Disusun Oleh :
Imam Fauzi
3215046
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S POST SC DENGAN SUNGSANG DI
RUANG ANGGREK RST DR. SOEDJONO MAGELANG
Disahkan pada:
Hari/Tanggal:
Mahasiswa
(Imam Fauzi)
November 2015
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
(AP Jatmiko)
Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus
uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai
sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua
jari operator.
Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan
meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong
diantara kedua klem tersebut.
Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan
air ketuban.
Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang lebih
1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar dengan
gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi
janin dengan dua jari operator.
Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan
cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan
air ketuban.
Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2) pada
tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas kedua klem
tersebut.
Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan pada
tunggul serviks uteri diatasi.
Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang sutera
no. 2.
C. ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Indikasi Ibu:
1)
Panggul sempit
2)
3)
4)
Plassenta praevia
5)
6)
b.
Indikasi Janin
1)
Kelainan Letak :
a)
Letak lintang
b)
c)
d)
Presentasi ganda
e)
2)
c.
Kontraindikasi
1)
Infeksi intrauterine
2)
Janin Mati
3)
4)
D. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat
akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi
post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).
TINDAKAN SC
Adaptasi
postpartum
Psikologis
Defisiensi
pengetahu
an
Pembatasan
cairan peroral
Anestesi
FIsiologis
Bedrest
Kurang
perawatan
Laktasi
Hisapan
meningkat
Penurunan
HB
Pelepasan
desidua
Obstipasi
Kontraksi
uterus
Lochea
Keletihan
Hambatan
mobilitas
fisik
Perdarahan
Luka
Kerusakan
integritas
jaringan
Regenerasi
sel darah
merah
Kondisi
diri
menurun
Penurunan
peristaltik
Produksi
Asi
Kekurangan
volume cairan
Defisit
perawatan
diri
Involusi
Prolaktin
Penurunan
saraf
simpatis
Insisi
Ketidakma
mpuan
miksi
Nyeri
akut
Penurunan
suplai O2
Intoleransi
aktivitas
Risiko
aspirasi
Ketidakefektifan
pemberian Asi
Sumber: (Mitayani, 2013); (Hudaya, 2012); (Rustam, 2013); & (Santosa, 2007).
Risiko
Infeksi
Risiko
Perdarahan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang
tidak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal
b. Hitung darah lengkap
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
G. KOMPLIKASI
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
5. Perawatan fungsi kandung kemih
a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam
b. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
d. Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per
oral per hari sampai kateter dilepas
e. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut
b. Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan
c. Ganti pembalut dengan cara steril
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC.
7. Jika masih terdapat perdarahan
a. Lakukan masase uterus
b. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL)
60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam :
a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c. Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
b. Supositoria
= ketopropen sup 2x/ 24 jam
c. Oral
= tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
d. Injeksi
= penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
10. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
11. Hal Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
b. Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
c. Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
d. Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
e. Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai
indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit
pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
fole
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses mengerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan
odema
untuk
mrlihat
kelainan-kelainan
karena
3.
Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWA
NO
TAN DAN
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
KOLABORA
1.
SI
ketidakefektifa
n
Setelah
dilakukan NIC
pemberian asuhan
keperawatan
asi
selama
berhubungan
diharapkan
dengan
ibu
nyeri ASI
3x24
jam
pemberian
efektif
dengan
indicator:
Breast examination
1. ajarkan teknik menyusui yang
benar
2. ajarkan posisi yang nyaman
dalam memberikan asi kepada si
bayi.
NOC
3. instruksikan
Breastfeeding
untuk
maintenance
4. berikan
Breastfeeding
gerakan
pemijatan
establishment:
maternal
Kriteria hasil:
mampu
memberikan asi
dengan
klien
teknik
yang lembut
mampu
memberikan asi
kepada
bayi
dengan
posisi
yang nyaman.
2.
injuri asuhan
dilakukan
keperawatan
3x24
jam
diharapkan
nyeri
berkurang
dengan
indicator:
Pain Management
1. Lakukan
komprehensif
nyeri
termasuk
secara
lokasi,
Pain Level
pengkajian
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
Pain control,
Comfort level
Mampu
pasien.
mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
pengalaman
nyeri
masa
lampau.
