Anda di halaman 1dari 34

HUKUM WARIS

HUKUM KELUARGA
Buku Prof.Ali Afandi,SH

HUKUM WARIS

ISTILAH

Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta
waris,
boedel,
testament,
legaat,
dan
legitieme
portie.
Yang
dimaksudPewarisadalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan
harta benda kepada orang lain. Ahli warisialah orang yang menggantikan
pewaris didalam kedudukannnya terhadap warisan.Harta warisatau
disingkat warisan ialah segala hata kekayaan yang ditinggalkan oleh orang
yang meninggal dunia yang berupa semua harta kekayaan dari yang
meninggal dunia setelah dikurangi semua utangnya.Boedelialah warisan
berupa kekayaan saja.Testamentatau wasiat ialah suatu akta yang
memuat ketentuan mengenai harta peninggalannnya, apabila seorang
meninggal dunia.Legaatatau hibah wasiat adalah suatu testament dimana
ditunjuk orang tertentu yang akan menerima suatu barang tertentu apabila
pewaris meninggal, orang yang ditunjuk ini disebut legataris.Legitieme
portieadalah bagian dari harta peninggalan yang tidak dapat dikurangi
dengan testament atau pemberian lainnya oleh pewaris.

HUKUM WARIS

Hubungan keluarga
Mengenai hubungan keluarga yang diatur dalam
Hukum Perdata Barat. Hubungan keluarga ini
ditentukan dengan tempat atau derajat. Jika
tingkat itu berangka kecil, maka hubungan
keluarga antara 2 orang adalah sangant dekat.
Apabila tingkat ini berangka besar, maka
pertalian keluarga itu jauh. Jauh-dekatnya tali
keluargaan ditetapkan dengan angka itu. Sistem
yang dianut dalam Hukum Perdata Barat adalah
sistem penetapan derajat Romawi.

HUKUM WARIS

Hukum Waris Masuk Hukum Kebendaan


Di dalam sistematika Hukum Perdata
Barat yang berlaku sekarang Hukum
Waris dimuat dalam buku II. Dengan
demikian maka hak waris dianggap
sebagai hak kebendaan.

HUKUM WARIS

Hukum Waris Orang Asing


Di dalam hal ini semula terdapat suatu
pendirian yang menentukan, bahwa hukum
waris tunduk pada prinsip timbal-balik
(reciprociteit), yang berati bahwa, seorang
dapat mewarisi dari negara lain, jika orang
dari negara belakangan ini juga dapat
mewarisi dari negaranya. Prinsip ini sekarang
sudah dilepaskan. Kemudian timbul prinsi,
bahwa yang berlaku ialah hukum nasional
pewaris.

HUKUM WARIS

Wasiat
Suatu wasiat atau testament ialah suatu
pernyataan dari seseorang tentang apa yang
dikehendaki setelahnya ia meninggal.
Pasal 875, surat wasiat atau testament
adalah suatu akta yang berisi pernyataan
sesorang tentang apa yang akan terjadi
setelah ia meninggal, dan yang olehnya
dapat ditarikkembali.

HUKUM WARIS

Wasiat
Lazimnya suatu testament berisi apa yang dinamakan
erfstelling, yaitu penunjukan seorang atau
beberapa orang menjadi ahli waris yang akan
mendapat seluruh atau sebagian warisan. Selain itu
juga suatu testament berisikan suatu legaat, yaitu
suatu pemberian kepada seorang. Isi suatu testament
tidak selalu terbatas pada hal-hal mengenai harta
kekayaan saja, tetapi juga dapat berisikan mengenai
penunjukan seorang wali untuk anak-anak si
meninggal dan pengakuan anak luar kawin

HUKUM WARIS
SYARAT SYARAT WASIAT
Syarat Pewasiat

Pasal 895 : Pembuat testament harus


mempunyai budi akalnya, artinya tidak boleh
membuat testament ialah orang sakit ingatan
dan orang yang sakitnya begitu berat, sehingga
ia tidak dapat berpikir secara teratur.
Pasal 897 : Orang yang belum dewasa dan
yang belum berusia 18 tahun tidak dapat
membuat testament.

