diukur seharusnya sama dengan perubahan utang riil pemerintah bukan perubahan utang nominal.
Namun demikian, defisit anggaran yang biasa diukur tidak mengoreksi inflasi. Untuk melihat seberapa
besarnya pengaruh kesalahan ini, perhatikanlah contoh berikut. Anggaplah utang pemerintah riil tidak
berubah; dengan kata lain, dalam bentuk riil, anggarannya seimbang. Dalam kasus ini, utang nominal
harus naik pada tingkat inflasi. Yaitu,
D/D = ,
Mana adalah tingkat inflasi dan D adalah stok utang pemerintah.
D =.
Sebagai contoh, pada tahun 1979, pemerintah federal melaporkan defisit anggaran sebesar $28
miliar. Inflasi adalah 8,6 persen, dan utang pemerintah yang dibuat pada awal tahun oleh publik (di
luar Bank Sentral AS) adalah $495 miliar.
D = 0,086 x $495 miliar
= $43 miliar
Koreksi terhadap inflasi membuat defisit anggaran yang dilaporkan sebesar $28 miliar berubah
menjadi surplus anggaran sebesar $15 miliar! Dengan kata lain, meskipun utang nominal pemerintah
naik, utang riil pemerintah turun.
2: Aset Modal
Banyak ekonom percaya bahwa penilaian yang akurat atas defisit anggaran pemerintah memerlukan
penghitungan atas aset pemerintah serta kewajibannya. Biasanya, ketika mengukur utang pemerintah
secara keseluruhan, kita seharusnya mengurangi aset pemerintah dari utang pemerintah. Karena itu,
defisit anggaran seharusnya diukur sebagai perubahan utang dikurangi perubahan aset.
Prosedur anggaran yang memperhitungkan aset dan kewajiban disebut penganggaran modal (capital
budgeting), karena memperhitungkan perubahan modal. Masalah utama dalam penganggaran modal
adalah sulitnya memutuskan pengeluaran pemerintah mana yang seharusnya dihitung sebagai
pengeluaran modal.
3: Kewajiban yang Tidak Dihitung
Sebagian ekonom berpendapat bahwa defisit anggaran yang diukur adalah keliru karena
mengabaikan beberapa kewajiban pemerintah yang penting. Sebagai contoh, perhatikanlah pegawai
negeri. Pegawai negeri memberikan jasanya kepada pemerintah saat ini, tapi bagian kompensasi
mereka dipotong untuk masa depan. Pada dasarnya, mereka memberikan pinjaman kepada
pemerintah. Manfaat pensiun masa depan mereka menunjukkan kewajiban pemerintah tidak jauh
berbeda dengan utang pemerintah. Namun kewajiban ini tidak dimasukkan sebagai bagian dari utang
pemerintah, dan akumulasi kewajiban ini tidak dimasukkan sebagai baian dari defisit anggaran.
Menurut beberapa perkiraan, besar kewajiban implisit ini nyaris sama dengan utang pemerintah.
Bentuk kewajiban pemerintah yang sangat sulit diukur adalah kewajiban kontinjen (contingen liability)
kewajiban yang muncul hanya jika peristiwa-peristiwa khusus terjadi. Sebagai contoh pemerintah
menjamin berbagai bentuk kredit perseorangan, seperti pinjaman mahasiswa, untuk keluarga
berpendapatan rendah dan sedang, serta deposito di bank dan lcmbaga-lembaga simpan pinjam.
Jika peminjam melunasi utangnya, pemerintah tidak perlu mengeluarkan dana; tetapi jika peminjam
tidak mampu melunasi, pemerintah yang melunasinya. Ketika memberikan pinjaman ini pemerintah
mengambil alih kewajiban kontinjen dari ketidakmampuan peminjam membayar utang. Tetapi
kewajiban kontinjen ini tidak tercermin dalarn defisit anggaran, sebagian karena nilainya tidak jelas.
4: Siklus Bisnis
Banyak perubahan dalam defisit anggaran pemerintah terjadi secara otomatis menanggapi
perekonomian yang berfluktuasi. Misalnya, kerika perekonomian mengalami resesi, pendapatan
turun, sehingga kemampuan seseorang untuk membayar pajak berkurang. Laba juga turun, sehingga
perusahaan membayar lebih sedikit pajak pendapatan. Semakin banyak orang yang menjadi
tergantung pada bantuan pemerintah, seperti asuransi kesejahteraan dan pengangguran, sehingga
pengeluaran pemerintah naik. Bahkan, tanpa adanya perubahan dalam undang-undang perpajakan
dan pengeluaran, defisit anggaran akan meningkat.
Untuk memecahkan masalah ini, pemerintah menghitung defisit anggaran yang disesuaikan secara
siklis (cyclically adjusted budget deficit) yang kadangkala disebut defisit anggaran kesempatan kerjapenuh. Defisit yang disesuaikan secara siklis didasarkan pada estimasi mengenai berapa
pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak yang terjadi jika perekonomian beroperasi pada
tingkat output dan kesempatan kerja alamiahnya. Defisit yang disesuaikan secara siklis adalah
ukuran yang berguna karena mencerminkan perubahan kebijakan tetapi bukan tahapan dari siklus
bisnis saat ini.
Dimensi internasional
Utang pemerintah dapat mempengaruhi peran negara dalam perekonomian
dunia. Ketika defisit anggaran, pemerintah menurunkan tabungan nasional, hal
ini sering mngakibatkan defisit perdagangan yang nantinya akan di danai oleh
pinjaman luar negeri. Hubungan antara kedua defisit ini menyebabkan dampak
lanjutan atas utang pemerintah.
Pertama, tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan resiko
bahwa perekonomian akan mengalami penurunan yang merugikan dalam
permintaan atas aset nasional dalam pasar uang dunia (capital flight). Hal ini
biasa dimanfaatkan oleh negara-negara untuk melarikan diri dari utang, dengan
menyatakan pailit. Jadi ketika utang pemerintah melonjak, investor asing akan
membatasi jumlah pinjaman. Jika hilangnya kepercayaan ini terjadi secara tibatiba, maka nilai mata uang akan terguncang dan tingkat suku bunga naik.
Kedua, tingginya tingkat utang pemerintah yang di danai oleh pinjaman luar
negeri dapat menurunkan pengaruh politis negara tesebut di mata dunia.