HUKUM KELUARGA
Buku Prof.Ali Afandi,SH
HUKUM WARIS
ISTILAH
Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta
waris,
boedel,
testament,
legaat,
dan
legitieme
portie.
Yang
dimaksudPewarisadalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan
harta benda kepada orang lain. Ahli warisialah orang yang menggantikan
pewaris didalam kedudukannnya terhadap warisan.Harta warisatau
disingkat warisan ialah segala hata kekayaan yang ditinggalkan oleh orang
yang meninggal dunia yang berupa semua harta kekayaan dari yang
meninggal dunia setelah dikurangi semua utangnya.Boedelialah warisan
berupa kekayaan saja.Testamentatau wasiat ialah suatu akta yang
memuat ketentuan mengenai harta peninggalannnya, apabila seorang
meninggal dunia.Legaatatau hibah wasiat adalah suatu testament dimana
ditunjuk orang tertentu yang akan menerima suatu barang tertentu apabila
pewaris meninggal, orang yang ditunjuk ini disebut legataris.Legitieme
portieadalah bagian dari harta peninggalan yang tidak dapat dikurangi
dengan testament atau pemberian lainnya oleh pewaris.
HUKUM WARIS
Hubungan keluarga
Mengenai hubungan keluarga yang diatur dalam
Hukum Perdata Barat. Hubungan keluarga ini
ditentukan dengan tempat atau derajat. Jika
tingkat itu berangka kecil, maka hubungan
keluarga antara 2 orang adalah sangant dekat.
Apabila tingkat ini berangka besar, maka
pertalian keluarga itu jauh. Jauh-dekatnya tali
keluargaan ditetapkan dengan angka itu. Sistem
yang dianut dalam Hukum Perdata Barat adalah
sistem penetapan derajat Romawi.
HUKUM WARIS
HUKUM WARIS
HUKUM WARIS
Wasiat
Suatu wasiat atau testament ialah suatu
pernyataan dari seseorang tentang apa yang
dikehendaki setelahnya ia meninggal.
Pasal 875, surat wasiat atau testament
adalah suatu akta yang berisi pernyataan
sesorang tentang apa yang akan terjadi
setelah ia meninggal, dan yang olehnya
dapat ditarikkembali.
HUKUM WARIS
Wasiat
Lazimnya suatu testament berisi apa yang dinamakan
erfstelling, yaitu penunjukan seorang atau
beberapa orang menjadi ahli waris yang akan
mendapat seluruh atau sebagian warisan. Selain itu
juga suatu testament berisikan suatu legaat, yaitu
suatu pemberian kepada seorang. Isi suatu testament
tidak selalu terbatas pada hal-hal mengenai harta
kekayaan saja, tetapi juga dapat berisikan mengenai
penunjukan seorang wali untuk anak-anak si
meninggal dan pengakuan anak luar kawin
HUKUM WARIS
SYARAT SYARAT WASIAT
Syarat Pewasiat
HUKUM WARIS
SYARAT SYARAT WASIAT
Syarat Isi Wasiat
Pasal 888 : Jika testament memuat syarat syarat yang tidak dapat
dimengerti atau tak mungkin dapat dilaksanakan atau bertentangan dengan
kesusilaan, maka hal yang demikian itu harus dianggap tak tertulis.
Pasal 890 : Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu, dan isi dari
testament itu menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan
itu jika ia tahu akan kepalsuannya maka testament tidaklah syah.
Pasal 893 : Suatu testament adalah batal, jika dibuat karena paksa, tipu
atau
muslihat.
Selain larangan larangan tersebut di atas yang bersifat umum di dalam
hukum waris terdapat banyak sekali larangan larangan yang tidak boleh
dimuat dalam testament. Di antara larangan itu, yang paling penting ialah
larangan membuat suatu ketentuan sehingga legitieme portie ( bagian
mutlak
para
ahli
waris
)
menjadi
kurang
dari
semestinya.
HUKUM WARIS
HUKUM WARIS
HUKUM WARIS
HUKUM WARIS
Legitieme Portie
Para ahli waris dalam garis keturunan keatas maupun
kebawah, berhak atas suatu legitieme portie. Legitieme
portie yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan
yang
tidak
dapat
dihapuskan
oleh
orang
yang
meninggalkan warisan. Pengaturan mengenai legitieme
portie ini oleh undang-undang dipandang sebagai suatu
pembatasan kemerdekaan seseorang untuk membuat
wasiat atau testament menurut kehendaknya sendiri
HUKUM WARIS
Legitieme Portie
Golongan 1, pasal 852 a: bagian seorang isteri
(suami), kalau ada anak dari perkawinan dengan yang
meninggal dunia adalah sama dengan bagian seorang anak.
Seorang janda (duda) bagaimanapun juga tidak boleh lebih
dari
dari
harta
warisan.
Tentang
berapa
besarnyalegietime portie bagi anak-anak yang
sahditetapkan oleh pasal 914 B.W. yaitu: 1). Jika hanya ada
seorang anak yang sah, maka legitieme portie nya
berjumlah separuh (1/2) dari bagian yang sebenarnya
diperolehnya sebagai ahli waris menurut undang-undang.
2). Jika ada dua orang anak yang sah, maka jumlah
legietieme portie untuk masing-masing 2/3 dari bagian
yang sebenarnya diperolehnya sebagai ahli waris menurut
undang-undang. 3). Jika ada tiga orang anak yang sah.atau
lebih dari tiga orang, maka jumlah legietieme portie itu
HUKUM WARIS
Legitieme Portie
Golongan 2, pasal 854: jika golongan 1 tidak ada,
maka yang berhak mewaris ialah: bapak, ibu, dan saudara.
Ayah dan ibu dapat: 1/3 bagian kalau hanya ada 1 saudara
1/4 bagian kalau ada lebih dari 1 saudara Bagian dari
saudara adalah apa yang terdapat setelah dikurangi dengan
bagian dari orang tua. Pasal 855: jika yang masih hidup
hanya seorang bapak atau seorang ibu, maka bagiannya
ialah: 1/2 kalau ada 1 saudara 1/3 kalau ada 2 saudara 1/4
kalau ada lebih dari 2 orang saudara Pasal 856: kalau bapak
dan ibu telah tidak ada, maka seluruh warisan menjadi
bagiannnya saudara-saudara.Pasal 857: pembagian antara
saudara-saudara
adalah
sama,
kalau
mereka
itu
mempunyai bapak dan ibu yang sama.
HUKUM WARIS
Legitieme Portie
Golongan 3, pasal 858 ayat 1:jika waris golongan 1
dan 2 tidak ada, maka warisan dibelah menjadi dua bagian
yang sama. Yang satu bagian Diperuntukan bagi keluarga
sedarah dalam garis bapak lurus ke atas, yang lain bagian
bagi keluarga sedarah dalam garis ibu lurus keatas. Bagi
seorangahli waris dalam garis keturunan keatas,
misalnya orang tua atau nenek, menurut pasal 915 B.W.
jumlah legietime portie selalu separuh (1/2) dari bagiannya
sebagai ahli waris menurut undang-undang.
HUKUM WARIS
Legitieme Portie
Golongan 4, pasal 858 ayat 2:Kalau waris golongan
3 tidak ada maka warisan jatuh pada seorang waris yang
terdekat pada tiap garis. Pasal 873 kalau semua orang yang
berhak mewaris tidak ada lagi maka seluruh warisan dapat
dituntut oleh anak diluar kawin yang diakui.Legietime
portie untuk seorang anak luar kawinyang telah diakui
menurut pasal 916 B.W adalah separuh (1/2) dari bagian
sebagai ahli waris menurut undang-undang.
HUKUM WARIS
HUKUM KELUARGA
Terbentuknyasuatu
keluarga
itu
karena
adanya
perkawinan.Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia.
Sehingga Keluarga dalam arti sempit artinya yaitu sepasang suami
istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, tetapi
tidak mempunyai anak juga bisa dikatakan bahwa suami istri
merupakan suatu keluarga.
Sedangkan definisi hukum kekeluargaan secara garis besar
adalah hukum yang bersumber pada pertalian kekeluargaan.
Pertalian kekeluargaan ini dapat terjadikarena pertalian darah,
ataupun terjadi karena adanya sebuah perkawinan. Hubungan
keluarga ini sangat penting karena ada sangkutpaut nya dengan
hubungan anak dan orang tua, hukum waris, perwalian dan
pengampuan.
Ali affandi mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan
sebagai Keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum
yang
bersangkutan
dengan
kekeluargaan
sedarah
dan
kekeluargaan karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
PERKAWINAN
Menurut KUH Perdata, perkawinan adalah persatuan seorang
lelaki dan perempuan secara hukum untuk hidup bersama-sama.
Hidup bersama-sama ini dimaksudkan untuk berlangsung
selamanya. Perkawinan adalah suatu hal yang mempunyai akibat
yang luas didalam hubungan hukum antara suami dan isteri.
Dengan perkawinan itu timbul suatu ikatan yang berisi hak dan
kewajiban. Hubungan sumi isteri itu mempunyai tujuan yaitu
melangsungkan keturunan. Sebelum perkawinan maka terlebih
dahulu dilakukan pertunangan, dan hal ini diatur dalam undangundang yaitu pasal 58. Perkawinan dianggap sah bila syarat formil
dan materiil terpenuhi. Syarat materiil dapat diperinci lagi antara
syarat materiil absolut dan syarat relatief. Syarat materiil absolut
adalah syarat yang mengenai pribadi seorang yang harus
diindahkan untuk perkawinan pada umumnya.
Tentang berlakunya B.W, buku ke-1 bagi orang-orang yang
tunduk pada B.W. pada umumnya dapat dinyatakan bahwa itu
tentunya berlaku bagi golongan eropah, selanjutnya golongan
Tionghoa kecuali Bab II perihal akta catatan sipil dan Bab IV,
HUKUM KELUARGA
KETURUNAN
Oranganak sah (wettig kind) ialah anak yang dianggap lahir
dari perkawinan yang sah antara ayah dan ibunya. Sehubungan
dengan itu, untuk dapat dipastikan anak itu sungguh anak
ayahnya, maka oleh undang-undang ditetapkan tenggang
kandungan yang paling lama yaitu 300 hari dan suatu tenggang
kandungan yang paling pendek yaitu 180 hari. Jika seorang anak
dilahirkan sebelum lewat 180 hari setelah hari penikahan orang
tuannya, maka ayahnya berhak menyangkal sahnya anak itu.
Anak yang lahir diluar perkawinan, dinamakan natuurlijke
kind. Ia dapat diakui atau tidak diakui oleh ayah atau ibunya.
Menurut sistem yang dianut oleh B.W dengan adanya keturunan
diluar perkawinan saja belum tejadi suatu hubungan keluarga
antara anak dengan orang tuannya. Barulah dengan Pengakuan
(erkenning) lahir suatu pertalian kekeluargaan dengan akibatakibatnya (terutama hak mewaris) antara anak dengan orang
tuanya yang mengakuinya. Langkah lebih lanjut dari pengakuan
yaitu Pengesahan. Untuk pengesahan diperlukan kedua orang
tua yang mengakuinya. Pengakuan yang dilakukan pada hari
pernikahan juga membawa pengesahan anak. Jika kedua orang tua
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
PERWALIAN (Voogdij)
Perwalian (Voogdij) adalah pengawasan terhadap anak yang
dibawah umur, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua
serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh
undang-undang. Anak yang berada dibawah perwalian adalah: a)
anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua, b) anak sah yang yang orang tuanya telah
bercerai, c) anak yang lahir diluar perkawinan.
Jika salah satu orang tua meninggal, menurut undang-undang,
orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali dari anak
anaknya. Perwalian ini dnamakan perwalian menurut UndangUndang. Untuk anak diluar kawin, maka perwaliannya ada pada
orang tua yang mengakuinya. Bilamana seorang anak tidak
berada dibawah kekuasaan orang tua dan juga tidak mempunyai
wali, maka hakim akan mengangkat seorang wali untuk anak atas
permintaan salah satu pihak yang berkepentingan. Ada pula
kemungkinan pengangkatan wali itu disebutkan sebelumnya
dalam wasiat orang tuanya atau dinamakan perwalian menurut
wasiat.
HUKUM KELUARGA
PERWALIAN (Voogdij)
Ada golongan orang yang tidak dapat diangkat sebagai wali.
Mereka itu, ialah orang yang sakit ingatan, orang yang belum
dewasa, orang yang dibawah curatele, orang yang telah dicabut
kekuasaanya sebagai orang tua.
Seorang wali diwajibkan mengurus kekayaan anak yang ada
dibawah pengawasannya dengan sebaik-baiknya dan bertanggung
jawab akan kerugian yang ditimbulkan karena pengurusan yang
buruk. Dalam kekuasaannnya, seorang wali dibatasi oleh pasal
393 B.W, yang melarang seorang wali meminjam uang untuk si
anak, ia pun tidak diperkenankan menjual, menggadaikan bendabenda yang tak bergerak, surat-surat sero, dan suran penagihan
dengan tidak mendapat izin hakim terlebih dahulu.
HUKUM KELUARGA
PENDEWASAAN (handlichting)
Handlichting ialah suatu penyataan tentang seorang yang
belum mencapai usia dewasa sepenuhnya atau hanya untuk
beberapa hal saja dipersamakan dengan seorang yang sudah
dewasa. Permohonan untuk dipersamakan sepenuhnya dengan
seorang yang sudah dewasa, dapat diajukan oleh seorang anak
yang sudah mencapai umur 20 tahun kepada Presiden dengan
terlebih dahulu mendapat nasihat M.A dengan melampirkan surat
kelahiran atau lain-lain bukti yang menyatakan ia telah mencapai
umur tersebut.Bila permohonan diluluskan, maka anak tersebut
memperoleh kedudukan yang sama dengan orang dewasa.
Hanyalah dalam pemberian izin kawin, pasal 35 dan 37 B.W, yaitu
masih juga harus mendapat izin dari orang tuanya.
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA
HUKUM KELUARGA