HUKUM WARIS
SYARAT SYARAT WASIAT
Syarat Isi Wasiat

Pasal 888 : Jika testament memuat syarat syarat yang tidak dapat
dimengerti atau tak mungkin dapat dilaksanakan atau bertentangan dengan
kesusilaan, maka hal yang demikian itu harus dianggap tak tertulis.
Pasal 890 : Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu, dan isi dari
testament itu menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan
itu jika ia tahu akan kepalsuannya maka testament tidaklah syah.
Pasal 893 : Suatu testament adalah batal, jika dibuat karena paksa, tipu
atau
muslihat.
Selain larangan larangan tersebut di atas yang bersifat umum di dalam
hukum waris terdapat banyak sekali larangan larangan yang tidak boleh
dimuat dalam testament. Di antara larangan itu, yang paling penting ialah
larangan membuat suatu ketentuan sehingga legitieme portie ( bagian
mutlak
para
ahli
waris
)
menjadi
kurang
dari
semestinya.

HUKUM WARIS

JENIS JENIS WASIAT


Menurut isinya, maka ada 2 jenis wasiat :
Wasiat yang berisi erfstelling atau wasiat pengangkatan waris. Seperti
disebut dalam pasal 954 wasiat pengangkatan waris, adalah wasiat dengan
mana orang yang mewasiatkan, memberikan kepada seorang atau lebih
dari seorang, seluruh atau sebagian ( setengah, sepertiga ) dari harta
kekayaannya, kalau ia meninggal dunia. Orang orang yang mendapat
harta kekayaan menurut pasal itu adalah waris di bawah titel umum.
Wasiat yang berisi hibah ( hibah wasiat ) atau legaat. Pasal 957 memberi
keterangan seperti berikut : Hibah wasiat adalah suatu penetapan yang
khusus di dalam suatu testament, dengan mana yang mewasiatkan
memberikan kepada seorang atau beberapa orang; beberapa barang
tertentu, barang barang dari satu jenis tertentu, hak pakai hasil dari
seluruh atau sebagian dari harta peninggalannya. Orang orang yang
mendapat harta kekayaan menurut pasal ini disebut waris di bawah titel
khusus.

HUKUM WARIS

JENIS JENIS WASIAT


Selain pembagian menurut isi, masih ada lagi beberapa jenis wasiat dibagi
menurut bentuknya. Menurut pasal 931 ada 3 rupa wasiat menurut
bentuk :
Wasiat ologafis, atau wasiat yang ditulis sendiri
Wasiat ini harus ditulis dengan tangan orang yang akan meninggalkan
warisan itu sendiri, harus diserahkan sendiri kepada seorang notaris untuk
disimpan, penyerahan harus dihadiri oleh dua orang saksi.
Wasiat umum ( openbaar testament )
Dibuat oleh seorang notaris, orang yang akan meninggalkan warisan
menghadap para notaris dan menyatakan kehendaknya. Notaris ini
membuat suatu akta dengan dihadiri oleh 2 orang saksi.
Wasiat rahasia atau wasiat tertutup
Dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggalkan warisan, tetapi tidak

HUKUM WARIS

PENCABUTAN DAN WASIAT


Di antara pencabutan dan gugurnya wasiat ada perbedaan;
pencabutan ialah di dalam hal ini ada suatu tindakan dari pewaris
yang meniadakan suatu testament, sedangkan, gugur ialah tidak
ada tindakan dari pewaris tapi wasiat tidak dapat dilaksanakan,
karena ada hal hal di luar kemauan pewaris.
1. Tentang Pencabutan Suatu Wasiat
992 : Suatu surat wasiat dapat dicabut dengan ; surat wasiat
baru dan akta notaris khusus. Arti kata khusus di dalam hal ini
ialah bahwa isi dari akta itu harus hanya penarikan kembali itu
saja.
2. Tentang Gugurnya Suatu Wasiat
997 : Jika suatu wasiat memuat suatu ketetapan yang
bergantung kepada suatu peristiwa yang tak tentu : maka jika si
waris atau legataris meninggal dunia, sebelum peristiwa itu
terjadi, wasiat itu gugur.
998 : Jika yang ditangguhkan itu hanya pelaksanaannya saja,