6. Evaluasi bersama pasien dan tim
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
lingkungan
mempengaruhi
nyeri
yang
dapat
seperti
suhu
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
8. Kontrol
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
12. Ajarkan
Menyatakan
nyaman
rasa
setelah
tentang
teknik
non
farmakologi.
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
3.
Defisiensi
Setelah
dilakukan
pengetahuan
asuhan
keperawatan
b/d
kurang selama
informasi
3x24
jam
diharapkan pengetahuan
klien meningkat dengan
indicator:
:
disease process.
Kowledge : health
penilaian
tentang
tingkat
Behavior
Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman
penyakit,
kondisi, prognosis
dan
1. Berikan
Kowlwdge
tentang
program
informasi
pada
pasien
pengobatan.
tepat.
mampu
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar.
Pasien dan keluarga
9. Diskusikan
pilihan
terapi
atau
penanganan.
mampu
menjelaskan
dijelaskan
dengan
perawat/tim
diindikasikan.
kesehatan lainnya.
cara
yang
tepat
atau
4.
Defisit
Setelah
dilakukan
keperawatan 1. Monitor
b.d.
Kelemahan.
klien
meningkat
kemempuan
untuk
dengan indicator:
bantu
berpakaian,
of
klien
makan.
untuk
kebersihan
berhias,
toileting
diri,
dan
Daily
(ADLs)
klien
untuk
melakukan
bau badan.
Menyatakan
5. Dorong
kenyamanan
untuk
melakukan
secara
terhadap
kemampuan untuk
melakukan ADLs.
Dapat
melakukan
ADLS
dengan
klien/
mendorong
keluarga
untuk
kemandirian,
untuk
bantuan
5.
prosedur asuhan
invasif.
selama
dilakuakan
usia
klien
mendorong
pelaksanaan
jika
aktivitas
sehari-hari.
Infection Control (Kontrol infeksi)
diharapkan
infeksi
8. Pertimbangkan
jam
pasien lain.
dengan indicator:
Immune Status
Knowledge
Infection control
Risk control
Klien bebas dari
setelah
berkunjung
meninggalkan
pasien.
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
cuci tangan.
6. Cuci
tangan
setiap
sebelum
dan
Mendeskripsikan
proses
penyakit,
factor
pemasangan alat.
9. Ganti letak IV perifer dan line central
yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaanny
umum.
10. Gunakan
kateter
intermiten
untuk
a.
Menunjukkan
normal.
Menunjukkan
perilaku
sehat.
Terhadap Infeksi)
hidup
4. Batasi pengunjung.
5. Saring pengunjung terhadap penyakit
menular.
6. Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko.
7. Pertahankan teknik isolasi k/p.
8. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema.
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.
pasien
untuk
minum
asuhan
jam
barier diharapkan
resiko
untuk
aspirasi
mengangkat
dengan indicator:
bagian
tubuh.
terkontrol
Ventilation
Aspiration control
Swallowing Status
Kriteria Hasil :
mudah,
irama,
kesadaran,
reflek
Respiratory Status :
bernafas
tingkat
atas NOC :
Klien
1. Monitor
dapat
dengan
tidak
frekuensi
makan
pernafasan normal
Pasien
mampu
menelan,
mengunyah
tanpa
bernafas,
tidak
merasa
Hambatan
suara
nafas
abnormal
Setelah
dilakuakan NIC :
berhubungan
selama
3x24
dengan nyeri.
diharapkan
aspirasi
jam
resiko
terkontrol
dengan indicator:
NOC :
latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
tentang
Joint Movement
: Active
Mobility Level
Self care :
ADLs
Transfer
performance
rencana
ambulasi
fisik
sesuai
dengan kebutuhan
3. Bantu
tongkat
klien
saat
untuk
menggunakan
berjalan
dan
cegah
terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi
5. Kaji
kemampuan
pasien
dalam
mobilisasi
6. Latih
pasien
dalam
pemenuhan
Kriteria Hasil :
kebutuhan
ADLs
secara
mandiri
sesuai kemampuan
Klien
meningkat
dalam aktivitas
fisik
Mengerti tujuan
dari
mobilisasi
dan
bantu
penuhi
alat
Bantu
jika
klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
peningkatan
posisi
mobilitas
Memverbalisasi
dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan
kan perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi
(walker)
8.