HUKUM WARIS

Legitieme Portie
Para ahli waris dalam garis keturunan keatas maupun
kebawah, berhak atas suatu legitieme portie. Legitieme
portie yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan
yang
tidak
dapat
dihapuskan
oleh
orang
yang
meninggalkan warisan. Pengaturan mengenai legitieme
portie ini oleh undang-undang dipandang sebagai suatu
pembatasan kemerdekaan seseorang untuk membuat
wasiat atau testament menurut kehendaknya sendiri

HUKUM WARIS

Legitieme Portie
Golongan 1, pasal 852 a: bagian seorang isteri
(suami), kalau ada anak dari perkawinan dengan yang
meninggal dunia adalah sama dengan bagian seorang anak.
Seorang janda (duda) bagaimanapun juga tidak boleh lebih
dari

dari
harta
warisan.
Tentang
berapa
besarnyalegietime portie bagi anak-anak yang
sahditetapkan oleh pasal 914 B.W. yaitu: 1). Jika hanya ada
seorang anak yang sah, maka legitieme portie nya
berjumlah separuh (1/2) dari bagian yang sebenarnya
diperolehnya sebagai ahli waris menurut undang-undang.
2). Jika ada dua orang anak yang sah, maka jumlah
legietieme portie untuk masing-masing 2/3 dari bagian
yang sebenarnya diperolehnya sebagai ahli waris menurut
undang-undang. 3). Jika ada tiga orang anak yang sah.atau
lebih dari tiga orang, maka jumlah legietieme portie itu

HUKUM WARIS

Legitieme Portie
Golongan 2, pasal 854: jika golongan 1 tidak ada,
maka yang berhak mewaris ialah: bapak, ibu, dan saudara.
Ayah dan ibu dapat: 1/3 bagian kalau hanya ada 1 saudara
1/4 bagian kalau ada lebih dari 1 saudara Bagian dari
saudara adalah apa yang terdapat setelah dikurangi dengan
bagian dari orang tua. Pasal 855: jika yang masih hidup
hanya seorang bapak atau seorang ibu, maka bagiannya
ialah: 1/2 kalau ada 1 saudara 1/3 kalau ada 2 saudara 1/4
kalau ada lebih dari 2 orang saudara Pasal 856: kalau bapak
dan ibu telah tidak ada, maka seluruh warisan menjadi
bagiannnya saudara-saudara.Pasal 857: pembagian antara
saudara-saudara
adalah
sama,
kalau
mereka
itu
mempunyai bapak dan ibu yang sama.

HUKUM WARIS

Legitieme Portie
Golongan 3, pasal 858 ayat 1:jika waris golongan 1
dan 2 tidak ada, maka warisan dibelah menjadi dua bagian
yang sama. Yang satu bagian Diperuntukan bagi keluarga
sedarah dalam garis bapak lurus ke atas, yang lain bagian
bagi keluarga sedarah dalam garis ibu lurus keatas. Bagi
seorangahli waris dalam garis keturunan keatas,
misalnya orang tua atau nenek, menurut pasal 915 B.W.
jumlah legietime portie selalu separuh (1/2) dari bagiannya
sebagai ahli waris menurut undang-undang.

HUKUM WARIS

Legitieme Portie
Golongan 4, pasal 858 ayat 2:Kalau waris golongan
3 tidak ada maka warisan jatuh pada seorang waris yang
terdekat pada tiap garis. Pasal 873 kalau semua orang yang
berhak mewaris tidak ada lagi maka seluruh warisan dapat
dituntut oleh anak diluar kawin yang diakui.Legietime
portie untuk seorang anak luar kawinyang telah diakui
menurut pasal 916 B.W adalah separuh (1/2) dari bagian
sebagai ahli waris menurut undang-undang.

HUKUM WARIS

Harta peninggalan yang tidak terurus


Dikatakan tidak terurus dengan artian bahwa jika ada
suatu warisan terbuka dan tiada seorang pun yang tampil
ke depan sebagai ahli waris atau orang-orang yang terkenal
sebagai ahli waris semuanya menolak warisan itu. Dalam
hal demikian, Balai harta peninggalan (weeskamer),
dengan tidak menunggu perintah dari hakim, wajib
mengurus warisan itu.
Jika setelah lewat 30 tahun termulai sejak terbukanya
warisan belum juga ada seorang waris yang tampil ke muka
atau melaporkan diri, makaweeskamerakan melakukan
pertangungjawaban tentang pengurusan harta peninggalan
itu kepada negara.

HUKUM KELUARGA
Terbentuknyasuatu

keluarga
itu
karena
adanya
perkawinan.Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia.
Sehingga Keluarga dalam arti sempit artinya yaitu sepasang suami
istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, tetapi
tidak mempunyai anak juga bisa dikatakan bahwa suami istri
merupakan suatu keluarga.
Sedangkan definisi hukum kekeluargaan secara garis besar
adalah hukum yang bersumber pada pertalian kekeluargaan.
Pertalian kekeluargaan ini dapat terjadikarena pertalian darah,
ataupun terjadi karena adanya sebuah perkawinan. Hubungan
keluarga ini sangat penting karena ada sangkutpaut nya dengan
hubungan anak dan orang tua, hukum waris, perwalian dan
pengampuan.
Ali affandi mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan
sebagai Keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum
yang
bersangkutan
dengan
kekeluargaan
sedarah
dan
kekeluargaan karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang

HUKUM KELUARGA

Sumber Hukum Keluarga


Pada dasarnya sumber hukum keluarga dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu sumber hukum tertulis dan tidak
tertulis.Sumber hukum keluarga tertulis adalah sumber
hukum yang berasal dari berbagai peraturan perundangundangan, yurisprudensi, dan traktat. Sedangkan sumber
hukum tak tertulis adalah sumber hukum yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat.

HUKUM KELUARGA

Sumber Hukum Keluarga

Sumber hukum keluarga tertulis, dikemukakan berikut ini


1.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
2.Peraturan Perkawinan Campuran (Regelijk op de
Gemengdehuwelijk),Stb.1898 Nomor 158
3.Ordonasi perkawinan Indonesia, Kristen, Jawa, Minahasa, dan
Ambon, Stb.1933 Nomor 74
4.UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan
Rujuk (beragama Islam)
5.UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
6.PP Nomor9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
7.PP Nomor 10 Tahun 1983 jo.PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang
Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
Selain itu yang 7 ini yang menjadi sumber hukum keluarga
tertulis adalah Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam di Indonesia. Kompilasi Hukum Islam ini hanya

HUKUM KELUARGA

Ruang Lingkup Hukum Keluarga


a. Perkawinan
b. Putusnya perkawinan
c. Harta benda dalam perkawinan
Secara luas Hukum Keluarga mencakup atas :
Keturunan
Kekuasaan orang tua
Perwalian
Pendewasaan
Pengampuan (Curatele)
Perkawinan

Namun di dalam bagian hukum keluarga hanya difokuskan


pada kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam
perkawinan.

HUKUM KELUARGA

PERKAWINAN
Menurut KUH Perdata, perkawinan adalah persatuan seorang
lelaki dan perempuan secara hukum untuk hidup bersama-sama.
Hidup bersama-sama ini dimaksudkan untuk berlangsung
selamanya. Perkawinan adalah suatu hal yang mempunyai akibat
yang luas didalam hubungan hukum antara suami dan isteri.
Dengan perkawinan itu timbul suatu ikatan yang berisi hak dan
kewajiban. Hubungan sumi isteri itu mempunyai tujuan yaitu
melangsungkan keturunan. Sebelum perkawinan maka terlebih
dahulu dilakukan pertunangan, dan hal ini diatur dalam undangundang yaitu pasal 58. Perkawinan dianggap sah bila syarat formil
dan materiil terpenuhi. Syarat materiil dapat diperinci lagi antara
syarat materiil absolut dan syarat relatief. Syarat materiil absolut
adalah syarat yang mengenai pribadi seorang yang harus
diindahkan untuk perkawinan pada umumnya.
Tentang berlakunya B.W, buku ke-1 bagi orang-orang yang
tunduk pada B.W. pada umumnya dapat dinyatakan bahwa itu
tentunya berlaku bagi golongan eropah, selanjutnya golongan
Tionghoa kecuali Bab II perihal akta catatan sipil dan Bab IV,

HUKUM KELUARGA

KETURUNAN
Oranganak sah (wettig kind) ialah anak yang dianggap lahir
dari perkawinan yang sah antara ayah dan ibunya. Sehubungan
dengan itu, untuk dapat dipastikan anak itu sungguh anak
ayahnya, maka oleh undang-undang ditetapkan tenggang
kandungan yang paling lama yaitu 300 hari dan suatu tenggang
kandungan yang paling pendek yaitu 180 hari. Jika seorang anak
dilahirkan sebelum lewat 180 hari setelah hari penikahan orang
tuannya, maka ayahnya berhak menyangkal sahnya anak itu.
Anak yang lahir diluar perkawinan, dinamakan natuurlijke
kind. Ia dapat diakui atau tidak diakui oleh ayah atau ibunya.
Menurut sistem yang dianut oleh B.W dengan adanya keturunan
diluar perkawinan saja belum tejadi suatu hubungan keluarga
antara anak dengan orang tuannya. Barulah dengan Pengakuan
(erkenning) lahir suatu pertalian kekeluargaan dengan akibatakibatnya (terutama hak mewaris) antara anak dengan orang
tuanya yang mengakuinya. Langkah lebih lanjut dari pengakuan
yaitu Pengesahan. Untuk pengesahan diperlukan kedua orang
tua yang mengakuinya. Pengakuan yang dilakukan pada hari
pernikahan juga membawa pengesahan anak. Jika kedua orang tua

HUKUM KELUARGA

KEKUASAAN ORANG TUA (ouderlijke macht)


Seorang anak yang sah sampai pada waktu ia mencapai
dewasa atau kawin, berada dibawah kekuasaan orang tuannya
selama kedua orang tuanya terikat dalam hubungan perkawinan.
Kekuasaan orang tua mulai berlaku sejak lahirnya anak atau sejak
hari pengesahannya dan berakhir pada waktu anak itu menjadi
dewasa atau kawin. Kekuasaan orang tua tidak saja meliputi diri si
anak yaitu memelihara dan mendidik anak (alimentasi), tetapi
juga meliputi benda atau kekayaan si anak itu. Orang tua
mempunyai vruchtgenot atas benda atau kekayaan anaknya
yang belum dewasa, yaitu mereka berhak untuk menikmati hasil
atau bunga dari benda atau kekayaan si anak. Selain itu orang tua
wajib memelihara dan menjaga benda itu sebaik-baiknya,
sedangkan untuk biaya pemeliharaan dan pendidikan si anak
harus dianggap sebagai imbalan dari vruchtgenot tersebut.
Kekuasaan orang tuadapat dibebaskanbilamana terdapat alasan
bahwa orang tua tersebut tidak cakap atau tidak mampu untuk
melakukan kewajiban memelihara dan mendidik anaknya, dan
kekuasaan orang tua juga dapat dicabut bila orang tua tersebut
melalaikan kewajibannya sebagai orang tua terhadap anak,

HUKUM KELUARGA

PERWALIAN (Voogdij)
Perwalian (Voogdij) adalah pengawasan terhadap anak yang
dibawah umur, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua
serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh
undang-undang. Anak yang berada dibawah perwalian adalah: a)
anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua, b) anak sah yang yang orang tuanya telah
bercerai, c) anak yang lahir diluar perkawinan.
Jika salah satu orang tua meninggal, menurut undang-undang,
orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali dari anak
anaknya. Perwalian ini dnamakan perwalian menurut UndangUndang. Untuk anak diluar kawin, maka perwaliannya ada pada
orang tua yang mengakuinya. Bilamana seorang anak tidak
berada dibawah kekuasaan orang tua dan juga tidak mempunyai
wali, maka hakim akan mengangkat seorang wali untuk anak atas
permintaan salah satu pihak yang berkepentingan. Ada pula
kemungkinan pengangkatan wali itu disebutkan sebelumnya
dalam wasiat orang tuanya atau dinamakan perwalian menurut
wasiat.

HUKUM KELUARGA

PERWALIAN (Voogdij)
Ada golongan orang yang tidak dapat diangkat sebagai wali.
Mereka itu, ialah orang yang sakit ingatan, orang yang belum
dewasa, orang yang dibawah curatele, orang yang telah dicabut
kekuasaanya sebagai orang tua.
Seorang wali diwajibkan mengurus kekayaan anak yang ada
dibawah pengawasannya dengan sebaik-baiknya dan bertanggung
jawab akan kerugian yang ditimbulkan karena pengurusan yang
buruk. Dalam kekuasaannnya, seorang wali dibatasi oleh pasal
393 B.W, yang melarang seorang wali meminjam uang untuk si
anak, ia pun tidak diperkenankan menjual, menggadaikan bendabenda yang tak bergerak, surat-surat sero, dan suran penagihan
dengan tidak mendapat izin hakim terlebih dahulu.

HUKUM KELUARGA

PENDEWASAAN (handlichting)
Handlichting ialah suatu penyataan tentang seorang yang
belum mencapai usia dewasa sepenuhnya atau hanya untuk
beberapa hal saja dipersamakan dengan seorang yang sudah
dewasa. Permohonan untuk dipersamakan sepenuhnya dengan
seorang yang sudah dewasa, dapat diajukan oleh seorang anak
yang sudah mencapai umur 20 tahun kepada Presiden dengan
terlebih dahulu mendapat nasihat M.A dengan melampirkan surat
kelahiran atau lain-lain bukti yang menyatakan ia telah mencapai
umur tersebut.Bila permohonan diluluskan, maka anak tersebut
memperoleh kedudukan yang sama dengan orang dewasa.
Hanyalah dalam pemberian izin kawin, pasal 35 dan 37 B.W, yaitu
masih juga harus mendapat izin dari orang tuanya.

HUKUM KELUARGA

Asas-Asas Hukum keluarga


Berdasarkan hasil analisis terhadap KUH Perdata dan UU
Nomor 1 tahun 1974 dirumuskan beberapa asas yang cukup
prinsip dalam Hukum Keluarga, yaitu:

a.Asas monogamy, asas ini mengandung makna bahwa seorang


pria hanya boleh mempunyai seorang istri, dan seorang istri hanya
boleh mempunyai seorang suami.
b.Asas konsensual,yakni asas yang mengandung makna bahwa
perkawinan dapat dikatakan sah apabila terdapat persetujuan atau
consensus antara calon suami-istri yang akan melangsungkan
perkawinan.
c.Asas persatuan bulat, yakni suatu asas dimana antara suami-istri
terjadi persatuan harta benda yang dimilikinya.(Pasal 119
KUHPerdata)
d.Asas proporsional,yaitu suatu asas dimana hak dan kedudukan
istri adalah seimbang dengan hak dan kewajiban suami dalam
kehidupan rumah tangga dan di dalam pergaulan masyarakat.
(Pasal 31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan)

HUKUM KELUARGA

Asas-Asas Hukum keluarga

e.Asas tak dapat dibagi-bagi,yaitu suatu asas yang menegaskan bahwa


dalam tiap perwalian hanya terdapat seorang wali.Pengecualian dari asas
ini adalah
1.Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup
lebih lama maka kalau ia kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali
peserta
2.Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barangbarang dari anak di bawah umur di luar Indonesia
f. Asas prinsip calon suami istri harus telah matang jiwa raganya.( Pasal 7
UU No.1 Tahun 1974)
g.Asas monogamy terbuka/poligami terbatas, asas yang mengandung
makna bahwa seorang suami dapat beristri lebih dari seorang dengan izin
dari pengadilan setelah mendapat izin dari istrinya dengan dipenuhhinya
syarat-syarat yang ketat
h.Asas perkawinan agama, asas yang mengandung makna suatu
perkawinan hanya sah apabila dilaksanakan sesuai dengan hukum agama
dan kepercayaannya masing-masing.(Pasal 31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang
perkawinan)
i.Asas perkawinan sipil, asas yang mengandung makna bahwa perkawinan

HUKUM KELUARGA

Hak dan Kewajiban dalam Hukum Keluarga


Sebagai suatu hubungan hukum, perkawinan menimbulkan
hak dan kewajiban suami istri. Yang dimaksud hakialah sesuatu
yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suami atau istri
yang timbul karena perkawinannya. Sedangkan kewajiban ialah
sesuatu yang harus dilakukan atau diadakan oleh suami atau istri
untuk memenuhi hak dan dari pihak yang lain.
Hak dan kewajiban dalam hukum keluarga dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
a.Hak dan kewajiban antara suami istri
b.Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anaknya
c.Hak dan kewajiban antara anak dengan orang tuanya
manakala oarng tuanya telah mengalami proses penuaan

HUKUM KELUARGA

Hak dan Kewajiban antara suami istri


Hak dan kewajiban antara suami istri adalah hak dan kewajiban yang
timbul karena adanya perkawinan antara mereka.Hak dan kewajiban
suami istri diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
a)Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat
b)Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
dalam masyarakat
c)Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum
( Pasal 31 ayat 2)
d) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.( Pasal 31
ayat 3)
e) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap,yang
ditentukan bersama.(Pasal 31 ayat 4 dan Pasal 32 ayat 1)
f) Suami istri wajib saling mencintai , hormat-menghormati, setia dan
member bantuan lahir batin yang satu dengan yang lain.( Pasal 33)
g) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.(Pasal 34
ayat 1)

HUKUM KELUARGA

Hak dan Kewajiban antara orang tua dengan anak


Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anak diatur dalamPasal
45 sampai dengan Pasal 49 UU No. 1 Tahun 1974.

Hak dan kewajiban orang tua dan anak, sebagai berikut:


1. Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya.Kewajiban oarng tua berlaku sampai anat itu kawin atau
dapat berdiri sendiri
2.Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka
yang baik
3.Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala
sudah tua
4.
Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan
perkawinan, ada di bawah kekuasaan orang tua( Pasal 47 ayat 1 UU No. 1
Tahun 1974)Orang tua mewakili anak dibawah umur dan belum dan belum
pernah kawin mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar
pengadilan
5.Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau
menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknyayang belum 18
tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali kepentingan

HUKUM KELUARGA

Hak dan Kewajiban antara anak dengan orang


tuanya manakala oarng tuanya telah mengalami
proses penuaan
Hak dan kewajiban yang ke tiga dalam keluarga,yakni
Alimentasi. Antara orang tua dengan anak terdapat
kewajiban,alimentasi yaitu kewajiban timbal balik antara
orang tua dengan anak seperti yang ditentukan dalam pasal
45 dan 46 UU No. 1 Tahun 1974 dan Pasal KUH Per. Orang
tua dibebani kewajiban untuk memelihara dan mendidik
anak-anaknya yang belum dewasa sesuai dengan
kemampuan masing-masing, demikian sebaliknya anak
yang
telah
dewasa
wajib
memelihara
menurut
kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus
ke atas bila mereka memerlukan bantuannya

Anda mungkin juga menyukai