Kekurangan
Setelah
dilakuakan NIC :
berhubungan
selama
3x24
dengan
diharapkan kekurangan
kehilangan
volume
cairan
jam
dapat
1. Timbang
popok/pembalut
jika
diperlukan
2. Pertahankan catatan intake dan output
cairan aktif
terkontrol
dengan
indicator:
yang akurat
3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
NOC:
membran
tekanan
Fluid balance
ortostatik
adekuat,
),
jika
Nutritional Status :
and
darah
nadi
diperlukan
Hydration
Food
mukosa,
Fluid
Intake
Kriteria Hasil :
pemberian
cairan
intravena IV
Mempertahankan
BB,
BJ
normal, HT normal
Tekanan
dalam
batas
normal
Tidak ada tanda
dehidrasi,
Elastisitas
kulit
turgor
baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa
darah,
tanda
output
urine
haus
berlebihan
yang
2.
Pelihara IV line
3.
4.
5.
Monitor
responpasien
terhadap
penambahan cairan
6.
7.
8.
Pemberian
adanya
cairan
tanda
Iv
monitor
dan
gejala
kelebihanvolume cairan
9.
9.
Monitor adanya tanda gagal ginjal
dilakuakan NIC :
intoleransi
Setelah
aktivitas
asuhan
berhubungan
selama
3x24
dengan
diharapkan
intoleransi
ketidakseimba
aktivitas
terkontrol
ngan
Energy
conservation
Self Care :
ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari (ADLs)
beraktivitas
secara mandiri
10.
spiritual
dilakuakan NIC :
Keletihan
Setelah
berhubungan
asuhan
dengan
selama
3x24
kelesuan
diharapkan
keletihan
indicator:
kehamilan).
NOC :
jam
dengan
Endurance
Concentration
Energy
conservation
Nutritional status :
energy
Kriteria Hasil :
Memverbalisasikan
peningkatan energi
dan merasa lebih
baik
Menjelaskan
penggunaan energi
untuk mengatasi
kelelahan
11.
Kerusakan
Setelah
integritas
asuhan
keperawatan
jaringan
selama
3x24
berhubungan
diharapkan
dengan
2.
prosedur
dengan indicator:
3.
bedah
1.
jam
integritas
Wound
lokas insisi
Healing:
Secondary intention
o Ukuran
4.
luka
infeksi
berkurang
o Tidak
terdapat
pengeluaran pus
o Tidak
terdapat
tanda-tanda
12.
Risiko
perdarahan
berhubungan
dengan
komplikasi
pascpartum
infeksi
NOC :
NIC :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
Bleeding precautions
1.
perdarahan
2. Catat nilai Hb dan Ht sebelum
dan
sesudah
terjadinya
(misal
3.
4.
perdarahan
Monitor TTV
Pertahankan bed rest selama
5.
pendarahan aktif
Anjurkan
pasien
plasenta)
Tidak
ada
hematuria
dan
hematemesis
Kehilangan
yang
terlihat
Tekanan
darah
dalam
batas
normal
sistol
dan diastole
Tidak
ada
pendarahan
pervagina
Tidak
ada
distensi
abdominal
Hemoglobin dan
hematokrit
dalam
batas
normal
Plasma, PT, PTT
dalam
normal
banyak
vitamin K
darah
batas
untuk
mengandung
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Hudaya. (2012). Keperawatan Maternitas. Bandung: Aerlangga.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
McCloskey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :
mocaMedia
Rustam, M. (2013). Pelayanan Kesehatan Maternal, edisi 2. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo